Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Nisa khoiriah INTISARI

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Jaya Mekar Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI, ASI Eksklusif.

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

Oleh : Suharno ABSTRAK

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Program Studi S-1 STIKes Kusuma Husada Surakarta

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) KECAMATAN TURI LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NOOR DWI LESTARI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS NORMAL 1-3 HARI TENTANG PEMBERIAN KOLOSTRUM DI RUANG NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT SOEDARSO PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

SURYA 51 VOL 2, NO.3, AGUSTUS 2009

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG


HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KEBEN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN. M. Masykur*, Dian Nurafifah**...ABSTRAK...

II. METODE PENELITIAN

Abstrak. Pengetahuan, Teknik Marmet, Pijat Oksitosin, Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin, Kelancaran Pengeluaran ASI.

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Dukungan Suami dengan Kemauan Ibu Hamil dalam Pemberian ASI Eksklusif 62

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian ASI eksklusif penting dilakukan, namun kenyataannya cakupan pemberian ASI eksklusif saat ini masih rendah. Cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan tahun 2013 sebesar 18,8% dari target 85%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua ibu menyusui bayi usia 7 24 bulan di bulan Maret-April tahun 2014 sebanyak 168 orang dan sampelnya 63 orang (proportional to size). Uji hipotesis yang digunakan uji chi square pada α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan (p value = 0,014), pendidikan (p value = 0,001), pekerjaan (p value = 0,016) dan keterpaparan informasi (p value = 0,001) dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Hambatan dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data agar didapatkan data yang akurat maka perlunya penyampaian atau menjelaskan pertanyaan kepada responden dengan baik dan benar sehingga responden dapat mengingat pengalamannya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Upaya meningkatkan pemberian ASI Eksklusif adalah dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan dengan metode yang efektif dan menarik seperti menggunakan alat peraga atau media poster.

LATAR BELAKANG Peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Pembangunan manusia sebagai insan tidak terbatas hanya pada kelompok umur tertentu saja melainkan berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia sejak janin sampai usia lanjut. Salah satu upaya untuk melahirkan generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas adalah dengan memberikan makanan yang sempurna sejak dini yaitu Air Susu Ibu (ASI) (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pemberian ASI serta proses menyusui yang baik dan benar merupakan langkah yang penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk tumbuh sehat dan berkembang optimal sebagai calon generasi yang sehat, cerdas dan berkualitas. Menurut Proverowati dan Rahmawati (2010) ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama dan ASI tidak bisa digantikan oleh apapun karena mengandung zat-zat yang dibutuhkan bayi dan merupakan makanan alami pertama untuk bayi. Nilai nutrisi ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan otak, dan pertumbuhan bayi. Selain kandungan nutrisi ASI yang unik juga ASI dapat merangsang sistem hormon sehingga dapat melindungi bayi sampai sistem imunnya (sistem kekebalan tubuh) berfungsi dengan baik. World Health Organization (WHO) merekomendasikan para ibu untuk menyusui secara ekslusif selama 6 bulan, melanjutkannya dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dari bahan-bahan lokal yang kaya nutrisi sambil tetap memberikan ASI atau menyusui sampai anak berusia 2 tahun atau lebih. Bayi yang tidak mendapatkan ASI selama 6 bulan dapat mengakibatkan bayi lebih mudah terjangkit berbagai macam infeksi, penyakit dan bahkan kematian. Menurut WHO dalam Khamzah (2012) dampak tidak diberi ASI secara eksklusif maka bayi lebih mudah terserang penyakit seperti asma, alergi, infeksi saluran pernapasan akut, kurang gizi, dan meningkatkan resiko kematian pada bayi dan anak-anak. Hasil penelitian yang dilakukan Rogan dalam Roesli (2008) bahwa bayi yang tidak pernah disusui memiliki 21% lebih besar resiko kematian dalam periode pascaneonatal daripada mereka yang disusui. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sangat penting dilakukan namun pada kenyataannya cakupan pemberian ASI eksklusif sampai saat ini di Indonesia masih rendah. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di Indonesia sebesar 30,2% dan mengalami penurunan dibanding pada tahun 2010 sebesar 32,3% (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif di Jawa Barat sebanyak 404.725 bayi (42,63%) dari jumlah bayi sebanyak 949.392 bayi. Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2010 pencapaian ASI Eksklusif di Jawa Barat sebesar 67,3% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2013). Menurut Roesli (2008) rendahnya pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu menyusui disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Pengetahuan ini merupakan aspek penting sebagai landasan dasar sehingga ibu mau menyusui ASI secara eksklusif, karena dengan ibu memahami dan mengerti tentang keunggulan ASI yang tidak akan tertandingi oleh susu formula

apa pun akan melahirkan dorongan menyusui dengan ASI semakin tinggi. Menurut Kristiyanasari (2009) bahwa penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pengetahuan ibu tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI, pendidikan ibu yang rendah, pekerjaan ibu menyusui yang padat, dan faktor eksternal yaitu petugas kesehatan yang kurang maksimal melakukan penyuluhan, sosial budaya (tradisi) dan maraknya iklan mengenai susu formula. Sementara menurut teori perilaku dari Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa keterpaparan informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Dalam hal ini perilaku tersebut merupakan praktik pemberian ASI eksklusif. Peran keperawatan dalam meningkatkan praktik ASI eksklusif sangat diperlukan karena perlu adanya intervensi tertentu pada ibu baik dari segi pengetahuan yang kurang, pendidikan yang rendah serta pekerjaan sehingga ibu dapat mengatasi masalah yang dihadapi dalam pemberian ASI. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar 58,8% dan mengalami penurunan dibanding cakupan pemberian ASI Eksklusif tahun 2012 sebesar 59,94%. Adapun puskesmas di Kabupaten Majalengka dengan cakupan ASI pada tahun 2013 paling rendah terdapat di Puskesmas Panongan yaitu sebanyak 82 bayi (18,8%) dari 437 bayi dan juga mengalami penurunan bila dibanding tahun 2012 yaitu sebesar 65 bayi (21,8%) dari 298 bayi (Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2013). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Panongan selain masih rendah juga masih jauh target 85%. Rendahnya pemberian ASI di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan dapat dikarenakan oleh pengetahuan ibu yang kurang, pendidikan ibu yang rendah, pekerjaan dan informasi. Hal tersebut didukung dari hasil studi yang dilakukan penulis pada awal bulan April terhadap 10 ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif menyatakan beberapa alasan. Alasan yang paling banyak dikatakan ibu yaitu karena alasan pekerjaan, dimana sebagian besar ibu-ibu di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan bekerja sebagai buruh tani. Disamping itu, didapatkan bahwa sebagian besar ibu belum mengetahui pemberian ASI secara eksklusif sebanyak 7 orang (70%), ibu yang berpendidikan rendah atau tamat SD sebanyak 8 orang (80%) dan ibu yang menyatakan belum mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif sebanyak 7 orang (70%). Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian korelatif digunakan untuk mencari hubungan dua variabel pada satu situasi atau kelompok subyek, dalam penelitian ini mencari hubungan antara pengetahuan, pendidikan, dan pekerjaan dengan praktik pemberian ASI ekskluif. Pendekatan cross sectional (pendekatan silang) merupakan penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk dependen dan independen diobservasi dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi usia 7 24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka pada

bulan Maret-April tahun 2014 jumlah ibu yang mempunyai bayi usia 7 24 bulan sebanyak 168 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6 24 bulan di Wilayah Kerja Majalengka sebanyak 63 orang dan sudah mempunyai anak lebih dari satu. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan Pemberian ASI Eksklusif f % Tidak eksklusif 49 77.8 Eksklusif 14 22.2 Jumlah 63 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan tidak eksklusif yaitu sebanyak 49 orang (76,4%) dan sebagian kecil pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan eksklusif yaitu sebanyak 14 orang (22,2%). 2. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif Pengetahuan Ibu Menyusui f % Kurang 34 54.0 Baik 29 46.0 Jumlah 63 100.0 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu menyusui berpengetahuan kurang tentang ASI Eksklusif yaitu sebanyak 34 3. Gambaran Pendidikan Ibu Menyusui Pendidikan Ibu Menyusui orang (54,0%) dan kurang dari setengahnya ibu menyusui berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif yaitu sebanyak 29 orang (46,0%). f % Rendah 49 77.8 Tinggi 14 22.2 Jumlah 63 100.0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui berpendidikan rendah yaitu sebanyak 49 orang (77,8%) dan sebagian kecil ibu menyusui berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 14 orang (22,2%). 4. Gambaran Pekerjaan Ibu Menyusui Pekerjaan Ibu Menyusui f % Bekerja 29 46.0 Tidak bekerja 34 54.0 Jumlah 63 100.0 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa kurang dari setengahnya ibu menyusui yang bekerja yaitu sebanyak 29 orang 5. Gambaran Keterpaparan Informasi Keterpaparan Informasi (46,0%) dan lebih dari setengahnya ibu menyusui yang tidak bekerja yaitu sebanyak 34 orang (54,0%). f % Tidak 50 79.4 Ya 13 20.6 Jumlah 63 100.0 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar ibu menyusui tidak terpapar informasi tentang ASI Eksklusif yaitu sebanyak 50 orang (79,4%) dan sebagian kecil ibu menyusui terpapar informasi tentang ASI Eksklusif yaitu sebanyak 13 orang (20,6%). 1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan Ibu Menyusui Tidak eksklusif Eksklusif Total p value f % f % f % Kurang 31 91,2 3 8,8 34 100 Baik 18 62,1 11 37,9 29 100 0,014 Jumlah 49 77,8 14 22,2 63 100

Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh nilai p value = 0,014 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI Eksklusif antara ibu yang berpengetahuan kurang dan baik atau ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014. 2. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan Pemberian ASI Eksklusif Pendidikan Ibu Menyusui Tidak eksklusif Eksklusif Total p value f % f % f % Rendah 43 87,8 6 12,2 49 100 Tinggi 6 42,9 8 57,1 14 100 0,001 Jumlah 49 77,9 14 22,2 63 100 Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh nilai p value = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI Eksklusif antara ibu yang berpendidikan rendah dan tinggi atau ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014. 3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan Pemberian ASI Eksklusif Pekerjaan Ibu Menyusui Tidak eksklusif Eksklusif Total p value f % f % f % Bekerja 27 93,1 2 6,9 29 100 Tidak bekerja 22 64,7 12 35,3 34 100 0,016 Jumlah 49 77,9 14 22,2 63 100 Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh nilai p value = 0,016 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI Eksklusif antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja atau ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2014.

4. Hubungan Keterpaparan Informasi dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan Pemberian ASI Eksklusif Keterpaparan Informasi Tidak eksklusif Eksklusif Total p value f % f % f % Tidak terpapar 44 88,0 6 12,0 50 100 Terpapar 5 38,5 8 61,5 13 100 0,001 Jumlah 49 77,8 14 22,2 63 100 Dapat terlihat hasil uji statistik dapat diperoleh nilai p value = 0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pemberian ASI Eksklusif antara ibu yang tidak terpapar informasi dan terpapar informasi atau ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014. PEMBAHASAN Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan dipengaruhi oleh pengetahuan ibu, artinya jika pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif baik maka ibu cenderung akan memberikan ASI secara eksklusif dan sebaliknya jika pengetahuannya kurang maka ibu cenderung akan memberikan ASI secara tidak eksklusif. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif lebih banyak terdapat pada ibu yang berpengetahuan baik. dengan teori Suradi (2004) yang menyatakan bahwa rendahnya pemberian ASI eksklusif di kalangan ibu menyusui disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif. Pengetahuan ini merupakan aspek penting sebagai landasan dasar sehingga ibu mau menyusui ASI secara eksklusif, karena dengan ibu memahami dan mengerti tentang keunggulan ASI yang tidak akan tertandingi oleh susu formula apa pun akan melahirkan dorongan menyusui dengan ASI semakin tinggi. Menurut Kristiyanasari (2009) bahwa penyebab menurunnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI, pendidikan ibu yang rendah, pekerjaan ibu menyusui yang padat, petugas kesehatan yeng kurang maksimal melakukan penyuluhan dan maraknya iklan mengenai susu formula. dengan teori Notoatmodjo (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Teori lain seperti Suharyono dalam

Wahyuningrum (2007) menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik pengetahuan Ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahayuningsih (2005) bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif, juga dengan hasil penelitian Yuliandarin (2009) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009 menyatakan bahwa faktor pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian ASI Ekskluif. Menurut asumsi peneliti, maka untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui maka perlunya pemberian informasi melalui kegiatan penyuluhan yang efektif, menarik dan juga memperhatikan aktfitas keseharian ibu menyusui yang sebagian besar adalah petani seperti mengadakan penyuluhan keliling. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan yang rendah dapat menjadi kendala dalam pencapaian derajat kesehatan ibu dan anak, termasuk dalam upaya meningkatkan cakupan pemberian ASI secara eksklusif. Hal ini dapat dimungkinkan karena pendidikan rendah berhubungan dengan pengetahuan dan kepedulian yang kurang karena melalui pendidikan akan terjadi proses perubahan perilaku yang didasari oleh pengetahuan (kognitif). dengan teori Kristiyanasari (2009) yang menyatakan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan tinggi lebih cenderung memberikan ASI secara eksklusif jika dibandingkan dengan ibu yang berlatar belakang pendidikan rendah, dimana penerapan cara pemberian ASI belum dilakukan secara eksklusif. Sedangakn ibuibu dengan pendidikan tinggi lebih mengetahui tentang keuntungankeuntungan fisiologis dan psikologis dari program pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berpendidikan lebih tinggi lebih banyak membaca literatur baru mengenai informasi pemberian ASI eksklusif sehingga termotivasi untuk memberikan ASI pada anaknya. Menurut Maulana (2009) bahwa pendidikan merupakan proses pengetahuan, sikap dan tingkah laku. Pendidikan yang beraneka ragam di masyarakat sangat mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat. Masyarakat dengan pendidikan rendah sulit untuk mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas kesehatan terutama dalam hal perilaku sehat. Dengan demikian tingkat pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap perubahan peran dan tingkah laku seseorang. dengan hasil penelitian Wahyuningrum (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pemberian ASI pada bayinya. Pemberian ASI pada bayinya lebih banyak terdapat pada ibu yang berpendidikan tinggi. Untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif terutama pada ibu dengan

pendidikan yang rendah yaitu dengan cara memberikan penyuluhan secara persuasif yang dapat mendorong ibu untuk mau memberikan ASI secara eksklusif. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,016). Sering menjadi alasan ibu tidak memberikan ASI pada anaknya on the mand karena ibu sibuk bekerja. Sehingga pada ibu yang bekerja umumnya memberikan ASI secara tidak eksklusif. dengan teori Kristiyanasari (2009) yang menyatakan bahwa bagi sebagian orang, pemberian ASI selama dua tahun penuh mungkin tidak menjadi masalah. Tapi bagi sebagian orang lagi yang memiliki banyak keterbatasan, tentu hal ini tidak bisa dilakukan secara optimal dan penuh terutama bagi ibu yang bekerja. Pekerjaan ibu menyusui seringkali menjadi alasan ibu berhenti menyusui. Juga teori Departemen Kesehatan RI (2010) bahwa pada ibu pekerja, terutama di sektor formal, sering kali mengalami kesulitan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena keterbatasan waktu dan ketersediaan fasilitas untuk menyusui di tempat kerja. Dampaknya, banyak ibu yang bekerja terpaksa beralih ke susu formula dan menghentikan memberi ASI secara eksklusif. Menurut Roesli (2008) bahwa pada masyarakat dimana ibu bekerja, hal ini sering menjadikan alasan ibu tidak menyusui bayinya secara eksklusif. Ibu yang bekerja akan menemui kendala tentang pengaturan waktu antara menyusui bayi dan pekerjaan. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini seperti penelitian Yuliandarin (2009) mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009 menyatakan bahwa faktor pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian ASI Ekskluif, ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga cenderung pemberian ASI secara eksklusif dilakukannya. Pada penelitian ini terbukti bahwa status bekerja ibu menyusui berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja perlu mendapatkan bimbingan khusus dari petugas kesehatan untuk memberikan ASI on the mand meskipun ibu sedang bekerja dengan cara menyimpan ASI sebelum ibu berangkat bekerja dengan baik. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,001). Informasi menjadi bagian penting karena dengan informasi pengetahuan ibu menjadi bertambah dan akan mendorong ibu melakukan atau berupaya bertindak sesuai dengan informasi yang didapatkannya. Informasi yang kurang dikarenakan ibu tidak terpapar informasi baik dari media maupun dari petugas kesehatan. Umumnya informasi yang diperoleh ibu di lokasi penelitian yaitu dari petugas kesehatan. dengan pendapat Kristiyanasari (2009) bahwa pengaruh iklan saat ini mengenai susu formula gencar dilakukan dengan berbagai cara agar menarik perhatian para ibu yang sedang menyusui. Apabila ibu tidak dibekali dengan pengetahuan yang baik, maka dengan mudah ibu akan beralih ke susu formula dan menghentikan pemberian ASI secara langsung oleh ibu.

Pengetahuan tersebut dapat diperoleh dari media maupun dari petugas kesehatan. dengan penelitian Yuliandarin (2009) di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009 menyatakan bahwa faktor informasi berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Juga dengan hasil penelitian Ekiawati (2008) mengenai analisis faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian Air Susu Ibu (ASI) menyatakan ibu yang tidak pernah mendapatkan informasi sebesar 65,5% dan informasi berhubungan dengan perilaku pemberian ASI. Asumsi peneliti, dikarenakan mayoritas penduduk di lokasi penelitian adalah petani dan berpendidikan rendah maka infromasi yang tepat diberikan pada ibu adalah oleh petugas kesehatan seperti dengan cara memberikan penyuluhan keliling dengan memanfaatkan sarana yang ada di desa-desa untuk mengadakan kegiatan penyuluhan tersebut. KESIMPULAN 1. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2014 dalam pemberian ASI pada bayi usia 0-6 bulan tidak eksklusif yakni 76,4%. 2. Lebih dari setengahnya ibu menyusui di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2014 berpengetahuan kurang tentang ASI Eksklusif yakni 54,0%. 3. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2014 berpendidikan rendah yakni 77,8%. 4. Lebih dari setengahnya ibu menyusui di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2014 yang tidak bekerja yakni 54,0%. 5. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja UPTD Majalengka tahun 2014 tidak terpapar informasi tentang ASI Eksklusif yakni 79,4%. 6. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,014). 7. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,001). 8. Ada hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,016). 9. Ada hubungan antara keterpaparan informasi dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Panongan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 (p value = 0,001).

DAFTAR PUSTAKA Arif, N, 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Penerbit. Yogyakarta: Media Press. Azwar, S. 2010. Sikap Manusia teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Kesehatan RI. 2008. Ibu Bekerja Bukan Alasan Menghentikan Pemberian Asi Eksklusif. http://www.depkes.go.id/, diakses tanggal 9 Maret 2014.. 2009. Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Panjang 2005-2025. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.. 2010. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes RI. Departemen Pendidikan Nasional. 2011. Sistem Pendidikan Nasional. http://www.depdiknas.go.id, diakses tanggal 12 Maret 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2013. Data ASI Eksklusif Kabupaten Majalengka Tahun 2013. Majalengka: Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2013. Data Statistik Jawa Barat 2013. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. Ekiawati. 2008. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pda Ibu Tidak Bekerja. Bogor: IPB. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Khamzah. 2012. ASI, Untuk Ibu, Bayi dan Balita. http://www.ibudanbalita.com/, diakses tanggal 26 Maret 2014. Kristiyanasari, W. 2009. ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika. Maryunani, A. 2009. Asuhan pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta: EGC Mubarak, W.I. 2007. Promosi Kesehatan. Jogjakarta : Graha Ilmu. Notoadmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Proverowati dan Rahmawati. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Roesli, U. 2008. Bayi Sehat Berkat Asi Eksklusif. Jakarta: Elex Media Komputindo. Siregar. 2008. Konsep Penerapan Asi Eksklusif. Jakarta: EGC.

Sudarma. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Sudrajat. 2009. Sistem Informasi (Konsep Dasar, Analisis, Desain dan Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Wahyuningrum. 2007. Hubungan Karakteristik dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Semarang: UNNES. Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Jakarta. Nuha Medika. Wong, W. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC. Yuliandarin. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru Kecamatan Bekasi Barat tahun 2009. Bekasi: Akademi Kebidanan Gema Nusantara.