BAB IV ANALIS IS. IV.1.1. Situasi Lingkungan dan Bangunan Eksisting. Gambar 7. Jalur angkutan umum sekitar tapak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 4 ANALISA DAN BAHASAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. Gambar 5. 1 Konsep Dasar. Sumber: dokumentasi pribadi, 2015

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

Bab IV. Konsep Perancangan

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

Transkripsi:

BAB IV ANALIS IS IV.1. Analisis Aspek Lingkungan IV.1.1. Situasi Lingkungan dan Bangunan Eksisting Gambar 7. Jalur angkutan umum sekitar tapak Foto 10. Rental Film Foto 11. Toko aksesoris Foto 12. Rumah Warga Foto 13. Tampak Tapak Foto 14. Lahan Kosong Foto 15. TK Tarsisius Foto 16. Bengkel Foto 17. Kios BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 44

Berdasarkan keberadaan bangunan sekitar dan akses jalur kendaraan umum, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Pertama, pemberian akses entrance dekat dengan sekolah TK di sebelah barat tapak mengingat ada guru TK yang berpotensi tinggal di rumah susun. Kedua, keberadaan lahan kosong di sebelah tenggara tapak memungkinkan arus angin datang dari tempat itu, maka perlu diberikan area hijau pada pojok tapak untuk meneruskan arus angin yang datang. Ketiga, adanya jalur kendaraan umum di kedua sisi tapak membuat penghuni membutuhkan akses entrance di kedua sisi tapak tersebut. Beberapa bangunan lainnya di sekitar tapak tidak memerlukan pertimbangan khusus sehingga tidak menghasilkan solusi lain. IV.1.2. Analisis Kebisingan Gambar 8. Analisis kebisingan dan solusinya Kebisingan utama bersumber pada kemacetan yang sering terjadi di pertigaan dekat tapak. Kecenderungan angkutan umum yang kerap berhenti untuk menunggu calon penumpangnya merupakan salah satu faktor pemicu BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 45

terjadinya kemacetan. Selain itu, ada pula kebisingan minoritas yang berasal dari sekolah maupun bengkel. Sebagai solusi untuk mengurangi kebisingan yang akan terdengar dari dalam tapak, maka di tempatkanlah sejumlah pohon di sudut tapak yang berbatasan langsung dengan sumber kebisingan. Selain itu, penempatan area (zoning) unit hunian juga akan sedikit dijauhkan dari sumber bising untuk mengurangi dampak ketidaknyamanan penghuni. IV.1.3. Analisis Pencapaian ke Tapak Tabel 7. Alternatif entrance Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan : Main Entrance terletak di jalan Rawa Belong yang cukup lebar dan jauh dari pertigaan yang sering menimbulkan kemacetan. Side Entrance terletak di jalan Kebon Jeruk Raya yang dilalui 2 kendaraan umum (metromini 91 dan mikrolet 11). Service Entrance terletak di belakang tapak sehingga tidak mengganggu akses Main Entrance terletak di jalan Kebon Jeruk Raya yang dilalui 2 kendaraan umum (metromini 91 dan mikrolet 11). Side Entrance terletak di jalan Rawa Belong yang cukup lebar dan jauh dari pertigaan yang sering menimbulkan kemacetan. Service Entrance terletak di belakang tapak sehingga tidak mengganggu akses BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 46

penghuni yang ingin masuk melalui Main Entrance atau Side Entrance. Kekurangan : Main Entrance tidak dilalui 2 kendaraan umum (metromini 91 dan mikrolet 11) dan berada di jalan yang intensitas kendaraannya lebih banyak. Side Entrance belum cukup jauh dari pertigaan yang sering menimbulkan kemacetan sehingga beresiko menghambat penghuni yang akan masuk. Service Entrance berada di jalan yang tidak cukup lebar sehingga beresiko menghambat akses mobil barang / truk yang akan masuk. penghuni yang ingin masuk melalui Main Entrance atau Side Entrance. Main Entrance berada di jalan yang tidak cukup lebar dibandingkan jalan Rawa Belong sehingga beresiko menghambat akses kendaraan masuk karena kemacetan. Side Entrance tidak dilalui 2 kendaraan umum (metromini 91 dan mikrolet 11), Side Entrance berada di jalan yang intensitas kendaraannya lebih banyak. Service Entrance berada di jalan yang tidak cukup lebar sehingga beresiko menghambat akses mobil barang / truk yang akan masuk. Berdasarkan analisis entrance tersebut dan dikaitkan dengan kebutuhan penghuni rumah susun, maka alternatif yang dipilih adalah alternatif 1. Hal ini mengingat mayoritas guru menggunakan sarana transportasi umum jadi untuk Main Entrance dan Side Entrance tidak menjadi masalah. Yang menjadi pertimbangan adalah minoritas guru yang menggunakan kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, dan juga pengunjung yang mengendarai mobil. Akan lebih baik menempatkan Main Entrance sejauh mungkin dari pertigaan sehingga mereka tidak mengalami kesulitan untuk keluar masuk lokasi akibat kemacetan. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 47

IV.1.4. Analisis Orientasi Matahari dan Arah Angin Tabel 8. Alternatif orientasi bangunan Alternatif 1 Alternatif 2 Kelebihan : Unit hunian di sisi timur mendapat sinar matahari pagi yang menyehatkan. Arah angin dan posisi bangunan sangat mendukung terjadinya cross-ventilation. Tidak ada unit hunian yang mendapat sinar matahari sore yang tidak menyenangkan dan menyehatkan. Suhu bangunan relatif tidak terlalu tinggi. Kekurangan : Unit hunian di sisi timur mendapat sinar matahari sore yang tidak menyenangkan dan menyehatkan. Suhu bangunan relatif tinggi. Tidak ada unit hunian yang mendapat sinar matahari pagi yang menyehatkan. Arah angin dan posisi bangunan kurang mendukung terjadinya cross-ventilation. Berdasarkan analisis orientasi matahari dan angin, alternatif orientasi bangunan yang dipilih adalah alternatif 2. Pertimbangannya adalah bangunan rumah susun ini harus mengutamakan kenyamanan penghuni, khususnya dari faktor termal. Dengan orientasi bangunan utara-selatan, maka tidak ada unit hunian yang terkena sinar matahari sore yang tidak BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 48

menyenangkan. Selain itu, suhu bangunan pun juga akan lebih rendah bila dibandingkan dengan orientasi timur-barat. Hal ini dikarenakan luas bidang bangunan yang terkena sinar matahari sepanjang hari lebih kecil. Mengingat kota Jakarta berada di sebelah selatan garis khatulistiwa, maka akan ada perbedaan intensitas matahari pada sisi utara dan selatan bangunan. Sisi utara akan lebih banyak terkena sinar matahari. Oleh karena itu diperlukan adanya canopy atau sun-shading untuk mengurangi radiasi matahari tersebut. Untuk arah angin yang kurang menunjang terjadinya cross-ventilation, hal ini dapat diatasi dengan pemberian sejumlah pohon pada pinggir bangunan sehingga angin dapat dibelokkan. IV.1.5. Analisis Topografi, Jaringan Pembuangan dan Utilitas Topografi tapak cenderung rata atau tidak berkontur. Jaringan pembuangan dan utilitas diarahkan ke barat, yaitu menuju Kali Sekretaris Waduk Tomang. Gambar 9. Jaringan pembuangan dan utilitas BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 49

IV.1.6. Zoning Tapak Zoning dalam tapak berhubungan dengan penempatan area private, area umum, dan area servis sehingga tercipta keteraturan dan kenyamanan bagi penghuni dan pengunjung. Area-area tersebut berupa pengelompokkan bangunan hunian, bangunan penunjang, bangunan servis, dan penyediaan fasilitas-fasilitas. Zoning tapak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya posisi entrance, kebisingan, view sekitar tapak, dan lain-lain. Berdasarkan analisis entrance dan kebisingan pada pembahasan sebelumnya, maka dihasilkan suatu zoning tapak yang mengutamakan kenyamanan dan aksesibilitas penghuni. Gambar 10. Zoning tapak Penempatan area servis sangat penting di belakang tapak agar keberadaannya tidak mengganggu kenyamanan penghuni dan pengunjung bangunan. Area semi public merupakan area dimana calon para penghuni, staf pengelola, ataupun pengunjung tertentu dapat berada. Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan adalah Main Entrance yang terletak pada Jalan Rawa BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 50

Belong. Para pengunjung dengan keperluan khusus ataupun para calon penghuni yang ingin menuju kantor pengelola (terletak dalam area semi public) dapat dengan mudah mengakses beberapa bangunan dan fasilitas yang terletak dalam area semi public ini. IV.2. Analisis Aspek Manusia IV.2.1. Analisis Pelaku Kegiatan Pelaku kegiatan dari sebuah rumah susun adalah penghuni/pemilik unit, staf pengelola, pelaku bisnis, dan pengunjung/tamu. Penghuni rumah susun adalah orang yang secara sah telah memiliki atau menyewa unit rumah susun dan memperoleh hak penuh untuk menggunakan fasilitas-fasilitas yang disediakan. Staf pengelola adalah orang yang bertugas mengurus administrasi kepemilikan atau sistem penyewaan unit hunian rumah susun. Pelaku bisnis adalah orang yang mempunyai kepentingan menjalankan usahanya seperti retail shop, mini market, kios, dan lain-lain. Sedangkan pengunjung/tamu dapat dibedakan atas tamu umum dan tamu khusus. Tamu umum adalah pengunjung yang datang ke kompleks rumah susun untuk menggunakan fasilitas umum ataupun untuk berjual beli di toko/kios yang disediakan di rumah susun. Sedangkan tamu khusus adalah pengunjung yang mempunyai kepentingan dengan penghuni untuk datang ke dalam unit penghuni ataupun pengunjung yang berkepentingan dengan staf pengelola rumah susun. Kegiatan tamu umum rumah susun : BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 51

Area retail/toko/kios Fasilitas umum Security Parkir Parkir Main/Side Entrance Kegiatan tamu khusus penghuni rumah susun : Unit hunian yang dikunjungi Security Parkir Kegiatan lain Main/Side Entrance Kegiatan tamu khusus staf pengelola rumah susun : Ruang pengelola Security Parkir Kegiatan lain Main/Side Entrance BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 52

IV.2.2. Analisis Penghuni (Guru) Tabel 9. Survey sekolah untuk mengetahui jumlah guru yang berdomisili jauh Rumah susun akan diperuntukkan kepada guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah dalam radius 1 kilometer dari lokasi rumah susun. Sekolah tersebut dimulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Guru-guru tersebut ada yang swasta dan ada pula yang negeri (PNS). Guru negeri akan mendapatkan subsidi dari pemerintah berupa pengurangan tarif sewa per bulan sebesar 38% (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 1 pasal 117 tahun 2006 BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 53

tentang Retribusi Daerah). Dalam radius 1 kilometer, dapat dijumpai setidaknya 35 sekolah yang 19 diantaranya adalah sekolah negeri. Setelah melalui perhitungan, didapat perkiraan jumlah guru yang akan menghuni rumah susun, yaitu sekitar 168 guru yang terdiri dari guru negeri dan swasta. IV.2.3. Analisis Kegiatan Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan penghuni rumah susun : Memanfaatkan fasilitas umum Berkegiatan, makan, mandi, belajar, tidur, memasak, dan lain-lain Unit hunian Area retail/kios/toko Parkir Security / mailbox / mencari informasi Main/Side Entrance Jenis penghuni yang menjadi sasaran unit rumah susun : Single Menikah, belum memiliki anak Menikah, sudah memiliki anak BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 54

Tabel 10. Kegiatan sehari-hari penghuni BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 55

Tabel 11. Kebutuhan ruang tiap kegiatan Tabel 12. Kebutuhan ruang berdasarkan tipe penghuni Perhitungan luas unit tiap tipe Rusun Sederhana Hunian Tipe Kecil adalah rusun yang mewadahi fungsi dan aktivitas keluarga yang dilaksanakan secara sederhana, guna memenuhi kebutuhan dasar yang paling pokok, mempunyai luas SATUAN RUSUNA sekurang-kurangnya 18 m² sampai dengan 36 m², terdiri dari 1(satu) atau lebih ruang tidur dan ruang penunjang sekurang-kurangnya BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 56

kamar mandi, kakus dan dapur yang dapat berada di dalam atau di luar satuan rusuna, diperuntukan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah. (Perencanaan dan pengelolaan rumah susun Puslitbang Permukiman. 1995. Penelitian dan Pengembangan Dasar Perencanaan Desain Rumah Susun Serta Lingkungannya. Bandung: Puslitbang Permukiman- Balitbang PU- Dep. Pekerjaan Umum) Tipe studio (21 m 2 ) Diperuntukan bagi guru single atau sudah menikah (belum memiliki anak) Tabel 13. Kebutuhan ruang unit tipe studio Tipe 2 bedrooms (36 m 2 ) Diperuntukan bagi yang sudah menikah dan memiliki anak. Tabel 14. Kebutuhan ruang unit tipe 2 kamar tidur BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 57

Kegiatan staf pengelola rumah susun : Melakukan kegiatan manajemen dan administrasi rumah susun Istirahat, makan, buang air Kantor pengelola Parkir Main/Side Entrance Tabel 15. Kebutuhan ruang staf pengelola BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 58

Tabel 16. Kebutuhan ruang servis Tabel 17. Kebutuhan ruang unit pelayanan BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 59

IV.3. Analisis Aspek Bangunan IV.3.1. Analisis Perhitungan Luas Bangunan Data tapak berdasarkan data Kecamatan Kebon Jeruk : Luas Tapak : 8.000 m 2 Batas Ketinggian Bangunan : 6 Lantai KDB : 80 % KLB : 3.5 GSB : 6 m & 10 m Luas tapak maksimal yang diperuntukkan bagi bangunan adalah 80% dikali 8.000 m 2, yaitu 6.400 m 2. Sedangkan luas bangunan maksimal adalah 3,5 dikali 8.000 m 2, yaitu 28.000 m 2. Tabel 18. Perhitungan rata-rata jumlah tipe unit Dari tabel di atas dapat diperoleh data rata-rata jumlah unit tipe studio 22% sedangkan tipe 2 kamar tidur 40%. Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung persentase jumlah unit tipe studio terhadap jumlah unit 22 keseluruhan, yaitu x 100% = 35,48 % (dibulatkan menjadi 35%) 62 sedangkan jumlah unit tipe 2 kamar tidur 65% dari jumlah keseluruhan unit. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 60

Data yang diperoleh dari kecamatan menunjukkan luas lantai dasar bangunan maksimum yang diperbolehkan adalah 80% x 8.000 m 2 = 6.400 m 2. Tetapi dengan jumlah seperti itu, lahan hijau akan semakin sedikit dan akan mempengaruhi kualitas lingkungan dan kenyamanan penghuni. Oleh karena itu, akan diasumsikan penggunaan lahan 20% untuk lantai dasar bangunan. Untuk bangunan penunjang dan fasilitas umum diasumsikan 20% dari luas lahan. Untuk parkir juga diasumsikan 20% dari luas lahan. Lantai dasar bangunan 20% x 8000 m 2 = 1600 m 2 Fasilitas penunjang 20% x 8000 m 2 = 1600 m 2 Parkir 20% x 8000 m 2 = 1600 m 2 Area hijau 40% x 8000 m 2 = 3200 m 2 Lantai dasar bangunan diperuntukkan bagi area komersil (retail dan kios) sedangkan lantai 2, 3, 4, 5, dan 6 diperuntukkan bagi hunian. Luas bruto unit hunian (5 lantai) = 5 x 1600 m 2 = 8000 m 2 Sirkulasi 25% x 8000 m 2 = 2000 m 2 Luas neto unit hunian (4 lantai) = 6000 m 2 Banyaknya unit yang direncanakan (analisa guru) = 170 unit Banyaknya unit tipe studio = 35% x 170 = 59,5 unit = 60 unit Banyaknya unit tipe 2 KT = 65% x 170 = 110,5 unit = 110 unit Luas unit tipe studio = 60 unit x 21 m 2 = 1260 m 2 Luas unit tipe 2 KT = 110 unit x 36 m 2 = 3960 m 2 Total luas = 5220 m 2 < 6000 m 2 (OK!) BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 61

Program Ruang Tabel 19. Program Ruang Keterangan : NAD = Neufert Architect Data, AS = asumsi, TS = Time Saver Standart BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 62

Analisis Kebutuhan Luas Parkir Kendaraan Kebutuhan luas 1 mobil + sirkulasi = 25 m 2 Kebutuhan luas 1 motor + sirkulasi = 3 m 2 Kebutuhan luas 1 mobil servis + sirkulasi = 35 m 2 Kendaraan penghuni (jumlah unit rumah susun 170 unit) - mobil : unit = 1 : 15 Jumlah mobil = 170/15 = 11,3 ~ 11 mobil Kebutuhan luas parkir mobil = 11 x 25 = 275 m 2 - motor : unit = 1 : 2 Jumlah motor = 170/2 = 85 motor Kebutuhan luas parkir motor = 85 x 3 = 255 m 2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan penghuni + sirkulasi = 530 m 2 Kendaraan staf dan pengunjung (jumlah unit retail 14 unit) - mobil : unit = 2 : 1 Jumlah mobil = 14 x 2 = 28 mobil Kebutuhan luas parkir mobil = 28 x 25 = 700 m 2 - motor : unit = 2 : 1 Jumlah motor = 14 x 2 = 28 motor Kebutuhan luas parkir motor = 28 x 3 = 84 m 2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan staf dan pengunjung + sirkulasi = 784 m 2 BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 63

Kendaraan servis - 4 mobil box dan 2 truk = (4 x 35) + (2 x 35) = 210 m 2 Total kebutuhan luas parkir kendaraan servis + sirkulasi = 210 m 2 Total luas kebutuhan parkir = 1524 m 2 IV.3.2. Hubungan Ruang Hubungan ruang secara umum Unit Hunian Kantor Pengelola Hall/Lobby Fasilitas Penunjang Service Parkir/Plaza Retail Area Main/Side Entrance Service Entrance Berikut adalah skema hubungan antar ruang : Skema hubungan pelayanan hunian Hall/ Lobby Foyer/ Security Tangga/ Lift Unit Hunian Skema hubungan fasilitas penunjang Main Entrance (umum) Parkir Unit Hunian Hall/ Lobby Fasilitas Penunjang (Lapangan basket, kios, perpustakaan, tempat makan, mushola, taman, dll) BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 64

IV.3.3. Zoning Bangunan Tabel 21. Alternatif zoning vertikal Dikaitkan dengan fungsi bangunan dan sifatnya, maka zoning vertikal bangunan yang dipilih adalah alternatif zoning vertikal 2. Hal ini dikarenakan zona publik (retail) pada bangunan rumah susun tidak harus dimaksimalkan jumlah dan ragamnya, tetapi lebih kepada penunjang kebutuhan penghuni sehari-hari. Selain itu, area servis (transportasi vertikal dan jalur pembuangan sampah) yang terletak pada ujung dan tengah bangunan akan lebih efisien penggunaannya. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 65

IV.3.4. Pola Sirkulasi Bangunan Sistem sirkulasi dalam bangunan dapat dibedakan menjadi sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertikal. Sistem sirkulasi horizontal Tabel 22. Jenis sirkulasi horizontal Jenis Sirkulasi Kelebihan Kekurangan Linier Menerus Bertekuk sesuai dengan bangunan rumah susun dalam hal efisiensi ruang cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur cenderung statis tidak efisien pada koridor rumah susun Berpotongan Bercabang Berbelok cocok untuk bangunan dengan banyak klasifikasi ruang sesuai dengan bangunan rumah susun dengan banyak unit hunian dan fasilitas cocok untuk bangunan yang mengutamakan perjalanan arsitektur tidak cocok dengan bentuk rumah susun yang memanjang perlunya penunjuk arah yang jelas tidak efisien pada koridor rumah susun BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 66

Melingkar cocok untuk bangunan pameran atau museum tidak efisien untuk koridor rumah susun Radial memusatkan kegiatan / orientasi mudah untuk mencapai ke titik tertentu tidak cocok untuk sirkulasi rumah susun karena boros area untuk mengakses ruangan Tabel 23. Jenis koridor Jenis Koridor Kelebihan Kekurangan Single Loaded Double Loaded ventilasi silang pada hunian rusun dapat tercapai koridor rusun dapat menjadi elemen estetika ekonomis bagi rusun dalam jumlah unit bangunan rusun menjadi tidak panjang dan tipis bangunan rumah susun menjadi terlalu panjang dan tipis ventilasi silang pada unit hunian sulit tercapai Berdasarkan analisis di atas, maka pola sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan rumah susun adalah pola sirkulasi linear menerus dan linear bercabang untuk memudahkan pencapaian ke unitunit hunian dan ruang-ruang penunjang. Jenis koridor yang digunakan adalah single loaded menghadap dalam bangunan. Maksudnya, ada 2 koridor di dalam bangunan dimana diantara kedua koridor itu terdapat BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 67

void sehingga deretan unit pada satu sisi bangunan hanya dilayani oleh satu koridor. Hal ini dimaksudkan agar koridor tetap mendapat cahaya dan udara alami melalui void. Sistem sirkulasi vertikal Sistem sirkulasi vertikal pada bangunan meliputi tangga, lift, eskalator, dan ramp. Tabel 24. Jenis sirkulasi vertikal Jenis sirkulasi Kelebihan Kekurangan Tangga Eskalator Lift Ramp tidak menggunakan listrik fleksibel dan murah, sesuai dengan bangunan rusun dapat dipakai setiap saat berguna di saat kebakaran fleksibel diletakkan di mana saja perjalanan arsitektur lebih baik efisien daya angkut yang besar tidak melelahkan cocok untuk rusun saat mengangkut perabotan besar ke lantai atas bernilai estetika efisien bagi trolley melelahkan bagi pengguna butuh listrik dan space besar, tidak efisien bagi rusun butuh listrik dan waktu tunggu butuh space besar, tidak efisien bagi rusun Bangunan rumah susun yang akan dirancang terdiri dari 6 lantai. Oleh sebab itu, jenis sirkulasi yang sesuai adalah tangga dan lift. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 68

IV.3.5. Analisis Bentuk Dasar Bangunan Tabel 25. Bentuk Dasar Bangunan Bentuk Dasar Kelebihan Kekurangan Segiempat Bentuk statis dan sesuai dengan karakteristik rumah susun. Layout ruang dalam (interior) baik dan mudah. Ruang unit hunian memiliki efisiensi yang tinggi. Orientasi ruang di dalam bangunan rumah susun cenderung statis. Segitiga Bentuk stabil dan tahan gempa. Layout interior rumah susun menjadi kurang efisien Fleksibelitas ruang hunian kurang. Lingkaran Bentuk rumah susun halus dan tidak kaku. Relatif indah secara estetika. Fleksibelitas ruang unit huuian rendah. Sulit digabungkan dengan bentuk lain. Layout interior sulit. Dari ketiga alternatif di atas, yang akan diterapkan dalam perancangan rumah susun adalah bentuk segi empat karena banyak memiliki kelebihan terutama dalam efisiensi ruang, sesuai dengan fungsi bangunan yang merupakan sebuah hunian bagi guru dimana penempatan perabotan harus diperhatikan agar ruang lebih fleksibel. Dari bentuk segi empat ini kemudian BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 69

akan dikembangkan dan dapat digabungkan dengan bentuk-bentuk yang lain, sehingga tercipta suatu bentuk kesatuan massa hunian. IV.3.6. Analisis Struktur Bangunan Sistem struktur bangunan yang digunakan sangat mempengaruhi kualitas dan kekuatan bangunan itu sendiri. Hal ini juga dapat mempengaruhi umur bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti gempa bumi, angin ribut, faktor biologis (hewan perusak), dan lainlain. Struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : Sub Structure (struktur bawah) Merupakan bagian struktur yang berfungsi menyalurkan beban-beban yang bekerja dari atas ke bawah. Tabel 26. Alternatif pondasi Jenis Pondasi Kelebihan Kekurangan Tiang Pancang waktu pelaksanaan cepat cocok untuk menahan beban vertikal memerlukan banyak sambungan dan ketelitian yang tinggi, kurang ekonomis bagi rumah susun menimbulkan bising dan getaran Bored Pile pemasangan tidak berdampak buruk bagi lingkungan, cocok dengan konsep rusun memiliki kekuatan yang cukup untuk bangunan bertingkat tinggi cocok untuk segala jenis tanah waktu pelaksanaan lebih lama jika kadar air tinggi pengecoran akan beresiko BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 70

Pondasi Rakit tahan gempa ruang pada pondasi dapat difungsikan sebagai basement/efisiensi lahan kedalaman sebesar volume yang dipindahkan boros dalam pemakaian bahan, kurang efisien bagi rumah susun pelaksanaan sulit Upper Structure (struktur atas) Merupakan struktur utama dari bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari atas berupa beban hidup dan beban mati ke pondasi baik secara vertikal maupun horizontal. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan sistem struktur ini adalah penyaluran beban vertikal dan horizontal yang diperlukan dan menghasilkan hubungan yang kaku, adanya pembuatan bukaan pada sisi dinding terluar bangunan, perletakkan ruang-ruang di dalam bangunan serta besaran ruang tersebut untuk menentukan modul struktur dari bangunan tersebut. Tabel 27. Alternatif struktur atas Jenis Struktur Kelebihan Kekurangan Portal kekakuan cukup dimensi relatif besar (kolom dan balok) fleksibel dalam untuk bentang lebar Struktur rangka penataan interior trafe kolom relatif kaku unit rumah susun kecil struktur sederhana dan ringan BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 71

Dinding pemikul Struktur gemuk (balok, rangka, grid, dan slab) kekakuan tinggi material beton pada bidang datar dapat mereduksi suara penampilan masif pemakaian bahan sedikit dan berupa prefab waktu pengerjaan cepat dapat digunakan untuk bentang lebar waktu pelaksanaan lama boros air bahan baja kuat tarik relatif kurang ekonomis bagi rumah susun pertimbangan korosi dari bahan baja boros air Kesimpulan dari analisa struktur pada tabel di atas adalah penggunaan jenis pondasi bored pile pada bangunan rumah susun karena kemampuannya untuk menahan beban besar dan juga dampaknya yang relatif kecil terhadap lingkungan sekitar, yaitu getaran kecil yang ditimbulkan dan tidak seperti jenis pondasi tiang pancang. Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur portal lebih cocok dengan bangunan rumah susun ini karena lebih fleksibel dengan penataan ruang dalam setiap unit. Bahan struktur yang digunakan adalah konstruksi beton bertulang dengan pertimbangan bahan ini lebih kuat, tidak akan berkarat, dan lebih fleksibel terhadap bentuk rancangan. Untuk bagian atap, akan digunakan bentuk atap miring dengan pertimbangan sesuai dengan kondisi iklim tropis dimana curah hujan relatif tinggi dan sebagai peredam panas matahari karena memiliki ruang antara unit hunian yang langsung berbatasan dengan atap. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 72

IV.3.7. Analisis Modul Bangunan Modul Struktur Modul struktur adalah modul yang digunakan berdasarkan ukuran struktur (sesuai kelipatan). Ukuran dan luas ruangan mengikuti modul struktur yang ada. Kelebihan : cocok untuk bangunan yang mementingkan bentuk dan kekokohan. Kekurangan : ruang-ruang menjadi tidak efisien karena mengikuti ukuran standar struktur. Modul Perencanaan Modul perencanaan adalah modul yang digunakan dalam bangunan berdasarkan luas ruang yang dibutuhkan. Rancangan mengikuti ukuran-ukuran ruangan. Kelebihan : ruang-ruang dapat tercipta sesuai dengan kebutuhan. Kekurangan : boros bahan struktur jika ruangan tidak sesuai dengan kelipatan ukuran struktur. Modul yang akan digunakan dalam bangunan rumah susun ini adalah modul struktur dan modul perencanaan. Ukuran unit pada rumah susun disesuaikan dengan modul struktur rangka sehingga kebutuhan luas ruang terpenuhi dan bahan struktur yang digunakan dapat dihemat. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 73

IV.3.8. Analisis Material Bangunan Lantai Tabel 28. Alternatif material bangunan Keuntungan Kerugian Keramik ekonomis bagi rusun mudah pecah banyak pilihan mudah didapat Marmer kedap suara elegan kuat mahal, tidak ekonomis bagi rusun perawatan sulit Granit Bata Batako Bata ringan tahan cuaca elegan kuat mahal, tidak ekonomis bagi rusun sulit didapat Dinding Keuntungan Kerugian murah kuat murah, ekonomis bagi rusun ringan ringan pemasangan cepat hemat semen pemasangan lama boros semen, tidak ekonomis kurang kuat kurang kuat mahal, kurang ekonomis bagi rusun Penutup Dinding Keuntungan Kerugian Cat banyak pilihan tidak tahan lama ekonomis bagi rusun mudah pudar Wallpaper Soft Board banyak pilihan pemasangan cepat bercorak / lebih menarik relatif murah pemasangan cepat dan mudah mahal, kurang ekonomis bagi rusun sulit diperbaiki perawatan sulit tidak tahan cuaca Penutup Plafond Keuntungan Kerugian Triplek ringan pemasangan mudah mudah didapat rawan rayap tidak tahan cuaca kurang menarik BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 74

Gypsum GRC Board kedap suara fleksible lebih menarik kedap suara murah tahan cuaca mahal, kurang ekonomis bagi rusun pemasangan lama berat kurang menarik Rangka Atap Keuntungan Kerugian Kayu kokoh mahal, kurang ekonomis bagi rusun rawan rayap pemasangan sulit Baja ringan ringan ekonomis bagi rusun pemasangan cepat anti rayap tahan api dan air terkesan rapuh Penutup Atap Keuntungan Kerugian Genteng keramik ekonomis bagi rusun mudah pecah mudah didapat Genteng aluminium ringan tahan lama banyak pilihan mahal, kurang ekonomis bagi rusun menyerap panas, tidak sesuai dengan konsep kenyamanan Asbes tahan lama pemasangan mudah berat berbahaya bagi kesehatan penghuni Material yang dipilih dan sesuai dengan perancangan bangunan rumah susun ini adalah lantai keramik, dinding batako, penutup dinding cat, rangka atap baja ringan, penutup atap genteng keramik. Setiap unit rumah susun ini tidak menggunakan penutup plafond karena untuk lebih menghemat biaya dan harga unit rumah susun ini. Jaringan utilitas akan terlihat di langit-langit setiap unit hunian. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 75

IV.3.9. Analisis Sistem Utilitas Bangunan a) Analisis Pencahayaan Sesuai dengan karakteristik iklim tropis dimana radiasi matahari cukup tinggi, maka pemanfaatan sinar matahari sebagai pencahayaan alami pada siang hari harus dioptimalkan. Caranya adalah dengan memberikan lebih banyak bukaan pada bangunan sebagai sumber masuknya cahaya matahari. Dengan sistem seperti itu diharapkan bangunan akan dapat menghemat energi dan pemakaian listrik. b) Analisis Penghawaan Sesuai dengan karakteristik iklim tropis dimana suhu udara rata-rata yang relatif tinggi, maka bangunan rumah susun ini akan mengaplikasikan sistem cross-ventilation. Sistem ini memungkinkan aliran udara segar dari luar ruangan memasuki ruangan pada suatu sisi dan keluar pada sisi yang lain sehingga ruangan tidak terasa panas. Caranya adalah dengan memberikan lebih banyak bukaan pada sisi ruangan yang berlawanan agar udara dapat mengalir menyeberangi ruangan. Dengan sistem seperti itu, udara di dalam ruangan akan tetap sejuk dan tidak jenuh (tidak lembab), sehingga pengunaan kipas angin ataupun AC dapat diminimalisasi dan bangunan menjadi hemat energi. c) Analisis Sistem Proteksi Kebakaran BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 76

Tabel 29. Perlakuan terhadap bahaya kebakaran Pencegahan Penyelamatan Pemadaman Penggunaan material tahan api pada tangga kebakaran, optimalisasi jumlah bukaan pada bangunan rusun agar asap kebakaran tidak terkumpul, memberi papan informasi yang berisi informasi evakuasi saat kebakaran Tangga kebakaran maksimal berjarak 25 m dari unit hunian rusun, lebar koridor rusun minimum 180 cm Penyediaan tabung pemadam kebakaran kimia yang diletakkan setiap 20 m pada koridor rusun, hydran yang diletakkan setiap 35 m, sprinkler otomatis yang diletakkan setiap 9 m dengan daya jangkau 25 m 2 /unit d) Analisis Jalur Sirkulasi Utilitas Bangunan Gambar 11. Alternatif jalur sirkulasi utilitas S, Jimmy Juwana. 2004. Panduan Sistem Bangunan Tinggi. Jakarta : Erlangga BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 77

Jalur sirkulasi utilitas yang akan digunakan pada bangunan rumah susun ini berada pada jalur sirkulasi horizontal, yaitu pada langit-langit koridor dan didukung dengan adanya sejumlah shaft sebagai jalur sirkulasi utilitas vertikal. e) Analisis Sistem Penangkal Petir Tabel 30. Alternatif sistem penangkal petir Sistem Pemasangan Keuntungan Kerugian Faraday cocok untuk bangunan tinggi, seperti rusun jarak jangkauan luas dari segi estetis kurang menunjang Radio Aktif Franklin Rod tiang tidak terlalu tinggi jarak jangkauan luas praktis bila dibandingkan dengan sistem Faraday biaya murah kurang ekonomis bagi rusun bersifat menolak petir sehingga dapat membahayakan lingkungan daya jangkauan terbatas antena akan semakin tinggi sesuai dengan bangunan Sistem penangkal petir yang akan digunakan pada bangunan rumah susun ini adalah sistem Faraday karena jarak jangkauannya luas dan cocok untuk bangunan tinggi seperti rumah susun. Pemilihan ini juga hasil dari pertimbangan ketinggian bangunan sekitar yang rata-rata 1 sampai 3 lantai. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 78

f) Analisis Sistem Pembuangan Limbah Limbah yang berasal dari unit hunian rumah susun dapat dibedakan menjadi limbah sampah dan limbah kotoran manusia. Limbah sampah Jalur sirkulasi pembuangan limbah sampah dapat berupa sistem pengangkutan door-to-door ataupun sistem shaft. Tabel 31. Alternatif sistem pembuangan sampah Sistem pengangkutan Sistem shaft door-to-door Keuntungan : tidak membutuhkan ruang shaft Kekurangan : pengangkutan pada jamjam tertentu saja diletakkan di depan pintu unit hunian sehingga kebersihan akan sulit dijaga, tidak cocok bagi rusun Keuntungan : sampah dapat dibuang sewaktu-waktu kebersihan terjaga cocok untuk bangunan tinggi seperti rusun Kekurangan : membutuhkan ruang secara vertikal dan menerus untuk shaft sampah Sistem pembuangan sampah yang akan diaplikasikan pada bangunan rumah susun ini adalah sistem shaft. Hal ini dikarenakan bangunan memiliki lantai yang cukup banyak sehingga akan memboroskan waktu dan tenaga bila diaplikasikan sistem pengangkutan door-to-door. Shaft sampah akan diletakkan di tepi bangunan agar tidak terlalu mengganggu kenyamanan penghuni bangunan. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 79

Limbah kotoran manusia Limbah kotoran manusia dapat berupa cair dan padat. Kotoran cair akan dialirkan langsung ke saluran riol kota. Kotoran padat akan dialirkan ke digester (tempat berlangsungnya proses fermentasi oleh bakteri anaerob). Gambar 12. Jalur pembuangan kotoran padat Foto 18. Pembuatan digester Sumber : http://www.lboro.ac.uk/well; 29-9-2008;15:10 Kotoran akan difermentasi oleh bakteri anaerob selama 11-15 hari yang kemudian menghasilkan gas metana (CH 4 ). Gas ini dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar memasak ataupun untuk penerangan. Sumber : www.ruralcostarica.com; 27-9-2008;22:36 BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 80

Foto 19. Kompor biogas Foto 20. Lampu biogas Sumber : www.ruralcostarica.com; 27-9-2008;22:40 Sumber : www.paceproject.net; 26-9-2008;12:36 Tabel 32. Perhitungan kebutuhan ukuran digester Dari analisa kebutuhan digester tersebut maka dapat disimpulkan ukuran digester yang akan dirancang untuk proyek ini sebesar ± 8,6 m 3. Kebutuhan digester tersebut akan dibagi menjadi 2 lokasi pada tapak untuk memudahkan pengawasan dan perawatan. BINUS University Jakarta Rusun Guru di Jakarta Barat 81