II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci Kelinci dan Kerabatnya

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN KELINCI JAJI S FARM DI DESA CIHERANG KABUPATEN CIANJUR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

PELUANG BISNIS BUDIDAYA KELINCI ANDRI RACHMAN S1-TI_2B STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Jl. Ring Road Utara Condong Catur, Depok Sleman, Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Beberapa Jenis Ternak. Protein (%) Kelinci Ayam , Babi ,5 54,5

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah

Program : Karya Alternatif Mahasiswa. Tahun : Cara Pemberian Pakan a. Pakan untuk induk diberikan 3 kali, yaitu:

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

MATERI. Lokasi dan Waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

Budidaya Ternak Kambing Dan Domba

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BUDIDAYA TERNAK KELINCI

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

BAB II PENGENALAN KELINCI. tumbuhan hijau), yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. daratan Eropa. Pada perkembangannya, tahun 1912, Kelinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB VII KANDANG DAN PERKANDANGAN

PEDOMAN BUDI DAYA KELINCI YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. KERANGKA PEMIKIRAN

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci 2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan masih berhabitat di hutan-hutan sekitar wilayah Jawa Barat. Warna bulunya coklat perunggu kehitaman dengan ekor berwarna jingga dan ujung ekor hitam. Berat Kelinci jawa dewasa bisa mencapai 4 kilogram. Sedangkan Kelinci Sumatera, merupakan satusatunya ras kelinci yang asli Indonesia. Habitatnya adalah hutan di pegunungan Pulau Sumatera yang memiliki ciri panjang badan mencapai 40 cm dengan warna bulu kelabu cokelat kekuningan. Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan berubah menjadi kelabu. Menurut rasnya, kelinci terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya Angora, Lyon, American Chinchilla, Dutch, English Spot, Himalayan dan lain-lain. Khusus Lyon sebenarnya adalah hasil dari persilangan luar antara Angora dengan ras lainnya. Namun di kalangan peternak kelinci hias, hasil persilangan itu disebut sebagai Lyon atau Angora jadi-jadian 2.1.2. Jenis kelinci Jenis kelinci dapat dikelompokan berdasarkan tujuan pemeliharaan yaitu kelinci pedaging (potong) dan kelinci hias. Ada beberapa jenis kelinci yang di budidayakan di Indonesia diantaranya adalah: New Zealand White dengan keunggulan memiliki pertumbuhan cepat dan dapat dijadikan kelinci potong dengan berat dewasa 4-5 kilogram. Flemish Giant (Vlaamsce Reus) merupakan kelinci yang memiliki ukuran paling besar dan sangat cocok untuk kelinci pedaging dengan bobot dewasa adalah 6,3 kilogram. Angora sangat cocok untuk kelinci hias karena memiliki bulu yang indah dengan bobot badan sekitar 2 3 kilogram. Lyon memiliki ciri-ciri mirip singa dengan bobot badan badannya mencapai 4-5 kilogram. Dutch memiliki ciri khas yaitu ada lingkaran putih di leher, seperti memakai kalung. Berat badan dewasa 1 2 kilogram. Rex Kelinci jenis rex berpotensi untuk diambil daging dan bulunya (fur). Warnanya pun bervariasi, antara lain biru (blue rex), hitam (black rex), bertotol (dalmatian rex).

Kelinci putih (white rex) paling digemari. Bulunya lembut seperti beludru dan tebal. Lop Holland mempunyai ciri telinga panjang dan jatuh, hidung pesek. Sedangkan French lop mempunyai telinga super panjang hingga menyentuh tanah, namun jenis ini cukup sulit hidup di Indonesia. 2.2. Potensi Kelinci Kelinci merupakan salah satu jawaban terhadap pemenuhan gizi yang berasal dari hewani selain jenis ternak penghasil daging lainnya. Konsumsi daging masyarakat Indonesia saat ini masih dibawah rata-rata standar konsumsi daging nasional, selain itu kelinci juga menjadi jawaban terhadap persoalan pemerintah mengenai pemenuhan permintaan daging didalam negeri, sehingga kelinci dapat dijadikan harapan kedepan bagi pemerintah Indonesia dalam penyedia daging. Dengan demikian impor daging Indonesia dapat ditekan sehingga akan memberikan efek positif dengan menambah devisa negara, serta mengurangi ancaman untuk peternakan Indonesia terhadap sumber penyakit yang berasal dari luar, seperti antrax. Daging kelinci memiliki keunggulan yaitu rendahnya kadar lemak dan kolesterol, serta kandungan lemak jenuh yang merupakan lemak esensial dalam daging kelinci memberi peluang untuk dapat dikonsumsi oleh penggemar daging tanpa takut akan penyakit yang berhubungan dengan lemak atau kolesterol tinggi. Selain itu, daging kelinci dapat dikonsumsi untuk asupan kalsium karena dapat menghasilkan daging dengan kadar kalsium tinggi, maka promosi budidaya kelinci perlu digalakkan kembali tidak saja di tingkat peternak kecil namun juga pada skala industri 3. Kelinci merupakan salah satu komoditas peternakan yang potensial sebagai penyedia daging, karena pertumbuhan dan reproduksinya yang cepat. Satu siklus reproduksi seekor kelinci dapat memberikan 4-10 ekor anak dan pada umur 8 minggu, bobot badannya dapat mencapai 2 kilogram atau lebih. Secara teoritis, seekor induk kelinci dengan berat 3-4 kilogram dapat menghasilkan 80 kilogram karkas per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984). 3 Kelinci untuk hari esok yang lebih baik http://kelinci.wordpress.com/category/ Potensi Daging Kelinci dan Problem Harga Pasar

Berdasarkan bobotnya, kelinci ternak pada umur dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu kecil (small and dwarf breeds), sedang atau sedang ( medium breeds), dan besar ( giant breed). Kelinci tipe kecil berbobot antara 0,9-2 kilogram, tipe sedang berbobot 2-4 kilogram, dan tipe berat berbobot 5-8 kilogram ( Sarwono, 2004). 2.3. Agribisnis Kelinci 2.3.1. Pakan Kelinci Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhan tubuh terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi ternak tergantung pada jenis ternak, umur, fase pertumbuhan dewasa, bunting, menyusui, kondisi tubuh (normal atau sakit), temperature, kelembaban udara serta bobot badannya. Sehingga tiap jenis ternak membutuhkan asupan pakan yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan ternak. a. Jenis Pakan - Hijauan Pakan Ternak Hijauan merupakan bahan pakan yang diberikan dalam bentuk segar sehingga memiliki kandungan air yang tinggi. Hijauan pakan ternak dapat diperoleh dari alam liar seperti rumput liar dan daun-daunan. - Konsentrat Konsentrat adalah bahan pakan yang memiliki konsentrasi gizi yang tinggi dengan kandungan serat kasar yang relative rendah dan mudah dicerna. Konsentrat biasanya diberikan dalam bentuk pelet ataupun dicampur dengan air. - Hay Hay adalah hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara dikeringkan di lapangan atau di tempat tertutup, dengan panas matahari atau buatan, mempunyai kandungan kering (BK) 80-85%, warna tetap hijau dan berbau enak. b. Air Minum Ketersediaan air minum untuk kelinci harus selalu terpenuhi karena air minum sangat penting untuk pertumbuhan ternak dan berguna dalam membantu mencerna pakan.

2.3.2. Sarana Kandang dan Perlengkapan 1) Lokasi Kandang Lokasi kandang untuk ternak kelinci sangat perlu diperhatikan karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup peternakan itu sendiri. Lokasi peternakan harus berada didaerah strategis dengan posisi kandang yang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut sehingga kandang tersebut menjadi nyaman untuk kelangsungan hidup ternak kelinci. Syarat-syarat lokasi kandang tersebut diantaranya adalah (1). Kandang harus dekat dengan sumber air sehingga ketersediaan air untuk minum dan kebersihan dapat dipenuhi dengan mudah, (2). Jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak mengganggu aktifitas masyarakat, (3). Jauh dari suara bising yang berasal dari mesin kendaraan ataupun mesin pabrik dan (4). Terlindung dari predator seperti tikus. Kandang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup ternak dari berbagai ancaman yang bisa membuat ternak tersebut tidak tumbuh dengan maksimal. Fungsi kandang sebagai tempat berkembang biak harus memiliki suhu udara ideal sekitar 21 o C, sistem sirkulasi udara yang cukup sehingga udara didalam kandang bersifat lancar dan dapat menampung cahaya matahari yang cukup serta melindungi ternak dari predator. 2) Pola Kandang Kandang luar merupakan sebuah bangunan yang dirancang agar sirkulasi udara dan cahaya matahari dapat masuk sehingga suhu dalam kandang membuat kelinci nyaman dan dapat berproduksi secara maksimal. Ada 2 jenis kandang kelinci yang digunakan yaitu kandang permanen dan semi permanen yang terdapat kandang lokal atau kandang batere (individu) di dalamnya. Kandang permanen dapat terbuat dari bata yang kokoh dan tahan lama yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan kandang yang baik dan membutuhkan dana yang relatif besar. Sedangkan untuk kandang semi permanen dapat terbuat dari bilik bambu dan membutuhkan dana yang tidak begitu besar.

Untuk kandang lokal atau batre (individu) dapat terbuat dari kawat dan kayu dengan ukuran 60x70 centimeter. Kandang tersebut dapat menampung seekor indukan dan anakan yang dilahirkan sampai penyapihan 4. 3) Sarana Kandang Dalam kandang kelinci membutuhkan sarana seperti tempat pakan dan minum serta perlengkapan lain. Untuk tempat pakan kelinci biasanya terbuat dari plastik atau semen yang dibentuk seperti wadah untuk dapat menampung pakan yang akan diberikan. Tempat pakan yang digunakan biasanya memiliki bobot yang berat sehingga tidak mudah untuk terguling oleh ternak tersebut. Tempat minum kelinci berupa botol yang berukuran kira-kira 1 liter yang diberi sentuhan inovasi pada ujung keluar airnya dengan bola-bola kecil dari besi untuk menahan air yang keluar sehingga air tersebut tidak terbuang pada saat diminum ternak. Cara kerja tempat minum ini akan keluar apabila lidah kelinci menekan bola-bola besi tersebut dan apabila ternak tersebut selesai minum maka bola tersebut akan kembali ke tempat semula dan tempat keluar air akan tertutup kembali. Perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam peternakan adalah bak plastik untuk mengaduk dedak padi yang di campur air panas dan bahan pakan lainnya. Perlengkapan lainnya seperti sapu lidi untuk membersihkan kandang dan tempat menampung urin (jerigen) dan karung untuk menampung kotoran kelinci. 4 Budidaya Kelinci http://epetani.deptan.go.id/budidaya/list/budidaya-kelinci-1646.html

4) Pemilihan Bibit Unggul Pemilihan bibit kelinci harus disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan kelinci ini dijalankan yaitu kelinci penghasil daging dan kelinci hias. Berikut ini beberapa Kriteria yang bisa dijadikan pedoman untuk memilih bibit kelinci : 1. Induk diketahui tetuanya atau dengan kata lain calon induk mempunyai catatan produksi (jumlah anak perkelahiran, daya tumbuh, dll) dan catatan reproduksi (servis per conception, fertilitas, keadaan alat reproduksi dll) 2. Induk mempunyai puting susu lebih dari 8 buah 3. Tingkah laku tidak nervous dan mempunyai cukup bulu untuk membuat sarang 4. Kondisi fisik yang normal seperti badan sehat, mata bersinar, bulu yang bersih dan tidak kusut serta telinga tegak 5. 2.3.3. Perkembangbiakan Kelinci Perkembangbiakan kelinci yang ideal adalah kelinci yang dikawinkan pada umur sekitar 6-8 bulan yang telah mengalami dewasa kelamin dan memiliki tanda-tanda birahi. Apabila kelinci terlambat di kawinkan ada kemungkinan kelinci akan mandul karena kegemukan atau obesitas, karena terlalu banyak lemak dalam tubuhnya. Dengan demikian sel telur pada betina menyempit dan saluran sperma pada jantan juga menyempit, sehingga akan mengganggu jalannya proses perkawinan atau reproduksi. Aspek reproduksi memegang peranan penting dalam rangka pertambahan jumlah populasi. Kelinci termasuk dalam satu jenis ternak prolific artinya mampu beranak banyak per kelahiran. Kelinci dapat melahirkan 4-5 kali dalam setahun karena masa bunting kelinci hanya 30-35 hari dengan jumlah anakan yang dilahirkan sebanyak 4-10 ekor anak. Umumnya lama kelinci bunting sekitar 31 hari. Tetapi ada kelinci yang masa buntingnya 32 atau 33 hari. Masa bunting ini ada hubungannya dengan lingkungan, makanan, dan jenis kelinci. Makin besar jenis kelinci maka makin lama usia mengandungnya. Ada juga kelinci yang masa buntingnya 28 atau 29 hari. 5 Budidaya Kelinci http://epetani.deptan.go.id/budidaya/list/budidaya-kelinci-1646.html

2.3.4. Penyakit Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu: 1). Kelemahan dalam menjaga sanitasi kandang, 2). Pemberian pakan kurang berkualitas, 3). Volume pakan kurang, 4). Air minum kotor atau kurang, 5). Kekurangan zat nutrisi (protein, vitamin, mineral), 6). Tertular kelinci lain yang menderitasakit, 7). Perubahan cuaca. Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kelinci dan dapat menyebabkan kematian diantaranya adalah: 1. Enteritis Kompleks Penyakit ini menyerang alat pencernaan, 2. Pasteurellosis Penyakit ini sering menyerang kelinci dewasa, baik jantan maupun betina. Penyakit ini menyerang alat pencernaan. Penyebabnya kuman Pasteurella multocida. 3. Sembelit penyakit ini menunjukkan gejala tak bisa berak. Kencing sedikit sekali. Kelakuan kelinci sangat gelisah. Penyebabnya, pemberian ransum kering kurang diimbangi dengan kebutuhan air minum yang cukup. 4. Pilek, gejalanya mudah hidung kelinci mengeluarkan lendir berwarna jernih atau keruh, selain itu juga sering bersin-bersin. 5. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes Scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis 6. Kanker Telinga, penyakit ini di tandai rasa gatal dan sakit pada telinga yang terserang. 2.3.5. Pengolahan dan Pemasaran Produksi Hasil Hasil dari produk dari yang utama dari peternakan kelinci adalah meghasilkan daging dan kelinci hias (Pets) atau anakan untuk para hobbies serta produk sampingan lain seperti kulit bulu (fur), kotoran dan urin. Berbagai produk olahan yang berasal dari daging kelinci sudah banyak di ciptakan dan sedang dikembangkan untuk dijadikan usaha yang memiliki potensi yang tinggi. Dari produk hasil peternakan kelinci tersebut kemudian diolah dengan sedikit inovasi sehingga menghasilkan produk yang bernilai ekonomi tinggi dengan menghasilkan produk akhir seperti sate, bakso, sosis, dendeng dan

sebagainya. Kini sudah banyak bermunculan rumah makan yang menyediakan produk olahan daging kelinci sehingga pemasaran untuk produk ini sangat mudah dan luas sekali, karena kebutuhan daging kelinci untuk saat ini masih belum terpenuhi kebutuhannya. Selain itu, produk sampingan dari kelinci juga memiliki potensi dan nilai ekonomis yang tinggi seperti kulit bulu (Fur) dapat diolah menjadi aksesoris hiasan dan kebutuhan fashion seperti jaket, dompet, tas, sepatu dan sebagainya. Urin kelinci dapat dijadikan sebagai cairan pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk tanaman. Penampungan urin dapat dilakukan dengan menyediakan alas triplek berlapiskan plastik atau seng yang ditempatkan di bawah lantai kandang sehingga berfungsi sebagai talang yang mengalirkan urin ke tempat penampungan. 2.4. Data Biologi - Masa hidup: 5-10 tahun - Masa produksi: 1-3 tahun - Masa bunting : 28-35 hari (rata-rata 29-31 hari) - Masa penyapihan : 6-8 minggu - Umur dewasa: 4-10 bulan - Umur dikawinkan: 6-12 bulan - Masa perkawinan setelah beranak (calving interval): 1 minggu setelah anak disapih - Ovulasi: Terjadi pada hari kawin (9-13 jam kemudian) - Jumlah kelahiran: 4-10 ekor (rata-rata 5-7) - Bobot dewasa: Sangat bervariasi, tergantung pada ras, jenis kelamin, dan faktor pemeliharaan.

Penelitian Terdahulu Sumiarti (2004) penelitian tentang kelayakan investasi usaha agribisnis kelinci (kasus di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor). Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi dan mempelajari gambaran umum tentang agribisnis kelinci di peternakan Agri Wiratani. Ada beberapa aspek yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, pasar dan pemasaran, aspek teknis serta aspek keuangan dengan analisis sensitivitas. Aspek hukum, ekonomi dan sosial menunjukan bahwa legalitas usaha ini kuat secara hukum. Dari sudut ekonomi dan sosial pun menunjukan bahwa usaha ini dapat memberikan nilai positif untuk masyarakat sekitar dengan terciptanya lapangan pekerjaan baru sehingga dapat berpartisipasi dalam mengurangi angka pengangguran dan memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat akan potensi usaha yang dilakukan sehingga masyarakat berinisiatif untuk melakukan usaha yang sama. Analisis aspek pasar dan pemasaran menunjukan bahwa adanya potensi pasar yang masih terbuka serta belum adanya pesaing lain yang setingkat dengan peternakannya sehingga pangsa pasarnya dapat diraih. Bauran pemasaran dan strategi pemasarannya sudah dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Analisis aspek teknis menunjukan bahwa kondisi lingkungan usaha, proses produksi serta sarana pendukungnya yang masih sederhana ini tetap memenuhi syarat secara teknis. Layout perkandangan yang dibuat telah disesuaikan dengan kebutuhan peternakan. Hasil analisis aspek keuangan menunjukan bahwa pola I masih layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Rekomendasi yang terbaik pada pola II, karena berada pada urutan kedua, sedangkan untuk pola IV tidak layak untuk dijalankan dan perlu dilakukan evaluasi terhadap pola IV. Hasil analisis uji sensitivitas dengan perubahan penurunan harga jual output 15 persen dan peningkatan harga input 20 persen pada setiap pola menunjukan pada pola I menjadi sangat peka. Satrio (2005) melakukan penelitian kelayakan finansial usaha ternak kelinci pada Ushagi Farm (kasus di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Tujuannya adalah menganalisis kelayakan finansial di peternakan kelinci, menganalisis jangka waktu pengembalian investasi usaha peternakan dan

menganalisis tingkat kepekaan usaha peternakan kelinci terhadap perubahanperubahan harga yang terjadi. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi, nilai NPV yang diperoleh yaitu Rp. 1.517.176 yang menunjukan bahwa nilai sekarang dari pendapatan selama umur proyek akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.517.176, nilai Net B/C 1,18 menunjukan bahwa pendapatan bersih yang diterima lebih besar 1,18 kali dari yang biaya yang dikeluarkan. Artinya, setiap penambahan Rp. 1 yang ditanamkan akan diperoleh hasil manfaat sebesar Rp. 1,18. Nilai IRR yang diperoleh adalah 24 persen menunjukan bahwa tingkat pengembalian dari usaha ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam penelitian. Masa pengembalian investasi dicapai dalam kurun waktu 4 tahun 2 bulan 13 hari. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena masa pengembalian pengembalian lebih kecil dari umur proyek. Berdasarkan analisis sensitivitas usaha diperoleh bahwa usaha ini tidak layak apabila terjadi penurunan output sebanyak 10 persen, penurunan jumlah produksi dan peningkatan harga input. Dilihat dari analisis switching value diperoleh bahwa usaha ini masih dianggap layak apabila terjadi penurunan volume produksi atau harga jual output sampai dengan 3 persen, sedangkan kenaikan harga input yang masih bisa ditolerir adalah sampai dengan 6,4 persen. Rofik (2005), meneliti tentang kelayakan finansial usaha peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis pada kelompok peternak I dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 10 ekor pada tingkat suku bunga pinjaman 14,85 persen memiliki nilai NPV sebesar Rp 74.420.770,-. NPV untuk kelompok peternak II dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 18 ekor sebesar Rp 152.071.340,-. NPV untuk kelompok peternak III dengan rata-rata kepemilikan sapi perah laktasi 27 ekor sebesar Rp 311.022.350,-. Nilai tersebut merupakan pendapatan bersih yang diterima peternak selama delapan tahun pengembangan. Nilai BCR untuk kelompok peternak I sebesar 1,35 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,35,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Untuk kelompok peternak II nilai BCR sebesar 1,43 artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,43,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Sedangkan

kelompok peternak III nilai BCR sebesar 1,52 yang artinya peternak akan mendapatkan tambahan penerimaan sebesar Rp 0,52,- dari setiap pengeluaran Rp 1,-. Semua nilai tersebut menunjukan perbandingan penerimaan yang diterima peternak lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Untuk nilai IRR pada kelompok peternak I sebesar 23,32 persen, pada kelompok peternak II sebesar 36,07 persen dan pada kelompok peternak III sebesar 29,88 persen, yang artinya investasi yang ditanamkan layak dan menguntungkan karena tingkat pengembalian internalnya lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (14,85 persen). Secara keseluruhan berdasarkan nilainilai pada kriteria investasi tersebut secara finansial usaha ternak sapi perah Pondok Ranggon layak untuk dikembangkan, yang paling menguntungkan adalah kelompok peternak III. Ermin (2007) melakukan penelitian tentang kelayakan investasi pengusahaan Lobster air tawar pada CV. Fizan Farm dan CV. Sejahtera Lobster Farm. Diperoleh bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kelayakan investasi melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan aspek sosial, menganalisis tingkat kelayakan finansial usaha pada masing-masing pola usaha (pembenihan, pembesaran serta pembenihan dan pembesaran) serta melihat kepekaan usaha terhadap perubahan yang terjadi di input dan output. Berdasarkan hasil dari analisis yang dilihat dari berbagai aspek tersebut maka diperoleh bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil analisis kelayakan finansial diperoleh bahwa pola II dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan pola I dan III. Switching value yang dilakukan terhadap ketiga pola tersebut menunjukan bahwa perubahan produksi dan harga output merupakan faktor yang paling peka terhadap kelayakan usaha ini. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam input produksi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan usaha ketiga pola usaha tersebut. Widagdho (2008) melakukan penelitian tentang kelayakan usaha peternakan kelinci Asep s Rabbit Project, Lembang. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis aspek-aspek kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hokum dan aspek sosial,

menganalisis tingkat kelayakan aspek finansial dan melakukan analisis switching value. Berdasarkan analisis kelayakan tersebut diperoleh bahwa pengusahaan peternakan kelinci pada perencanaan proyek ini dilakukan dalam dalam tiga pola dan dihasilkan bahwa ketiga pola tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis switching value, penurunan harga output dan penurunan produksi merupakan faktor yang sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Ditinjau dari penelitian terdahulu, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu diantaranya adalah jenis usaha yang dijalankan, lokasi usaha yang dijalankan dan komoditas yang dihasilkan. Dilihat dari segi metode yang digunakan dalam penelitian terdahulu dinilai relatif sama dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis dan aspek keuangan.