BAB V PEMBAHASAN Dalam pembahasan tentang hasil penemuan penelitian, peneliti merujuk dari hasil temuan yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya, peneliti memaparkan hasil temuan penelitian dengan cara membandingkan atau menkonfirmasikan sesuai fokus penelitian yang telah dirumuskan sebagai berikut: A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Budaya Sholat Dhuha Berdasarkan hasil temuan yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk budaya sholat dhuha di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung meliputi beberapa peran guru, diantaranya: 1. Sebagai suri tauladan. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung sebelum proses pembelajaran PAI, beliau sudah tiba di Masjid SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dan mengajak peserta didik melaksanakan sholat dhuha bersama-sama. Saat pelaksanaan sholat dhuha, beliau menjadi imam sholat dan kemudian yang menjadi makmum adalah peserta didik yang ikut berpartisibasi dalam melaksanakan budaya sholat dhuha di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung. Hal ini dikarenakan, guru pendidikan agama Islam menjadi cermin bagi peserta didik ketika akan melakukan segala aktifitas 84
85 yang bersifat sosial. Menurut Al-Ghazali dalam bukunya Rosyadi mengatakan bahwa: Seorang guru itu harus mengamalkan ilmunya, lalu perkataanya jangan membohongi perbuatannya. Karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati. Sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala. Padahal yang mempunyai mata kepala adalah lebih banyak. 1 Dengan perkataan tersebut jelaslah bahwa seorang guru hendaklah mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang serta mengamalkan segala ilmu pengetahuannya. Karena guru merupakan wakil dari Rasulullah untuk menyampaikan kepada umat Islam tentang perbuatan yang baik yang tidak melanggar syariah Islam. Allah berfirman: Sungguh, telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.(Q.S. Al-Ahzab, ayat 21) 2 2. Sebagai pelatih dan pendidik. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung sebelum proses pembelajaran PAI, beliau mengajak peserta didik untuk melaksanakan sholat dhuha di Masjid SMAN 1 Rejotangan Tulungagung. Jika ada peserta didik yang tidak segera mengambil wudhu, beliau langsung menyuruh peserta didik tersebut segera mengambil wudhu. Hal ini tidak hanya dilakukan satu, 1 Rosyadi, Pendidikan Profetik., hal. 180-181 2 Tim Perumus, Al Qur an Terjemahan Surat Al-Ahzab.., hal. 420
86 dua, dan tiga kali, tetapi berkali-kali sebelum pembelajaran PAI. Sehingga tertanam kesadaran pada diri peserta didik tentang pentingnya sholat dhuha bagi dirinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyana bahwa: a. Peran guru sebagai pendidik, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. b. Guru sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. 3 3. Sebagai motivator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung memberikan tausiah kepada peserta didik dengan tujuan, agar peserta didik semangat dan giat dalam melaksanakan sholat dhuha. Motivasi yang diberikan berupa motivasi yang membangun nilai religius pada pribadian peserta didik. Karena guru pendidikan agama Islam tidak hanya menjadi pengajar bagi peserta didik, melainkan orangtua kedua setelah orang tua kandungnya. Hasbullah mengatakan pada bukunya bahwa: Guru menjadi sosok yang dekat dengan anak ketika di sekolah. Guru mengajarkan anak dari yang tidak tahu menjadi tahu dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Karena merupakan orangtua kedua. Guru seharusnya bisa memperlakukan setiap siswa sebagaimana anaknya sendiri. Karena hubungan antara anak dengan orangtua itulah guru dapat berperan lebih luas, misalnya sebagai seorang pendamping dalam berbagai pergumulan dan permasalahan yang ada pada diri siswa. 4 4. Sebagai pengawas. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dalam melaksanakan budaya sholat dhuha. 3 Mulyana, Menjadi Guru.., hal. 37-42 4 Hasbullah, Otonomi Pendidikan..., hal. 26
87 beliau memastikan bahwa semua peserta didik mengikuti pelaksanaan sholat dhuha secara keseluruhan tanpa ada yang sembunyi. Menurut Pidarto dalam bukunya Jamil mengatakan bahwa: Peranan guru antara lain: a. Menjadi penilai b. Sebagai supervisor c. Penegak disiplin. 5 Hal ini, guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dalam membentuk budaya sholat dhuha juga menjadi penegak kedisiplinan, supervisor, dan penilai agar pelaksanaan budaya sholat dhuha di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dapat terlaksana dengan tertib. 5. Sebagai pembimbing. Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Rejotangan memberikan bimbingan tentang doa-doa sholat dhuha kepada peserta didik agar peserta didik dapat mengimplementasikan dalam proses budaya sholat dhuha. Hal ini juga menjadi media bagi peserta didik agar bisa dekat kepada Allah. Allah berfirman: Katakanlah sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan seluruh alam.(q.s. Al-An am, ayat 162) 6 5 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulaifikasi, dan Kompetensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2014), hal. 26 6 Tim Perumus, Al Qur an Terjemahan Surat Al-An am.., hal. 130
88 B. Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Budaya Membaca Asmaul Husna Berdasarkan hasil temuan yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk budaya membaca asmaul husna di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung, diantaranya yaitu: 1. Sebagai inovator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung membawa perubahan kepada peserta didik agar lebih dekat dengan Allah dan mencintai Allah melalui lantunan asma-nya yang dibaca bersama-sama setelah selesai melaksanakan budaya sholat dhuha. 2. Sebagai suri tauladan. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung, ketika proses pembacaan asmaul husna beliau juga ikut berpartisipasi membaca bersam-sama peserta didik. 3. Sebagai pembimbing. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung memberikan arahan dan pembelajaran cara membaca asmaul husna yang baik bagi peserta didik yang belum lancar bacanya dengan melalui Syarat Kecakapan Ubudiyah. 4. Sebagai penasehat. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung memberikan teguran kepada peserta didik yang tidak mau mengikuti pelaksanaan pembacaan asmaul husna agar mereka dapat mengikuti dengan tertib. 5. Sebagai evaluator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung memberikan tolak ukur dalam pelaksanaan
89 budaya pembacaan asmaul husna setelah pelaksanaan sholat dhuha dengan menggunakan hasil dari setoran Syarat Kecakapan Ubudiyah. Dengan hal ini, guru pendidikan agama Islam dapat melihat sampai mana peserta didik ikut aktif dalam melaksanakan budaya membaca asmaul husna. Hal ini, sesuai dengan pernyataan Mulyana tentang peran guru, yaitu: a. Guru sebagai inovator. Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain. b. Guru sebagai model dan teladan. Guru merupakan model dan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. c. Guru sebagai pembimbing. Pertama, guru harus merencanaka tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah. Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. d. Guru sebagai penasehat. Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orangtua, meskipun mereka tidak memiliki latihah khusus sebagai penasehat dan beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. e. Guru sebagai evaluator. Memahami teknik evaluasi. 7 6. Sebagai pengawas. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung ketika proses pembacaan asmaul husna beliau tetap memperhatikan peserta didik tanpa terlepas dari pandangan beliau. Sehingga kegiatan pembacaan asmaul husna dapat berjalan dengan tertib. Dengan memberikan pengawasan melaksanakan budaya membaca asmaul husna kepada peserta didik, guru dapat menanamkan nilai-nilai religius pada kepribadian peserta didik. Nilai-nilai religius tersebut akan membentuk 7 Mulyana, Menjadi Guru.., hal. 43-62
90 sikap yang baik, berakhlak mulia, serta menyayangi sesama. Mustofa mengatakan dalam bukunya peran guru bahwa: Kewajiban guru untuk menjadikan peserta didik selain memiliki pengetahuan juga membentuk karakter, sikap, moral, dan sikap peserta didik menjadi manusia yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, tuntutan lingkungan yang efektif dengan cepat mengubah pola perilaku seseorang. 8 Hal di atas sesuai dengan firman Allah: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama, fitrah Allah disebabkan dia telah menciptakan manusia menurut itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.(q.s. Ar-Rum, ayat 30) 9 7. Sebagai motivator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung selalu memberikan tausiah kepada peserta didik tentang orang yang senantiasa mengamalkan asmaul husna. Tausiah tersebut bernilai motifasi agar peserta didik aktif dan semangat dalam melaksanakan budaya membaca asmaul husna. Oleh karena itu, guru pendidikan agama Islam harus memiliki prinsip keguruan yang dapat memikat peserta didik melalui motivasinya. Menurut Umar prinsip keguruan dalam bukunya yaitu: a. Kegairahan dan kesediaan untuk mengajar seperti memperhatikan kesediaan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan peserta didik. b. Membangkitkan gairah peserta didik. c. Menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik. 8 Mustofa, Supervisi Pendidikan, hal. 179 9 Tim Perumus, Al Qur an Terjemahan Surat Ar-Rum.., hal. 407
91 d. Adanya hubungan manusiawi. 10 C. Peran Guru Pendidikan Islam dalam Membentuk Budaya Membaca Surat Pendek Al Qur an Mulai Al-Syams Sampai Al-Nas Berdasarkan hasil temuan yang telah dibahas pada pembahasan sebelumnya. Peran guru pendidikan agama Islam dalam membentuk budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung, diantaranya yaitu: 1. Sebagai suri tauladan. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dalam pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas, beliau ikut berpartisipasi dan membaca bersama-sama peserta didik. 2. Sebagai pembimbing. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dalam pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas, beliau memberikan latihan ngaji khusus bagi baca al Qur an yang belum lancar. Pelatihan baca al Qur an dilakukan setelah pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an dengan menggunakan metode halaqoh dan beliau menyemak satu persatu serta memberikan contoh baca al Qur an yang benar dan baik jika ada bacaan peserta didik yang belum sesuai dengan ilmu tajjuwid. 10 Umar, Ilmu Pendidikan Islam, hal. 89
92 Budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas merupakan salah satu dari tujuan pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung. Karena, dengan adanya budaya membaca surat pendek al Qur an, peserta didik dapat menjadi insan yang mencintai al Qur an serta menjadi insan yang selalu bertakwa kepada Allah. Menurut majid dalam bukunya mengatakan bahwa: Bila pendidikan agama Islam di sekolah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka insya Allah akan banyak membantu mewujudkan harapan setiap orangtua, yaitu memiliki anak yang beriman, betakwa kepada Allah, berbudi luhur, cerdas, terampil, berguna untuk nusa, bangsa, dan agama. 11 3. Sebagai motivator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung ketika selesai melaksanakan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas, beliau memberikan tausiah tentang orang yang senantiasa mencintai al Qur an. Tausiah yang diberikan berupa motivasi untuk menanamkan kepribadian religius kepada peserta didik untuk menjadi insan yang selalu menjunjung tinggi dan mencintai al Qur an. Hal ini dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam untuk memaknai pengajaran pendidikan agama Islam kepada peserta didik sebagai ajang mendekatkan diri kepada Allah melalui lantunan firman-nya. Menurut Minarti dalam bukunya mengatakan bahwa, Tujuan pengajaran itu adalah mendekatkan diri 11 Majid, Belajar dan Pembelajaran, hal. 23
93 kepada Allah dan bukan untuk mengejar pangkat, status, dan hal-hal yang bersifat keduniaan. 12 Allah berfirman: Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.(Q.S. Al-Mulk, ayat 2) 13 4. Sebagai pengawas. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung dalam pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas, beliau mengawasi satu persatu peserta didik dengan berkeliling. Agar peserta didik dapat melaksanakan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas dengan tertib. Pengawasan itu dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam karena beliau merupakan orang yang memegang amanah dari orangtua peserta didik untuk menjadikan peserta didik menjadi pribadi yang religius. Hal ini sesuai dengan pernyatakaan Al- Ghazali dalam bukunya Nurdin bahwa, Guru merupakan pelita segala zaman keilmiahan. Andaikata dunia tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang, sebab guru selalu berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada setiap insaniyah. 14 12 Minarti, Ilmu Pendidikan, hal. 113 13 Tim Perumus, Al Qur an Terjemahan Surat Al-Mulk.., hal. 562 14 Nurdin, Kiat menjadi.., hal. 157
94 5. Sebagai mediator dan fasilitator. Guru pendidikan agama Islam di SMAN 1 Rejotanagan Tulungagung dalam melancarkan pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an mulai al-syams sampai al-nas, beliau menyediakan fasilitas dan media yang sesuai dengan kebutuhan dalam pelaksanaan budaya membaca surat pendek al Qur an. Fasilitas yang digunakan berupa gedung, yaitu Masjid di SMAN 1 Rejotangan Tulungagung. Sedangkan media yang digunakan, yaitu al Qur an, asmaul husna, dan Juz Amma.