BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk menjamin kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya. mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance),

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. baik di instansi pemerintah maupun di sektor swasta di Indonesia. Auditor di instansi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang penting dalam

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good governance di

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan suatu negara membutuhkan dana yang cukup besar. akuntabel dalam pengelolaan keuangan negara.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan akan tercapai secara hemat,

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis APIP tersebut antara lain: (i) mengawal program dan kebijakan

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

Tabel 2.1 Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan atau audit. Audit pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti. Pengertian independensi merupakan sikap mental auditor yang bebas dari

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baik (good governance), maka diperlukan peran aparat pengawasan intern

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat tersebut ditandai dengan diterapkannya otonomi daerah, dimana pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerahnya sendiri. Hal tersebut menimbulkan tuntutan dari masyarakat agar pemerintah dapat menyelenggarakan suatu pemerintahan yang baik serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai dengan standar yang ditetapkan (Mardiasmo, 2005). Dalam pemeriksaan (audit) khususnya pada audit internal pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang sistem

pengendalian intern pemerintah, pelaksanaan pengendalian intern tersebut dilaksanakan oleh aparat pengawasan intern pemerintah (APIP), yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kota. BPKP merupakan lembaga pemerintah non departemen yang berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. BPKP dalam melaksanakan kegiatannya dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu audit, konsultasi, asistensi dan evaluasi, pemberantasan KKN, pendidikan dan pelatihan pengawasan. Dengan adanya Keppres no.31 tahun 1983, BPKP lahir dari hasil transformasi DJPKN ( Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara). DJPKN berdiri tahun 1966, dan memiliki tugas melakukan pengawasan anggaran dan pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah. BPKP sebagai salah satu pelaksana tugas pengendalian internal pemerintah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keuangan dan pembangunan haruslah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, BPKP juga harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar audit APIP dan kode etik APIP yang berlaku. Dalam rangka mewujudkan suatu kepemerintahan yang baik dengan pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern, BPKP perlu didukung oleh kinerja yang baik dari auditornya. Namun dari segi kinerjanya, auditor BPKP saat ini masih menjadi sorotan, karena masih banyak fenomena yang terjadi terkait kinerja auditor. Adapun beberapa fenomena yang berhubungan

dengan kinerja auditor, yaitu kinerja BPKP dan Badan Pengawas Keuangan (BPK) yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dipertanyakan karena ditengarai telah melindungi pejabat koruptor yang diduga menyimpan banyak anggaran senilai bermilyar-milyar rupiah. Hal tersebut terjadi, karena hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPKP dan BPK tersebut tidak pernah ditindaklanjuti oleh aparat hukum. Hal tersebut terjadi karena adanya permainan antara pemerintah daerah dengan BPKP dan BPK sehingga tak satu pun kasus yang diproses oleh kejaksaan negeri Mamuju (Wibisono, 2010). Fenomena kedua, yaitu Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat menilai Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) lamban dalam melakukan audit aliran dana bansos Pemkot Bandung, sehingga penyidik kejaksaan pun belum bisa melimpahkan berkas perkara kasus bansos ke pengadilan. Tugas BPKP sebenarnya tinggal menghitung dan mencocokan dugaan besaran kerugian hasil penyidikan dengan data yang ada di BPKP. Sesuai dengan undang-undang lembaga audit pemerintah, batas waktu untuk menghitung kerugian guna kepentingan hukum hanya 60 hari. Namun hingga sudah melebih batas waktu 60 hari sejak kejaksaan minta audit kasus bansos Pemkot Bandung, perhitungan kerugian belum selesai. Hal tersebut menyalahi asas dukungan percepatan proses penyelesaian penegakan kasus tindak pidana korupsi (Sofyan, 2010). Fenomena ketiga, yaitu disorotnya kinerja Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang melakukan quality assuransi dan audit investigasi data honorer kategori satu (K1) Mamuju Utara. Dimana anggota BPKP

tidak melaksanakan tugasnya secara langsung karena daerah yang harusnya diperiksa merupakan daerah pelosok yang sulit untuk dijamah (Jawa Pos National Network, 2013). Terakhir, fenomena terkait dengan kinerja auditor yaitu Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sebagaimana digariskan Inpres No. 7/1999 belum terlaksana secara optimal karena kurangnya pemahaman terhadap prinsip good corporate governance (GCG). Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, BPKP bertanggung jawab atas pencapaian GCG baik di sektor publik maupun corporate. Dalam meningkatkan kinerjanya, BPKP mempunyai paradigma baru yaitu memberikan konsultasi dan pendampingan bagi sektor publik maupun corporate dalam rangka penerapan GCG (Opini Anggota, 2002). Fenomena di atas telah menggambarkan bagaimana auditor pada BPKP telah melanggar prinsip dasar dan etika profesi. Hal ini akan berdampak pada dipertanyakannya kredibilitas BPKP sebagai lembaga audit internal pemerintah. Banyaknya fenomena yang melibatkan BPKP, menuntut para auditornya untuk lebih meningkatkan bukan hanya kualitas audit yang dihasilkan, tetapi juga meningkatkan kinerja auditornya. Hakikatnya, dalam melaksanakan audit, baik auditee maupun lembaga audit internal itu sendiri dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, menyatakan dalam

semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat. Bertentangan dengan fenomena di atas, yang terjadi BPKP dalam melaksanakan tugasnya kurang memiliki sikap independensi, karena masih terdapat unsur keberpihakan kepentingan dalam melaksanakan tugas auditnya, sehingga kinerja BPKP dalam melaksanakan tugas pun dipertanyakan. Dalam hal ini auditor BPKP sebagai auditor internal pemerintah harus lebih diberdayakan dalam mempertahankan sikap independensinya karena Arens et.al (2012) menyatakan bahwa nilai auditing sangat bergantung pada persepsi publik akan independensi yang dimiliki auditor. Maka itu, kinerja auditor dapat tercermin dari kualitas pemeriksaan yang ditentukan oleh persepsi masyarakat terhadap independensi auditor dalam melaksanakan pemeriksaan. Persepsi masyarakat ini sangat tergantung pada bagaimana organisasi auditor bersama auditornya berusaha maksimal menunjukkan independensinya berdasarkan pembuatan aturanaturan/standar dan prosedur yang memadai serta aplikasinya dalam pemeriksaan. Penelitian Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa independensi auditor berfungsi sebagai variabel intervening dalam hubungan antara pemahaman good governance terhadap kinerja auditor. Penelitian Wati dkk. (2010) mengungkapkan bahwa independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah. Selain itu, keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan sangat ditentukan oleh efisiensi seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Pada hakikatnya time budget digunakan untuk mengukur efisiensi

seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan tugas merupakan komponen penilaian kinerja. Hal ini menimbulkan tekanan kepada auditor untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan waktu yang dianggarkan. Sejalan dengan fenomena di atas, yang terjadi BPKP dalam melaksanakan tugasnya mengalami tekanan akibat adanya anggaran waktu yang telah ditetapkan untuk penyelesaian tugasnya, sehingga pada akhirnya kasus yang menjadi tugas audit belum terselesaikan tepat pada waktunya. Penelitian Liyanarachchi & McNamara (2007) menyatakan bahwa anggaran waktu memiliki potensi untuk menciptakan tekanan karena bertindak tidak hanya sebagai mekanisme kontrol tetapi juga sebagai alat pengukuran kinerja dalam perusahaan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Marganingsih & Martani (2010) menyatakan bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Adanya komitmen organisasi yang kuat akan mendorong para individu untuk berusaha lebih keras dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi menjadi lebih baik lagi. Komitmen organisasi yang tinggi dalam mencapai tujuan organisasi dapat meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Angel & Perry, 1981). Bertentangan dengan fenomena di atas, yang terjadi BPKP dalam melaksanakan tugasnya kurang memiliki komitmen terhadap organisasi, karena anggota BPKP tidak

melaksanakan tugasnya dikarenakan daerah yang harusnya diperiksa terpencil, sehingga kinerja BPKP pun masih dipertanyakan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti penelitian Feris & Aranya (1983) menunjukkan bahwa komitmen organisasi dapat berfungsi sebagai indikator efektifitas kinerja organisasi. Peneitian Wang et.al (2012) menyatakan bahwa komitmen organisasi karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Penelitian Meyer et.al (1990) menyatakan bahwa komitmen affective berkorelasi secara positif dengan kinerja, sedangkan komitmen continuance berkorelasi secara negatif dengan kinerja. Dalam rangka penerapan good corporate governance, BPKP mempunyai tugas untuk memberikan konsultasi dan pendampingan bagi sektor publik maupun corporate. Berdasarkan fenomena di atas, auditor BPKP ditekankan untuk memiliki pemahaman tentang good governance, karena selain mempengaruhi kinerja auditor, dengan melaksanakan good governance salah satu manfaat yang bisa dipetik adalah meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders (Forum for Corporate Governance in Indonesia, 2000). Penelitian yang dilakukan Wati dkk. (2010) menyatakan bahwa pemahaman good governance berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pemerintah. Dengan demikian, bahwa sangat penting sekali bagi suatu instansi, khususnya BPKP untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kinerjanya dalam

melaksanakan tugas audit yang diberikan. Dalam upaya meningkatkan kinerja auditor pemerintah, diperlukan sikap independensi, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance seorang auditor pemerintah yang disertai anggaran waktu yang seringkali menimbulkan tekanan dalam menyelesaikan pekerjaan diharapkan dapat menghasilkan audit yang lebih berkualitas. Pada akhirnya, audit yang berkualitas ini yang akan meningkatkan kinerja auditor internal pemerintah BPKP sekaligus meningkatkan kepercayaan publik terhadap BPKP sebagai lembaga audit pemerintah. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kinerja auditor pemerintah, khususnya pada BPKP Perwakilan Jawa Barat sebagai auditor internal pemerintah, beserta faktor-faktor independensi, time budget pressure, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance yang dapat mempengaruhinya. Maka, penulis memilih judul Pengaruh Independensi, Time Budget Pressure, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Jawa Barat). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh independensi, time budget pressure, komitmen organisasi, pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah secara parsial?

2. Bagaimana pengaruh independensi, time budget pressure, komitmen organisasi, pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah secara simultan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah : 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh independensi terhadap kinerja auditor pemerintah 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh time budget pressure terhadap kinerja auditor pemerintah 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja auditor pemerintah 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh independensi, time budget pressure, komitmen organisasi dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai bagaimana pengaruh

independensi, time budget pressure, komitmen organisasi, dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor pemerintah 2. Bagi Instansi terkait, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi auditor pemerintah di BPKP Perwakilan Jawa Barat. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi akademisi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam proses pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi, peneliti akan melakukan penelitian di BPKP Perwakilan Jawa Barat. Rencananya waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai dengan selesai.