BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sistem dan teknologi di Indonesia sudah mengalami. kemajuan yang pesat. Di era informasi dan globalisasi menyebabkan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu aspek kunci ketahanan negara, kemampuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mencapai keuntungan dan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM PT PERTAMINA (PERSERO) SURABAYA. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I fpendahuluan Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Adapun Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) :

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. kerja, dan 20 item angket kinerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan, persediaan mempunyai pengaruh dalam

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Pertamina adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

BAB I PENDAHULUAN. membaik dibandingkan tahun-tahun saat krisis ekonomi melanda bangsa

Disampaikan dalam rangka : National Conference IIA Agustus 2015 Jogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB II PROFIL PT PERTAMINA (PERSERO)

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBAR PENGESAHAN. Komisaris Utama/ Komisaris Independen : Tanri Abeng... Wakil Komisaris Utama : Arcandra Tahar... Komisaris : Sahala Lumban Gaol...

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

2 Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; Mengi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PERESMIAN PROYEK DAN PRODUK BARU PERTAMINA JUMAT, 11 DESEMBER 2015

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik Field

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum PT. Perikanan Nusantara (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. Arsip merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi. Oleh karena itu,

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. berkas harus dapat diaplikasikam secara tepat dan terpadu, serta memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peradaban manusia yang semakin hari semakin meningkat yang

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

Analisa Strategi PT. Pertamina

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN)

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 05/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini, menuntut suatu perusahaan untuk semakin ketat bersaing

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis employee engagement di

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN LIQUEFLED PETROLEUM GAS

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Refinery Unit PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya

Transkripsi:

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : a. 1975 Masa Kemerdekaan Pada 1950-an, ketika penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia mulai menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara, di antaranya dari minyak dan gas. Namun, saat itu pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa. Sebagai contoh di Sumatera Utara banyak perusahaan kecil saling berebut untuk menguasai ladang-ladang tersebut. b. 1968 Integrasi Pengelolaan Migas Indonesia Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal, dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina)

c. 1971 Tonggak Migas Indonesia Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak dan gas di seluruh Indonesia. d. 2001-2003 Dinamika Migas Indonesia Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri minyak dan gas nasional maupun global. Pemerintah menerapkan Undang-Undang No. 22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis PSO tersebut akan diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang wajar, sehat, dan transparan dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar. Pada 17 Septermber 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31/2003. Undang-Undang tersebut antara lain juga mengharuskan pemisahaan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu. e. 2005-2006 Masa Transformasi Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas Perseroan.

Selanjutnya, pada 20 Juli 2006 PT Pertamina mencanangkan program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis. Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT Pertamina mengubah visi perusahaan yaitu, Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. Menyikapi perkembangan global yang berlaku, Pertamina mengupayakan perluasan bidang usaha dari minyak gas menuju ke arah pengembangan energi baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011 Pertamina menetapkan visi baru perusahaannya yaitu Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. B. Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) Visi PT. Pertamina (Persero) adalah Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia, dan Misi PT. Pertamina (Persero) adalah Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Untuk mewujudkan Visi Perseroan sebagai perusahaan kelas dunia, maka Perseroan sebagai perusahan milik Negara turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, terutama di bidang penyelenggaraan usaha energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang energi, yaitu energi baru dan terbarukan, minyak dan gas bumi tersebut serta pengembangan optimalisasi sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

Misi Perseroan menjalankan usaha inti minyak, gas, bahan bakar nabati serta kegiatan pengembangan, eksplorasi, produksi dan niaga energi baru dan terbarukan (new and renewable energy) secara terintegrasi. C. Tata Nilai Perusahaan Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan Pertamina adalah sebagai berikut : 1. CLEAN (BERSIH) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas.berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. 2. COMPETITIVE (KOMPETITIF) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. 3. CONFIDENT (PERCAYA DIRI) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. 4. CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. 5. COMMERCIAL (KOMERSIAL) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. 6. CAPABLE (BERKEMAMPUAN) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. D. Logo PT. Pertamina (Persero) Setelah diberlakukannya Undang-Undang Migas No. 22 tahun 2001 dan peralihan bentuk hukum Pertamina menjadi Persero pada tahun 2003, maka PT PERTAMINA (Persero) mengganti lambang dua kuda laut yang mengapit bintang menjadi logo huruf P yang berwarna biru, hijau, dan merah, yang hingga kini sudah dikenal masyarakat. Elemen logo yang membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi anak bentuk panah, diartikan sebagai PT. PERTAMINA (Persero) yang bergerak maju dan progresif. Warna-warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PT PERTAMINA (Persero) dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis, dimana:

a. Biru mencerminkan : Handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab b. Hijau mencerminkan : Sumber daya energi yang berwawasan lingkungan c. Merah mencerminkan : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalammenghadapi berbagai keadaan Tulisan PERTAMINA dengan pilihan jenis huruf yang mencerminkan kejelasan dan transparansi serta keberanian dan kesungguhan dalam bertindak sebagai wujud positioning PERTAMINA baru. E. Profil PT. Pertamina Refinery Unit IV a. Sejarah PT. Pertamina Refinery Unit IV PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV Cilacap merupakan salah satu dari jajaran unit pengolahan di tanah air, yang memiliki kapasitas produksi terbesar yaitu 384.000 barrel/hari, dan terlengkap fasilitasnya. Kilang ini memiliki nilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60 % kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Kilang Pertamina RU IV ini merupakan kilang terbesar se-asia Tenggara dan satu- satunya kilang di Indonesia yang memproduksi aspal juga base oil. Kilang- kilang yang ada di Refinery Unit IV ini terdiri dari : 1. Kilang Minyak I Kilang Minyak I dibangun tahun 1947 dengan kapsitas semula 100.000 barrel/hari.kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui DebottleneckingProject sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus

untuk mendapatkan produk NBM yaitu dasar minyak pelumas (lube oil base) dan aspal. Mengolah minyak dari Timur Tengah bertujuan agar dapat menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal., mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak cukup ekonomis untuk produksi yang dimaksud. 2. Kilang Minyak II Kilang Minyak II ini dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat.kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI., memiliki kapasitas awal 200.000 barrel/hari.kemudian mengingat laju peningkatan BBM ditanah air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas tahun 1998/1999 maka kapasitas Kilang Minyak II ini juga ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari.kilang Minyak II ini mengolah minyak cocktail yaitu minyak campuran, tidak saja dari dalam negeri juga impor dari luar negeri. 3. Kilang Paraxylene Kilang Paraxylene Cilacap dibangun pada tahun 1988 dan beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990.Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia. Pertimbangan pembangunan kilang ini didasarkan pertimbangan : a. Tersedianya bahan baku Naptha yang cukup dari Kilang Minyak II Cilacap. b. Adanya sarana pendukung berupa dermaga tangki dan utilitas c. Disamping terbukanya peluang pasar baik didalam maupun luar negeri 4. Shulphur Recovery Unit (SRU)

Untuk mendukung komitmen terhadap lingkungan, pada tanggal 27 Februari 2002, RU IV membangun kilang SRU dengan luas area proyek 24.200 m 2, terdiri dari: unit proses dan fasilitas penunjang. Proyek ini dapat mengurangi emisi gas dari kilang RU IV, khususnya SO2, maupun shulphur dari sisa proses pengolahan, sehingga emisi yang dibuang ke udara akan lebih ramah terhadap lingkungan. Dengan dibangunnya SRU dapat meningkatkan off gas sebagai refinery fuel gas maupun flare gas sehingga dapat dijadikan bahan baku LPG & naptha (condensate), selain menghasilkan shulphur cair. b. Visi dan Misi PT. Pertamina Refinery Unit IV VISI Menjadi Kilang Minyak yang kompetitif di Dunia. MISI Mengolah Minyak Bumi menjadi produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia untuk memberikan nilai tambah bagi Perusahaan. Dengan Tujuan : Memuaskan Stakeholder melalui peningkatan kinerja Perusahaan secara Profesional, berstandar Internasional, dan berwawasan lingkungan. F. Produk Hasil Pengolahaan a. Aspal Aspal diproduksi oleh Kilang LOC I/II/III, dihasilkan oleh jenis Crude Oil jenis Asphaltic berbentuk semisolid, bersifat Non Metalik, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide), mempunyai sifat waterproofingadhesive.dikemas dalam

bentuk : bulk (curah), drum. Untuk kebutuhan skala kecil telah disediakan aspal kemasan karton ukuran 5, 10, 20 dan 25 kg. b. -Heavy Aromate Heavy Aromate adalah produk sampingan dari Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap yang diproduksi oleh unit Naptha Hydro Treater. c. Lube Base Oil Lube Base Oil adalah bahan baku pelumas atau disebut pelumas dasar, diproduksi oleh MEK Dewaxing Unit (MDU) I, II, dan III di Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Diproduksi dalam bentuk cair. d. Low Sulphur Waxy Residu Low Sulphur Waxy Residue (LSWR) merupakan bottom produk yang diproduksi oleh Crude Distilasi Unit Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. e. Minarex Minarex dihasilkan oleh Kilang minyak PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap untuk memenuhi kebutuhan proccessing oil pada industri barang karet, ban dan tinta cetak.

Minarex sebagai proccessing aid sangat penting perannya dalam pembuatan komponen karet pada industri ban dan industri barang karet, yaitu: Memperbaiki proses penulakan dan pemekaran karet, menurunkan kekentalan komponen karet. f. Paraffinic Oil Paraffinic oil produksi Kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap adalah proccessing oil dari jenis Paraffinic dengan komposisi Paraffinic Hydrocarbon, Nepthenic, dan sedikit Aromatic Hydrocarbon. g. Paraxylene h. Slack Wax i. Toluene Toluene diproduksi oleh Kilang Minyak PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap dalam bentuk cair.