BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja, namun juga memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran mereka dalam pembangunan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi multipihak yang solid dan baik. Sinergi yang diharapkan adalah, adanya kemitraan antara perusahaan, pemerintah dan komunitas atau masyarakat. Kemitraan ini, tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antar stakeholeder. Mau tidak mau perusahaan dalam usahanya beradaptasi dengan komunitas lokal akan berusaha memahami kepentingan lokal yang ada dalam rangka membina hubungan kerjasama antar stakeholder. Usaha membuka jalinan hubungan kerjasama dengan stakeholder lokal pada dasarnya merupakan suatu prinsip peningkatan pola kehidupan lokal dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responbility (CSR). Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh berbagai perusahaan maupun instansi memiliki berbagai keuntungan. Contohnya di Inggris, sebuah survei membuktikan, bahwa 86 persen konsumen merasa melihat suatu citra positif sebuah perusahaan jika mereka melihat perusahaan tersebut benar-benar melakukan sesuatu untuk menjadikan dunia suatu tempat yang lebih baik (Acces Ommibus Survay 1997). Selain itu, Di Amerika, tahun 1999, survei lembaga Environic menyatakan sepertiga konsumen di Amerika Serikat yang menyukai produk-produk dari perusahaan yang memiliki visi bisnis pembangunan masyarakat yang lebih baik. Sedangkan di Indonesia, data riset majalah SWA atas 45 perusahaan menunjukkan CSR bermanfaat memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37.38%), hubungan baik dengan masyarakat (16.82%), dan
2 mendukung operasional perusahaan (10.28%) (Sinar Harapan 16/03/2006) 1. Hal ini membuktikan bahwa sudah saatnya bagi setiap perusahaan maupun instansi untuk memperhatikan CSR karena banyak manfaat positif yang dapat diperoleh dalam pengaplikasiannya. Diharapkan bagi seluruh stakeholders dapat bersamasama bekerjasama mengembangkan CSR, sehingga sustainability (human, economic, social maupun environtment) dapat terwujud. CSR adalah konsep moral dan etis berciri umum, oleh karena itu pada tataran praktisnya harus diwujudkan ke dalam program-program kongkrit. Menurut Achda (2006) dalam Febriana (2008) salah satu bentuk aktualisasi CSR adalah pengembangan masyarakat atau Community Development (CD). Program CSR seharusnya tidak hanya bersifat charity, melainkan harus diikuti strategi pemberdayaan guna mengangkat fungsi sosial masyarakat dengan harapan masyarakat menjadi mandiri. Dalam kaitan partisipasi dengan pengembangan masyarakat, menurut Ife (1995) dalam Febriana (2008) salah satu prinsip pengembangan masyarakat adalah partisipasi. Partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan keterlibatan aktif semua orang dalam masyarakat tersebut pada proses kegiatan masyarakat. Oleh karena itu, pendekatan pengembangan komunitas selalu mengoptimalkan partisipasi dengan tujuan semua warga ikut terlibat dalam tahap partisipasi. Meskipun berbagai program dan kebijakan yang telah dilakukan perusahaan telah dirancang sedemikian rupa agar langsung mengena pada sasaran yang diinginkan, namun tanpa partisipasi atau keterlibatan masyarakat lokal secara penuh dalam mendukung program tersebut, maka program tersebut tidak akan berjalan sinambung. Keterlibatan masyarakat lokal sebagai sentral pembangunan akan sangat membantu dalam upaya mensosialisasikan program atau kebijakan perusahaan agar manfaatnya dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat. Proses pelaksanaan program tanggung jawab sosial tersebut pada praktiknya banyak yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat setempat, karena 1 Data diperoleh dari website Megawati Institute yang menjabarkan CSR dalam fakta dan data. http://www.megawati-institute.org/pemikiran/corporate-social-responsibility-realita-danperkembangan.html
3 memang tidak didasarkan kepada aspirasi dan tuntutan mereka Setiap perusahaan memiliki interpretasi yang berbeda tentang tanggung jawab sosial ini. Ada perusahaan yang sudah bertanggung jawab dengan hanya memberikan bantuan ala kadarnya kepada masyarakat dalam bentuk sumbangan-sumbangan rutin sebagai pemenuhan kewajiban dari UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 yang menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Dalam hal ini, tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah Corporate Social Responsibility (CSR), namun ada juga yang sudah membuat program tanggung jawab sosial dalam bentuk kegiatan community development yang menekankan pada aspek pemberdayaan. Kebijakan dan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan saling berkaitan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk dan program yang akan dijalankan dalam mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi di sekitar lingkungan perusahaan. Bentuk dan program tanggung jawab ini akan membawa dampak positif maupun negatif, sehingga dapat dilihat keberhasilan dan keuntungan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang yang didapat dari pelaksanaan tanggung jawab sosial tersebut. Hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan di atas yaitu bagaimana kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. 1.2 Perumusan Masalah Cara pandang perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR bisa diklasifasikan sebagai berikut ; Pertama, sekedar basi-basi dan keterpaksaan. CSR dipraktekkan karena faktor eksternal (external driven). Pemenuhan tanggung jawab lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang kesukarelaan. Sedangkan reputation driven merupakan motivasi pelaksanaan CSR adalah untuk mendongkrak citra perusahaan. Niatan untuk menyumbang masih bersifat kosmetik. CSR diimplementasikan sebagai upaya dalam konteks ke-pran diliputi kemauan meraih kesempatan untuk melakukan publikasi positif.
4 Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR dimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Salah satu contohnya adalah karena adanya market driven. Kesadaran tentang pentingnya mengimplemntasikan CSR ini menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarkat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Driven lain yang sanggup memaksa perusahaan untuk mempraktekkan CSR adalah adanya penghargaan-penghargaan (reward) yang diberikan oleh segenap institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun global. Ketiga, yakni beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driver). Perusahaan telah menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal yang menarik perhatian untuk dikaji terkait dengan hal tersebut yaitu, bagaimana cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan? Teori mengenai cara pandang perusahaan terhadap CSR tersebut dapat mengemukakan pertanyaan selanjutnya yaitu bagaimana pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan? Pertanyaan tersebut terkait dengan penerapan CSR untuk memantapkan tujuan dan mencapai program yang bermanfaat. Strategi pengembangan masyarakat dalam program CSR perusahaan berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan yang diimplementasikan perusahaan. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan? Hal ini berkaitan dengan faktor internal individu yang mengikuti kegiatan CSR dalam delapan tingkatan partisipasi, yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan dan kontrol masyarakat. Bukti nyata bahwa perusahaan telah melakukan program CSR terlihat dalam manfaat yang diperoleh perusahaan maupun komunitas lokal, karena
5 keduanya merupakan stakeholder (pemangku kepentingan) yang sangat terkait dengan pelaksanaan program CSR. Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat? Kemudian pertanyaan terkahir yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai keterkaitan antara karakteristik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR yaitu apakah terdapat hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menggambarkan bagaimana kegiatan CSR sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam mendukung keberhasilan perusahaan dengan komunitas lingkungannya. Adapun tujuan utama tersebut dapat dijawab melalui tujuan-tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1. Menjelaskan cara pandang perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Menjelaskan pendekatan pengembangan masyarakat dan implementasi kegiatan CSR perusahaan. 3. Menjelaskan tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan. 4. Menjelaskan dampak kegiatan CSR perusahaan yang dirasakan oleh masyarakat. 5. Menganalisis hubungan antara karakterisitik komunitas, tahap partisipasi dan dampak kegiatan CSR perusahaan 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjawab permasalahan yang menjadi bahasan utama dan menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengkaji tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat juga bagi kalangan non-akademis yaitu masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan.