IDENTIFIKASI FENOMENA BANJIR ROB JAKARTA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL HIDRODINAMIKA

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

3. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 6. Peta Kecamatan di DAS Sunter.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

BAB IV SIMULASI MODEL TUMPAHAN MINYAK (MoTuM) RISK ANALYSIS FLOWCHART Bagan Alir Analisis Resiko

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

ANALISIS DINAMIKA STRUKTUR DAN DESAIN STRUKTUR BAGIAN ATAS DERMAGA PONTON DI BABO, PAPUA

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

BAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Near Field Scouring Pada Jalur Pipa Bawah Laut SSWJ PT. PGN

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

MODEL PREDIKSI GELOMBANG TERBANGKIT ANGIN DI PERAIRAN SEBELAH BARAT KOTA TARAKAN BERDASARKAN DATA VEKTOR ANGIN. Muhamad Roem, Ibrahim, Nur Alamsyah

PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

REGRESI KUADRAT TERKECIL PARSIAL UNTUK STATISTICAL DOWNSCALING

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN DAERAH REKLAMASI DILIHAT DARI GENANGAN ROB AKIBAT PENGARUH PASANG SURUT DI JAKARTA UTARA

PENGARUH KENAIKAN MUKA LAUT DAN GELOMBANG PASANG PADA BANJIR JAKARTA

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

PENDAHULUAN. Laut yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia membuat banyak terbentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

SOBEK Hidrodinamik 1D2D (modul 2C)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Sirkulasi Arus Dan Salinitas Perairan Estuari Sungai Kapuas Kalimantan Barat

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi

Simulasi pemodelan arus pasang surut di kolam Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta menggunakan perangkat lunak SMS 8.1 (Surface-water Modeling System 8.

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

Model Refraksi-Difraksi Gelombang Air oleh Batimetri dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan grafik analisis regresi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu regresi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

Simulasi Pemodelan Arus Pasang Surut di Luar Kolam Pelabuhan Tanjung Priok Menggunakan Perangkat Lunak SMS 8.1

BAB IV PASANG SURUT AIR LAUT TIPE MIXED TIDES PREVAILING DIURNAL (PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG) UNTUK PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan Analisis. Simulasi Banjir Akibat Dam Break

Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

DESAIN BREAKWATER PELABUHAN PERIKANAN PEKALONGAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

Teknik Pengolahan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

7. PERUBAHAN PRODUKSI

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Optimasi Penataan Jaringan Drainase Kota Tebas Dalam Upaya Mengantisipasi Banjir Tahunan

Pengertian Pasang Surut

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. Daerah daratan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah

PERENCANAAN KONSTRUKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DATA Ketersediaan Data

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim

REFRAKSI GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI MARUNDA, JAKARTA (Puteri Kesuma Dewi. Agus Anugroho D.S. Warsito Atmodjo)

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

UJI MODEL GEOMETRI KONSTRUKSI PELINDUNG KOLAM PELABUHAN BIRA KABUPATEN BULUKUMBA

EFEK REDAMAN PADA SIMULASI KONVERVI ENERGI GELOMBANG LAUT MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN PRINSIP RESONANASI. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

Transkripsi:

IDENTIFIKASI FENOMENA BANJIR ROB JAKARTA UTARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL HIDRODINAMIKA Farid Putra Bakti 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha 10 Bandung 40132 1 faridputrabakti@gmail.com dan 2 m_muin@ocean.itb.ac.id Abstrak Banjir rob merupakan banjir yang disebabkan oleh meluapnya sejumlah volume air laut ke daerah pesisir di sekitarnya. Angka kepadatan penduduk yang tinggi serta terdapatnya berbagai sektor strategis seperti pelabuhan dan kawasan Industri di pesisir Jakarta menyebabkan kerugian materil dan non materil yang disebabkan oleh banjir rob di kawasan tersebut terbilang tinggi. Kerugian ini dapat diminimalisir dengan berbagai rancangan atau skema penanganan serta pencegahan. Namun agar rencana pencegahan banjir rob tepat sasaran dan efisien, maka fenomena banjir rob harus dapat diidentifikasi secara mendalam melalui studi penyebab, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta skenario-skenario yang mungkin terjadi pada saat banjir rob. Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan pemodelan hidrodinamika 3D serta analisa runut waktu dengan bantuan beberapa metode analisa lainnya. Faktor yang diperhitungkan mempengaruhi banjir rob di Jakarta Utara antara lain pasang surut, storm akibat angin lokal yang terjadi di Laut Jawa, resonansi kolam, beban debit seungai yang mengalir ke Teluk Jakarta, serta curah hujan. Dari hasil studi yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa banjir rob di Teluk Jakarta utamanya disebabkan oleh pasang surut dan tidak selalu diikuti oleh storm yang tinggi. Namun, pada beberapa kesempatan, storm berpotensi menambah atau mengurangi jumlah kejadian banjir rob di Jakarta Utara. Hasil studi juga menunjukkan bahwa banjir rob tidak selalu dikuti oleh pasang surut, storm, maupun curah hujan yang ekstrim. Karena pasang surut merupakan penyebab utama terjadinya banjir rob dan pengaruh storm sering kali tidak begitu signifikan, maka seharusnya banjir rob dapat diprediksi dengan baik. Selain itu, pasang surut yang menjadi penyebab utama banjir rob Jakarta Utara pun tidak mengalami amplifikasi akibat resnonansi kolam. Dengan kata lain, banjir rob sudah menjadi sebuah fenomena awam di Jakarta Utara dan bukan lagi tergolong sebagai fenomena ekstrim. Kata kunci: banjir, rob, jakarta, hidrodinamika, identifikasi PENDAHULUAN Banjir merupakan peristiwa tergenangnya sejumlah luasan daratan oleh sejumlah volume air yang meluap atau melimpas dari tempat dimana volume air tersebut seharusnya berada atau mengalir. Banjir rob sendiri merupakan istilah khusus yang hanya dipakai di Indonesia, untuk menggambarkan banjir yang disebabkan oleh meluapnya sejumlah volume air laut ke daerah pesisir sekitarnya. Kerugian materiil serta non materiil yang dapat disebabkan oleh banjir rob di kota kota besar dapat diminimalisir dengan berbagai rancangan penanganan serta pencegahan. Namun, untuk dapat membuat rancangan penanganan serta pencegahan yang tepat sasaran, maka kita harus terlebih dahulu memahami fenomena banjir rob ini lebih mendalam dari segi penyebab, faktor faktor yang mempengaruhi, serta berbagai skenario yang mungkin terjadi. Masih minimnya studi ilmiah yang membahas tentang fenomena banjir rob di kota kota strategis hingga ke akar permasalahan serta faktor-faktor yang paling mempengaruhinya, telah menimbulkan banyaknya spekulasi serta studi studi ilmiah yang hanya berfokus pada akibat dari banjir rob itu 1

sendiri, sehingga ditakutkan menimbulkan persepsi umum yang salah mengenai bagaimana fenomena banjir rob ini seharusnya ditangani. Studi akan fenomena banjir rob ini pun menjadi semakin penting mengingat meningkatnya rasa haus masyarakat akan penjelasan ilmiah mengenai peristiwa banjir rob di kota kota besar yang belakangan terjadi Pendekatan pemecahan masalah secara umum akan dilakukan dengan pemodelan hidrodinamika 3D yang dilakukan dengan menggunakan prangkat lunak MuHydro 3D serta analisa runut waktu dengan bantuan beberapa metode analisa lainnya. Mengingat urgensinya, tulisan ini akan difokuskan pada fenomena banjir rob di kota besar dengan studi kasus pada kawasan Pantai Utara Jakarta, dan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti penyebab utama banjir rob, faktor faktor yang memepengaruhi banjir rob, serta skenario skenario yang mungkin terjadi. Sehingga diharapkan karya tulis ini dapat berguna bagi siapa saja yang membutuhkannya, terutama dalam rangka perencanaan penanganan serta pencegahan bencana yang akan datang. TEORI DAN METODOLOGI Secara umum, metodologi studi identifikasi banjir rob ini dapat dilihat pada gambar 1 Gambar 1 Metodologi Identifikasi Banjir Rob Jakarta Utara 2

Data waktu terjadinya banjir tob merupakan data yang diambil dari media massa sejak tahun 2007 hingga 2011 (5 tahun). Data waktu yang dibutuhkan adalah data pertama kali terjadinya sebuah kejadian dan bukan data genangan lama, oleh karena itu jika terdapat sebuah kejadian banjir rob yang tercatat selama beberapa hari, maka data yang diambil adalah data hari pertama terjadinya banjir rob tersebut. Kejadian banjir rob yang tercatat ini dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Data Kejadian Banjir Rob yang Tercatat Oleh Media TANGGAL KEJADIAN LOKASI KEJADIAN (TERCATAT MEDIA) SUMBER 2007 23 Agustus 2007 Muara Baru http://www.liputan6.com 25 November 2007 Muara Baru http://www.okezone.com 20 Desember 2007 Muara Baru http://www.okezone.com Total Kejadian Tercatat: 3 kali 2008 8 Mei 2008 Kawasan Soekarno Hata http://economy.okezone.com 2 Juni 2008 Kel. Penjaringan & Kel. Kamal Muara http://rapi-nusantara.net 14 November 2008 Muara Baru http://www.okezone.com 1 Desember 2008 Tanjung Priok & Muara Baru http://www.okezone.com 14 Desember 2008 Tanjung Priok & Muara Baru http://www.okezone.com Total Kejadian Tercatat: 5 kali 2009 11 Januari 2009 Muara Baru, Penjaringan, Muara Kapuk, Pluit http://news.viva.co.id 9 Februari 2009 Ancol & Marunda http://video.tvonenews.tv 12 Mei 2009 Kamal Muara, Muara Kapuk, Kapuk http://news.okezone.com/ raya 14 Oktober 2009 Marunda http://metro.news.viva.co.id 19 Oktober 2009 Muara Baru http://metro.news.viva.co.id 5 November 2009 Marunda & Jl Kamal Raya http://desasejahtera.org 2 Desember 2009 Tanjung Priok meandmycoastallife.blogspot.com Total Kejadian Tercatat: 7 kali 2010 1 Januari 2010 Tanjung Priok http://metro.news.viva.co.id 29 Januari 2010 Pademangan http://berita.liputan6.com 13 Februari 2010 Muara Baru http://www.beritajakarta.com 15 Juni 2010 Tanjung Priok meandmycoastallife.blogspot.com 24 Juni 2010 Muara Baru & Penjaringan http://m.poskota.co.id Total Kejadian Tercatat: 5 kali 2011 3 Januari 2011 Tanjunga Priok http://megapolitan.kompas.com 17 Januari 2011 Muara Baru http://megapolitan.kompas.com 31 Oktober 2011 Tanjung Priok, Muara Baru, Muara http://www.mediaindonesia.com Angke 25 November 2011 Pantai Mutiara, Pluit, Penjaringan http://megapolitan.kompas.com 23 Desember 2011 Tanjung Priok & Muara Baru http://www.detik77.com Total Kejadian Tercatat: 5 kali Dalam upaya mementukan elevasi muka air akibat efek tegangan geser angin atau biasa disebut storm ini, dilakukan pemodelan menggunakan perangkat lunak MuHydro 3D yang dikembangkan oleh Muslim Muin Ph.d. Program ini merupakan program pemodelan hidrodinamika 3 dimensi dengan sistem grid boundary fitted. Persamaan yang digunakan adalah persamaan umum hidrodinamika seperti yang tercantum pada persamaan (1) s/d persamaan (3) di bawah ini. Persamaan kontinuitas (Dirata ratakan dalam arah vertikal) ( ) ( ) (1) 3

Persamaan momentum sumbu x (Dirata ratakan dalam arah vertikal) ( ) ( ) ( ) (2) Persamaan momentum sumbu-y (Dirata ratakan dalam arah vertikal): ( ) ( ) ( ) (3) Dimana: T = waktu (s) U, V = kecepatan partikel fluida dalam arah x dan y (dirata ratakan dalam dimensi vertikal) (m/s) ( ), ( ) = komponen tegangan geser permukaan(m 2 /s 2 ) ( ), ( ) = komponen tegangan geser dasar (m 2 /s 2 ) = elevasi permukaan laut (m) h = kedalaman perairan (m) = parameter Coriolis (2Ωsinφ) (s -1 ) g = percepatan gravitasi bumi (m/s 2 ) ρ = massa jenis air laut(kg/m 3 ) = viskositas horizontal (m 2 /s) Daerah pemodelan membentang dari 106.5 0 BT 120.25 0 BT dan 0.5 0 LU 8.5 0 LS dengan resolusi mencapai 1500 grid. Ruang model diambil dengan batas terbuka untuk grid pada bidang batas yang berbatasan dengan laut, dan batas daratan untuk bidang batas yang berbatasan dengan daratan. Angin yang diperhitungkan pada studi kali ini adala angin lokal yang terdapat di Laut Jawa dan mengabaikan angin badai yang terjadi di Laut Cina Selatan. Data angin ini didapatkan dari NOAA dan merupakan data angin rata-rata harian. Pemodelan dilakukan dalam kurun waktu 1 Januari 2007 s/d 1 Januari 2012 dengan koefisien gesek dasar perairan 0.002, yang diambil nilai tengah antara 0.015 0.035 (rule of thumb) dan koefisien gesek angin sebesar 2 x 10-6. Untuk stasiun pengamatan (TS-1,TS-2, TS-3, dan TS-4), desain ruang dan data angin yang diambil untuk keperluan pemodelan storm dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2 Desain Ruang Model (kiri) dan Stasiun Pengamatan (kanan) 4

Data Pasang surut didapatkan dengan menggunakan metode least square. Metode ini mencocokkan data hasil pengamatan dengan persamaan harmonik pasut untuk mendapatkan amplitudo serta fasa konstituen pasut dengan menggunakan persamaan seperti yang tertera pada persamaan (4), (5), dan (6) di bawah ini untuk tahun 2007 s/d tahun 2011. ( ) ( ) ( ) (1) J hanya akan minimum jika memenuhi persamaan berikut, ( ( ) ( )) (2) Dimana: ( ) = elevasi muka air laut hasil perhitungan ( ) = elevasi muka air laut hasil pengamatan An, Bn = Amplitudo komponen pasang surut (dicari) ω n = (2π/T) = Frekuensi komponen pasang surut T = Periode komponen pasang surut (3) HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil simulasi dan pemodelan, didapatkan hasil seperti yang tertera pada tabel 2 Tanggal Kejadian Pasut Tabel 2 Hasil Simulasi Storm Surge dan Pasang Surut TS-1 pasut + /pasut (%) pasut + Stasiun Pengamatan Storm Surge TS-2 TS-3 TS-4 /pasut (%) pasut + /pasut (%) pasut + /pasut (%) 23-Aug-07 43.39 0.13 43.52 0.30-0.66 42.73-1.52-1.34 42.05-3.09-2.09 41.30-4.82 25-Nov-07 51.91 9.41 61.32 18.13 9.43 61.34 18.17 9.55 61.46 18.40 9.71 61.62 18.71 20-Dec-07 40.75-10.41 30.34-25.55-8.56 32.19-21.01-6.83 33.92-16.76-4.79 35.96-11.75 8-May-08 50.71-2.53 48.18-4.99-2.54 48.17-5.01-2.59 48.12-5.11-2.62 48.09-5.17 2-Jun-08 50.16 3.77 53.93 7.52 3.50 53.66 6.98 3.41 53.57 6.80 3.29 53.45 6.56 14-Nov-08 51.03 1.12 52.15 2.19 1.21 52.24 2.37 1.26 52.29 2.47 1.32 52.35 2.59 1-Dec-08 55.05-12.84 42.21-23.32-11.06 43.99-20.09-9.55 45.50-17.35-8.02 47.03-14.57 14-Dec-08 58.84 5.36 64.20 9.11 5.52 64.36 9.38 5.75 64.59 9.77 6.08 64.92 10.33 11-Jan-09 55.97 2.92 58.89 5.22 4.40 60.37 7.86 5.84 61.81 10.43 7.35 63.32 13.13 9-Feb-09 43.70-5.54 38.16-12.68-5.03 38.67-11.51-4.62 39.08-10.57-4.08 39.62-9.34 12-May-09 53.25 0.78 54.03 1.46 0.94 54.19 1.77 1.08 54.33 2.03 1.18 54.43 2.22 14-Oct-09 23.81 16.59 40.40 69.68 16.31 40.12 68.50 16.23 40.04 68.16 16.11 39.92 67.66 19-Oct-09 31.85 3.25 35.10 10.20 2.97 34.82 9.32 2.70 34.55 8.48 2.40 34.25 7.54 5-Nov-09 52.39 3.23 55.62 6.17 3.26 55.65 6.22 3.28 55.67 6.26 3.16 55.55 6.03 2-Dec-09 54.39 1.54 55.93 2.83 1.59 55.98 2.92 1.64 56.03 3.02 1.67 56.06 3.07 1-Jan-10 58.13 7.59 65.72 13.06 8.15 66.28 14.02 8.72 66.85 15.00 9.34 67.47 16.07 29-Jan-10 50.54 3.10 53.64 6.13 3.38 53.92 6.69 3.67 54.21 7.26 3.99 54.53 7.89 13-Feb-10 39.96 6.36 46.32 15.92 7.87 47.83 19.69 9.40 49.36 23.52 10.98 50.94 27.48 15-Jun-10 52.91 5.91 58.82 11.17 4.63 57.54 8.75 3.44 56.35 6.50 2.05 54.96 3.87 24-Jun-10 50.67 4.19 54.86 8.27 3.34 54.01 6.59 2.56 53.23 5.05 1.73 52.40 3.41 3-Jan-11 53.43 6.05 59.48 11.32 7.86 61.29 14.71 9.62 63.05 18.00 11.35 64.78 21.24 17-Jan-11 51.23 1.91 53.14 3.73 2.28 53.51 4.45 2.67 53.90 5.21 3.10 54.33 6.05 31-Oct-11 52.28-7.81 44.47-14.94-7.15 45.13-13.68-6.65 45.63-12.72-6.17 46.11-11.80 25-Nov-11 50.67 1.92 52.59 3.79 2.07 52.74 4.09 2.22 52.89 4.38 2.33 53.00 4.60 23-Dec-11 51.39-2.32 49.07-4.51-1.65 49.74-3.21-1.05 50.34-2.04-0.16 51.23-0.31 Max 58.84 16.59 65.72 69.68 16.31 66.28 68.50 16.23 66.85 68.16 16.11 67.47 67.66 Average 49.14 1.75 50.88 4.81 2.08 51.22 5.46 2.42 51.55 6.12 2.77 51.90 6.83 Min 23.81-12.84 30.34-25.55-11.06 32.19-21.01-9.55 33.92-17.35-8.02 34.25-14.57 5

Dari superposisi antara elevasi pasang surut dan elevasi storm di waktu saat kejadian banjir rob tercatat, maka kita dapat mengetahui bahwa elevasi minimum muka air yang menyebabkan terjadinya banjir rob (threshold), yaitu 30.34 cm. Pendekatan sedemikian rupa benar adanya jika memenuhi asumsi-asumsi berikut: Banjir rob hanya dipengaruhi oleh faktor kelautan seperti pasang surut dan storm Kejadian banjir rob yang tercatat cukup merepresentasikan mayoritas kejadian banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara Ketinggian storm hasil pemodelan akurat Dengan asumsi seperti yang disebutkan di atas, serta dengan catatan bahwa variasi muka air laut akibat storm tidak signifikan, maka banjir rob berikutnya akan terjadi pada tanggal 19 Agustus 2012 Dengan menetapkan batas-batas ekstrim tertentu, yaitu MHWS untuk pasut dan data positif dengan probabilitas terlampaui 10% untuk storm, maka didapatkan korelasi antara kejadian banjir rob dengan kejadian ekstrim dari faktor kelautan seperti pada gambar 3. Pada gambar 3 juga dapat dilihat korelasi antara kejadian banjir rob dengan kejadian curah hujan bulanan yang tinggi (di atas 115% rata-rata curah hujannya). Meskipun sebenarnya, pengaruh curah hujan yang mempengaruhi melimpasnya air sungai ke daratan sehingga terjadi ambiguitas antara banjir sungai dan banjir rob masih harus diteliti lebih lanjut. Gambar 3 Korelasi Kejadian Ekstrim dengan Kejadian Banjir Rob yang Tercatat Dari hasil penyederhanaan kasus dengan pendekatan bentuk teluk jakarta berbentuk persegi panjang dengan lebar 35 km dan panjang 15 km, serta kedalaman rata-rata perairan 12.5 m, maka didapatkan bahwa Teluk Jakarta memiliki periode resonansi utama untuk arah Utara- Selatan sebesar 1.5 jam dan arah Barat-Timur 1.76 jam, periode ini jauh lebih kecil dari periode komponen pasang surut utama terkecil yaitu sebesar 6.1 jam. Dari hasil perhitungan sederhana untuk memperhitungkan apa yang akan terjadi jika seluruh sungai yang mengalirkan air ke Teluk Jakarta banjir secara bersama-sama tanpa ada limpahan air ke daratan terlebih dahulu dan seluruh volume air akibat debit banjir (3383m 3 /s) tersebut terperangkap di Teluk Jakarta, didapatkan bahwa kejadian tersebut hanya akan menambah elevasi muka air di Teluk Jakarta sebesar 7cm. 6

SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil studi kasus sederhana dan pemodelan, didapatkan simpulan berupa: 1. Teluk jakarta memiliki periode resonansi utama sebesar 1.5 jam untuk arah Utara- Selatan, dan 1.76 jam untuk arah Timur-Barat. 2. Jika seluruh debit banjir sungai di Jakarta melimpah secara bersama-sama ke dalam teluk jakarta (tanpa melimpah ke darat sebelumnya) dan terbendung di dalamnya, maka volume air yang masuk ke dalam Teluk Jakarta tidak cukup signifikan untuk menyebabkan banjir Rob. 3. Tinggi elevasi muka air minimum yang menyebabkan terjadinya banjir rob (threshold) adalah 30.34 cm. Nilai ini didapatkan dengan asumsi bahwa: Banjir rob hanya dipengaruhi oleh faktor kelautan seperti pasang surut dan storm Kejadian banjir rob yang tercatat cukup merepresentasikan mayoritas kejadian banjir rob yang terjadi di Jakarta Utara Ketinggian storm hasil pemodelan akurat 4. Pasang surut merupakan faktor utama penyebab terjadinya banjir rob, oleh karena itu seharusnya banjir rob dapat diprediksi dengan baik. 5. Storm bukanlah faktor penyebab utama terjadinya banjir rob. Namun dengan persentase e.m.a /pasut bervariasi antara -25.55% hingga 69.68%, maka storm tetap berpotensi untuk menambah atau bahkan mengurangi jumlah kejadian banjir rob 6. Kejadian banjir rob tidak selalu diikuti oleh kejadian ekstrim 7. Ada kemungkinan ambiguitas media dalam membedakan antara banjir rob dan banjir sungai. 8. Dugaan banjir rob berikutnya akan terjadi pada tanggal 19 Agustus 2012. Hasil elevasi muka air yang didapatkan dari studi kali ini dapat digunakan untuk memodelkan tinggi dan jarak genangan yang terjadi untuk masing masing kejadian. Namun, untuk memverifikasi, ada baiknya pemodelan genangan dilakukan pada tanggal 20 Desember 2007, dimana pada saat itu, ketinggian elevasi muka air kita jadikan sebagai threshold. Selain itu, sebaiknya dilakukan pula pemodelan genangan dengan memasukkan faktor sungai, penurunan muka tanah, dan kenaikan muka air secara global pada tanggal 23 Agustus 2007, 20 Desember 2007, 9 Februari 2009, dan 19 Oktober 2009, dimana pada keempat tanggal tersebut pasang surut berada di bawah MHWS dan tidak terdapat storm ekstrim positif. Dalam pemodelan-pemodelan hidrodinamika Teluk Jakarta berikutnya, dapat dicoba untuk memasukkan faktor storm akibat kombinasi dari angin badai yang berasal pada Laut Cina Selatan dengan angin lokal pada Laut Jawa, sehingga tinjauan dapat menjadi lebih komprehensif. Agar peramalan banjir berikutnya dapat lebih akurat, maka sebaiknya dilakukan pengukuran elevasi muka air minimum yang dapat menyebabkan banjir rob secara aktual di lapangan di sepanjang pesisir Jakarta Utara. Sehingga, kita dapat mengetahui kapan terjadinya banjir rob selanjutnya tanpa perlu melakukan pemodelan genangan. 7

DAFTAR PUSTAKA Dean, R. dan Dalrymple, R., Water Wave Mechanics For Engineers and Scientists, 2 nd Edition, Routledge, Singapore, 1984 Plugh, David, Changing Sea Levels, Cambridge University Press, UK, 2004 White, Frank M., Fluid Mechanics, 5 th Edition, McGraw-Hill, 2003 Open University, Waves, Tides and Shallow-water Processes, Open University Oceanography Series Vol.4. Oxford: Pergamon Press in association with the Open University, 1989 Molloy, Emma (2001). Seiching in Cockburn Sound, Departement of Enviromental Engineering, University of Western Australia. Muin, Muslim dan Spaulding, Malcolm (1997), Three Dimensional Boundary-Fitted Circulation Model, Journal of Hydraulic Engineering. Mihardja, D. K., dan Hadi, S. (1988). Pasang Surut Laut. Diktat Kuliah Pendidikan Survei Hidrografi ITB Pertamina, Penerbit ITB, 1988 Zakaria, Ahmad (2009). Teodri dan Komputasi Untuk Gelombang Angin dan Pasang Surut Menggunakan PHP Script, Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung, 2009 8