Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

dokumen-dokumen yang mirip
SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

PIPIN, KAKEK, DAN KERETA API. El Johan Kristama

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

Arif Rahman

PESAN UNTUK SANG ANAK AGUS BUDI SANTOSO

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Karya Nurul Alma Febriyanti

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali.

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

Sang Pangeran. Kinanti 1

membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

TILL DEATH DO US PART

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Karina Sacharissa. Warna Dari pelangi. Penerbit Chaliccabook

Bab 1. Awal Perjuangan

sebenarnya saya terlambat karena saya terlambat bangun, maafin saya Pak, saya sudah berbohong dan terlambat. Pak Guru memukul meja, sambil berkata,

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Aku sedang sibuk. Les-les untuk persiapan Ujian Akhir Nasional-ku sangat menyita perhatian.

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

oooooooo "Park Shinhye!!!!!"

Pengalamanku dalam Angkot

Belajar Memahami Drama

THE LOST VIRGIN ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

ANNIE DAN HALLEY. Written By. Puspasani

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

vioooooo, udah jam 6 lewat, kamu mau sekolah apa gak sih jerit mama dari dapur ketika mendapati sarapan yang disiapkannya masih rapi di meja makan.

Si Fero yang Tinggi Hati

BAB I SOSOK MISTERIUS. Vanessa Putri, Vanessa Putri? Bu Ria memanggil nama itu lagi.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Atau ada juga yang hanya di dalam kota. Ada yang ke Dufan, Water Boom, atau ke Puncak. kata Anti lagi.

Ucok: Si Penjala Ikan

LIONTIN DARI SHANIA 7

PERANCANGAN FILM KARTUN

Keindahan Seni Pendatang Baru

BAB 1. Duluan ajaa..nanti aku nyusul jawab Panji dengan suara lantangnya

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

Antara keingin- an dan hasrat serta pengorbanan Ber- bagi

IBU DAN CINTA INT.DI DAPUR TEMPAT IBU MULYADI MEMASAK(PAGI)

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

2 Our Precious School

Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

Kegiatan Sehari-hari

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

***** 2 Bintang Bersinar di Negeri Berlian

ART OF THE TRIOMPE. Oleh: Dwi Wulandari

Cermin. Luklukul Maknun

CATATAN KECIL MASA SEKOLAH. dan cerita-cerita lainnya

"BOLA DAN CINTA" TRI ISTANTO S1TI-07

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

MEANING OF LIFE. Written By. Putra Dhamara Subhan

Chapter 1. Baik, selagi kalian mencatat, saya absen.

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Alergi Gelembung. Girl and the Magic Tree 1

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Tekadku Karena Mimpiku

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Bab 9 Bunda, Aku Menyayanginya..

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

SANDY. hei! mau kemana? abis ini masih ada pelajaran BOBY. (menoleh dan tersenyum) duluan ya! SANDY. dasar!

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

Juli Milik kita. Aku sudah sampai depan RS Margono. siap. menunggu. engga usah kaget, aku bisa. menit aku sampai, tunggu ya mas

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Bimo, Ra, Kenapa lagi sama calon lakimu itu duhai Syaqilaku sayang? godaku. Ojo ngenyeklah. Hahaha. Iya, iya. Bimo kenapa? Tadi aku nggak sengaja

Siang itu terasa sangat terik, kami merasa lelah

TUGAS UJIAN PERANCANGAN FILM KARTUN NASKAH FILM. Disusun Oleh :

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

kegiatan sehari hari pelajaran 2

Hy sobat, sebelumnya aku belum memperkenalkan diri, aku kekey lebih. tepatnya Keyla Syakira. Sebenarnya aku bisa dibilang siswi yang lumayan aktif

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

LIBURAN BIMO DI YOGYAKARTA

SAMPLE. Prologue. Beberapa tahun lalu... image diriku yang ingin kutanamkan dalam benakku. Aku

BROADCASTING TV MIDTERMS

Bagian Satu: Masa Pencarian Cahaya

"ne..cheonmaneyo" jawab Yunho mewakili DBSK sambil sedikit membungkuk.

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

Awal yang Tak Terduga

Naskah Film Pendek. Sahabat Karib

Mengajarkan Budi Pekerti

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

Transkripsi:

Senyum Terakhir Dengan nafas yang terengah-engah setelah mengendarai sepeda. Aku terhenti saat ku melihat dia, aku tak tau siapa dia. Wajahnya cukup cantik dan manis, aku singgah membeli segelas air untuk melepaskan dahaga yang melanda tenggorokanku. Setelah beristirahat aku langsung menggayuh pedal sepeda untuk pulang ke rumah. Sesampai dirumah, kedua orang tuaku sedang pergi ke sebuah tempat yang aku tidak tau. Aku segera pergi mandi karena badanku sudah bermandi keringat. Setelah mandi aku memakai pakaian dan menuju taman yang tak jauh dari kompleks rumahku. Aku kaget si dia juga sedang berada ditaman. Tanpa pikir panjang aku langsung menghapirinya. Hai.., kataku Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku. Hai.. boleh kenalan gak?. Iya ada apa?, katanya sambil menatap novel yang dibacanya. Aku boleh gak kenalan? Namaku Zhaky, sambil mengulurkan jemariku. Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di atas kursi dan memberi tah u namanya. Namaku Tamara, katanya dengan senyum. Kamu tinggal dimana?, kataku. Aku tinggal di sebelah kiri toko buku dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin. Oooo. Kamu anak baru yah?. Memang kenapa?. Tidak kenapa-kenapa kok. Ayo aku temani jalan-jalan di taman ini. Lagi pula gak enak juga kalau suasananya begini-begini saja, pintaku. Ok.. baiklah, katanya dengan lembut.

Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan si dia yaitu Tamara. Kami berjalan mengeliling taman, dari pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaran. Aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan kami selalu menyelingi pembicaraan kami dengan candaan yang cukup untuk mengocok perut hingga sakit. Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya. Kami berjalan pulang bersama karena arah rumah kami searah. Tamara berada di depan kompleks sedangkan rumahku ada di lorong kedua sebeleh kanan di kompleks tempat tinggalku. Sesampai di depan rumah Tamara kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar. Suara teriakan Ibunya yang memanggil membuat kami berdua kaget. Tamara Tamara ayo cepat masuk, udah hampir malam nih!, teriak ibunya. Ya bu.. tunggu!, Zhaky aku duluan yah?, katanya dengan senyum. Iya..., kataku sembari membalas tersenyumnya. Kamu juga cepetan pulang, nanti di cariin sama Ibu kamu. Ok aku pulang yah.. dadah..!, sambil berjalan dan melambaikan tangan. Di perjalanan, aku hanya bisa berkata baru kali ini aku bisa cepat berkenalan dengan seorang gadis, apalagi gadis seperti Tamara. Kini aku berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga. Sesampai di rumah aku di marahi oleh Ibuku. Kamu ke mana aja?, bentak Ibu. Maaf Bu, aku tadi dari keliling taman, kataku sambil menunduk. Lain kali jangan pulang telat lagi yah?. Iya Bu, sembariku meninggalkan ibu di teras rumah. *** Keesokan paginya aku bertemu dengan Tamara, ternyata aku sama sekolah dengan dia, kemarin aku lupa nanya sih. Aku langsung berlari menghapirinya. Tamara Tamara. tunggu aku!, kataku sambil berlari.

Tamara berhenti dan memegang pundakku. Masih pagi-pagi kok dah keringatan kayak gini?, ini usap keringatmu!, katanya sembari menyodorkan sapu tangannya. Iya nih, kamunya tuh. Kamu jalannya cepat amat. Iya maaf, kataya sambil tersenyum. Ayo buruan entar pintu gerbang di tutup. Sesampai di sekolah aku langsung ke kelas dan ternyata Tamara juga sekelas dengan aku. Dia duduk di sampingku, karena Dino teman aku baru pindah sekolah dua hari yang lalu. Tamara naik dan memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasku. Hai perkenalkan namaku Tamara Adelia, panggil aja aku Tamara. Aku baru pindah dari Makassar kemarin, semoga kita semua bisa menjadi teman yang akrab. Ok., Teriak semua temanku. Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami duduk di depan kelas sembari bercerita tentang tugas sekolah. Kamu suka pelajaran apa?, tanyaku. Aku paling suka pelajaran matematika. Kenapa kamu suka pelajaran itu?, padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan. Karena aku suka aja dengan pelajaran itu, kalau kamu sukanya pelajaran apa?. Aku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia, yah pelajaran sastra. Kenapa kamu suka pelajaran itu?, tanyaku. Seperti kamu tadi, aku suka aja dengan pelajaran itu. Aku sudah buat beberapa cerpen, mau baca?, kataku sambil menyodorkan beberapa cerpen karyaku. Ini buatan kamu?, aku gak percaya. Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca yah dan berikan saran, ok?. Ok, katanya sambil tersenyum. ***

Tttttttteeettt., Bunyi bel menandakan kami akan melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi, guru yang mengajar tidak datang. Jadi aku dan Tamara bersama teman-teman yang lain hanya bercerita tentang hal-hal yang dapat mengocok perut. Tak lama kemudian, kami pun pulang. Aku bersama Tamara dan temanku yang lain berjalan menuju pintu gerbang, menertawai hal yang tak patut ditertawai. Di perjalanan pulang Tamara berteriak, Auuuuhh sakit, Zhaky bantu aku berdiri! pintanya sambil meneteskan air matanya. kaki Tamara tersandung batu, dan kelihatannya kaki Tamara Terkilir. Sudah jangan nangis donk, pasti kamu akan sembuh kok, kataku menyemangati. Iya Zhaky, tapi kaki aku sakit banget. Bantu aku berdiri donk!, pintanya Auuuuhh. Sakit!!, katanya sambil merintih kesakitan. Sini biar aku gendong deh, gak apakan?. Betul mau gendong aku, aku berat loh!, katanya sambil tersenyum. sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat. hehehe. Aku beratkan?, tanyanya, sambil tertawa. Gak kok.., kataku sambil tersenyum. Sesampai di depan rumah Tamara, Ibunya yang sedang membaca koran kaget saat melihat kedatanganku yang menggendong Tamara. Tamara, kamu gak apa-apakan nak?. Gak apa-apa kok Bu, kata Tamara. Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang tante, kataku. Terima kasih yah nak. Zhaky, tante!, ucapku dengan maksud memperkenalkan diri. Iya terima kasih yah nak Zhaky, katanya sambil tersenyum. Tamara, tante, Zhaky pulang dulu yah?, kataku. Iyaa nak Zhaky, kapan-kapan main ke rumah yah?, kata ibu Tamara. Baik tante, kataku sambil tersenyum. Sehabis menggendong Tamara punggungku rasanya ingin copot, benar juga kata Tamara badannya berat. Tapi, tidak apalah dari pada sahabat aku Tamara gak pulang ke rumah. Sesampai dirumah aku langsung melepas pakaian dan makan siang. Sesudah itu aku langsung tidur karena aku lelah banget udah

gendong Tamara. *** Keesokan paginya aku menunggu Tamara di depan rumahnya. Saat melihat dia keluar rumah, dia sudah bisa berjalan dengan baik. Aku kaget dan bengong melihatnya. Woii kamu kenapa bengong kayak gitu?, tanyanya sambil mencubit pipiku. Akh gak apa kok!, eh kok cepat amat sembuhnya?. Iyaa nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit amat waktu di urut. Baguslah, daripada berjalan dengan pincang, kataku sambil tersenyum. Sampai di sekolah teman-teman ku berkumpul membicarakan sesuatu, aku dan Tamara bergegas ke sana dan mendengar apa yang di ceritakan temantemanku itu. Teman-teman, besokkan kita libur bagaimana kalau kita liburan?, kata Naila. Kita mau ke mana?, tanyaku memotong pembicaraan. Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana?, kata Denny. Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi terkenal di kota ini!, kata Tamara. Baiklah kita akan ke pantai Bira!, kataku. Tak sabar menunggu saat itu, aku menceritakan sedikit tentang pantai Bira kepada Tamara. Kami tidak memerhatikan penjelasan guru, akibat cerita kami yang semakin mengasyikkan. Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan Tamara walau sekejap saja. Tapi, mungkin itu cuman perasaanku saja. Kami berkeliling sekolah mencari hal-hal yang baru dan melupakan apa yang aku banyangkan tadi. Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi kami berlari ke kelas. Kami berlari sambil tertawa dengan senangnya. Rasanya hal ini adalah hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan menunggu guru. Tak lama kemudian, guru yang mengajar pun datang. Aku merasa agak tidak enak badan. Tamara iseng mencubit pipiku dan Tamara kaget.

Zhaky kamu gak apa-apa, kan? tanyanya dengan khawatir. Aku gak apa-apa kok, kataku dengan nada yang pelan. Kamu sakit dan aku harus antar kamu pulang!, katanya sambil berjalan menuju guruku. Pak, Zhaky sakit, katanya. Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya? tanya pak guru. Iya pak aku bisa kok, katanya. Berhubung sudah hampir pulang Tamara memasukkan barang-barangku ke dalam tas lalu dia juga membereskan barang-barangnya. Ayo aku antar kamu pulang, katanya. Tamara meminta izin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemarijemariku dan sesekali memegang keningku. Tamara selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir. Sesampai di rumah aku langsung di bawa Tamara ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku. Ini sebabnya kalau makan gak teratur, katanya. Sudah tante, Zhaky kan lagi sakit, pinta Tamara ke Ibuku. Biarlah nak, biar dia tahu rasa, kata Ibuku. Kalau begitu aku pulang dulu tante. Nak nama kamu siapa?. Nama aku Tamara, tante. Terima kasih yah nak Tamara, udah bawa pulang anak tante ini. Iya, sama-sama tante, katanya. Aku melihat senyuman indah dari Tamara saat akan keluar dari kamarku. *** Keesokan paginya, rasanya badanku udah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku bawa. Aku mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan langsung menuju rumah Tamara. Tapi, Tamara sudah berangkat duluan. Aku langsung ke sekolah. Sampai di sekolah aku melihat Tamara dan langsung menghampirinya.

Zhaky, kamu udah sembuh?, katanya. Iya.. aku udah sembuh kok. Betul aku udah sembuh, kataku sambil meraih tangannya dan meletakkannya di keningku. Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar kami ke pantai Bira pun datang. Aku duduk di belakang bersama anak lelaki lainnya. Tamara berada di depan bersama teman wanitanya. Di perjalanan rasa gelisahku semakin tak menentu. Aku memiliki pirasat buruk dan naas tak berselang beberapa lama mobil yang aku tumpangi kecelakaan. Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di pikiranku sekarang adalah Tamara. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah. Tamara.. kamu gak apa-apa, kan?. Aku tak mendengar suaranya. Aku melihat teman-temanku terluka dan mengeluarkan banyak darah. Saat aku ke tempat duduk Tamara, aku melihat kepala Tamara mengeluarkan banyak darah. Rasa sakit yang aku rasa membuat aku pingsan. Zhaky, Zhaky, bangun nak, ibu di sini, kata ibuku sambil menangis. Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku sekarang berada di rumah sakit, aku kaget dan berteriak. Dimana Tamara Bu? Tamara baik-baik sajakan Bu?. Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah. Ibu apa yang terjadi?, aku mulai meneteskan air mata. Maaf nak, kini Tamara sudah berada di tempat lain, dengan nada yang pelan ibu memberitahuku. Jadi maksud ibu?. Iya Nak, Tamara telah meninggal akibat kecelakaan itu, kata ibu sembari memelukku. Aku terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras dan berkata kenapa dia terlalu cepat meninggalkan aku Bu?. Aku terdiam dan

mengingat saat aku sakit, dia memberiku senyuman yang kuanggap indah itu dan menjadi senyuman terakhir darinya.