IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

Perhitungan Dosis Obat

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN ANAK DEMAM BERDARAH DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

Pertimbangan Pengaturan Dosis

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

IDENTIFIKASI DRUG RELATED

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN FARMASIS SEBAGAI PROBLEM SOLVER

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kuman Salmonella Typhi (Zulkoni, 2011). Demam tifoid banyak ditemukan. mendukung untuk hidup sehat (Nani dan Muzakir, 2014).

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

Tujuan Instruksional:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya perubahan orientasi pada kefarmasian dari drug oriented menjadi

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

Pasien Geriatri. Bahan Diskusi Kuliah Pharmaceutical Care PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI USU

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tujuan Instruksional:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. usia, jenis kelamin, berat badan, dan karakteristik pasien. Obat off-label

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasien yang menderita suatu penyakit membutuhkan adanya obat sebagai

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN POLI ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO PERIODE JANUARI JUNI 2007 SKRIPSI Oleh : TRI HANDAYANI K 100040211 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drug Related Problems (DRPs) merupakan bagian dari suatu medication error yang dihadapi hampir semua negara di dunia. Tahun 1997 di USA tercatat 160.000 kematian dan 1 juta pasien dirawat di rumah sakit akibat adanya DRPs dari obat yang diresepkan dan Morse mengestimasikan bahwa di USA, biaya penyakit yang berkaitan dengan obat yang diresepkan adalah $ 7 bilion setiap tahun (Strand et al.,1998). Akibat dari sejarah perkembangan obat yang disebabkan oleh makin banyaknya kasus Drug Related Problems, maka berkembanglah Pharmaceutical Care. Minesota Pharmaceutical Care Project selama 3 tahun telah melakukan penelitian yang telah didokumentasikan oleh komunitas farmasis. Penelitian dilakukan terhadap 9399 pasien, dari 5544 jumlah DRPs yang terjadi 23% membutuhkan terapi obat tambahan, 15% diidentifikasi menerima obat salah, 8% karena mendapat obat tanpa indikasi yang valid, 6% diantaranya menyangkut dosis yang terlalu tinggi dan 16% untuk dosis yang terlalu rendah. Sedangkan penyebab umum lainnya adalah Advers Drug Reactions (ADRs) sebanyak 21% (Strand et al.,1998). Kasus DRP kategori dosis di Eropa masuk enam besar dibandingkan kasus DRP kategori yang lain (Bouvi, 2004). 1

2 Dalam lingkup pengobatan spesialis, pediatrik menempati rangking kedua setelah penyakit dalam, dalam hal terjadinya Drug Related Problems (DRPs). Farmakologi dan dosis obat mempunyai peran dalam menimbulkan masalah yang berkaitan dengan DRP. Kesalahan yang sering terjadi pada pengobatan pediatrik adalah salah dalam perhitungan dosis dan interval dosis, salah dalam drug orders (meliputi penulisan dan interpretasi), serta dalam pembuatan dan penyimpanan obat (Cohen, 1999). Sebuah penelitian yang dilakukan di Stockholm Swedia menyatakan dari 249 kasus DRPs pada pasien pediatrik angka kejadian DRPs kategori dosis masuk pada 2 besar yaitu sebesar 85 kasus atau 34% (Kimland, 2006). Pasien pediatrik harus diprioritaskan dalam penanganan Drug Related Problems (DPRs) karena kondisi fisiologisnya masih belum sempurna sehingga faktor-faktor metabolisme dan absorbsi obat tidak bisa disamakan begitu saja dengan pasien dewasa (Ladymotts, 2005). Suatu studi di USA melaporkan tahun 1995 biaya tahunan dikeluarkan untuk mencegah Drug Related Problems (DRPs) menghabiskan biaya $76,6 milyar, sedang biaya penggunaan obat akibat DRP sebanyak $177,4 milyar di tahun 2000. Sehingga dapat disimpulkan sejak tahun 1995 sampai dengan 2000 biaya yang diakibatkan oleh DRP berkembang menjadi lebih dari dua kali lipat (Cerruli, 2001). Suatu penelitian tentang DRPs pada resep dokter anak di Instalasi Rawat Jalan RSUD Wirosaban Yogyakarta menunjukkan kejadian DRPs kategori dosis lebih masuk dalam peringkat pertama untuk DRPs yang sering terjadi yaitu sebesar 50,72%, dan sebanyak 28,99% kasus dosis kurang (Wijayanti, 2005).

3 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo merupakan Rumah Sakit Umum di Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah pasien yang banyak, hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien di Instalasi Rawat Jalan dari bulan Januari Juni 2007 sebesar 28.568 pasien dimana jumlah pasien pediatrik sebesar 2.205 atau sebesar 7,72% dengan tingkat kunjungan pasien di poli anak perhari rata rata 15 pasien. Suatu penelitian tentang profil penggunaan antibiotik pada pasien Rawat Inap Penderita Demam Tifoid di RSUD Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa pemberian dosis tidak sesuai standar ada 30 kasus atau sebesar 28,04% (Karyaningsih, 2006). Uraian mengenai besarnya persentasi kasus DRPs yang menyangkut dosis serta tingginya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akibat adanya DRPs melatarbelakangi dilakukan penelitian pada pengobatan pasien pediatrik terhadap kemungkinan terjadi Drug Related Problems (DRPs) potensial kategori dosis. Alasan terpilihnya Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo adalah adanya kasus pemberian dosis yang tidak tepat pada penelitian oleh Karyaningsih tahun 2004, sehingga kemungkinan terjadi Drug Related Problems potensial kategori dosis pada pasien di Instalasi Rawat Jalan Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut : apakah terjadi DRPs potensial kategori dosis pada

4 pasien di Instalasi Rawat Jalan Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo periode Januari Juni 2007? C. Tujuan Penelitian Adapun penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi adanya DRPs potensial kategori dosis yang terjadi pada pasien di Instalasi Rawat Jalan Poli Anak Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo periode Januari Juni 2007. D. Tinjauan Pustaka 1. Drug Related Problems Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga kenyataanya dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Strand et al., 1992). Drug Related Problems (DRPs) dapat dikategorikan menjadi aktual maupun potensial. DRPs aktual merupakan permasalahan yang telah terjadi, sehingga diperlukan intervensi dari farmasi untuk menanganinya. DRPs potensial merupakan permasalahan yang belum terjadi, namum mepunyai potensi atau ada kemungkinan terjadi pada beberapa pasien dengan resiko tinggi, jika tidak diikuti intervensi dari farmasi untuk mencegahnya (Rovers et al., 2003). Suatu kejadian dapat disebut DRPs (Ladymotts, 2005) bila memenuhi dua komponen berikut: a. Kejadian yang tidak diinginkan yang yang dialami pasien.

5 Ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnosis, penyakit, ketidakmampuan (disability), atau sindrom ; dapat merupakan efek dari kejadian kondisi psikologis, fisiologis, sosiokultural, atau ekonomi. b. Ada hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat. Bentuknya hubungan ini dapat berupa konsekuensi dari terapi obat, maupan kejadian yang memerlukan terapi obat sebagai solusi maupun preventif. Kategori Drug Therapy Problems atau Drug Related Problems dan penyebabnya adalah sebagai berikut: a. Terapi obat yang tidak perlu. 1) penggunaan obat tanpa indikasi 2) penggunaan obat aditif 3) terapi tanpa obat lebih tepat 4) duplikasi terapi b. Obat salah 1) dosis tidak tepat 2) adanya kontraindikasi 3) kondisi obat yang tetap 4) tersedia obat lain yang lebih efektif 5) interaksi obat c. Dosis terlalu rendah

6 1) dosis obat salah 2) frekuensi pemberian tidak tepat 3) durasi pemakaian obat tidak tepat 4) penyimpanan obat yang tidak tepat 5) pemberian obat tidak tepat 6) interaksi obat d. Advers drug reactions 1) obat yang tidak aman untuk pasien 2) reaksi alergi 3) pemberian obat tidak tepat 4) interaksi obat 5) peningkatan atau penurunan dosis yang terlalu cepat 6) efek yang tidak diharapkan e. Dosis terlalu tinggi 1) dosis obat salah 2) frekuensi pemberian tidak tepat 3) durasi pemberian obat tidak tepat 4) interaksi obat f. Inappropriate adherence

7 1) produk obat tidak tersedia 2) tidak bisa mendapatkan produk obatnya 3) tidak ada cara pemberian 4) tidak paham instruksi 5) pasien lebih suka tidak meminum obat g. Membutuhkan terapi tambahan 1) ada indikasi tapi tidak diterapi 2) terapi yang sinergis 3) terapi profilaksis (Rovers et al., 2003). 2. Pasien pediatrik Dalam pengobatan, pediatrik tidak dapat diperlakukan sebagai orang dewasa berukuran kecil. Penggunaan obat untuk pediatrik merupakan hal khusus yang berkaitan dengan laju perkembangan organ, sistem dalam tubuh maupun enzim yang bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Dosis bagi pediatrik sering sulit untuk ditentukan. Untuk dapat menentukan dosis obat disarankan beberapa penggolongan untuk membagi masa anak-anak. The British Pediatric Association (BPA) mengusulkan rentang waktu berikut yang didasarkan pada saat terjadinya perubahan-perubahan biologis:

8 a. Neonatus : awal kelahiran sampai usia 1 bulan (dengan subseksi tersendiri untuk bayi yang lahir saat usia kurang dari 37 minggu dalam kandungan) b. Bayi : 1 bulan sampai 2 tahun c. Anak : 2 sampai 12 tahun (dengan subseksi anak dibawah usia 6 tahun memerlukan bentuk sediaan yang sesuai) d. Remaja : 12 sampai 18 tahun Perubahan biologis yang diwakili oleh rentang waktu tersebut adalah: neonatus, terjadi perubahan klimakterik yang sangat penting; bayi, merupakan masa awal pertumbuhan yang pesat; anak-anak, adalah masa pertumbuhan secara bertahap; remaja, merupakan akhir tahap perkembangan secara pesat hingga menjadi orang dewasa (Prest, 2003). Pemanfaatan pengalaman klinis merupakan acuan terbaik dalam menentukan dosis yang paling sesuai untuk bayi maupun anak-anak. Pemakaian obat yang belum mempunyai ijin untuk digunakan pada anak, walaupun sering dijumpai, harus dipantau secara ketat untuk memastikan bahwa keamanan pasien diutamakan. Penyuluhan kepada pasien anak-anak maupun pengasuhnya dalam bahasa yang mudah dimengerti akan membantu meningkatkan kepatuhan anak terhadap pengobatan (Prest, 2003). Penggunaan dosis obat pada pediatrik biasanya didasarkan pada dosis dewasa dengan menyesuaikan usia pasien, berat badan atau body surface area, tanpa memperhatikan perbedaan pada maturasi komposisi lemak tubuh, renal, fungsi hepar

9 dan absorpsi obat pada masing-masing pasien pediatrik. Dosis pasien pediatrik bervariasi dan bersifat individual tergantung pada faktor-faktor seperti keadaan premature, usia dan berat badan. Perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik diantara pasien dewasa dan pediatrik seringkali dipertimbangkan ketika obat diresepkan, sehingga berujung pada terjadinya medication error (Cohen, 1999). 3. Dosis Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat dalam maupun luar (Anonim, 2003). Macam-macam dosis, antara lain: a. Dosis terapi adalah sejumlah dosis yang memberikan efek terapetik pada penderita dewasa (Joenoes, 2004). b. Dosis maksimum adalah dosis (takaran) yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan (Anonim, 2003 ). c. Dosis toksik adalah dosis obat yang diberikan melebihi dosis terapi, terutama obat yang tergolong racun dan ada kemungkinan terjadi keracunan. d. Dosis letal adalah dosis toksik yang sampai mengakibatkan kematian (Joenoes, 2004). Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor, meliputi: faktor obat, cara pemberian obat tersebut, dan penderita. Terutama faktor

10 penderita seringkali kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu dapat diprakirakan (Joenoes, 2004). Di bidang pediatrik dalam menentukan dosis obat untuk terapi sering ditemukan kesulitan, alasannya ialah karena organ-organnya masih belum sempurna, antara lain hepar, ginjal, dan susunan saraf pusat (Joenoes, 2004). Memilih dan menetapkan dosis untuk pediatrik memang tidaklah mudah, banyak faktor yang harus diperhatikan. Diantaranya keadaan pasien, kasus sakit, jenis obat, toleransi tubuh dan lainnya. Berbagai mekanisme metabolik yang terdapat pada bayi, terutama bayi prematur dan bayi baru lahir memang belum dikembangkan secara sempurna. Hal ini menyebabkan biotransformasi terhadap obat menjadi terganggu, sehingga obat akan terakumulasi ke arah konsentrasi letalnya dalam darah (Anonim a, 2007). Tidak ada aturan pokok untuk memperhitungkan dosis pasien pediatrik, karena itu beberapa tokoh mencoba untuk membuat perhitungan berdasarkan umur, bobot badan dan luas permukaan (body surface). Sebagai patokan dapat kita ambil salah satu cara (Anonim, 2003). Dosis obat untuk pediatrik akan diperoleh dari sebuah Pediatric Dosage Handbook dan mungkin juga dari dosis dewasa (Walker dan Edward, 2003). Perhitungan dosis bayi dan anak terhadap dosis dewasa dapat dilakukan berdasarkan usia, bobot badan, atau luas permukaan badan. Saat ini perhitungan dosis bayi dan anak berdasarkan usia orang dewasa jarang dilakukan. Yang saat ini dipakai adalah perhitungan dosis anak terhadap orang dewasa berdasarkan luas permukaan

11 badan sebenarnya, perhitungan inilah yang dianggap paling baik untuk saat ini, karena perhitungan luas permukaan telah memperhitungkan bobot badan dan tinggi tubuh (Anonim a, 2007). Dikatakan dosis kurang atau dosis terlalu rendah adalah apabila dosis yang diterima pasien adalah berada di bawah 20% rentang dosis terapi pada pasien pediatrik dari buku standar yang digunakan. Dan dapat disebut dosis lebih atau dosis terlalu tinggi apabila dosis obat yang diterima pasien 20% diatas dosis yang tertulis pada buku standar yang digunakan (Anonim, 2004). Perhitungan dosis pediatrik berdasarkan berat badan, umur, dan luas permukaan tubuh terhadap dosis dewasa adalah sebagai berikut : a. Perhitungan berdasarkan berat badan : Rumus Clark : 1) Dosis pediatrik = 2) Dosis pediatrik = Berat badan pediatrik (pound) 150 Berat badan pediatrik (kg) 70 b. Perhitungan berdasarkan umur : 1) Umur < 1 tahun Rumus Fried : Dosis pediatrik = 2) Umur 1-8 tahun Rumus Young : umur (bulan) 150 Dosis dewasa Dosis dewasa Dosis dewasa

12 Dosis pediatrik = umur (tahun) umur (tahun) + 12 Dosis dewasa 3) Umur 8-12 tahun Rumus Dilling : Dosis pediatrik = umur (tahun) 20 Dosis dewasa ( Anonim, 2003). c. Perhitungan berdasar luas permukaan tubuh (LPT) : Rumus Crawford Terry Rouke LPT Dosis pediatrik = 1,73 Dosis dewasa LPT = tinggi ( cm ) x Berat badan ( kg ) 3600 Dosis dewasa (Joenoes, 2004).