Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

1 MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Penerapan Tema Terhubung (kembali) dengan Alam sebagai Penyelesaian Desain pada Perancangan Islamic Center Pakem

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

AB VI HASIL RANCANGAN

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

DAFTAR ISI. UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS AKHIR vi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 3.1 NARASI DAN ILUSTRASI HASIL RANCANGAN

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

Fungsional Versus Estetika: Inkubasi dalam Rancangan TPA

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB V KONSEP PERANCANGAN

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

KONSEP: KONTRADIKSI SPONTAN

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi utamanya di dalam bidang

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

APARTEMEN HIJAU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

TUGAS SAINS ARSITEKTUR II

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

FASILITAS PECINTA SEPEDA DI SURABAYA

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DENGAN SISTEM FLAT SLAB DAN SHEAR WALL

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada perancangan Islamic Center di Kepanjen ini, konsep-konsep yang

YOGYAKARTA SCHOOL OF PHOTOGRAPHY 8 DAFTAR ISI

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID)

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

BAB 5 HASIL RANCANGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

LAPORAN HASIL PERANCANGAN Daftar Gambar Perancangan

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

Ekspresi Struktur Sebagai Elemen Estetika pada Rancangan Cisangkan Velodrome Arena

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB V HASIL RANCANGAN

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

TUGAS 1 STRUKTUR BANGUNAN

BAGIAN 6 EVALUASI PERANCANGAN

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

ANALISIS KINERJA BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN DENAH BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT STOREY SKRIPSI

BAB V KAJIAN TEORI. Menurut Frick (1997), Ekologi dapat didefinisikan sebagai Ilmu yang. mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

TEORI VITRUVIUS : 3. FIRMITAS KEKUATAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.2, No.2 (Juli,2013) ISSN:2301-928X 1 Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya Faranita Dwi Hapsari dan I Gusti Ngurah Antaryama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sukolilo, Surabaya 60111 email : fara.nita@yahoo.com, antaryama@arch.its.ac.id Abstrak Struktur merupakan unsur yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam merancang sebuah arsitektur. Dengan struktur sebuah bangunan dapat dinilai kekohonnya. Struktur bukanlah sebuah pelengkap perancangan, namun seharusnya juga menjadi konsep utama dalam mewujudkan sebuah bentukan / wujud arsitektur. Struktur juga bisa menjadi unsur estetika sebuah bangunan. Pada Objek Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya pengaplikasian struktur menjadi hal pokok dalam perancangan bangunan. Struktur yang digunakan pada objek rancang tidak hanya menjadi sebuah bagian demi menunjang kekokohan bangunan, namun juga menjadi unsur pembentuk estetika bangunan. Sistem struktur ruang membantu tiap level bangunan untuk mengatasi permasalahan strukturnya sendiri, dibantu dengan kor dan kolom untuk menopangnya. Hal itu demi mewujudkan konsep bangunan melayang pada objek rancang. Gambar 1 : fasad bangunan Kata Kunci Bangunan melayang, Estetika, Kokoh, Struktur. I. PENDAHULUAN Obyek rancang merupakan sebuah wadah untuk masyarakat kota Surabaya dalam hal beredukasi tentang lingkungan demi menumbuhkan rasa kepedulian atau kesadaran melestarikan lingkungan sekitar (green life) dengan suasana yang rekreatif. Terdapat sebuah gubahan paradigma mengenai lokasi objek, dimana pada umumnya objek rancang sejenis berada di lahan yang luas seperti pegunungan atau perbukitan. Namun pada objek rancang berada di pusat kota Surabaya yang memiliki permasalahan lingkungan yang kompleks khususnya masalah minimnya lahan. Pada proses perancangan wujud arsitektur bangunan terdapat sebuah konsep bagaimana sebuah bangunan dapat menampung semua fasilitas yang dibutuhkan dengan kondisi lahan yang sempit. Maka muncul sebuah desain bangunan vertikal dan melayang demi menghemat lahan dan meminimalisir intervensi terhadap lahan sebagai bentuk kepedulian terhadap lahan (respon to site). (lihat gambar 1, 2 & 3). Gambar 2 : kesan melayang dan bentukan zig-zag Gambar 3 : perspektif normal Gambar 4 : penerapan sistem struktur ruang, kor dan kolom pada objek rancang

2 Dalam mewujudkan konsep tersebut maka pemikiran akan inovasi struktur yang digunakan sangatlah penting. Pengaturan ketinggian level bangunan, hubungan diantaranya dan bentukan level bangunan yang variatif membuat bangunan ini minim kekokohan apabila tiap level lantai saling membebani satu sama lain tanpa ada struktur tambahan yang membantu penyaluran beban bangunan. Maka sistem struktur ruang menjadi solusi akan permasalahan tersebut karena sangat membantu bagi tiap level lantai dalam mengatasi permasalahan beban atau strukturnya sendiri, dibantu dengan adanya kor dan satuan kolom sebagai penopang dan penyalur beban terhadap gravitasi bumi. Penyelesaian struktur tersebut tidak hanya menjadi unsur kekokohan bangunan saja namun pengaplikasian struktur tersebut menjadi unsur pembentuk estetika bangunan. Hal tersebut nampak pada kesan bentuk melayang dan zig zag yang dihasilkan pada fasad bangunan. (lihat gambar 2 & 4). II. KAJIAN PUSTAKA Struktur ruang adalah bagaimana setiap elemen struktur pada tiap level bangunan seperti atap, dinding, lantai tidak berdiri sendiri-sendiri, namun menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai struktur level bangunan. Jadi semua elemen tersebut bertindak sebagai struktur inti yang saling berkaitan satu sama lain. (lihat gambar 5). Kor atau inti bangunan menurut Schueller (1989) adalah suatu tempat untuk meletakkan transportasi vertikal dan distribusi energi yang disesuaikan dengan fungsi bangunan serta untuk emnambah kekakuan bangunan diperlukan sistem struktur dinding geser sebagai penyalur gaya lateral (seperti tiupan angin dan gempa bumi) pada inti. (lihat gambar 6). Kedua struktur ruang dan kor apabila disatukan menjadi sebuah kesatuan struktur yang saling mendukung satu sama lain dalam menciptakan sebuah bangunan melayang. Pada bangunan Dannish Pavillion China, menerapkan perpaduan struktur ruang dengan kor dalam mewujudkan bentukan arsitekturalnya. Struktur pada bangunan membentuk satu kesatuan bangunan yang berupa ramp. Nampak pada potongan bagaimana bangunan hanya ditopang dengan menggunakan 1 kor. Peletakan kor tersebut demi medukung level bangunan yang ingin diciptakan selain fungsinya sebagai penyalur beban ke bawah. Dengan kombinasi struktur ruang dan kor maka dihasilkan sebuah bentuk bangunan yang unik dan estetik pada arsitektur bangunan Dannish Pavillion. (lihat gambar 7, 8 & 9). Gambar 5 : contoh penerapan struktur ruang http://www.archivenue.com/vitrahaus-by-herzog-demeuron/ Gambar 6 : contoh penerapan struktur kor www.indotara.co.id/cargo-lift Gambar 7 : contoh penerapan struktur ruang pada ramp bangunan Dannish Pavillion http://www.wallpaper.com/gallery/architecture/shanghai -expo-2010-pavilions/17051769/28449 Gambar 8 : contoh penerapan struktur ruang dan kor http://www.archdaily.com/6465/denmark-pavillion-forshangai-expo-2010-big/ Gambar 9 : wujud estetika bangunan Dannish Pavillion http://www.archdaily.com/6465/denmark-pavillion-forshangai-expo-2010-big/

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.2, No.2 (Juli,2013) ISSN:2301-928X 3 III. METODA PERANCANGAN Dalam perancangan objek Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya ini merujuk pada sebuah teori arsitektur yang dikemukakan oleh Vitruvius. Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memiliki : 1. Keindahan / Estetika (Venustas) 2. Kekuatan (Firmitas) 3. Kegunaan / Fungsi (Utilitas) Berangkat dari dasar teori tersebut, perancangan struktur dalam objek rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya diterapkan demi menunjang konsep bangunan melayang dan bentuk eksterior bangunan. Struktur disini tidak hanya bertindak sebagai sebuah kekuatan bangunan (firmitas) namun struktur tersebut didesain demi menghasilkan sebuah bangunan arsitektural yang estetik (venustas) dengan tetap memperhatikan fungsi ruang didalamnya (utilitas). Berdasarkan kriteria bangunan arsitektur menurut Vitruvius tersebut, maka metode yang dilakukan pada proses perancangan objek rancang yaitu berdasarkan parametrik arsitektur. Dalam proses mendesain objek, parametrik akan kekokohan dan estetika menjadi sesuatu yang dipikirkan secara bersamaan. Hal ini dilakukan karena terkadang saat desain terfokus pada bentukan estetik, kekuatan bangunan belum tentu mendukung. Begitu pula saat terfokus akan struktur terkadang bentukan yang dihasilkan menjadi kurang menarik sehingga tidak estetik. Maka dari itu integrasi pemikiran diantara keduanya dilakukan secara bersamaan saat mendesain bangunan Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya ini. (lihat gambar 10). Gambar 10 : kekuatan (firmitas) dan estetika (venustas) IV. RANCANGAN ARSITEKTUR a. Kekuatan Struktur ruang digunakan pada tiap level bangunan yang mempunyai bentukan dan massa yang bervariatif. Penerapan struktur ruang dalam objek rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya mengatasi permasalahan struktur pada tiap level lantai yang ada. (lihat gambar 11). Dalam pengaplikasiannya terdapat detail struktur yang digunakan. Yaitu adanya struktur melintang (cross) segitiga pada tiap elemen struktur. (lihat gambar 12). Untuk penerapan penopang beban pada objek digunakan kor dan 2 kesatuan kolom sebagai distribusi beban ke tanah. Tiap kor menopang beban luasan yang sudah terbagai diantara ketiganya. Dalam diagram penyaluran beban disamping nampak bagaimana kor dan tiap satuan kolom pada bangunan menanggung beban luasan yang harus diterima. (lihat gambar 13&14). Gambar 11 : struktur ruang per lantai bangunan Gambar 12 : detail struktur ruang Gambar 13 : struktur kor dan kolom pada bangunan

4 Pengaplikasian struktur ruang dan kor juga diterapkan pada sirkulasi bangunan yang berupa ramp. Berikut detail struktur penerapan ramp bangunan. (lihat gambar 15). b. Estetika / Ekspresi Arsitektur Estetika merupakan unsur penting dalam bangunan arsitektural. Pada objek rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya, estetika muncul dari sebuah perencanaan yang terintegrasi antara struktur, ruang, dan bentuk. Dari perencanaan tersebut dihasilkan sebuah bangunan dengan konsep melayang dan bentukan zig-zag. Bentukan tersebut muncul berangkat dari pola denah yang ada kemudian disusun secara vertikal. (lihat gambar 16). Ekspresi arsitektur yang terjadi tidak hanya sekedar sebuah estetika semata, namun keindahan bangunan tersebut ditunjang dengan memaksimalkan pemanfaatan ruang yang ada. Seperti ruang terbuka (green roof) sebagai hasil dari pemikiran ketinggian level bangunan dengan pancaran sinar matahari yang memungkinkan, juga berfungsi sebagai plasa terbuka pada bangunan. Adanya ruang luar tersebut menambah estetika bergerak pada bangunan saat dimanfaatkan manusia untuk beraktivitas. (lihat gambar 16). Estetika bangunan muncul tidak hanya dari bentukan zig-zag yang unik, namun juga dari pemanfaatan material brise soleil solar shading yang dilapisi cat termokromik sebagai unsur dominan fasad bangunan. Material ini akan membuka dan menutup serta akan berubah warna sesuai suhu luar bangunan. Dengan begitu wajah bangunan akan berbeda tiap waktunya. Hal ini menambah nilai estetik dari objek Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya. (lihat gambar 17). c. Perpaduan Kekuatan & Estetika Dalam merancang objek, kombinasi unsur struktur dan estetika menjadi salah satu hal yang penting dalam mewujudkan sebuah bentukan arsitektur. Berawal dari pola denah yang beragam (hasil dari studi maket) yang apabila disusun secara vertikal akan menghasilkan kesatuan bangunan yang unik. Dari bentukan pola tersebut berlanjut ke pemikiran tentang kekuatan struktur bangunan. Sesuai konsep bangunan melayang, maka akan terdapat beberapa kantilever dengan bentang yang cukup lebar. Maka dari itu, terdapat sebuah pemikiran terintegrasi antara struktur dan estetika. Dari variasi pola denah yang ada ditetapkan 3 buah struktur vertikal berupa kor dan satuan kolom untuk menopang bidang, kemudian kantilever yang dihasilkan diatur kembali bentangnya dengan tetap memperhatikan estetika yaitu tidak merubah banyak bentuk pola dasar dari denah sebelumnya. Gambar 14 : diagram penyaluran beban Gambar 15 : struktur ramp Gambar 16 : Estetika / ekspresi arsitektur

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol.2, No.2 (Juli,2013) ISSN:2301-928X 5 Dengan begitu dihasilkan sebuah bangunan objek yang kokoh (firmitas) dan estetik (venustas). (lihat gambar 16). Struktur pada bangunan direncanakan secara utuh sebagai unsur kekuatan (kekokohan) bangunan. Namun dengan konsep yang terintegrasi dengan ruang yang ada, memunculkan sebuah bentukan arsitektur yang menarik, unik dan estetik. Jadi, objek Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya adalah bangunan arsitektural yang kokoh (firmitas) dan estetik (venustas). (lihat gambar 16). V. KESIMPULAN/RINGKASAN Gambar 17 : Brise Soleil Solar Shading untuk fasad bangunan Struktur Arsitektural dalam objek rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya berupa struktur ruang dan kor. Sesuai dengan teori Vitruvius, struktur yang diterapkan tidak hanya bertindak sebagai wujud kekuatan bangunan (firmitas) saja, namun dengan struktur tersebut dapat menghasilkan sebuah bentukan arsitektur yang estetik (firmitas) pada objek rancang tanpa mengurangi fungsi didalamnya (utilitas). VI. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada bapak Ir. I Gusti Ngurah Antaryama Ph.D selaku dosen pembimbing, orang tua dan semua pihak yang membantu, yang telah memberikan pengetahuan, tenaga, dukungan moral dan informasi demi terselesaikannya jurnal ini. VII. DAFTAR PUSTAKA [1] Snyder,James C., Anthony J. Catanese. 1979. Pengantar Arsitektur. Penerbit Erlangga: Jakarta. [2] Place, Wayne.2007. Architectural Structures. Bicentennial: United State of America. [3] Schueller (1989) [4] http://www.archdaily.com/6465/denmarkpavillion-for-shangai-expo-2010-big/-110713 [5] http://www.archivenue.com/vitrahaus-byherzog-de-meuron/110713 [6] www.indotara.co.id/cargo-lift110713 [7] http://www.wallpaper.com/gallery/architecture /shanghai-expo2010pavilions/17051769/28449-110713