BAB I PENDAHULUAN. lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. speaks), dengan siapa (with whom), dimana (where), kapan (when), dan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

Bab 1. Pendahuluan. Manusia sebagai makhluk hidup sangat memerlukan komunikasi. Menurut Trenholm

BAB I PENDAHULUAN. lambang tertentu ada yang dilambangkan maka yang dilambangkan adalah sesuatu

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1992, Narrog: 2009). Hal ini berarti, setiap bahasa alami di dunia mempunyai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. responden, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: mitra tutur, ungkapan yang digunakan responden disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi. bahasa harus dimulai dari pengkajian tindak tutur.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang

2015 UNGKAPAN ~NAKEREBANARANAI DAN ~NAKEREBAIKENAI DALAM BAHASA JEPANG (KAJIAN SEMANTIK)

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mirharatulisa Dyah Amoendria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis bahasa yang berisi nasihat dan pedoman hidup atau

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710),

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

Bab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terkadang masyarakat lebih memilih menggunakan idiom untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Shuujoshi Danseigo Pada Komik One Piece Volume 1 Karya Eiichiro Oda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

Bab 1. Pendahuluan. tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial tidak dapat hidup tanpa adanya komunikasi dengan sesama. seseorang dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

PDF created with FinePrint pdffactory trial version YUK BELAJAR NIHONGO

BAB II RAGAM KESANTUNAN MEMOHON BAHASA JEPANG DAN KURIKULUM B. RAGAM KESANTUNAN DALAM MEMOHON BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menguasai bahasa dan setiap elemen-elemen dalam bahasa, seperti. keinginan kepada orang lain (Dedi Sutedi 2011: 2).

ANALISIS PENGGUNAAN STRATEGI PENOLAKAN TIDAK LANGSUNG DALAM BAHASA JEPANG OLEH MAHASISWA BAHASA JEPANG STBA YAPARI ABA BANDUNG

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi (Wijana, 1996:2). Menurut Yule, pragmatik adalah studi tentang

BAB 1. Pendahuluan. Bahasa di dalam wacana linguistik diberi pengertian sebagai sistem simbol bunyi

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa kesulitan jika harus menghapal kanji. Di tambah lagi satu kanji bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pesan dimaksud dapat dipahami. (KBBI:1998:445) dengan adanya penggunaan joshi atau kata bantu dalam kalimat.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. serupa. Ragam bahasa menurut Pateda (1987:52) terbagi menjadi berbagai jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan memproduksi tuturan dengan tepat secara kontekstual

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Silakan lihat lampiran 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

SILABUS MATA KULIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Indonesia ke bahasa Jepang, kita dapat menerjemahkan suatu teks dari

BAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)

PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan karena keunikan dari bahasa-bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Partikel sering digunakan dalam ragam lisan maupun tulisan. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak pernah lepas dari apa yang dinamakan interaksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Aizuchi sering digunakan ketika terjadi interaksi komunikasi,apabila seorang penutur

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi (Sutedi:2003). Modalitas merupakan kata keterangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk bersosialisasi dan berinteraksi satu sama lain. Tak terkecuali bahasa Jepang yang bahasanya sangat berbeda dengan bahasa asing lainnya, karena memiliki keunikan dan kekhasan terutama dalam kalimatnya. Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap (Chaer, 2007:240). Menurut Widjono (2005:141) kalimat merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan pikiran atau gagasan kepada orang lain agar dapat dipahami dengan mudah. Melalui kalimat, si penutur dapat menyampaikan maksudnya kepada orang lain, baik itu bertanya dengan menggunakan kalimat tanya, memohon dengan menggunakan kalimat permohonan, memerintah dengan dengan menggunakan kalimat perintah, melarang dengan menggunakan kalimat larangan, menolak dengan kalimat penolakan, dan sebagainya. Sekian banyak jenis kalimat yang ada, terdapat satu jenis kalimat yang cukup sering digunakan yaitu kalimat negatif atau disebut juga kalimat penolakan. Menolak adalah tindak tutur yang sering dipakai dan tidak terlepas dari interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Saat menolak, makna disampaikan dengan sebuah pernyataan yang menyatakan suatu penolakan. Penolakan itu dapat disampaikan secara langsung dan tidak langsung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:867), penolakan berarti proses, cara, perbuatan menolak. Kata 1

menolak bersinonim dengan kata menyangkal. Tidak semua bahasa atau budaya menolak dengan cara yang sama. Lazimnya bagi orang Indonesia untuk menyampaikan penolakan itu secara langsung ataupun tidak langsung tergantung pada apa yang ada dalam pikirannya, dengan siapa ia berbicara ataupun tingkat keakrabannya, karena itulah jika ada sesuatu hal yang tidak disetujui maka orang Indonesia akan berkata tidak. Begitu pula dengan orang Jepang yang akan melakukan penolakan jika sesuatu yang sedang dipikirkannya tidak sesuai dengan pikirannya. Namun orang Jepang lebih suka melakukan penolakan secara samar terhadap lawan bicaranya, karena ada kecenderungan bahwa jika menolak secara tegas, jelas dan terus terang adalah hal tidak sopan dan seolah-olah tidak memikirkan perasaan orang lain. Hal ini tidak terlepas dari budaya masyarakat Jepang itu sendiri yang tidak menghendaki lawan bicaranya merasa malu dan tersinggung. Oleh karena itu, ungkapan penolakan terhadap mitra tutur harus dipikirkan dengan baik, agar dapat diterima tanpa menimbulkan adaanya kesalahpahaman dalam hubungan. Ungkapan yang dimiliki oleh setiap bahasa merupakan salah satu hal yang penting karena jika ungkapan tidak ada, maka seseorang atau suatu kelompok manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi, kesulitan dalam mengungkapkan ide, pemikiran, pendapat, bahkan suatu karya. Demikian pula dengan ungkapan dalam bahasa Jepang yang dikenal dengan sebutan hyougen. Ungkapan (hyougen) adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang disampaikan dalam bentuk wajah, isyarat tubuh, bahasa, gambar musik atau dengan hal-hal yang memang dapat mengungkapkan perasaan atau pikiran tersebut (Kindaichi, 1995:1842). Pemakaian hyougen selalu disesuaikan dengan makna, maksud dan inti yang 2

terkandung dalam kalimat yang ingin atau akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Ungkapan (hyougen) itu sendiri terdiri dari bermacam-macam jenis, salah satunya yaitu Hitei no Hyougen ( 否定の表現 ). Menurut Yoshio Ogawa (1995: 193-214) dalam Nihongo Kyouiku Jiten, yang dimaksud dengan Hitei no Hyougen adalah ungkapan yang berupa penyangkalan (ada kalanya kebalikan atau pernyataan negatif). Contoh : (1) あの男は真の政治家ではない Ano otoko wa shin no seijika dewanai. Pria itu bukan politikus yang sesungguhnya. (2) 僕はそんなことを知らない Boku wa sonna koto wo shiranai. Saya tidak tahu tentang hal itu. (The Super Anchor Japanese-English Dictionary, 2004:1146) Berdasarkan contoh (1) kata dewanai pada kalimat tersebut merupakan ungkapan penyangkalan atau bentuk negatif dari kata desu sedangkan pada contoh (2) kata shiranai merupakan ungkapan penyangkalan atau bentuk negatif dari kata shiru. Menurut Yoshio Ogawa lagi, di dalam Hitei no Hyougen juga terdapat pembagian lainnya, salah satunya adalah Nijuu Hitei no Hyougen yaitu ungkapan yang digunakan untuk penolakan rangkap. Penolakan jenis ini berbeda dengan penolakan biasa yang langsung mengungkapkan penolakan dengan menggunakan 3

satu bentuk negatif. Namun dalam penolakan jenis ini si penutur menggunakan bentuk penolakan atau negatif secara berulang sehingga membuat makna dari ungkapan tersebut menjadi kuat namun tetap membuat si penutur masih berada dalam norma kesopanan karena ungkapan yang disampaikan tersamar / tidak langsung. Pola yang dapat dikategorikan ke dalam Nijuu Hitei no Hyougen adalah ~ ないことはない dan ~ ないこともない. Nijuu Hitei no Hyougen atau yang biasa dikenal sebagai negatif rangkap, merupakan penolakan yang berbeda dari Hitei no Hyougen yang dengan jelas menunjukkan bahwa suatu kalimat itu negatif karena pada hyougen jenis ini lebih menunjukkan bahwa masih adanya kemungkinan yang terdapat dalam kalimat tersebut. Contoh: (3) まず病気を治さないことには何もできない Mazu byouki wo naosanai koto ni wa nani mo dekinai. Pertama-tama kalau tidak mengobati penyakitnya maka tidak bisa melakukan apapun. (4) どんな食べ物か 食べてみないことにはよくわからない Donna tabemono ka, tabete minai koto ni wa yoku wakaranai. Makanan yang bagaimana, kalau tidak dicoba maka tidak akan tahu. (Metode Gakushudo, 2003:136-137) Berdasarkan contoh yang ada, terlihat bahwa pada contoh (3), terdapat kalimat yang menunjukkan penolakan yang diungkapkan melalui Nijuu Hitei no Hyougen yaitu mazu byouki wo naosanai koto ni wa nani mo dekinai yang artinya ia tidak bisa melakukan apapun jika penyakitnya tidak disembuhkan terlebih dahulu dan sekaligus menyatakan bahwa adanya kemungkinan jika penyakitnya telah sembuh. Pada contoh (4) pun, jelas terlihat bahwa penggunaan Nijuu Hitei 4

no Hyougen pada kalimat tersebut menunjukkan adanya suatu kemungkinan meskipun bentuk kalimat yang digunakan bentuk negatif atau penolakan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang peneliti teliti adalah : 1. Apa saja bentuk tindak tutur negatif rangkap dalam anime Detective Conan? 2. Bagaimana analisis tindak tutur negatif rangkap tersebut dianalisis dengan Teori SPEAKING dari Hymes? 1.3 Batasan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti sampaikan sebelumnya, peneliti merasa perlu memberi batasan dalam penelitian ini agar lebih terfokus dan terarah. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengenai bentuk tindak tutur negatif rangkap dalam anime Detective Conan yang kemudian dianalisis dengan teori SPEAKING dari Hymes. 5

Peneliti memilih data dari anime Detective Conan sebagai sumber data dikarenakan pada anime tersebut terdapat data yang benar-benar sesuai dengan apa yang peneliti inginkan. Adapun alasan mengambil data dari film adalah agar peneliti dapat mendapatkan data yang lebih mendekati dengan tingkah laku yang dilakukan oleh masyarakat Jepang dan film merupakan jenis sumber data yang berupa sumber rujukan lisan agar dapat melihat bagaimana penggunaan tindak tutur negatif rangkap dalam kalimat bahasa Jepang sehari-hari. 1.4 Tujuan Penelitian Seperti yang telah peneliti jabarkan pada rumusan masalah, agar hasil yang didapat lebih terfokus dan terarah serta mempunyai tujuan yang jelas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk dapat mengetahui dan memahami bentuk tindak tutur negatif rangkap dalam anime Detective Conan. 2. Agar dapat mengetahui hasil analisis tindak tutur negatif rangkap dalam anime Detective Conan sesuai dengan Teori SPEAKING dari Hymes. 1.5 Manfaat Penelitian 6

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi penelitian berikutnya, terutama dalam membantu pengembangan kelinguistikan bahasa Jepang. Adapun harapan yang berkaitan langsung dengan topik penelitian ini adalah : 1. Memberikan tambahan pengetahuan khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi seluruh pembaca. 2. Memberikan pemahaman terhadap tindak tutur negatif rangkap dalam bahasa Jepang. 3. Memberikan bahan refensi bagi pembelajar bahasa Jepang lainnya. 4. Memberikan ide lain bagi pelajar bahasa Jepang dalam menyusun skripsi nantinya. 1.6 Metode Penelitian Penelitian yang baik adalah jika peneliti memiliki metode yang tepat dalam melakukan sebuah penelitian. Kata metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan gabungan dari kata depan meta yang artinya menuju, melalui, mengikuti, sesudah dan kata benda hodos yang artinya jalan, perjalanan, cara, arah (Bakker dalam Kesuma, 2007:1). Menurut KBBI (2007:740), metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah 7

metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sutedi, 2009:48). Dengan metode ini peneliti akan mengolah data yang telah diperoleh dari anime Detective Conan sebagai referensi dengan cara mengumpulkan contoh kalimat penggunaan Nijuu Hitei no Hyougen, lalu mencari bagaimana penggunaan Nijuu Hitei no Hyougen tersebut dianalisis dengan teori SPEAKING dari Hymes. Dengan menggunakan metode deskriptif ini peneliti mengharapkan akan memperoleh gambaran tentang bentuk Nijuu Hitei no Hyougen dalam anime Detective Conan. 1.6.1 Tahap Pengumpulan Data Teknik yang peneliti gunakan dalam proses pengumpulan data adalah teknik simak. Melalui teknik ini peneliti menyimak secara langsung penggunaan tentang tindak tutur negatif rangkap yang ada dalam anime Detective Conan. Teknik ini memiliki seperangkat teknik yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah teknik sadap sementara teknik lanjutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simak Bebas Libat Cakap atau disingkat SBLC. Menurut Kesuma (2007:44) Teknik Simak Bebas Libat Cakap merupakan teknik yang dilakukan saat mengumpulkan data dengan menyimak pengguna bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Alasan peneliti menggunakan teknik ini karena data yang peneliti gunakan berasal dari film Jepang. Selanjutnya, peneliti juga menggunakan teknik catat dalam pengumpulan data karena semua data yang diperoleh dicatat dan selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diperlukan. 8

1.6.2 Tahap Analisis Data Pada tahap analisis data peneliti menggunakan adalah metode padan. Alat penentu dari metode padan ini adalah unsur luar bahasa. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatik dan metode agih. Metode padan pragmatik alat penentunya adalah mitra wicara atau mitra tutur dan metode agih adalah alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). 1.6.3 Tahap Penyajian Hasil Data Adapun langkah terakhir dari penelitian ini adalah menyajikan hasil analisis. Peneliti mengaplikasikan metode informal dengan menggunakan analisis deskriptif pada data yaitu menggunakan suatu cerita pada kata. 1.7 Sistematika Penelitian Penelitian yang peneliti lakukan ini terdiri dari empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitan, metode dan teknik penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Selanjutnya pada Bab II terdiri dari kerangka teori yang meliputi teori mengenai hyougen, sosiopragmatik dan etnografi komunikasi. Kemudian Bab III berisi analisis dari data tentang tindak tutur negatif rangkap dalam anime Detective Conan yang dianalisis menggunakan teori SPEAKING. Terakhir pada Bab IV berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 9

10