BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sesuai dengan Peraturan Nomor VIII.G.7 tahun 2000 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik mengenai struktur, isi dan persyaratan dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang harus disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, baik untuk keperluan penyajian kepada masyarakat umum maupun untuk disampaikan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan, materialitas adalah besarnya informasi akuntansi, yang bergantung pada ukuran dan sifatnya, apabila terjadi kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat pos pos laporan keuangan, baik secara sendiri sendiri atau bersama sama, dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna laporan keuangan. Materialitas tidak bersifat absolut melainkan relatif. Meski begitu, materialitas semestinya memang harus memiliki ukuran yang jelas dan pasti. Dalam peraturan pasar modal, transaksi material ini mendapatkan perhatian khusus dari regulator, yaitu Bapepam-LK. Transaksi yang bersifat material dituangkan ke dalam peraturan No: IX.E.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam- LK No: Kep-614/BL/2011 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa yang termasuk dalam kategori transaksi material adalah transaksi penyertaan dalam badan usaha, -1-
-2- proyek, dan/atau kegiatan usaha tertentu; pembelian, penjualan, pengalihan, tukarmenukar aset atau segmen usaha; sewa-menyewa aset; pinjam-meminjam dana; penjaminan aset; dan/atau pemberian jaminan perusahaan dengan nilai 20 persen atau lebih dari ekuitas perusahaan, yang dilakukan dalam satu kali atau dalam suatu rangkaian transaksi untuk suatu tujuan atau kegiatan tertentu. ( Sumber : http://economy.okezone.com/read/2011/12/12/226/541004/transaksi-material oleh Tim Bursa Efek Indonesia - WDI (2011) ). Materialitas yang merupakan aspek utama dalam melakukan penyajian kembali laporan keuangan dikaji dalam skripsi ini dengan melakukan aspek menyeluruh dengan ditunjang dengan beberapa faktor pendukung lainnya dalam penyajian kembali laporan keuangan seperti prinsip konservatisme serta penentuan metode atau basis dan kebijakan dalam pencatatan akuntansi. Fakta yang ditemukan dalam masalah penyajian kembali laporan audit yang akan disajikan penulis adalah skandal kasus manipulasi Laporan Keuangan PT Kimia Farma, Tbk. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Kantor Akuntan Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002, laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan.
-3- Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru (Sumber : Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal tanggal 27 Desember 2002) Dalam kasus diatas, terdapat unsur kesalahan yang disengaja dan terdapat rekayasa atas laporan keuangan yang merupakan fenomena dalam penyajian kembali laporan keuangan dalam dunia bisnis. Dalam hubungannya dengan penelitian yang dilakukan, penyajian kembali laporan keuangan adalah hal yang dipertimbangkan oleh entitas, apakah dengan dilakukan penyajian kembali, terdapat dampak materialitas atas laporan keuangan tersebut bagi para pengguna laporan keuangan secara keseluruhan. Berangkat dari fenomena tersebut, penulis ingin menyajikan permasalahan dalam konsep materialitas yang menjadi pokok perhatian kali ini yaitu berkaitan dengan penyajian kembali laporan audit PT Gitaswara Indonesia yang
-4- dikarenakan adanya perubahan basis akrual dan negosiasi manajemen PT Gitaswara Indonesia dengan pemasok yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam harga pokok penjualan pada laporan keuangan PT Gitaswara Indonesia untuk tahun buku 30 Juni 2013. Perubahan ini mengakibatkan adanya perubahan dalam komponen saldo akrual yaitu akrual harga pokok penjualan menjadi lebih kecil dibandingkan yang dilaporkan untuk tahun buku sebelumnya sementara laporan keuangan untuk tahun buku dimana perubahan tersebut terjadi sudah dipublikasikan kepada para pengguna laporan keuangan. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa hal ini disebabkan karena adanya perubahan basis prosentase marjin yang diperoleh dari negosiasi ulang perusahaan dengan pemasok dibandingkan dengan basis prosentase marjin yang diperoleh yang telah dicatat dalam laporan keuangan tahun lalu, sementara laporan keuangan tersebut yang sudah dipublikasikan kepada pengguna laporan keuangan pada tahun lalu masih menggunakan basis prosentase sebelum dilakukan proses negosiasi ulang dengan pemasok. Efek atas penyajian kembali laporan keuangan ini dilihat dari segi materialitas nominal laporan keuangan PT Gitaswara Indonesia secara keseluruhan yaitu sebesar 4.65 Miliar mengurangi harga pokok penjualan pada tahun yang lalu. Salah saji ini mempengaruhi pengambilan keputusan para pengguna laporan keuangan pada tahun yang lalu serta mempengaruhi perhitungan pajak penghasilan perusahaan menjadi lebih bayar jika dibandingkan dengan jumlah pajak yang sudah dibayarkan pada tahun yang lalu.
-5- Dalam penyajian laporan keuangan sebuah perusahaan, tidak jarang ditemukan hal-hal yang menyebabkan laporan keuangan harus direvisi ataupun disajikan kembali, baik itu disebabkan karena adanya kekeliruan perhitungan matematis, kekeliruan penerapan kebijakan akuntansi, kecurangan, kelalaian, ataupun adanya penerapan kebijakan akuntansi yang baru ataupun karena adanya perubahan estimasi akuntansi. Terdapat beberapa penelitian sebelumnya dalam penyajian kembali laporan keuangan. Penelitian penelitian sebelumnya tentang penyajian laporan keuangan dan tingkat materialitas dapat dijelaskan pada gambaran dibawah ini : 1. Penelitian yang berjudul Tingkat Materialitas Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada tahun 2006 yang mempunyai variabel tingkat materialitas pemeriksaan BPK dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan data dan objek Laporan Keuangan Pemerintah Daerah menunjukkan hasil tidak terdapat penetapan tingkat materialitas yang dapat dijadikan panduan bagi auditor di seluruh perwakilan BPK untuk menentukan apakah suatu penyimpangan dalam laporan keuangan dapat dianggap material atau tidak oleh Toro Agusriyanto (2006). 2. Penelitian yang berjudul Analisis Sistem Pengendalian Internal (SPI) Klien terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan yang mempunyai variabel Sistem Pengendalian Internal dan Tingkat Materialitas Audit Laporan Keuangan dengan data Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Provinsi Jawa Tengah menunjukkan
-6- hasil Sistem Pengendalian Internal berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas penyajian laporan keuangan oleh Nida Umun Sulistia ( 2013 ). Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah objek yang diteliti bukan merupakan badan pemerintahan dan auditor pada Kantor Akuntan Publik seperti pada poin 1 dan poin 2 pada tabel diatas, variabel yang diteliti juga bukan sistem pengendalian internal seperti poin 2 dan bukan laporan keuangan pemerintah daerah seperti pada poin 1. Untuk hasil penelitian digambarkan pada paparan diatas. Penelitian yang dilakukan sebelumnya sehubungan dengan penyajian kembali laporan keuangan juga dilakukan oleh Hendra Lim pada tahun 2004 2008 mengenai faktor faktor penyajian kembali laporan keuangan perusahaan studi kasus di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Dalam penelitian ini, dikaji lebih lanjut mengenai faktor faktor yang mempengaruhi penyajian kembali laporan keuangan perusahaan dan kesalahan penyajian laporan keuangan seperti apa yang mengakibatkan kesalahan tersebut harus disajikan kembali pada laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis tertarik untuk meneliti dampak perubahan atas harga pokok penjualan dilihat dari sisi materialitas atas perubahan tersebut terhadap keseluruhan laporan keuangan. Apakah pengaruh perubahan tersebut akan mempengaruhi penyajian kembali laporan keuangan secara menyeluruh dan apa pengaruh atas perubahan
-7- tersebut kepada kewajiban perpajakan perusahaan serta pengaruh atas pengambilan keputusan stratejik dari manajemen. Pentingnya dilakukan penelitian atas aspek materialitas pada penyajian kembali laporan keuangan dan mekanisme penerapannya merupakan hal yang menjadi prioritas peneliti kali ini. Bagaimana dampak materialitas dan pengaruh atas perubahan harga pokok penjualan pada periode yang lalu pada penyajian kembali laporan keuangan tahun yang lalu serta pelaporan dan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan yang telah dipublikasikan kepada para pengguna merupakan dua hal yang penting yang akan menjadi fokus atas masalah ini. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini yang didasarkan atas studi kasus PT Gitaswara Indonesia yaitu mengenai pengaruh atas perubahan harga pokok penjualan yang dikarenakan perubahan basis persentase atas negosiasi ulang perusahaan dengan pihak supplier. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka rumusan penelitian dapat dijabarkan dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah efek atas perubahan tersebut cukup material untuk entitas untuk disajikan kembali dalam laporan keuangan secara retrospektif?
-8-2. Apakah pengaruh atas tidak disajikannya kembali laporan keuangan termasuk dampak atas pengambilan keputusan yang diambil oleh manajemen karena tidak disajikannya kembali perubahan harga pokok penjualan tersebut? Hal ini yang akan dikaji lebih lanjut oleh penulis dalam penelitian ini dengan judul Aspek Materialitas pada Penyajian Kembali Laporan Audit ( Studi Kasus pada PT Gitaswara Indonesia ). C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian Dalam fenomena masalah PT Gitaswara Indonesia seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, terdapat perubahan estimasi akuntansi yang dipakai dalam penerapan pencatatan harga pokok penjualan yang berakibat pada adanya lebih saji atas harga pokok penjualan didalam laporan keuangan PT Gitaswara Indonesia pada tahun lalu yang harus disajikan kembali dalam laporan keuangan secara restrospektif. Berangkat dari permasalahan tersebut, diperlukan penelitian atas pengaruh materialitas harga pokok penjualan terhadap keseluruhan laporan keuangan, apakah penyajian kembali laporan keuangan secara retrospektif harus dilakukan dan pengaruh penyajian retrospektif tersebut terhadap perusahaan secara keseluruhan dan apakah diperlukan pengungkapan kewajiban pajak penghasilan perusahaan seperti diungkapkan dalam PSAK 46 tentang Pajak Penghasilan.
-9- Sesuai dengan rumusan masalah seperti yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari penyajian kembali laporan keuangan audit atas periode yang lalu kepada laporan keuangan secara menyeluruh termasuk akan kinerja manajemen, profitabilitas, pajak dan pengukuran KPI perusahaan termasuk dampak laporan keuangan tersebut kepada pengambilan keputusan para stakeholder perusahaan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan rencana analisis yang dilakukan adalah menjelaskan fenomena atas pengaruh materialitas pada penyajian kembali laporan audit pada PT Gitaswara Indonesia. Penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut adalah dampak dari tidak disajikannya kembali laporan keuangan pada periode yang lalu pada PT Gitaswara Indonesia secara retrospektif melainkan diterbitkannya SUAM (Summary of Uncorrected Audit Misstatement) atau Ringkasan Salah Saji Audit yang Tidak Dikoreksi karena salah saji pada periode yang lalu tersebut tidak material untuk disajikan kembali dalam laporan keuangan oleh manajemen. Pengaruh atas laporan auditor ini juga diteliti seberapa dampak perubahan ini bagi para pengguna laporan keuangan terutama kepada dampak kinerja dan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi akan diterapkannya penyajian kembali laporan audit dengan lebih baik sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku serta menganut asas ketaatan kepada peraturan dan undang undang perpajakan dan laporan keuangan yang berlaku di Indonesia
-10- secara umum. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan kontribusi akademik yaitu mendukung atas adanya penelitian yang serupa di masa mendatang yang dapat memberikan temuan dan pembelajaran baru dalam dunia Akuntansi dan Audit pada khususnya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Sebagai penerapan teori yang sudah didapat dalam perkuliahan khususnya dalam mata kuliah Auditing dan Teori Akuntansi Keuangan. 2. Bagi Instansi dan Perusahaan Sebagai proses pembelajaran dalam aspek penyajian kembali laporan audit dalam perusahaan atau entitas dan memberikan kontribusi praktis terhadap perusahaan dan manajemen dalam dasar laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. 3. Bagi Pembaca Sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan atas penyajian kembali laporan audit terutama yang ditinjau dari segi materialitasnya dan aspek aspek lain yang mendorong dilakukannya penyajian kembali laporan keuangan.