BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karim (2012:5) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas, Jakarta, 20 Mei 2011 Jumat, 20 Mei 2011

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

EVALUASI menurut Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa: Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. muda. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3. 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (dalam Prayitno & B. Manullang, 2011:47). Universitas Negeri Medan

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

MATERI 7 GLOBALISASI DAN JATI DIRI BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas. maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenny Fitria, 2014

Mencukupkan Keteladanan Empat Pilar Menuju Indonesia Emas 2045

Menguatkan Nasionalisme Baru Generasi Muda yang Berkarakter (dalam Upaya Mengembangkan Model Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Kampus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

HASIL SIDANG KOMISI 8 REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2012

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat membawa kemajuan peradaban dan peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Keberhasilan suatu bangsa dalam mencapai tujuan nasional tidak hanya ditentukan oleh kekayaan alam yang melimpah saja, tetapi juga ditentukan oleh sumber daya manusianya. Dalam penyelenggaraan pendidikan, pembentukan karakter dan kecakapan hidup merupakan hal yang harus jadi perhatian. Ini berarti bahwa manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam pikiran dan tindakannya akan memberikan manfaat dan nilai tambah pada lingkungannya. Sebaliknya, pikiran dan tindakan manusia yang berkarakter buruk dapat membawa dampak kerusakan di muka bumi. Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat pada abad ini, pengaruh globalisasi banyak menawarkan sesuatu yang baik seperti keunggulan dan kemandirian, tetapi globalisasi juga dapat memberikan dampak negatif. Makin berkembangnya nilai-nilai konsumerisme, materialisme dan hedonisme, hilangnya etika kemanusiaan, sehingga penghormatan terhadap jabatan dianggap lebih penting dari pada menghormati pribadi sebagai manusia, goncangan hukum dan politik dapat diamati pada kasus korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, terjadinya praktik money politik, adanya isu-isu

2 terorisme, radikalisme, serta kasus bom bunuh diri seperti terjadinya pengeboman di swalayan Sarinah, Jakarta beberapa waktu yang lalu, dan sebagainya. Begitu banyak bencana hukum maupun politik, gempa sosial, dekadensi moral keagamaan, krisis etika, goncangan spiritual, merosotnya kepercayaan diri, dan sebagainya. Semua datang silih berganti melanda bangsa Indonesia secara bertubi-tubi, dan cenderung semakin menjadi. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) mensinyalir bahwa sumber dari musibah dan bencana yang melanda moralitas bangsa ini adalah karena terabaikannya pendidikan karakter. Kemendiknas menyandarkan argumennya tersebut pada sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi dari berbagai persoalan yang menerpanya. Seperti contoh terjadinya revitalisasi bangsa Jerman, dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualitas setelah kekalahan perang dengan perancis. Jepang menata ulang negerinya dalam menghadapi urbanisasi, disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad ini menghadapi krisis global dengan mengintroduksikan kembali pendidikan karakter (Amin Abdullah, dalam Suyadi, 2013:2) Kementerian Pendidikan Nasioanal telah mencanangkan gerakan nasional berupa pendidikan karakter (2010-2025) melalui keputusan pemerintah Republik Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Mei 2010 tentang gerakan nasional pendidikan karakter. Gerakan nasional

3 pendidikan karakter tersebut diharapkan mampu menjadi solusi atas rapuhnya karakter bangsa selama ini. Menurut Darmiyati Zuchdi (2011:xv), hal ini dimaksudkan sebagai sarana untuk mewujudkan citacita bangsa Indonesia yang berlandaskan empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam pelaksanaannya, khususnya melalui jalur pendidikan, pembangunan karakter bangsa dilakukan melalui restrukturisasi pendidikan moral yang telah berlangsung sejak lama di semua jenjang pendidikan (SD/MI hingga SMA/MA/SMK) dengan nomenklatur baru, yaitu pendidikan karakter. Tujuannya adalah untuk mewujudkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, baik dalam pola piker, pola rasa maupun pola perilaku dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi,2013:2) Pendidikan Sekolah Dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia, memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik seperti pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Hal itu sesuai dengan yang diungkapkan oleh Suharjo (2006:1), bahwa pendidikan memainkan peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religius, moral, sosial, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

4 Pendidikan karakter di sekolah dasar merupakan awal dari penanaman karakter karena pada tahap tersebut anak berada dalam tahap perkembangan di dalam dirinya. Dan pada saat ini para generasi muda belum secara menyeluruh dapat memahami dirinya sebagai bangsa yang beragam suku, kultur sosial, serta budaya yang berbeda-beda. Itulah sebabnya semua elemen harus bertanggung jawab atas pendidikan karakter para generasi penerus bangsa ini. Akan tetapi keluarga tetaplah yang paling utama memegang peranan. Pada kenyataan yang selama ini terjadi bahwa pembelajaran hanya lebih menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Sedangkan penanaman nilai-nilai keimanan, ketakwaan, serta nilai-nilai karakter positif yang lain masih sangat kurang, seperti yang terjadi di beberapa sekolah di wilayah Kabupaten Demak. Sementara kita ketahui bahwa karakter bangsa memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena kualitas karakter suatu bangsa akan menentukan kemajuan suatu bangsa. Seperti yang dikatakan oleh Bung Karno dalam Muchlas Samani (2014:2), bahwa bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Sedangkan karakter yang berkualitas harus dibentuk dan dibina sejak usia dini. Oleh karena itu

5 sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan hendaklah dapat mewujudkan pendidikan karakter itu dengan menyusun program pendidikan karakter di sekolahnya (Samani dan Hariyanto, 2016:8) Berdasarkan pengalaman penulis ketika melakukan kegiatan On The Job Learning (OJL) di SD Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak, dalam kurun waktu bulan September 2014 November 2014, penulis mengamati bahwa sekolah ini telah melaksanakan Program Pendidikan Karakter. Hal itu terlihat dari adanya kegiatan-kegiatan yang tampak seperti sholat berjamaah, pembacaan doa bersama, kegiatan baris berbaris sebelum masuk kelas, kegiatan Jumat bersih, dan kegiatan-kegiatan lain yang terintegrasi dalam pembelajaran. Akan tetapi berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah diketahui bahwa program pendidikan karakter yang telah dilaksanakan sekolah tersebut sampai saat ini belum pernah diadakan evaluasi. Sementara kita ketahui bahwa untuk mengetahui keberhasilan dari suatu program atau suatu kegiatan maka perlu diadakan adanya evaluasi. Arikunto (2009) menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Pendapat tersebut secara implisit menyatakaan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas dari pada pengukuran dan testing. Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau

6 tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Melalui evaluasi, kita akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik serta keberhasilan sebuah pogram. Tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ini mengetahui bagaimana dari komponen dan sub komponen program yang belum terlaksana dan apa sebabnya. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan evaluasi, evaluator perlu memperjelas tujuan program yang akan dievaluasi (Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2010:18) Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui tingkat ketercapaian program dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengambilan keputusan yang dikembangkan oleh Stufflebeam yang dikenal dengan

7 CIPP Evaluation Model.CIPP merupakan singkatan dari Context, Input, Process, and Product. Endang Mulyatiningsih (2011:126), mengemukakan bahwa evaluasi CIPP dikenal dengan nama Evaluasi Formatif dengan tujuan untuk mengambil keputusan dan perbaikan program. Keunggulan model CIPP yaitu memberikan suatu format evaluasi yang dilakukan secara komprehensif, untuk memahami aktivitas-aktivitas program mulai dari munculnya ide program sampai pada hasil yang dicapai setelah program dilaksanakan. Pertimbangan menggunakan model CIPP, karena model tersebut dinilai cocok bagi proses pembelajaran pendidikan karakter, yang diharapkan akan memperoleh hasil seperti yang menjadi tujuan program serta mendapatkan keputusan lain yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan karakter. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengevaluasi program pendidikan karakter di SD Negeri Gebang 1 dengan judul Evaluasi Program pendidikan Karakter di SD Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang diambil adalah : 1) Bagaimana konteks program pembelajaran Kecamatan Bonang Kabupaten Demak?

8 2) Bagaimana input program pembelajaran Kecamatan Bonang Kabupaten Demak? 3) Bagaimana proses pelaksanaan program pembelajaran karakter di SD Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak? 4) Bagaimana output program pembelajaraan Kecamatan Bonang Kabupaten Demak? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Mengevaluasi konteks program pembelajaran Kecamatan Bonang kabupaten Demak. 2) Mengevaluasi input program pembelajaran Kecamatan Bonang Kabupaten Demak 3) Mengevaluasi proses pelaksanaan program pembelajaran pendidikan karakter di SD Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak 4) Mengevaluasi output program pembelajaran Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Sesuai dengan hakikat penelitin evaluatif, maka tujuan akhir dari penelitian ini adalah memberi masukan / rekomendasi bagi SD Negeri Gebang 1 dalam rangka untuk mengambil keputusan tentang

9 keberlanjutan program pendidikan karakter di sekolah yang bersangkutan. Apakah program itu akan dilanjutkan, diperbaiki, atau tetap dilanjutkan dengan adanya revisi atau pembenahan seperlunya. 1.4 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keterlaksanaan program pendidikan karakter di SD Negeri Gebang 1 Kecamatan Bonang Kabupaten Demak serta dapat memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya meningkatkan prestasi dan pemantapan pendidikan karakter siswa. 2) Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik bagi kepala sekolah dan guru-guru di tempat penelitian maupun para peneliti lain. a. Bagi kepala sekolah di SDN Gebang 1, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengoptimalkan pelaksaanaan program pembentukan karakter siswa di sekolahnya.

10 b. Bagi guru di SDN Gebang 1, penelitian ini dapat menjadi masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pembentukan karakter anak. c. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai tambahan bahan referensi dalam mengadakan penelitian yang relevan tentang evaluasi program pendidikan karakter.