Kata kunci: Afinitas pengikatan, Interaksi, Kitin, Kitosan

dokumen-dokumen yang mirip
Sintesis, Interaksi dan Karaktersasi Karboksimetil kitosan dengan ion Fe. Kata kunci: Afinitas pengikatan, Interaksi, Karboksimetil kitosan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektifitas Kitosan sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Lunak dalam Air Gambut

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KITOSAN/ POLISULFON TERHADAP ph. Maria Erna, Sri Haryati, Roy Naldo 1 dan Yeni Fitri Yana 2 1

KETAHANAN MEMBRAN KOMPOSIT KHITOSAN/ POLISULFON TERHADAP PELARUT ABSTRAK. Kata kunci: Membran komposit, khitosan, persentase swelling, Waktu operasi

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS KITOSAN SEBAGAI PELAPIS (COATING) KOROSI PADA LOGAM Zn, Fe, Al DALAM MEDIA HCl DAN H 2 SO 4

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

4. Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

3. Metodologi Penelitian

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Karboksimetil Kitosan sebagai Inhibitor Korosi pada Baja Lunak dalam Media Air Gambut. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas, Padang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

HALAMAN PENGESAHAN. Disetujui Oleh : NIP NIP Mengetahui : Ketua Jurusan Kimia

KEGUNAAN KITOSAN SEBAGAI PENYERAP TERHADAP UNSUR KOBALT (Co 2+ ) MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGARUH ph DAN WAKTU KONTAK PADA ADSORPSI Cd(II) MENGGGUNAKAN ADSORBEN KITIN TERFOSFORILASI DARI LIMBAH CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica) ABSTRAK

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi Journal of Scientific and Applied Chemistry

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

PENGARUH SUHU ETERIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN KARBOKSIL METIL KITOSAN TERHADAP SIFAT KELARUTANNYA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

PEMANFAATAN KITOSAN DARI LIMBAH CANGKANG KERANG HIJAU (Perna viridis) SEBAGAI ADSORBAN LOGAM Cu

BAB 3 METODE PENELITIAN

Adsorpsi Fenol pada Membran Komposit Khitosan Berikatan Silang

EFISIENSI DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT KARBOKSIMETIL KITOSAN DAN FRAKSI AMILOSA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA PERMUKAAN BAJA LUNAK DALAM MEDIA HCL 1 M

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

Indonesian Journal of Chemical Science

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi Protein kasar limbah (%) (% BK) Palabilitas. Limbah jagung Kadar air (%)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

M. Erna, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 12 (2016), no. 1, hal

M. Erna, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 12 (2016), no. 1, hal

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

3 Metodologi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

I.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan

PEMBUATAN KOMPOSIT KITIN/KITOSAN YANG DIEKSTRAK DARI CANGKANG KEPITING DAN KARAKTERISASINYA. Oleh: Fitrah Rama Dhony S. ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2013 di Laboratorium

TUGAS AKHIR RK 0502 PEMANFAATAN KITOSAN LIMBAH CANGKANG UDANG PADA PROSES ADSORPSI LEMAK SAPI

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Maret 2015

Pengaruh ph dan Waktu Kontak pada Adsorpsi Zn(II) Menggunakan Kitin Terikat Silang Glutaraldehid

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

PENGGUNAAN MEMBRAN KITIN DAN TURUNANNYA DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI UNTUK MENURUNKAN KADAR LOGAM Co

Sains dan Terapan Kimia, Vol.1, No.2 (Juli 2007),

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI

PEMANFAATAN KITOSAN DARI CANGKANG RAJUNGAN PADA PROSES ADSORPSI LOGAM NIKEL DARI LARUTAN NiSO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MODIFIKASI PERMUKAAN SELULOSA NATA DE COCO DENGAN ANHIDRIDA ASETAT DALAM MENGIKAT ION LOGAM BERAT Cd 2+ DALAM CAMPURAN Cd 2+ DAN Pb 2+

Adsorpsi Pb 2+ dan Cu 2+ Menggunakan Kitosan-Silika dari Abu Sekam Padi

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENJERAPAN LEMAK KAMBING MENGGUNAKAN ADSORBEN CHITOSAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

POTENSI ABU CANGKANG KERANG DARAH (Anadara Granosa) SEBAGAI ADSORBEN ION TIMAH PUTIH

PEMURNIAN AIR SUMUR DENGAN KITOSAN MELALUI TAHAPAN KOAGULASI DAN FILTRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADSORPSI ZAT WARNA PROCION MERAH PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI SONGKET MENGGUNAKAN KITIN DAN KITOSAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2. Tinjauan Pustaka Sel Bahan Bakar (Fuel Cell)

Transkripsi:

STUDI INTERAKSI DAN KARAKTERISASI KITIN DAN KITOSAN DENGAN ION Fe 1) Maria Erna 1,2*), Emriadi 2), Admin Alif 2) and Syukri Arief 2) Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau, Kampus Binawidya km 12,5 Pekanbaru, 28293 2) Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas, Padang 3) ABSTRAK Telah dipelajari interaksi kitin dan kitosan dengan ion Fe berdasarkan afinitas pengikatan, perubahan bentuk spektrum dari gugus fungsinya menggunakan Fourier transform Infrared spectroscopy (FT-IR) dan bentuk morfologi permukaan partikel menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hasil penelitian menunjukkan interaksi kitin dan kitosan dipengaruhi oleh konsentrasi awal Fe, ph, jumlah massa dan waktu interaksi. Makin besar konsentrasi awal Fe maka afinitas pengikatan makin besar dan sebaliknya makin besar massa kitin dan kitosan maka makin menurun afinitas pengikatannya. Afinitas pengikatan minimum kitin dengan ion Fe adalah 11,7 ppm/mg dengan bentuk spektrum FT-IR kitin tidak banyak mengalami perubahan. Sedangkan berdasarkan foto SEM permukaan partikel kitin setelah berinteraksi dengan ion Fe terlihat permukaannya banyak yang mulus dan sedikit pori-porinya. Untuk afinitas pengikatan minimum kitosan adalah 12,64 ppm/mg dan bentuk spektrum FT-IR terjadi pergeseran absorban -OH dan puncak NH 2 terjadi perpendekan. Sedangkan foto SEM permukaan partikel kitosan setelah berinteraksi dengan ion Fe terlihat permukaan kitosan berpori tetapi jumlahnya sedikit, sehingga ion Fe lebih banyak diserap. Kata kunci: Afinitas pengikatan, Interaksi, Kitin, Kitosan PENDAHULUAN Kitin merupakan biopolimer dan jika mengalami deasetilasi (kehilangan gugus asetil) disebut dengan kitosan. Kitin diisolasi dari kulit invertebrata laut (misalnya udang, ketam dan kepiting), serangga, jamur serta ragi. Pada invertebrata, kitin berfungsi sebagai matriks penyusun eksoskeleton, sedangkan pada jamur berfungsi sebagai pembentuk dinding sel. Kitosan bersifat

biodegradable, bioaktif, biokompatible, polikationik, berat molekul tinggi, dapat diperbaharui, tidak toksit dan tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam asetat. (Morimoto, 2002) Pada penelitian ini dipelajari interaksi kitin dan kitosan dengan ion Fe. Hal ini dilakukan menginggat senyawa-senyawa tersebut berpotensi dimanfaatkan sebagai absorben, sensor dan inhibitor korosi pada logam serta mengingat sumber kitin dialam sangat melimpah yaitu kedua setelah selullosa. Pada penelitian ini interaksinya dipelajari dengan cara menghitung afinitas pengikatan kitindan kitosan terhadap konsentrasi awal ion Fe, nilai ph larutan, massa dan waktu interaksi. Sehingga akan didapatkan afinitas minimal kitin dan kitosan terhadap ion Fe. Juga dipelajari karakterisasi gugus fungsi kitin dan kitosan setelah berinteraksi dengan ion Fe menggunakan Fourier transform Infrared spectroscopy (FT-IR) dan bentuk morfologi permukaan partikel kitin dan kitosan dipelajari menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan adalah Kitin dan Kitosan (produksi laboratorium kimia analitik IPB dengan bahan baku dari limbah udang), NaOH, HCl, dan serbuk Fe. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah oven, timbangan analitik, seperangkat alat refluk, Fourier transform Infrared spectroscopy (FT-IR), Scanning Electron Microscopy (SEM), ph meter, Atomic Adsoption Spectroscopy (AAS) dan peralatan gelas yang umum dipakai. Interaksi kitin dan kitosan dipelajari dengan mempersiapkan larutan induk Fe 1000 ppm dan larutan standar Fe (konsentrasi 1, 3, 6, 7 dan 9 ppm) serta disiapkan ph larutan Fe dengan variasi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9 yang diatur menggunakan NH4OH 1 M atau asam asetat 10%. Kemudian disiapkan massa kitin dengan variasi 1, 3, 5, 7 dan 10 (mg). Masing-masing larutan dengan variasi ph dan berat dibiarkan dengan waktu interaksi (variasi: 7,5; 15; 30; 60; 120 dan 240 menit) dengan menggunakan Shaker 200 rpm pada temperatur ruang. Kemudian larutan disaring dan filtratnya siap untuk dianalisa konsentrasi Fe dengan menggunakan AAS. Afinitas pengikatan Fe pada kitin dan kitosan dihitung menggunakan persamaan:

C q i m C f Keteranagan; q = Afinitas pengikatan (ppm/mg) C i = Konsentrasi awal Fe (ppm) C f = Konsentrasi akhir Fe (ppm) m = Massa kitin atau turunannya (mg) Untuk menganalisa gugus fungsi yang terikat pada kitin dan kitosan digunakan FT-IR dan bentuk permukaan partikelnya menggunakan SEM. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil interaksi kitin dan kitosan terhadap konsentrasi awal Fe dapat dilihat pada Gambar 1. Secara umum makin besar konsentrasi Fe maka afinitas pengikatannya makin besar. Menurut Taboada, et.al (2003) hal ini disebabkan melimpahnya pasangan elektron bebas dari nitrogen gugus amino pada struktur kitin dan kitosan yang mampu mengikat ion logam. Konsentrasi Fe awal yang digunakan untuk eksperimen selanjutnya adalah 7 ppm untuk kitin dan 9 ppm untuk kitosan, karena pada konsentrasi ini ion Fe yang diadsorpsi oleh kitin dan kitosan paling optimal. 10 9 Afinitas pengikatan Fe (ppm/mg) 8 7 6 5 4 3 2 1 Kitin Kitosan 0 0 2 4 6 8 10 Konsentrasi Fe(ppm) Gambar 1. Afinitas pengikatan terhadap konsentrasi Fe Gambar 2, menunjukkan afinitas pengikatan Fe oleh kitin dan kitosan dipengaruhi oleh ph larutan Fe, terlihat bahwa nilai ph minimal untuk kitin terjadi pada ph 5 dan kitosan pada ph 4. Pada ph ini larutan Fe 3+ tidak

mengalami pengendapan sehingga menurunkan kapasitas adsorpsi kitin ( Burke, A., et.al, 2000) Sedangkan kitin dan kitosan pada range ph ini mengalami protonasi sehingga jumlah atom-atom nitrogen dengan elektron bebasnya menurun dalam media yang menyebabkan meningkatnya kelarutan biopolimer tersebut. (Zangmeister, R.A., et.al, 2006) 10 9 Afinitas pengikatan Fe (ppm/mg) 8 7 6 5 4 3 2 1 Kitin Kitosan 0 0 2 4 6 8 10 ph Gambar 2. Afinitas pengikatan Fe terhadap ph Gambar 3. menunjukkan afinitas pengikatan Fe oleh kitin dan kitosan menurun dengan meningkatnya jumlah massa. Hal ini terjadi karena pada jumlah massa tinggi terbentuk ikatan hidrogen intermolekul yang akan mengurangi kemungkinan berinteraksi dengan ion Fe.(Xue, X.,et.al, 2009) Sedangkan massa kitin dan kitosan yang digunakan untuk eksperimen selanjutnya adalah 5 dan 7 mg, karena adsorpsinya paling optimal.

10 9 Afinitas pengikatan Fe (ppm/mg) 8 7 6 5 4 3 2 1 Kitin Kitosan 0 0 2 4 6 8 10 12 Massa kitin dan turunannya (mg)) Gambar 3. Afinitas pengikatan Fe terhadap massa kitin dan turunannya Gambar 4 menunjukkan waktu interaksi kitin yang paling minimal diperlukan waktu 15 menit dengan afinitas pengikatan 11,7 ppm/mg, sedangkan kitosan waktu minimal terjadi pada waktu 7,5 menit dengan afinitas pengikatan 12,64 ppm/mg. 1,28 Afinitas pengikatan Fe (ppm/mg) 1,26 1,24 1,22 1,2 1,18 Kitin kitosan 1,16 0 15 30 45 60 75 90 105 120 Waktu interaksi (menit) Gambar 4. Afinitas pengikatan terhadap waktu interaksi

Bentuk spektrum FT-IR kitin setelah menyerap ion Fe 3+ dapat dilihat pada Gambar 5. Terlihat bahwa gugus asetil amino pada puncak 1158, 1378 dan 1558 cm -1 tidak berubah jika dibandingkan dengan spektrum standar kitin, tetapi persentase transmitannya lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa banyak gugus fungsi dari kitin berikatan dengan ion Fe 3+. 100 %T 95 90 85 80 75 70 3 1 0 9.2 5 2 9 2 9.8 7 2 8 8 5.5 1 1 6 5 6.8 5 1 6 2 9.8 5 1 5 6 6.2 0 1 4 2 1.5 4 1 3 7 9.1 0 1 3 1 7.3 8 1 1 5 7.2 9 1 1 1 6.7 8 1 0 7 2.4 2 1 0 2 4.2 0 9 5 0.9 1 8 9 4.9 7 7 5 0.3 1 7 0 2.0 9 5 9 4.0 8 5 5 9.3 6 5 2 8.5 0 5 0 3.4 2 4 6 8.7 0 65 60 3 4 5 0.6 5 3 2 7 1.2 7 55 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 Sampel 1 1/cm Gambar 5. Spektrum FT-IR kitin setelah beinteraksi dengan ion Fe Gambar 6, menunjukkan foto permukaan partikel kitin yang telah berinteraksi dengan ion Fe. Terlihat permukaannya mulus dan tidak berpori sehingga Fe hanya berikatan dipermukaan kitin.

Gambar 6. Foto SEM permukaan partikel kitin setelah berinteraksi Gambar 7 menunjukkan spektrum FT-IR kitosan setelah berinteraksi dengan larutan Fe, terlihat terjadi pergeseran absorban -OH menjadi 3466 cm- 1, puncak NH 2 terjadi perpendekan. Hal ini menunjukkan afinitas pengikatan kitosan terhadap Fe lebih baik dibandingkan dengan kitin. 100 %T 95 90 2 3 7 4.3 7 1 3 2 3.1 7 8 9 3.0 4 5 9 7.9 3 5 2 4.6 4 85 80 2 9 2 4.0 9 1 5 8 7.4 2 1 3 8 1.0 3 1 1 5 3.4 3 1 0 8 9.7 8 1 0 3 1.9 2 9 4 7.0 5 6 6 7.3 7 75 70 3 4 6 6.0 8 65 4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 Sampel 2 1/cm Gambar 7. Spektrum FT-IR kitosan setelah beinteraksi dengan ion Fe

Sedangkan foto permukaan partikel kitosan setelah berinteraksi dengan Fe dapat dilihat pada Gambar 8, terlihat permukaan kitosan berpori tetapi jumlahnya sedikit, sehingga ion Fe lebih banyak diserap dibandingkan dengan kitin. Gambar 8. Foto SEM permukaan partikel kitin setelah berinteraksi KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: Interaksi kitin dengan ion Fe dipengaruhi konsentrasi awal Fe, ph larutan Fe, massa kitin dan waktu interaksi. Kondisi interaksi minimum kitin terjadi pada konsentrasi awal Fe 7 ppm, ph 5, massa kitin 5 mg dan waktu interaksi 15 menit dengan afinitas pengikatan 11, 7 ppm/mg. Kondisi interaksi minimum kitosan terjadi pada konsentrasi awal Fe 9 ppm, ph 4, massa kitin 7 mg dan waktu interaksi 7,5 menit dengan afinitas pengikatan 12,64 ppm/mg. DAFTAR PUSTAKA Aktas, Y., Andrieux, K., Alonso, M.J and Calvo, P. 2005. Preparation and in vitro evaluation of chitosan nanoparticles containing a caspase inhibitor. International Journal of Pharmaceuties. 298: 378-383

Atkins,P.W. 1987. Physical chemistry (Terjemahan). Jilid 2, Cetakan pertama, Penerbit Erlangga. Jakarta. Burke,A., Yilmaz,E dan Hasirci, N. 2000. Evaluation of Chitosan As a Potential Medical Iron (III) Ion Adsorbent. Turki J.Med Sci. 30: 341-348 Fernandes-Kim, S.O. 2004. Physicochemical and Functional Properties of Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. Thesis. The department of Food Science. Seoul National University Franco, L.O., Mala, R.A and Takaki, G.C. 2004. Heavy Metal Biosorption by Chitin and Chitosan Isolated from Cunninghamellia Elegans. Brazillian Journal of Microbiology. 35: 243-247 Mima, S., Miya, M., Iwamoto, R., and Yoshikawa, S. 1983. Highly Deasetylated Chitosan and Its Properties. J. App.Polymer Science. 28: 1909-1917 Morimoto, Minoru, Saimoto, Hiroyuki and Yoshihiro. 2002. Control of Functions of Chitin and Chitosan by Chemical Modification. 14: 205-222 Pang, H.T.,Chen,X.G.,Park,H.J and Keneddy,J.F. 2007. Preparation and rheological properties of deoxycholate-chitosan and carboxymehyl-chitosan in aqueous syatem. Carbohydrate polymer. 69: 419-425 Sugunan, A., Thanachayanont, C., Dutta, J and Hilborn, J.G. 2005. Heavymetal ion sensors using chitosan-capped gold nanopartikels. Science and Technology of Advanced Materials. 6: 335-340 Taboada, E., Cabrera, G and Denas,G.,2003. Retention Capacity of Chitosan for Copper and Mercury Ions. J. Chil.Chem.Soc. 48: No.1 Tang, Z.X., Qian, J.Q and Shi, L.U. 2007. Characterizations of immobilized neutral lipase on chitosan nano-particles. Materials Letters. 61: 37 40 Xue,X.,Li,L and He,J. 2009. The Performance of Carboxymethyl Chitosan in Wash-off Reactive Dyeings. Carbohydrate Polymer. 75:203-207