7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar 1 Lokasi penelitian.
8 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain kamera digital, Global Positioning System (GPS), binokuler, buku panduan lapang, dan laptop dengan software yang mendukung pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 1. Sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner dan data, yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Tabel 1 Alat pengambilan data beserta kegunaan dan keluarannya Alat Kegunaan Keluaran Kamera digital Dokumentasi objek/tapak Foto GPS (Global Positioning System) Laptop dan aplikasi: a. Microsoft Office 2007, Microsoft Excel 2007 b. CorelDRAW Graphics X3, Photoshop CS4 Pengambilan titik koordinat dan ketinggian lokasi data Mengolah data tulisan (deskriptif), tabular, penulisan pelaporan Membuat ilustrasi gambar dan memperhalus tampilan gambar yang telah dibuat dengan Sketch Up Peta Laporan tertulis Peta dan Gambar c. ArcGIS 9.3 Membuat gambar penyebaran objek dan mengolah data Peta d. Map Source Mengolah data dari GPS Peta 3.3 Metode dan Pendekatan Perencanaan Metode studi yang digunakan adalah tahapan perencanaan menurut Gold (1980) dari mulai persiapan, pengumpulan dan inventarisasi data, analisis data, sintesis data sampai pada tahap perencanaan tapak pengembangan wisata di KHDTK Cikampek. Sedangkan pendekatan yang dilakukan merupakan pendekatan terhadap sumberdaya alam (ekologis). Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
9 Persiapan Studi Latar Belakang, Tujuan, Manfaat Studi, Metode Dan Rencana Kerja, Anggaran Biaya, Dan Administrasi/Perizinan Pengumpulan Data Data Bio-Fisik : Lokasi (Geografi, Administratif, Batas Tapak), Jenis Tanah, Topografi, Iklim, Ekologi (Sumberdaya Lahan, Penutupan Lahan). Data Wisata : Fasilitas Existing, Pengunjung, Atraksi Wisata, Aksesibilitas Data Sosial Budaya : Demografi (jumlah, kepadatan dan keinginan penduduk) Analisis Peta Analisis Kesesuaian Wisata KHDTK Sintesis Block Plan Pengembangan Wisata Perencanaan Tapak Rencana Tapak Pengembangan Wisata KHDTK Gambar 2 Tahapan perencanaan (Gold, 1980). 3.3.1 Persiapan Tahap persiapan pada tahapan penelitian dimulai dengan menyusun usulan penelitian yang dilakukan dengan membuat latar belakang, tujuan, manfaat studi, metode dan rencana kerja, dan menyusun anggaran biaya. Selain itu juga pada tahap ini dilakukan pengurusan izin untuk melaksanakan penelitian. 3.3.2 Pengumpulan/inventarisasi data Tahapan pengumpulan data merupakan tahapan dimana data yang dibutuhkan untuk perencanaan tapak diinventarisasi. Data yang diinventarisasi pada tahapan ini meliputi informasi tapak beserta hal-hal yang mempengaruhi tapak dan perencanaan. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan
10 sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari berbagai pustaka dan berbagai informasi dari pihak-pihak yang terkait. Metode yang digunakan untuk pengambilan data primer berupa pengamatan lapang, dokumentasi, dan wawancara. Wawancara sendiri dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu (Nasution 2007), dimana responden dipilih dengan ciriciri spesifik yaitu pengunjung yang datang atau berkeinginan untuk berwisata di kawasan KHDTK Cikampek. Jumlah responden dipilih sebanyak 30 orang yang merupakan penduduk desa sekitar KHDTK dan pengunjung yang mengunjungi kawasan KHDTK. Jenis, bentuk, dan cara pengambilan data dari tahapan pengumpulan data ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data I BIO-FISIK 1. Lokasi a. Geografi Deskriptif dan b. Administratif Spasial c. Batas Tapak Puslitbang, Instansi Terkait Cara Pengambilan Data 2. Jenis Tanah Deskriptif dan Puslitbang Spasial 3. Topografi Deskriptif dan Puslitbang Spasial 4. Iklim Deskriptif BMG, Puslitbang Survey, Studi Pustaka 5. Ekologi a. Vegetasi Deskriptif dan Puslitbang, lapangan b. Satwa Spasial c. Penggunaan Lahan II. SUMBERDAYA WISATA 1. Fasilitas existing Deskriptif Puslitbang, Lapangan Survei, Wawancara, Studi Pustaka 2. Pengunjung Deskriptif dan Tabular 3. Objek dan Atraksi Deskriptif Wisata 4. Aksesibilitas Deskriptif Lapangan Survey, Studi Pustaka III. SOSIAL BUDAYA 1. Demografi a. Jumlah dan Puslitbang, Kepadatan Penduduk b. Keinginan Masyarakat Deskriptif dan Tabular Pemerintah Lapangan Survei, Wawancara
11 3.3.3 Analisis data Tahap analisis data dilakukan dengan cara analisis spasial dan analisis deskriptif. Data dan informasi yang telah didapatkan dari tahap pengumpulan data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dan dianalisis dengan menggunakan overlay dari peta tematik. Analisis dengan overlay dari peta tematik ini secara garis besar dibagi berdasarkan dua aspek, yaitu aspek bio-fisik, dimana yang dianalisis secara spasial adalah lokasi kawasan, topografi, dan ekologi, sedangkan yang dianalisis secara deskriptif adalah jenis tanah dan iklim. Kedua yaitu aspek wisata, dimana yang dianalisis secara spasial adalah objek dan atraksi wisata, sedangkan yang dianalisis secara deskriptif adalah sarana dan prasarana (fasilitas eksisting dan aksesibilitas) karena sarana dan prasarana ini baru akan dikembangkan. Hasil dari analisis kedua aspek tersebut merupakan peta komposit yang merupakan hasil akhir dari tahap analisis dan akan digunakan sebagai dasar dari tahap berikutnya yaitu tahap sintesis. Sedangkan untuk data sosial dan budaya dan data wawancara akan dianalisis secara deskriptif. Variabel-variabel tersebut selanjutnya dipertimbangkan atau dinilai dengan metode skoring untuk mengetahui areal atau lahan yang baik, kurang baik, ataupun tidak baik untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Pada metode skoring dalam penelitian ini digunakan skor 1-4, dimana nilai 4 adalah yang tertinggi dan nilai 1 adalah yang terendah. Nilai ini mewakili kriteria dari masingmasing areal pada tapak, baik pada aspek bio-fisik dan aspek wisata. untuk memudahkan skoring, beberapa peta diskoring berdasarkan unit analisis berupa blok-blok yang dibagi dalam pembagian rencana tata ruang KHDTK Cikampek. Blok-blok tersebut yaitu blok Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan, Kayu Pulp, dan Kayu Energi; blok Pemuliaan Tanaman Hutan; blok Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu - Food, Energy, dan Medicine (HHBK- FEM); blok HHBK Non FEM, dan 3 blok yang berupa area show windows. Penentuan dari bobot aspek bio-fisik sebesar 60% lebih tinggi daripada bobot untuk aspek wisata yaitu sebesar 40%. Hal ini dikarenakan tanpa adanya kualitas bio-fisik yang baik dan ideal bagi kawasan yang direncanakan, maka objek dan atraksi wisata pun dapat terancam akibat adanya bahaya alam. Variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
12 Tabel 3 Variabel dan kriteria metode skoring Aspek Variabel Bobot (%) Kriteria Keterangan Skor Bio-Fisik (60%) Wisata (40%) 1. Status Penutupan Lahan 2. Sumberdaya Alam 3. Kemiringan Lahan 1. Objek dan atraksi wisata 20 20 20 40 Non Alami Berupa area terbangun 4 Campuran Berupa kebun dan sawah atau lahan kosong, dimana pada area tersebut vegetasi merupakan campuran dari kriteria semi alami dan non alami Semi Alami Berupa hutan tanaman, dimana vegetasi sengaja ditanam pada area tersebut 2 Alami Berupa hutan alam, vegetasi tumbuh dengan alami pada kawasan 1 Tidak Ada 4 sumberdaya yang menonjol yakni : flora, fauna, gejala alam, dan air. Semakin Ada 1 banyak sumberdaya menonjol yang terdapat pada area tersebut, maka 3 Ada 2 pengembangan wisata yang dapat dilakukan akan lebih terbatas berdasarkan daya 2 Ada 3-4 dukung kawasan 1 0-3% Kelerengan datar dengan klas sangat baik 4 3,01-8% Kelerengan landai dengan klas baik 3 8,01-15% Kelerengan miring dengan klas sedang 2 >15,01% Kelerengan agak curam dan curam dengan klas jelek 1 Lebih dari 5 4 Objek dan atraksi wisata yang terdapat pada area antara lain : flora, fauna, Ada 4-5 3 pemandangan, area bermain, area outbond. Semakin banyak objek dan atraksi Ada 2-3 2 wisata yang dapat dikembangkan, semakin baik area tersebut untuk wisata. Ada 1 1 Sumber : Modifikasi Bakosurtanal (1996) dan DKP (2003) dalam Nugraha (2011), Modifikasi Gunn (1994), Modifikasi Depbudpar Dirjen Pengembangan Produk Wisata (2001) dalam Nugraha (2011), Modifikasi M. Isa Darmawijaya (1990). 3 4
13 Hasil analisis kedua aspek yang berupa peta komposit untuk pembuatan block plan perlu diketahui kriterianya. Dalam menentukan kriteria dari peta tersebut akan dicari selang/interval kriteria berdasarkan klasifikasi penilaian yang dihitung dengan menggunakan persamaan berdasarkan Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dalam Mulyati (2007): S= Smaks-Smin/K Keterangan: S : Selang dalam penetapan selang klasifikasi penilaian Smaks : Skor maksimal Smin : Skor minimal K : Banyaknya klasifikasi Rumus di atas digunakan untuk mencari selang kualitas aspek bio-fisik, dan kualitas aspek wisata, serta kualitas hasil overlay kedua aspek tersebut. Pada studi ini banyaknya klasifikasi (K) yaitu 4. Hal ini untuk mendapatkan tingkat kedetailan pada penilaian kualitas masing-masing aspek. 3.3.4 Sintesis data Peta komposit hasil overlay pada tahapan analisis selanjutnya akan dijadikan dasar untuk menghasilkan solusi berupa alternatif penggunaan ruang yang direncanakan dalam bentuk block plan. Selain itu, hasil dari tahap sintesis ini adalah konsep dasar perencanaan tapak yang seminimal mungkin berpengaruh terhadap ekologis atau seminimal mungkin merubah bentang alam yang ada di kawasan tersebut. Konsep dasar ini akan dijadikan sebagai dasar pengembangan selanjutnya, yaitu berupa konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep jalur wisata, dan konsep aktivitas dan fasilitas. 3.3.5 Perencanaan tapak Tahap perencanaan tapak ini merupakan tahap pengembangan konsep yang telah dilakukan sebelumnya. Rencana tapak ini difokuskan pada site plan area wisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus, dimana akan menghasilkan tata ruang dan tata letak elemen untuk pengembangan wisata.