BAB I PENDAHULUAN. SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdiri di bawah naungan Diknas. SMA memiliki cita-cita agar output (keluaran)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. IPA merupakan mata pelajaran yang sering dianggap sulit oleh para

P E N U T U P BAB V. 5.1 Kesimpulan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. SMA

BAB I PENDAHULUAN. itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dalam bentuk program

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam mencetak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MAN Yogyakarta III merupakan Rintisan Madrasah Bertaraf Internasional

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 26 TAHUN 2008 TANGGAL 11 JUNI 2008 STANDAR TENAGA LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. SMA Ar-Risalah beralamat Jl. Aula Muktamar no.2 kota kediri,

BAB II SMA NEGERI 2 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Perbaikan yang dilakukan. diantaranya pada kegiatan seleksi penerimaan siswa baru.

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kondisi Fisik

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Analisis Situasi

PERATURAN SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Nomor : 800/ 303 /2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA SMA NEGERI DI KOTA TANJUNGPINANG GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DAN PESERTA DIDIK

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

BAB II HASIL SURVEY. dengan visi Prima dalam layanan, unggul dalam berprestasi dalam membangun

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. keberadaanya. Sejak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB V PENUTUP 5.1 Pendahuluan 5.2 Kesimpulan Peta Kompetensi Siswa 1) Kelompok IPA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gabungan dari Fisika dan Biologi. Di Sekolah Menengah Atas. mata pelajaran fisika akan berdiri sendiri.

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

dipraktikkan di sekolah atau lembaga pendidikan dengan program studi mahasiswa. Pada program PPL tahun 2015 ini, penulis mendapatkan lokasi

Berdasarkan hasil observasi kelas pra PPL, diperoleh data sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. istilah ini dikenal Cerdas Istimewa adalah bentuk alternatif pelayanan pendidikan

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

I. PENDAHULUAN. mudah dihadirkan di ruang kelas. Dalam konteks pendidikan di sekolah,

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PACITAN PANITIA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU

BAB II HASIL SURVEY. enam kelas IPA dan tujuh kelas IPS. SMAN 1 Driyorejo memiliki fasilitas ruang

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

1) Identitas Sekolah

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA LABORATORIUM SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

PENGELOLAAN LABORATORIUM. Irnin Agustina D.A.,M.Pd Universitas Indraprasta PGRI irnien.wordpress.com

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan perekonomian bangsa ditambah dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Jl. LMU. Adisucipto 2 Telp Fax S A L A T I G A

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

139 Dwi Lestari Yuniawati, 2013 Manajemen Sekolah Berbasis Program Akselerasi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran matematika harus. informasi, serta kemampuan memecahkan masalah.

SISTEM PENGELOLAAN LABORATORIUM FISIKA UNTUK MEWUJUDKAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM YANG EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN STRATEGIS DI BIDANG PENDIDIKAN

LAPORAN ANALISIS HASIL EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2011

PEND. TEKNIK ELEKTRO FT UNY

BAB II GAMBARAN UMUM PENDIDIKAN DI KOTA SEMARANG DAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PROFESI

BIODATA CALON PESERTA DIDIK SMA Negeri 1 Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana, manajemen dan lingkungan sudah memadai (Widyastono,

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, yang dipilah menjadi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI SUMATERA UTARA. Renova Marpaung. Abstrak. Kata Kunci : Manajemen Mutu, Pembangunan, Pendidikan

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data Madrasah Aliyah Negeri 3 Barabai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Gorontalo didirikan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, Kesemuanya itu

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 SMP NEGERI 1 PRAMBANAN KLATEN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG

ANALISIS MANAJEMEN LABORATORIUM KIMIA SMA NEGERI DI KOTA TANJUNGPINANG GUNA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DAN PESERTA DIDIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN LABORATORIUM KIMIA DI SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMA Negeri 1 Boyolali beralamat di Jl. Kates nomor 8 Boyolali adalah sekolah yang pernah berstatus Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). Jumlah seluruhnya ada 29 kelas yang terdiri kelas X ada 10 kelas yaitu kelas reguler ada 7 kelas jurusan IPA diskenal dengan MIA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), 2 kelas IIS (Ilmu-ilmu Sosial) dan 1 kelas akselerasi grade 1. Sedangkan kelas XI jumlahnya ada 10 kelas, yaitu ada 7 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan IPS dan 1 kelas akselerasi grade 2. Kelas XII ada 9 kelas reguler belum ada kelas akselerasi, yang terdiri dari 7 kelas IPA dan 2 kelas IPS. Tahun pelajaran 2013/2014 SMA Negeri 1 Boyolali menerapkan kurikulum tahun 2013. Pada tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 1 Boyolali untuk pertama kali menerima kelas akselerasi siswa baru dengan menggunakan nilai rapor dari sekolah dan tes potensial akademik sangat ketat, sehingga hanya siswa yang mempunyai bakat dan potensi tinggi yang diterima di sekolah ini. Pada tahun pelajaran 2013 peserta didik kelas akselerasi grade satu dan dua, saat ini grade dua ikut serta pelaksanaan ujian nasional dan sudah mulai menerapkan kurikulum 2013. Sebagian besar tahunnya alumni dari sekolah ini banyak yang berhasil menduduki jabatan di instansi pemerintahan, pendidikan, kesehatan, dan kalangan swasta. Terbukti setiap tahun ada temu reuni alumni sekolah. Sekolah ini memiliki laboratorium IPA sudah terpisah. 1

2 reuni alumni sekolah. Sekolah ini memiliki laboratorium IPA sudah terpisah yaitu laboratorium fisika, biologi, dan kimia. Disamping itu juga memunyai laboratorium bahasa, komputer, multimedia, aula, mushola, lapangan tenis dan perpustakaan. Nilai ujian nasionalnya untuk jurusan IPA setiap tahunnya tinggi, hal ini mungkin pembelajaran mata pelajaran yang diujikan dikelas dan ditunjang adanya praktikum di labotarorium IPA. Khususnya mata pelajaran kimia dapat nilai yang tinggi, hal ini ditunjang adanya pengelolaan laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali. Adanya laboratorium kimia merupakan sarana fisik sebagai tempat melakukan kegiatan di laboratorium misalnya praktikum dan penelitian ilmiah lainnya. Menurut Sitorus, et al. (2012: 4) infrastruktur adalah segala sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu laboratorium dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya baik kuantitas maupun kualitasnya. Di laboratorium yang digunakan untuk pratikum khususnya penyiapan alat dan bahan praktikum, lainnya termasuk sarana penunjang atau barang inventaris. Laboratorium kimia adalah tempat yang berupa ruangan untuk praktikum yang menggunakan sarana yang ada di laboratorium. Seperti dijelaskan oleh Sitorus, et al. (2012: 1) laboratorium adalah tempat melakukan berbagai aktivitas atau kegiatan praktikum maupun penelitian. Dalam kegiatan tersebut harus memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja serta aspek tata kelolanya manajemen. Keselamatan kerja dan pengelolaan laboratorium

3 hendaknya dipandang satu kesatuan utuh dalam penyelenggaraan kegiatan di laboratorium. Selain itu juga Emha, et al. (2012: 36) menjelaskan laboratorium adalah suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu kimia, fisika, biologi atau bidang ilmu lain. Fungsi laboratorium adalah memfalisitasi dukungan proses pembelajaran agar sekolah dapat memenuhi misi dan visinya. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan penggunaan ruang laboratorium sebagai ruang pembelajaran, karena sebagai media pembelajaran yang mempunyai infrastruktur memadai. Mata pelajaran kimia bisa disampaikan dengan teori maupun praktek, dengan pendekatan ketrampilan proses peserta didik dituntut untuk terlibat dalam kegiatan proses pembelajaran sehingga peserta didik lebih aktif. Dengan adanya praktikum di laboratorium, maka tingkat pemahaman materi pelajaran kimia akan meningkat dan daya ingat lebih lama sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. IPA berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi bermanfaat bagi manusia disemua bidang pendidikan, kesehatan, industri, perumahan, selain juga berpengaruh terhadap kemajuan dibidang ICT di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Puji Irawati (2012) menjelaskan bahwa pengelolaan laboratorium IPA di SMA Negeri 1 Gemolong ditemukan bahwa penggunaan laboratorium IPA belum maksimal dimana dalam pelaksanaannya belum ada petugas khusus yang menangani laboratorium masih dirangkap

4 oleh guru mata pelajaran fisika. Selanjutnya penelitian Rani Hartati (2012) menjelaskan bahwa hasil penelitian ini tentang pengelolaan laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Salatiga ditemukan bahwa penggunaan laboratorium kimia belum maksimal dan pelaksanaan praktikum kimia pada jam ekstrakurikuler. Pengelolaan laboratorium kimia oleh guru kimia yang diberi tugas mengelola laboratorium kimia. Pengelolaan laboratorium dibutuhkan manajemen pengelolaan fasilitas laboratorium seperti, ruang laboratorium, inventaris alat dan bahan praktikum yang baik. Hal ini dijelaskan oleh Asiabaka (2008: 1) penelitiannya membahas manajemen fasilitas efektif di sekolah Nigeria yang tentang konsep alam dan jenis fasilitas sekolah. Hal ini yang dimaksud fasilitas sekolah adalah fasilitas semua jenis bangunan termasuk akademik dan non akademik, area olah raga, keamanan, transportasi, toilet, furniture, penerangan, ICT, jasa, dan fasilitas khusus penyandang cacat. Sarana fisik juga dapat menentukan kualitas pendidikan. Menurut Nwagwu, et al. (Asiabaka, 2008: 1) menjelaskan bahwa kualitas pendidikan anak berhubungan langsung dengan ketersediaan sarana fisik dimana pembelajaran berlangsung. Dengan adanya laboratorium kimia maka pembelajaran mata pelajaran kimia khususnya tidak hanya teori dikelas saja. Pembelajaran dengan pratikum dilaboratorium akan menambah tingkat pemahaman materi semakin mudah untuk diingat oleh peserta didik lebih lama dari pada hanya

5 teori di kelas saja. Pembelajaran di laboratorium akan lancar dan aman jika semua guru IPA, laboran dan siswa mengetahui bahaya dan cara menangani bahaya untuk kesalamatan, dalam hal melakukan sesuai prosedur percobaan yang sudah ditentukan, serta mematuhi tata tertib di laboratorium yang ada. Dalam tugasnya guru mengawasi, mengelola dan menjalankan proses pembelajaran guru juga harus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme di kelas maupun di laboratorium. Hal ini diatur Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 diharapkan guru lebih memahami serta mengawasi dan membantu sekolah dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar (Wahyudi, 2012: 85). Pengelolaan laboratorium membutuhkan keahlian yang sesuai dengan bidangnya yang di jelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/ Madrasah dinyatakan bahwa: Standar tenaga laboratorium sekolah mencakup kepala laboratorium sekolah/madrasah, teknisi laboratorium sekolah/madrasah, dan laboran sekolah/madrasah. Salah satu tenaga laboratorium sekolah adalah kepala laboratorium menurut Permendiknas harus memiliki kulifikasi kepala laboratotium sekolah/madrasah, untuk jalur guru adalah 1) berpendidikan minimal S1; 2) berpengalaman minimal tiga tahun sebagai pengelola laboratorium ;3) memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah. Dari uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengelolaan Laboratorium Kimia di SMA Negeri 1 Boyolali. Peneliti berasumsi bahwa pengelolaan laboratorium kimia dapat

6 meningkatkan prestasi belajar kimia pada siswa jurusan IPA di SMA Negeri 1 Boyolali. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian dalam penelitian ini adalah apakah pengelolaan laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013, sudah sesuai tujuan untuk pembelajaran kimia. Sub fokus penelitian ini dirinci menjadi empat (4). 1. Perencanaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. 2. Pengadaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. 3. Penggunaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013 4. Pemeliharaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan,maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ada empat. 1. Mendekripsikan perencanaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013.

7 2. Mendekripsikan pengadaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. 3. Mendeskripsikan penggunaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. 4. Mendeskripsikan pemeliharaan alat dan bahan kimia di laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Boyolali Tahun 2013. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian pengelolaan laboratorium kimia, dapat diharapkan bermanfaat baik secara teoritis dan praktis. 1. Secara teoritis hasil penelitian laboratorium kimia berguna bagi: a. Guru mata pelajaran kimia di SMAN 1 Boyolali khususnya dan guruguru kimia di SMA, MA, SMK umumnya dapat meningkatkan profesionalisme dalam bidang pengelolaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran kimia yang berbeda. b. Laboratorium kimia untuk menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran kimia baik secara praktikum, demonstrasi,maupun untuk penelitian karya ilmiah. c. Referensi perpustakaan dapat menambah pengetahuan tentang cara pengelolaan laboratorium kimia sesuai dengan yang diharapkan.

8 2. Secara Praktis hasil penelitian laboratorium kimia dapat berguna bagi: a. Sekolah SMA Negeri 1 Boyolali sebagai acuan perbaikan pengelolaan laboratorium kimia yang akan datang. b. Guru Kimia dan laboran untuk mengelola, pengadaan alat dan bahan kimia serta kegiatan penyusunan inventarisnya untuk bahan pelaporannya. c. Dinas Pendidikan, sebagai masukan melalui departemen pendidikan dalam upaya meningkatkan pembelajaran kimia melalui penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran di laboratorium kimia. E. Definisi Operasional Istilah Agar penelitian ini dapat terarah sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, maka perlu adanya definisi istilah. 1. Pengelolaan Pengelolaan adalah suatu kegiatan merencanakan,menyusun, mengorganisir, melaksanakan dan melakukan pengawasan secara intensif. 2. Laboratorium Laboratorium adalah ruang untuk melaksanakan praktikum yang berisi media pembelajaran meliputi alat dan bahan untuk praktikum serta sarana penunjang.

9 3. Kimia Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari suatu zat dari segi susunannya, strukturnya, perubahan dan hukum perubahan zat serta energi yang menyertainya setiap perubahan. F. Sistematika Penulisan Untuk memudah pembaca dalam mempelajari dan memahami tesis ini, maka penulis akan membagi sistematika penulisan ini menjadi enam bab. BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Definisi Operasional Istilah, dan Sistematika Penulisan. BAB II Kajian Teori yang memaparkan tentang Pengelolaan Laboratorium Kimia yang terpilah pada sub-sub, antara lain Pengertian Laboratorium, Pengelolaan Pembelajaran, Pengelolaan laboratorium. BAB III Metodologi Penelitian yang berisi tentang, Jenis dan Pendekatan Penelitian, Kehadiran Peneliti, Data dan Sumber Data Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Keabsahan Data, Teknik Analisa Data, Lokasi dan Waktu Penelitian. BAB IV Paparan Data dan Temuan Penelitian, BAB V Pembahasan Hasil Penelitian, BAB VI Penutup berisi tentang Simpulan, Implikasi dan Saran.