TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. SINAR MAS CABANG SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017. TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM PERJANJIAN SEWA-BELI KENDARAAN BERMOTOR 1 Oleh : Febrian Valentino Musak 2

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan-peraturan hukum yang telah ada di masyarakat wajib

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA PENGGELAPAN SECARA BERLANJUT (Studi Kasus No. 55/Pid.B/2010/PN. Palu)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencurian kendaraan bermotor semakin marak terjadi di lingkungan

bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke- I, Jakarta: Prenada Media Group.

PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN JUAL BELI TANAH YANG DITANGANI OLEH POLRESTA SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan berkembang di masyarakat, sedangkan pelaku kejahatan dan

PENGANCAMAN/AFDREIGINGAFDREIGING. Fachrizal Afandi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

Tindak Pidana Penadahan Hasil Pencurian Sepeda Motor Dan Upaya Penanggulangannya Oleh Ma arif

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

KAJIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN PEREMPUAN (STUDI DI POLRESTA SURAKARTA) JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

KAJIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE SURAKARTA. Oleh:

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian bab-bab terdahulu yang telah dijabarkan, maka diperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN (STUDI KASUS PADA PENGADILAN NEGERI DI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana diatur

Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

BAB I PENDAHULUAN. pergaulan dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

Lex Crimen Vol. V/No. 1/Jan/2016. Pangemanan, SH, MH; M.G. Nainggolan, SH, MH, DEA. 2. Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

PENDAHULUAN. perubahan dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal sebagai krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. laku manusia agar dapat terkontrol, selain itu hukum juga merupakan aspek

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, dan merata secara materil dan spiritual berdasarkan pancasila

BAB V PENUTUP tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB II UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PENGGELAPAN. Tindak pidana penggelapan (verduistering) diatur dalam Bab XXIV Pasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan. Surastini Fitriasih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis kriminologi berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan,

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

contoh mini legal memorandum

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

Transkripsi:

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. SINAR MAS CABANG SURAKARTA Oleh: Franskus Manendar Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRAK Masalah penggelapan sepeda motor merupakan persoalan yang sudah sering terjadi. Masalah ini semakin menarik untuk diteliti karena sepeda motor yang digelapkan adalah sepeda motor kredit yang belum lunas pembayarannya. Penggelapan sepeda motor ini dilakukan oleh masyarakat yang melakukan pembelian sepada motor secara kredit di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. Metode pendekatan dalam penulisan ini adalah yuridis sosiologis, artinya penelitian berdasar kerangka pembuktian untuk memastikan suatu kebenaran berdasarkan pada ketentuan perundangan yang berlaku serta kenyataan dan fenomena yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta antara lain berupa faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa mudahnya calon konsymen mendapatkan fasilitas kredit, jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau, adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan) serta adanya sistem target bagi karyawan. Sedangkan faktor ekstern penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor adalah faktor adanya agen (perantara), adanya penadah dan faktor adanya penjamin. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam Menangani Tindak Pidana Penggelapan Kendaraan Bermotor adalah konsumen pindah alamat (tidak diketahui) serta adanya perubahan identitas kendaraan yaitu nomor mesin dan rangka sepeda motor dihapus. Upaya yang dilakukan oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor, antara lain melibatkan informan tetap atau lepas. ikut terlibat razia bersama pihak berwajib (polisi lalu lintas), melakukan sweeping dengan pihak kepolisian dan melaporkan ke kepolisian dengan tuduhan tindak pidana pengelapan. Kata Kunci: Tindak Pidana Penggelapan 1

LATAR BELAKANG MASALAH Penggelapan adalah salah satu jenis tindak pidana yaitu berupa kejahatan terhadap harta kekayaan manusia yang diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), rumusan pokoknya diatur pada Pasal 372 yang dirumuskan sebagai berikut "Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak Rp.900.000". Dari rumusan penggelapan sebagaimana tersebut di atas, maka jika ditelaah lebih lanjut rumusan tersebut terdiri dari unsur-unsur subyektif dan obyektif. Objektifnya meliputi perbuatan memiliki (zicht toe.igenen); sesuatu benda (eenig goed); yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain; yang berada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan; dan unsur-unsur Subjektifnya meliputi penggelapan dengan sengaja (opzettelijk); dan penggelapan melawan hukum (wederrechtelijk). Pemahaman akan makna penggelapan dalam rumusan di atas tidak diartikan sebagai membuat sesuatu menjadi gelap atau tidak terang, seperti arti kata yang sebenarnya. Perkataan verduistering yang ke dalam bahasa Indonesia diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan, sebenarnya bagi masyarakat Belanda diartikan secara luas (figurlijk), bukan diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai membikin sesuatu menjadi tidak terang atau gelap. PT. Sinar Mas sebagai salah satu perusahaan jasa pembiayaan kredit kendaraan bermotor Cabang Surakarta, turut serta dalam bisnis ini, syarat-syarat yang diberikan sangat mudah untuk seseorang dapat menguasai sebuah benda atau sepeda motor dengan menawarkan pembayaran yang ringan melalui metode kredit (leasing) yaitu dengan membayar uang muka dan angsuran berjalan dalam beberapa tahapan, besaran biayanya sesuai dengan kesepakatan yang ditentukan dalam perjanjian selama kurun waktu tertentu. Dari apa yang telah dijabarkan di atas, terlihat jelas bahwa ada persoalan hukum yang menarik untuk dibahas yaitu, kejahatan penggelapan sepeda motor di Surakarta khususnya di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta, yang menjadi korban atas tindakan tersebut. Keadaan inilah yang mendorong dan menimbulkan niat bagi peneliti untuk membahas dan menganalisa serta ingin mengungkap kasus atau masalah tersebut dalam penelitian hukum ini. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimanakah penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta?. 2

2. Bagaimakah kendala-kendala dan upaya mengatasi yang dilakukan oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor?. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengkaji penyebab timbulnya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. 2. Mengkaji kendala-kendala dan upaya mengatasi yang dilakukan oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor. TINJAUAN PUSTAKA Dalam suatu tindak pidana, mengetahui secara jelas tindak pidana yang terjadi adalah suatu keharusan. Beberapa tindak pidana yang terjadi harus diketahui makna dan definisinya termasuk tindak pidana penggelapan. Penggelapan berarti memiliki barang atau sesuatu yang dimiliki oleh orang lain tetapi tindakannya tersebut bukan suatu kejahatan. Tindak Pidana penggelapan adalah termasuk tindak pidana kejahatan terhadap harta kekayaan orang atau vermogendelicten sebagaimana yang diatur dalam Pasal 372 sampai dengan pasal 377 KUHP. Kejahatan terhadap harta kekayaan adalah berupa penyerangan terhadap kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain (bukan milik petindak) (Adami Chazawi, 2011: 1). Dalam Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menegaskan: Barang siapa dengan sengaja melawan hukum memiliki barang sesuatu atau seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Tindak pidana yang tercantum di dalam Pasal 372 KUHP adalah tindak pidana pokok. Artinya, semua jenis penggelapan harus memenuhi bagian inti Pasal 372 KUHP ditambah bagian inti lainnya. Adami Chazawi (2011: 5) mengemukakan penjelasannya mengenai tindak pidana penggelapan berdasarkan pasal 372 KUHP yang dikemukakan sebagai berikut: Perkataan verduistering yang kedalam bahasa kita diterjemahkan secara harfiah dengan penggelapan itu, bagi masyarakat Belanda diberikan secara arti luas (figurlijk), bukan diartikan seperti arti kata yang sebenarnya sebagai membikin sesuatu menjadi tidak terang atau gelap. Lebih mendekati pengertian bahwa petindak menyalahgunakan haknya sebagai yang menguasai suatu benda (memiliki), hak mana tidak boleh melampaui dari haknya sebagai seorang yang diberi kepercayaan untuk menguasai benda tersebut bukan karena kejahatan. 3

Dari beberapa pengertian dan penjelasan mengenai arti kata penggelapan dapat dilihat juga pada penjelasan C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (2000: 1) yang mendefinisikan penggelapan secara lengkap sebagai berikut: Penggelapan, barang siapa secara tidak sah memiliki barang yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain dan yang ada padanya bukan karena kejahatan, ia pun telah bersalah melakukan tindak pidana eks. Pasal 372 KUHP yang dikualifikasikan sebagai verduistering atau penggelapan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta, dengan alasan bahwa kasus penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta saat ini marak terjadi, sehingga perlu dilakukan penanganan baik oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta maupun bekerjasama dengan pihak kepolisian. Metode yang dipergunakan adalah yuridis sosiologis, artinya suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-solution). Metode analisis data dalam penulisan hukum ini dilakukan secara kualitatif yaitu data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan secara tertulis dan lisan dipelajari secara utuh dan menyeluruh kemudian dianalisis dan disajikan secara deskrptif dalam satu kesatuan yang utuh mengenai objek yang diteliti, sehingga dapat menghasilkan suatu alur pemikiran yang sistematis yang akan menjelaskan mengenai objek yang diteliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Penggelapan Kendaraan Bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta Penggelapan sepada motor yang terjadi adalah penggelapan terhadap sepeda motor dengan berbagai type. Pelakunya adalah konsumen yang membeli sepeda motor secara kredit di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. Adapun faktor penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta adalah sebagai berikut: 1. Faktor Intern a. Mudahnya mendapatkan fasilitas kredit Untuk memperoleh fasilitas kredit di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta pelaku hanya perlu melengkapi persayaratan berupa : Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP), kartu keluarga, slip gaji dan rekening (air, listrik, atau 4

telepon). b. Jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau. Untuk melakukan kredit sepeda motor seorang konsumen hanya cukup membayar uang muka yang besarnya ditentukan oleh perusahaan dan dapat dijangkau masyarakat. Pada periode tertentu PT. Sinar Mas Cabang Surakarta menawarkan subsidi uang muka dan diskon atau potongan harga uang angsuran untuk sepeda motor tipe tertentu. c. Adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan) Untuk memperoleh pembiayaan sepeda motor bagi konsumen harus memenuhi kriteria yang diajukan oleh pihak perusahaan adalah: 1) Usaha berjalan minimal 3 tahun. Dilihat jenis usaha dan prospeknya. 2) Gaji/penghasilan ± Rp.1.500.000,-/bulan. 3) Memiliki rumah sendiri. 4) Persetujuan suami/istri. 5) Alamat kantor/tempat usaha. d. Adanya sistem target bagi karyawan Dalam perusahaan leasing terdapat penetapan target yang harus dipenuhi oleh karyawan, termasuk di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. Bagi karyawan ditetapkan bahwa target perbulannya harus dapat dipenuhi oleh karyawan karena target ini sangat berpengaruh bagi pendapatan/gaji mereka. Pendapatan karyawan di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta terdiri dari gaji pokok dan insentif. Gaji pokok besarnya ditentukan berdasarkan posisi atau jabatan masing-masing sedangkan insentif adalah bonus gaji bagi karyawan yang besarnya tergantung dari seberapa besar karyawan tersebut dapat memenuhi target yang ditetapkan perusahaan. Berdasarkan wawancara penulis dengan surveyor PT. Sinar Mas Cabang Surakarta, bahwa target yang harus dipenuhi oleh petugas lapangan adalah menyelesaikan 75% masalah yang ditanganinya dengan terjun langsung ke lapangan. 2. Faktor Eksternal Adapun faktor eksternal yang dapat mendukung terlaksananya kejahatan penggelapan sepeda motor adalah: a. Faktor Adanya Agen (Perantara) Agen (perantara) adalah pihak yang menjadi penghubung/perantara antara konsumen dan PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. Agen inilah yang akan mengurus semua kelengkapan persyaratan yang diperlukan untuk pengajuan kredit sepeda motor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta. Dalam hal kredit di 5

perusahaan leasing, agen sangat berperan bagi pihak konsumen dan perusahaan. Bagi konsumen yang tidak ingin repot dan bisa cepat mendapatkan kredit sepeda motor, agen adalah orang yang tepat. b. Faktor Adanya Penadah Penadah adalah orang yang menampung sepeda motor kredit yang belum lunas pembayarannya. Penadah disini adalah orang yang menerima gadai atau menerima penjualan barang yang berasal dari hasil kejahatan. Pelaku penggelapan menjual atau menggadaikan sepeda motor kredit tersebut kepada penadah dengan harga yang lebih murah. c. Faktor Adanya Penjamin Penjamin adalah orang yang menjamin seluruh hutang seseorang dan bertanggung jawab untuk membayar hutang tersebut apabila pihak yang dijaminkan tersebut tidak memenuhi kewajibannya. Adanya penjamin inilah yang juga menyebabkan pelaku penggelapan mudah melaksanakan kejahatan. Apabila penjamin adalah orang yang mempunyai pengaruh yang cukup kuat di masyarakat atau merupakan oknum aparat penegak hukum maka akan sangat meyakinkan pihak perusahaan. Pengajuan kredit tentunya akan diterima dan sepeda motor akan langsung dapat dimiliki. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya setiap tindakan penggelapan memiliki unsur perbuatan yang berbeda-beda dari keinginan pelaku melakukan tindakan tersebut dan unsur-unsur penggelapan didalamnya sendiri terbagi menjadi dua subyektif dan objektif dimana setiap rinciannya mengindikasi pada perumusan pasal 372 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Unsur objektif dan subjektif yang di maksud diatas antara lain: 1. Unsur Objektif a. Unsur perbuatan materil seperti perbuatan mengambil pada pencurian, perbuatan memiliki kepada penggelapan, perbuatan menggerakkan hati pada penipuan, perbuatan memaksa pada pemerasan dan pengancaman perbuatan menghancurkan dan merusakkan pada penghancuran dan perusakkan benda, unsur benda atau barang unsur keadaan yang menyertai terhadap objek benda, yakni unsur milik orang lain yang menyertai atau melekat pada unsur objek benda tersebut. b. Barang siapa, seperti didalam tindak pidana pencurian kata barang siapa ini menunjukkan orang, apabila seseorang memnuhi semua unsur tindak pidana penggelapan maka dia disebut pelaku atau dader. 6

c. Menguasai secara melawan hukum (bermaksud memiliki), penguasaan secara sepihak oleh pemegang sebuah benda seolah-olah ia merupakan pemiliknya, bertentangan dengan hak yang membuat benda tersebut berada padanya. d. Suatu benda, ialah benda yang menurut sifatnya dapat dipindah-pindahkan ataupun dalam prakteknya sering disebut benda bergerak. e. Seluruh atau sebagiannya adalah milik orang lain, penggelapan atas benda yang sebagian merupakan kepunyaan orang lain itu dapat terjadi, barang siapa atas biaya bersama telah melakukan suatu usaha bersama dengan orang lain, ia tidak boleh menguasai uang milik bersama itu untuk keperluan bersama. f. Benda yang ada dalam kekuasaannya tidak karena kejahatan, yaitu; harus ada hubungan langsung yang sifatnya nyata antara pelaku dengan suatu benda tindak pidana penggelapan. 2. Unsur Subjektif Unsur kesengajaan memuat pengertian mngetahui dan menghendaki, berbeda dengan tindak pidana pencurian yang tidak mencantumkan unsur kesengajaan sebagai salah satu unsur tindak pidana pencurian, rumusan pasal 372 KUHP mencantumkan unsur kesengajaan pada tindak pidana penggelapan sehingga dengan mudah orang mengatakan bahwa penggelapan merupakan delik sengaja atau opzettelijk delict. a. Unsur kesalahan yang dirumuskan dengan kata-kata seperti dengan maksud, dengan sengaja, yang diketahui / patut diduga olehnya, dan sebagainya; dan b. Unsur melawan hukum baik yang ditegaskan eksplisit / tertulis dalam perumusan pasal maupun tidak. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam Menangani Tindak Pidana Penggelapan Kendaraan Bermotor dan Upaya Mengatasinya Kendala-kendala yang dialami oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor, antara lain : 1. Konsumen Pindah Alamat (tidak diketahui) Menurut Surveyor PT. Sinar Mas Cabang Surakarta, Pindah alamat tanpa diketahui di mana alamat barunya, sangat menyulitkan kami untuk melacak keberaan sepeda motor, guna di lakukan penarikan. Pindah alamat tanpa memberitahukan ke PT. Sinar Mas Cabang Surakarta adalah salah satu bentuk tidak beritikad baiknya konsumen dalam perjanjian pembiayaan konsumen yang telah di tanda-tanganinnya. 7

2. Identitas barang telah diubah Perubahan yang dimaksud adalah seperti nomor mesin dan rangka sepeda motor Yamaha dihapus, sepeda motor yang demikian dikenal dengan sepeda motor bodong. Penghapusan identitas sepeda motor dilakukan agar jaminan tidak diketahui oleh remedial field/dept collektor pada saat akan di lakukan penarikan. Penghapusan nomor mesin dan nomor rangka barang jaminan tersebut biasanya dilakukan terhadap sepeda motor yang bermasalah, kredit macet dan hasil curian. Adapun keberadaan sepeda motor bodong biasanya ada di daerah-daerah atau disekitar kompleks yang jauh dari penegakan hukum berlalu-lintas, dengan demikian mereka bebas menggunakan sepeda motor tersebut tanpa kawahtir ada petugas polisi lalu lintas yang melakukan pemeriksaan sepeda motor. Upaya yang dilakukan oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor, antara lain : 1. Melibatkan informan tetap atau lepas Dept collector dalam melaksanakan tugasnya biasanya merekrut informan untuk membantu melacak keberadaan barang jaminan baik di rumah penerima fasilitas atau di tempat yang yakini tempat pengalihan barang jaminan. 2. Ikut terlibat razia bersama pihak berwajib (polisi lalu lintas) Keterlibatan dalam razia lalu-lintas bersama satuan Polisi lalu lintas di Wilayah hukum Polresta Surakarta untuk mencari barang jaminan, razia adalah satu upaya guna mencari barang jaminan yang sulit di lakukan dari tangan penerima fasilitas atau yang sudah dialihkan. Razia bersama polisi lalu lintas salah satu cara meminimalisasi keributan pada saat melakukan suatu penarikan. 3. Melakukan sweeping Sweeping dilakukan dengan permohonan bantuan kepada aparat Kepolisian dari Polresta Surakarta pada daerah-daerah yang diduga menjadi tempat pengalihan barang jaminan barang jaminan. Sweeping dilakukan cara terus menerus, terjadwal setiap bulan dan bergilir setiap daerah. Selain sweeping di wilayah kerja PT. Sinar Mas Cabang Surakarta, sweeping juga pernah dilakukan seperti di Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Grobogan, karena daerah-daerah tersebut merupakan daerah perbatasan kota Surakarta, di mana menjadi tempat pengalihan barang jaminan. 4. Melaporkan Ke Kepolisian Apabila langkah-langkah di atas tidak mampu berhasil dan penerima fasilitas tidak dapat bekerjasama dalam penyelesaian penggelapan sepeda motor, maka laporan ke Kepolisian atas tindakan penggelapan barang jaminan oleh penerima fasilitas adalah 8

satu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Upaya pelaporan yang dilakukan oleh pihak PT. Sinar Mas Cabang Surakarta kepada pihak kepolisian karena adanya tindak pidana penggelapan diatas, menurut Penulis adalah tidak tepat. Alasannya, dalam perjanjian pembiayaan konsumen dan perjanjian jual beli yang dilakukan bukan termasuk kategori sewa beli dimana jika obyeknya dijual atau digadaikan terjadi tindak pidana penggelapan karena hak milik atas benda baru beralih kepada penyewa beli setelah angsuran terakhir lunas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor di PT. Sinar Mas Cabang Surakarta antara lain berupa faktor intern dan ekstern. Faktor intern berupa mudahnya calon konsymen mendapatkan fasilitas kredit, jumlah uang muka dan angsuran yang terjangkau, adanya kolusi dengan internal perusahaan (karyawan) serta adanya sistem target bagi karyawan. Sedangkan faktor ekstern penyebab terjadinya tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor adalah faktor adanya agen (perantara), adanya penadah dan faktor adanya penjamin. Kendala-kendala yang dihadapi oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam Menangani Tindak Pidana Penggelapan Kendaraan Bermotor adalah kkonsumen pindah alamat (tidak diketahui) serta adanya perubahan identitas kendaraan yaitu nomor mesin dan rangka sepeda motor dihapus. Upaya yang dilakukan oleh PT. Sinar Mas Cabang Surakarta dalam menangani tindak pidana penggelapan kendaraan bermotor, antara lain melibatkan informan tetap atau lepas. ikut terlibat razia bersama pihak berwajib (polisi lalu lintas), melakukan sweeping dengan pihak kepolisian dan melaporkan ke kepolisian dengan tuduhan tindak pidana pengelapan. DAFTAR PUSTAKA Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana.Jakarta : Raja Grafindo Persada. C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000, Pokok-pokok Hukum Pidana Untuk Tiap Orang, Jakarta: Pradnya Paramita. Joeniarianto dalam Natangsa Surbaki. 2005. Hukum Pidana. Surakarta: UMS. Masruchin Ruba i, 2003, Asas-asas Hukum Pidana, UM Press, Malang. Mardjono Reksodiputro, 1999, Paradoks dalam Kriminologi, Rajawali, Jakarta. Mahmud Mulyadi, 2008, Criminal Policy, Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Policy, Pustaka Bangsa Press. 9

Moeljatno, 1993, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta. Muhamad Sudradjat Bassar, 2006, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Remadja Karya 1984, Jakarta. Nazution, Az. 1995, Konsumen dan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, 2009, Pembahasan KUHAP Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana dan Yurisprudensi. Jakarta: Sinar Grafika. Rusdihardjo dalam Joeniarianto, 2010, Pengantar Hukum Piedana, dalam http://respository.usu.ac.id diakses Tanggal 25 November 2014. 08.36. Soejono Soekanto, 1982, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1989, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grapindo. Tongat, 2006, Hukum Pidana Materiil, UMM Press. Malang. Wirjono Prodjodikoro, 2010, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Refika. Undang-Undang : Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Bab XXIV Pasal 372 dan 374 (buku II) tentang Penggelapan. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 10