ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka. penelitidapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

PEDOMAN WAWANCARA (Untuk Penjual/Petani) NAMA: 1. Sejak kapan Anda menjual padi secara tebasan? 2. Berapa luas sawah yang Anda tebas tahun ini? 3.

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

WAWANCARA Petani: Bapak Ahli

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISA TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OBLIGASI TANPA BUNGA (ZERO COUPON BOND) DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PESANAN DI TOKO MEBEL BAROKAH DESA JEPON BLORA

BAB III PRAKTIK JUAL BELI BUNGA KAMBOJA KERING MILIK TANAH WAKAF DI DESA PORONG KECAMATAN PORONG KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

TEBASAN DI GUNUNG WURUNG KABUPATEN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANAREKSA REPO SAHAM (DARSA)

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan penghasilan. Setiap usaha tidak dapat dilakukan sendiri tanpa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD BAI BITSAMAN AJIL PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI BMT AL-FATAA ULUJAMI, PEMALANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan hidup masing-masing, salah satunya melakukan transaksi jual beli.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB V PENUTUP. Pustaka Al-Umm menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES), sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD AS-SALA>M DALAM SISTEM JUAL BELI ONLINE DI SUPPLIER HERBAL MURAH SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV REKSADANA EXCHANGE TRADED FUND DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG DESA DAN PRAKTIK JUAL BELI BIIBIT IKAN LELE DI DESA JOMBOK KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian. Kabupaten Kapuas merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMESANAN PRODUK PAKET AQIQAH DI MITRA AQIQAH MANDIRI KATERING JAMBANGAN SURABAYA

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN BINA AGROBISNIS DALAM PERSPEKTIF FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NOMOR 09/ DSN-MUI/ IV/ 2000

BAB III PRATEK JUAL BELI POHON MANGGA DENGAN SISTEM TEBASAN DI DESA KEDONDONG KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI TEMBAKAU DALAM PRINSIP KEADILAN DI DESA PITROSARI, KEC. WONOBOYO, KAB. TEMANGGUNG.

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB I PENDAHULUAN. besar pada ekonomi para petani. Salah satu daerah pemasok beras terbesar

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III PRAKTIK JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI KIOS (MILIK UMUM) PASAR DI PASAR TANJUNG KABUPATEN JEMBER

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya pada. ditangguhkan sampai waktu yang akan datang.

BAB IV ANALISIS PRAKTIK BAGI HASIL HIBAH SAPI DI DESA MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN KABUPATEN TUBAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI PADI DENGAN SISTEM TEBAS (Studi Kasus di Desa Mlaten, Kabupaten Demak Tahun 2015/2016)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Penarikan Tarif Retribusi Parkir Wisata. 1. Menjaga kelancaran Arus Lalu Lintas di kawasan Wisata;

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI LELANG ONLINE DI BALELANG.COM. menyetujui segala ketentuan-ketentuan yang Balelang.

BAB IV PRAKTIK JUAL BELI INTAN DENGAN PERANTARA DI PASAR INTAN MARTAPURA KABUPATEN BANJAR

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PRAKTEK JUAL BELI PADI MENGGUNAKAN SISTEM TEBASAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA WARU KARANGANYAR KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN A. Praktek Jual Beli Padi Menggunakan Sistem di Desa Waru Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Jual beli tebasan merupakan hal yang biasa bagi masyarakat di Desa Waru Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Tanaman yang biasa diperjualbelikan dengan cara ditebas adalah padi. Jual beli tebasan merupakan jual beli yang dilakukan tanpa menakar atau menimbang objek yang diperjualbelikan. Berdasarkan wawancara dengan responden yang peneliti paparkan di bab III maka dapat proses jual beli padi menggunakan sistem tebasan di Desa Waru Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: jual beli tebasan sesuai kontrak, jual beli tebasan bermasalah atau tidak sesuai kontrak, dan jual beli tebasan gagal kontrak. Prinsip awal dari ketiga kategori jual beli tebasan tersebut sama, akan tetapi sedikit berbeda setelah tahap pemberian uang panjer. Pertama, proses jual beli padi menggunakan sistem tebasan sesuai kontrak diawali dengan tawar-menawar harga, harga yang 87

ditawarkan sesuai dengan luas sawah serta subur atau tidaknya padi yang akan ditebas. Tawar menawar harga diperlukan untuk mencapai kesepakatan harga dari kedua belah pihak, setelah harga terbentuk proses selanjutnya adalah pemberian uang panjer sebagai tanda jadi kesepakatan. Pemberian uang panjer ini berkisar antara Rp 200.000 Rp 500.000 tergantung kesepakatan. Setelah pemberian uang panjer maka pelunasan akan dibayar ketika padi akan dipotong. Rentang waktu antara pemberian uang panjer hingga pelunasan berkisar antara 3-14 hari. Kedua, proses jual beli padi menggunakan sistem tebasan yang tidak sesuai kontrak adalah proses jual beli padi yang sudah melewati tahap tawar menawar harga dan pemberian uang panjer mengalami permasalahan, yakni adanya penurunan harga dari harga awal. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain, curah hujan yang tinggi, banjir, padi ambruk, ataupun harga padi turun yang menurut pembeli akan mengalami kerugian apabila meneruskan pembeliannya. Oleh karena itu pembeli akan bernegosiasi lagi dengan penjual untuk mengurangi harga di kesepakatan awal. Apabila penjual berkenan, maka transaksi akan disesuaikan dengan harga pada kesepakatan akhir, namun apabila penjual tidak berkenan maka uang panjer akan sepenuhnya menjadi milik penjual. Ketiga, proses jual beli padi menggunakan sistem tebasan gagal kontrak adalah proses jual beli padi yang sudah melewati tahap tawar menawar dan pemberian uang panjer dan selesai 88

begitu saja. Hal ini bisa saja terjadi karena pembeli merasa akan mengalami kerugian apabila meneruskan jual belinya. Pembeli tidak melakukan negosiasi lagi kepada penjual dan pergi begitu saja, atau dengan kata lain pembatalan kontrak secara sepihak. Skema 1.9 urutan proses tebasan yang berhasil Skema 1.10 urutan proses tebasan tidak sesuai kontrak 89

Skema 1.11 urutan proses tebasan yang gagal kontrak (pembatalan kontrak secara sepihak tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada penjual). B. Analisis Praktek Jual Beli Padi Menggunakan Sistem Tebasan di Desa Waru Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan dalam Perspektif Ekonomi Islam Proses jual beli padi menggunakan sistem tebasan di Desa Waru Karanganyar Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : jual beli tebasan sesuai kontrak, jual beli tebasan tidak sesuai kontrak, dan jual beli tebasan gagal kontrak. Prinsip awal dari ketiga kategori jual beli tebasan tersebut sama, akan tetapi sedikit berbeda setelah tahap pemberian uang panjer. Dalam jual beli menurut perspektif Ekonomi Islam terdapat beberapa asas-asas yang sebaiknya diterapkan dalam suatu transaksi agar dalam transaksi tersebut tercapai tujuan transaksi serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bertransaksi juga untuk menghindari perselisihan dikemudian hari. Berikut akan diuraikan asas-asas dalam transaksi yang diterapkan dalam ketiga model praktek jual beli padi 90

menggunakan sistem tebasan di Desa Waru Karanganyar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Tabel 1.12 penerapan asas-asas dalam transaksi pada jual beli padi menggunakan sistem tebasan No Indikator Asas Sesuai Kontrak Sistem Tebasan Tidak Sesuai Kontrak Gagal Kontrak 1 Asas Sukarela 2 Asas Amanah 3 Asas Ikhtiyari 4 Asas Luzum Asas Saling 5 Menguntungkan 6 Asas Kesetaraan 7 Asas Transparansi 8 Asas Kemampuan 9 Asas Kemudahan 10 Asas I'tikad baik 11 Asas Kehalalan Asas kebebasan 12 berekonomi 13 Asas Al-Kitabah Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dalam praktek jual beli padi menggunakan sistem tebasan sesuai kontrak sudah menerapkan semua asas-asas dalam transaksi kecuali asas Al-Kitabah, karena memang pada praktek jual beli padi menggunakan sistem tebasan di Desa Waru Karanganyar, 91

Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan bentuk akad yang lazim digunakan adalah secara lisan (tidak tertulis). Pada jual beli padi menggunakan sistem tebasan tidak sesuai kontrak belum menerapkan asas Amanah dikarenakan pihak pembeli belum bisa memenuhi janjinya untuk membayar harga padi sesuai dengan kesepakatan awal. hal tersebut terjadi karena dalam rentang waktu pembelian terjadi musibah cuaca buruk berupa curah hujan tinggi, padi ambruk, dan sawah terendam banjir yang menyebabkan kualitas padi turun yang berimbas pada turunnya harga padi. Oleh karena itu pembeli melakukan negosiasi dengan penjual untuk menurunkan harga padi. Meskipun terdapat penurunan harga jual, petani masih menganggap jual beli tersebut menguntungkan sehingga tidak sedikit penjual yang tetap meneruskan kontrak sesuai dengan harga baru. Hal ini dikarenakan alasan mereka memilih menjual padi secara tebasan karena jual beli tersebut praktis, efektif dan efisien, langsung mendapat uang dan langsung terima beres. Apabila penjual membatalkan kontrak maka otomatis penjual akan mendapatkan uang panjer dan mengurusi kegiatan panen yang dianggap merepotkan, padahal salah satu alasan mereka memilih sistem tebasan adalah penjual tidak perlu repot mengurusi kegiatan panen. Apabila padi yang sudah siap panen tidak jadi ditebas dan diterjang cuaca buruk, curah hujan tinggi hingga menyebabkan padi ambruk dan sawah terendam banjir maka bulir-bulir padi yang siap panen bisa saja menjadi busuk 92

dan kualitasnya turun yang berimbas pada turunnya harga jual padi. Selain itu penjual harus menyewa jasa potong padi yang harganya tidak murah yaitu sekitar Rp 400.000 Rp 700.000 per seprapat tergantung luas sawah, jarak rumah penyewa dengan sawah, keadaan padi dan juga ditambah biaya konsumsi untuk para pekerja jasa potong padi. Setelah padi sudah dipanen maka langkah selanjutnya adalah mengeringkan padi. Padi harus dijemur ditempat yang datar dan luas dibawah terik matahari agar cepat kering. Apabila cuaca cerah penjemuran bisa selesai dalam waktu 1-3 hari. Akan tetapi jika cuaca tidak mendukung maka rentang waktu bisa bertambah lama dan hal tersebut bisa menjadikan kualitas padi semakin menurun, sehingga butuh waktu lama untuk petani menerima hasil panen dan bisa saja harga jual padi dibawah dari harga yang ditawarkan penebas sebelumnya. Oleh karena adanya alasan tersebut, maka penjual tetap melanjutkan kontrak sesuai dengan harga baru atau harga yang sudah mengalami penurunan. Penjual tidak perlu repot memikirkan urusan panen padi, praktis, efektif dan efisien dan langsung menerima uang yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dipergunakan untuk menyambut musim tanam tembakau seperti untuk membeli pupuk sebagai dasaran tanam tembakau maupun untuk biaya sewa mengolah tanah agar siap ditanami tembakau. Sedangkan untuk jual beli padi menggunakan sistem tebasan gagal kontrak sama sekali tidak menerapkan satu pun dari 93

asas-asas dalam transaksi. Hal ini dikarenakan pada sistem tebasan tersebut kontrak selesai begitu saja setelah pemberian uang panjer. Meskipun penjual mendapatkan uang panjer, akan tetapi penjual juga harus mengurusi sendiri kegiatan panen padinya. Hal tersebut dirasa sangat merepotkan karena salah satu alasan penjual menjual padi secara tebasan adalah praktis dan tidak merepotkan. Dalam jual beli terdapat beberapa rukun jual beli yang harus dipenuhi agar jual beli tersebut sah. Rukun dalam jual beli tersebut yaitu : ada orang yang berakad yakni penjual dan pembeli, ada ijab qabul, ada objek transaksi dan ada nilai tukar objek transaksi. Keempat komponen dalam rukun jual beli harus dipenuhi agar jual beli tersebut sah. Apabila salah satu dari rukun tersebut tidak terpenuhi, maka jual beli tersebut menjadi fasid atau rusak. Jual beli tebasan yang dilaksanakan di Desa Waru Karanganyar sudah memenuhi syarat dan rukun jual beli dalam Islam. Jual beli dilakukan oleh orang yang berakad, yaitu pihak penjual atau petani dan pihak pembeli atau penebas atau yang bisa diwakili oleh makelar, dalam transaksi tersebut terdapat ijab dan qabul yang diutarakan oleh kedua belah pihak tersebut. Ada objek transaksi yaitu padi dan ada nilai tukar objek transaksi yaitu sejumlah uang yang menjadi nilai tukar objek transaksi. Jual beli tebasan tersebut juga sudah memenuhi syarat jual beli yaitu dilaksanakan oleh dua orang dewasa yang bertindak 94

sebagai penjual dan pembeli, ijab qabul dilaksanakan dalam satu majelis, harga yang disepakati juga dibayar jelas sekalipun tidak dibayar secara langsung tetapi dibayar bersamaan dengan obyek transaksi yaitu padi yang siap panen. Dalam Islam, jual beli tebasan di sebut juga jual beli secara Juzaf yang pada zaman Rasulullah SAW barang yang biasa dijual secara juzaf adalah kurma. Dalam jual beli tebasan di Desa Waru Karanganyar sudah sesuai dengan syarat jual beli secara juzaf. Adapun syarat-syarat jual beli secara juzaf adalah sebagai berikut: 1. Objek transaksi harus bisa dilihat. Ulama Hanafiyyah, Syafiiyyah, dan Hanabalah setuju akan syarat ini, dalam hal ini objek transaksi adalah padi. 2. Penjual dan pembeli tidak mengetahui secara jelas kadar objek jual beli, baik dari segi takaran, timbangan maupun hitungannya. Imam Ahmad menyatakan, jika penjual mengetahui kadar objek transaksi, maka ia tidak perlu menjualnaya secara juzaf. Kedua belah pihak yang melakukan jual beli sama-sama tidak mengetahui dengan jelas kadar objek transaksi, hal ini dikarenakan objek transaksi berupa padi yang masih disawah serta ukuran sawah per seprapat belum tentu luasnya sama, sehingga penjual dan pembeli hanya bisa memperkirakan kadar berat serta harganya. 95

3. Jual beli dilakukan atas sesuatu yang dibeli secara partai, bukan per satuan. Akad juzaf diperbolehkan atas sesuatu yang bisa ditakar atau ditimbang, seperti biji-bijian dan sejenisnya. Jual beli juzaf tidak bisa dilakukan atas pakaian, kendaraan yang dapat dinilai per satuannya. Berbeda dengan barang yang nilainya sangat kecil per satuannya, atau memiliki bentuk yang relatif sama. Seperti telur, apel, mangga, semangka, kurma, dan sejenisnya. Dalam jual beli padi tebasan ukuran yang digunakan adalah per seprapat yaitu patokan yang biasa digunakan dalam membeli padi tebasan. 4. Objek transaksi bisa ditaksir oleh orang yang memiliki keahlian dalam penaksiran. Akad juzaf tidak bisa dipraktikkan atas objek yang sulit ditaksir. Penebas merupakan orang yang ahli dalam menaksir, sehingga ia bisa memperhitungkan harga yang akan ditawarkan kepada penjual. Penebas akan menaksir berat padi dengan cara njangkahi lebar sawah, hal ini karena ukuran sawah seprapat yang satu belum tentu sama dengan luas sawah seprapat yang lain. Selain itu, kualitas padi, serta kerapatan jarak tanam juga menjadi pertimbangan penebas dalam menentukan harga padi. 5. Objek akad tidak boleh terlalu banyak, sehingga sangat sulit ditaksir, namun juga tidak terlalu sedikit, sehingga sangat mudah diketahui kuantitasnya. Objek akad berupa padi yang 96

ditaksir tidak terlalu luas juga tidak terlalu sempit, ukuran yang digunakan dalam pembelian yaitu per seprapat atau kira-kira seluas 1670 m 2. Ukuran ini dianggap paling cocok karena tidak terlalu luas juga tidak terlalu sempit. 6. Tanah yang digunakan sebagai tempat penimbunan objek transaksi haruslah rata, sehingga kadar objek transaksi bisa ditaksir. Desa Waru Karanganyar merupakan daerah dataran rendah, sehingga wilayah persawahannya rata, tidak miring serta berundak-undak seperti tanah persawahan di daerah pegunungan. 7. Tidak diperbolehkan mengumpulkan jual beli barang yang diketahui kadarnya secara jelas, dengan barang yang diketahui kadarnya secara jelas, dalam satu akad. Misalnya, jual beli kurma satu kilo, dikumpulkan dengan apel yang berada dalam satu pohon, dengan satu harga atau dua harga. Dalam hal ini padi tidak diketahui kadarnya secara jelas serta padi ditukar dengan uang, bukan dengan padi yang lain. 97