BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

dokumen-dokumen yang mirip
2014 KINETIKA PERTUMBUHAN DAN ISOLASI GENOMIK KONSORSIUM BAKTERI HYDROTHERMAL VENT KAWIO MENGGUNAKAN MEDIUM MODIFIKASI LB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 Isolasi DNA Genom Bakteri Termofilik Sumber Air Panas Ciengang, Kawah Darajat dan Hydrothermal Vent Kawio

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup

PENGENALAN ENZIM DAN ENZIM INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PEMBUATAN MEDIA SELEKTIF DAN REAGEN SALKOWSKI

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti

BAB I PENDAHULUAN. komunitas mikroba dari sampel tanah yang dapat diisolasi dengan kultivasi sel

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total penjualan protease di dunia mencapai 50-60%. Indonesia merupakan

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

II TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam Laktat adalah kelompok bakteri yang mampu mengubah

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

EKSTRAKSI DNA. 13 Juni 2016

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

Media Kultur. Pendahuluan

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Media Faktor Jumlah Volvmie Total Plate Kode pengenceran koloni sampel Count Isolat. Nutrien agar 10' 26 0,1 26xlO'CFU/ml S Selektif 10' 4 0,1 - S-p

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Karakteristik Biologis Tanah

PENGANTAR TENTANG PENGERTIAN DASAR FISIOLOGI MIKROBIA

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang berasal dari Banteng liar (Bibos

LOGO. Oleh : Nurlaili Humaidah ( ) Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Tri Widjaja M.Eng Dr.Ir. Tontowi Ismail, MS.

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini masyarakat modem tengah menghadapi banyak masalah. lingkungan dan pendekatan secara biologi mulai banyak dilakukan untuk

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

Lampiran 1 Prosedur uji aktivitas protease (Walter 1984, modifikasi)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

PENDAHULUAN Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

ISOLASI DNA BUAH I. TUJUAN. Tujuan dari praktikum ini adalah:

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi oleh perairan dengan luas lebih dari 60% dari wilayah teritorialnya. Perairan Indonesia memiliki sumberdaya hayati laut dengan keanekaragaman yang tinggi (Srimariana, 2000). Lingkungan laut merupakan lingkungan yang memiliki keunikan karakteristik fisik, kimia, dan biologis (Steele et al., 2005). Salah satu manifestasi lingkungan laut di Indonesia yaitu berupa kawasan perairan hydrothermal vent. Hydrothermal vent adalah kawasan kebulan asap gelap dari kegiatan vulkanik pada lingkungan laut dalam yang menyemburkan air panas hingga mencapai suhu 400 ºC (Nganro, 2009). Salah satu hydrothermal vent di perairan laut Indonesia telah berhasil ditemukan dekat dengan gunung berapi bawah laut Kawio Barat, Sulawesi Utara (BPPT, 2010). Salah satu kajian biologis menarik yang dapat dilakukan pada perairan hydrothermal vent Kawio, Sulawesi Utara ini yaitu mengenai keberadaan bakteri termofilik. Istilah termofilik digunakan pertama kali oleh Miquel pada tahun 1879, yaitu untuk mendeskripsikan organisme yang mampu hidup pada suhu tinggi (Morrison & Tanner, 1921). Suhu tinggi umumnya bersifat fatal bagi organisme, namun bakteri termofilik masih mampu hidup bahkan tumbuh dengan optimal. Bakteri termofilik diketahui dapat tumbuh optimal pada rentang suhu 55 80 ºC (Andrade et al., 1999). Menurut Brock (1986), terdapat tiga faktor yang menyebabkan bakteri termofilik mampu bertahan dan berkembang dalam kondisi suhu tinggi, yaitu: (1) kandungan enzim dan protein yang lebih stabil serta tahan panas dibandingkan dengan bakteri mesofilik, (2) molekul pensintesis protein yang stabil terhadap panas, dan (3) membran lipid sel termofilik mengandung banyak asam lemak jenuh yang membentuk ikatan hidrofobik yang sangat kuat.

2 Bakteri termofilik mampu mensintesis molekul stabil, salah satunya adalah enzim termostabil yang mampu mengkatalis reaksi-reaksi biokimia pada suhu tinggi dan lebih stabil dibandingkan dengan enzim dari bakteri mesofilik. Enzim ini tidak hanya stabil terhadap suhu tinggi tetapi juga terhadap proteinprotein denaturan, seperti detergen, pelarut organik, serta enzim protease (Andrade et al., 1999). Sifat-sifat bakteri termofilik tersebut sangat diperlukan oleh industri-industri berbasis enzim. Oleh karena itu, bakteri termofilik menawarkan keuntungan yang lebih besar dalam bidang industri dan bioteknologi (Mayende, 2006). Enzim-enzim yang diketahui dapat dihasilkan oleh bakteri termofilik yaitu enzim amilase, xylanase, selulase, kitinase, protease, lipase, dan DNA polimerase (Haki & Rakshit, 2003). Penelitian mengenai bakteri dari laut dalam kepulauan Kawio telah dilakukan oleh Agung & Moeis (2013), pada penelitian tersebut telah berhasil mengisolasi DNA metagenom dari sampel air dan sedimen laut-dalam perairan Kawio menggunakan teknik Whole Genome Amplification (WGA). Berdasarkan hasil analisis sekuensing yang dilakukan pada penelitian tersebut diperoleh kemiripan tertinggi dengan gen pengkode replication protein (Rep) dari bakteri Pseudomonas putida. Kajian mengenai bakteri termofilik yang berasal dari kawasan hydrothermal vent Kawio sampai saat ini juga telah dilakukan oleh Restiawaty et al., (2013), pada penelitian tersebut berhasil mengidentifikasi bakteri yang memiliki kemiripan dengan Geobacillus sp. dianalisis menggunakan gen 16S rrna. Dari hasil penelitian tersebut diketahui karakteristik pertumbuhan isolat bakteri termofilik dari kawasan hydrothermal vent Kawio memiliki suhu inkubasi optimum pada suhu 60ºC. Isolat bakteri dari hydrothermal vent Kawio tersebut diketahui dapat tumbuh pada medium BHMS+gliserol sebagai sumber karbon untuk melakukan petumbuhan biomassa sel dan memproduksi suatu produk fermentasi (Restiawaty et al., 2013). Bakteri yang terdapat di alam tidak hanya berada dalam bentuk tunggal tetapi campuran. Begitupula, bakteri yang terdapat di daerah ekstrim seperti perairan laut dalam kawasan hydrothermal vent Kawio yang memiliki suhu

3 tinggi. Bakteri yang terdapat pada lingkungan perairan laut dalam kawasan hydrothermal vent Kawio tidak hanya berada dalam bentuk tunggal tetapi campuran dari berbagai jenis bakteri. Istilah yang sering digunakan untuk campuran beberapa jenis bakteri disebut konsorsium bakteri (Komarawidjaja, 2009). Menurut Komarawidjaja (2009), penggunaan konsorsium bakteri cenderung memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan isolat tunggal. Kerja enzim-enzim dari konsorsium bakteri memungkinkan adanya kerjasama dalam penggunaan nutrisi yang tersedia di lingkungan sebagai pertahanan hidupnya (Okoh, 2006). Untuk dapat melakukan kajian biologis pada konsorsium bakteri termofilik dari kawasan hydrothermal vent Kawio dapat dilakukan dengan mempelajari kinetika laju pertumbuhan dari konsorsium bakteri tersebut. Mempelajari kinetika laju pertumbuhan bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat pertumbuhan bakteri pada medium pertumbuhan tertentu. Salah satu manfaat informasi kinetika pertumbuhan yaitu dapat digunakan untuk menentukan waktu untuk melakukan isolasi DNA genom. Pertumbuhan bakteri mengacu pada pertambahan total massa sel dan pertambahan massa sel bakteri berbanding lurus dengan pertambahan komponen seluler lain seperti DNA (Deoxyribosa Nucleotida Acid), RNA (Ribosa Nucleotida Acid) dan protein (Pelczar & Chan, 2005). Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan secara teratur pada semua komponen-komponen kimiawi sel dan struktur sel. Kecepatan pertumbuhan untuk sistem uniseluler seperti pada bakteri didefinisikan sebagai peningkatan jumlah sel atau massa sel per satuan waktu (Middelbeek et al., 1992). Sehingga dengan mengamati kinetika laju pertumbuhan sel pada konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio, dapat ditentukan waktu yang tepat untuk melakukan isolasi DNA genom (Restiawaty, 2013). Isolasi DNA genom dari konsorsium bakteri merupakan langkah awal dari serangkaian studi eksplorasi dan pemanfaatan konsorsium bakteri termofilik secara biologi molekuler. Isolasi DNA genom sangat diperlukan untuk memperoleh gen-gen penyandi enzim yang diinginkan pada konsorsium

4 bakteri termofilik dari perairan hydrothermal vent Kawio. Genom merupakan keseluruhan informasi genetik yang ada pada sel, di dalam genom inilah terdapat gen-gen pengkode enzim yang dapat dieksploitasi manfaatnya (Gaffar, 2007). Sehingga tahapan isolasi DNA genom merupakan tahapan yang penting dilakukan untuk melakukan analisis karakter genetika selanjutnya (Tenruilo, 2001). Pertumbuhan sel bakteri dipengaruhi oleh kondisi lingkungan medium tumbuh misalnya suhu dan komposisi medium (Middelbeek et al., 1992). Komposisi medium kultur yang baik untuk petumbuhan konsorsium bakteri perairan hydrothermal vent Kawio yaitu medium yang mengandung komposisi garam-garam mineral yang sesuai dengan habitat asli bakteri tersebut (Restiawaty, 2013). Medium Buhsnell Haas Mineral Salt (BHMS) merupakan medium yang sering digunakan sebagai medium pertumbuhan bagi bakteri dari sampel air laut. Medium BHMS mengandung unsur makro nutrien dan mikro nutrien yang penting bagi pertumbuhan bakteri. Unsur makro nutrien dan mikro nutrien tersebut berasal dari komposisi mediumnya, yaitu KH 2 PO 4, K 2 HPO 4, MgSO 4, CaCl 2, NH 4 NO 3, dan FeCl 3 (Cappello et al., 2012; Nunal, 2014). Medium lain yang biasa digunakan untuk pertumbuhan bakteri dari air laut yaitu medium Luria Bertani (LB) Broth. Medium LB mengandung komposisi trypton, NaCl, dan yeast extract yang kaya nutrisi bagi pertumbuhan bakteri. Kandungan garam yang ada pada medium LB diperoleh dari NaCl, namun perlu ditambahkan lagi variasinya, seperti dengan penambahan MgSO 4. Penambahan MgSO 4 dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri hydrothermal vent Kawio (Restiawaty, 2013).

1 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah kinetika laju pertumbuhan dan hasil isolasi DNA genomik konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS + 75% LB? Berdasarkan rumusan masalah tersebut muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kurva pertumbuhan konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS + 75% LB? 2. Berapakah nilai laju pertumbuhan spesifik konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS + 75% LB? 3. Bagaimanakah hasil elektroforesis dari hasil isolasi DNA genom konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio yang ditumbuhkan pada medium campuran 25% BHMS + 75% LB? 4. Bagaimanakah nilai kemurnian dan konsentrasi DNA hasil isolasi DNA genom konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio yang ditumbuhkan pada medium campuran 25% BHMS + 75% LB? C. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan, ruang lingkup dibatasi pada: 1. Konsorsium bakteri yang digunakan sebagai sampel merupakan sampel air yang berasal dari perairan hydrothermal vent Kawio, Sulawesi Utara Indonesia yang sudah tersedia di laboratorium rekayasa genetika PAU ITB. 2. Medium yang digunakan untuk mengamati kinetika laju pertumbuhan bakteri konsorsium dari perairan hydrothermal vent Kawio adalah medium campuran 25% BHMS + 75% LB.

6 3. Konsorsium bakteri termofilik yang akan diisolasi DNA genomnya adalah bakteri yang mampu hidup pada medium campuran 25% BHMS + 75% LB, dalam keadaan aerob, dan pada suhu 60 ºC. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kinetika laju pertumbuhan dan mengisolasi DNA genom konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS + 75% LB, yang dapat dirinci sebagai berikut: 1. Mengetahui kurva pertumbuhan konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio yang ditumbuhkan pada medium campuran 25% BHMS + 75% LB. 2. Mengetahui laju pertumbuhan spesifik konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio menggunakan medium campuran 25% BHMS + 75% LB. 3. Mengetahui hasil elektroforesis, nilai kemurnian, dan konsentrasi DNA dari hasil isolasi DNA genom konsorsium bakteri dari perairan hydrothermal vent Kawio yang ditumbuhkan pada medium campuran 25% BHMS + 75% LB. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pertumbuhan sel konsorsium bakteri termofilik dari perairan hydrothermal vent Kawio untuk mengetahui waktu yang tepat dilakukannya isolasi DNA genom. Selanjutnya DNA genom yang dihasilkan pada penelitian ini diharapkan dapat digunakan lebih lanjut untuk mengeksplorasi potensi keberadaan gen-gen penyandi enzim-enzim termostabil dari konsorsium bakteri termofilik pada perairan hydrothermal vent Kawio secara molekuler.