INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DAN KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN MAMUJU DAN KABUPATEN MAMASA, PROVINSI SULAWESI BARAT

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

.INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN POSO DAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

PROSPEKSI ENDAPAN DOLOMIT DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Irwan Muksin, Wawan Setiyawan, Martua Raja P.

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PENELITIAN BATUAN ULTRABASA DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR, PROVINSI MALUKU UTARA. Djadja Turdjaja, Martua Raja P, Ganjar Labaik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON LOGAM KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA

BAB II TINJAUAN UMUM

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN MUSI RAWAS DAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN TAHUN 2014 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM DI KABUPATEN SERUYAN DAN KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

INVENTARISASI DAN EVALUASI MINERAL NON LOGAM KABUPATEN ROKAN HULU DAN ROKAN HILIR, PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVEY GEOKIMIA MINERAL LOGAM DI PROVINSI SUMATERA BARAT. Ernowo, Kisman, Armin T, Eko Yoan T, Syahya S. , P.Total, S.Total, H 2. , Al 2.

INVENTARISASI DAN EVALUASI BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH DAN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB. I PENDAHULUAN. Judul penelitian Studi Karakteristik Mineralogi dan Geomagnetik Endapan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH PRONGGO DAN SEKITARNYA, KABUPATEN MIMIKA, PROVINSI PAPUA. SARI

PENYELIDIKAN ENDAPAN BATUBARA DAERAH HALMAHERA DAN SEKITARNYA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN - PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH OBI UTARA KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Kecamatan Nunukan, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

EKPLORASI CEKUNGAN BATUBARA DI DAERAH HARUWAI DAN SEKITARNYA, KABUPATEN TABALONG, PROPINSI KALIMANTAN SELATAN

EKSPLORASI UMUM DOLOMIT DI KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMA- TERA UTARA. Djadja Turdjaja, Zulfikar, Corry Karangan Kelompok Program Penelitian Mineral

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan lokasi dari Struktur DNF yang ditandai

BAB II GEOLOGI REGIONAL

EKSPLORASI UMUM BAHAN KERAMIK DI DAERAH KALITENGAH DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BANJARNEGARA PROVINSI JAWA TENGAH

INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

EKSPLORASI UMUM AGROMINERAL DI KECAMATAN DONOROJO, KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

Ciri Litologi

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab II Tinjauan Umum

REKAMAN DATA LAPANGAN

Transkripsi:

INVENTARISASI MINERAL BUKAN LOGAM DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN DAN KABUPATEN BANGGAI LAUT, PROVINSI SULAWESI TENGAH Martua Raja.P, Wawan Setiyawan, John Mauritz Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Stratigrafi Kabupataen Banggai Kepulauan dengan urutan dari tua ke muda yaitu; Kompeks Batuan Malihan (Pzm); Batuan Terobosan Granit Banggai (PTrg); Formasi Bobong (Jbs); Formasi Buya (Jb); Formasi Salodik (Tems); Formasi Peleng (Ql) dan Aluvium (Qa). Sedangkan stratigrafi Kabupaten Banggai Laut yaitu: Kompeks Batuan Malihan (Pzm); Batuan Gunungapi Mangole (PTrv); Batuan Terobosan Granit Banggai (PTrg); Formasi Bobong (Jbs); Batuan Teroboson Retas Diabas (Da); Formasi Salodik (Tems); Formasi Peleng (Ql) dan Aluvium (Qa) Mineral bukan logam yang terdapat di Kabupaten Banggai Kepulauan diantaranya; batugamping, granit, lempung, pasir kuarsa, garnet dan batumulia. Sumberdaya hipotetik batugamping sekitar 3.858.700.000 m³ (10.418.490.000 ton) dengan kandungan CaO 53,63-54,42 %; MgO 1,18-1,82 %. Sumberdaya hipotetik granit sekitar 2.400.000 m³ ( 6.624.000 ton). Sumber daya hipotetik lempung sekitar 3.560.000 m³ (9.362.800 ton) dengan kandungan SiO 2 58,71-65,20 % ; Al 2O 3 15,16-31,08 %. Sumberdaya hipotetik pasir kuarsa sekitar 11.120.000 m³ (29.245.600 ton) dengan Kandungan SiO 2 75,59-95,06 %. Sumberdaya garnet dan batumulia tidak dapat ditentukan Mineral bukan logam yang terdapat di Kabupaten Banggai Laut diantaranya: batugamping, granit, lempung, felspar, dan garnet. Sumberdaya hipotetik batugamping sekitar 403.7000.000 m³ (1.089.990.000 ton) dengan kandungan CaO 52,18-54,59 %; MgO 1,21-2,97 %. sumberdaya hipotetik granit sekitar 21.200.000 m³ (58.512.000 ton). Sumberdaya hipotetik lempung sekitar 21.550.000 m³ (56.030.000 ton) dengan Kandungan SiO 2 50,91-77,86 %; Al 2O 3 16,75-29,66 %. Sumberdaya hipotetik felspar sekitar 300.000 m³ (822.000 ton) dengan kandungan Na 2O 4,39 %; K 2O 0,93 %. Sumberdaya garnet tidak dapat ditentukan. PENDAHULUAN Latar Belakang Dikarenakan tidak adanya data mineral bukan logam di Kabupaten Banggai Laut dan terbatasnya data mineral bukan logam di Kabupaten Banggai Kepulauan, maka sesuai dengan Tugas dan Fungsi, Pusat Sumber Daya Geologi telah melakukan Inventarisasi Bahan Galian Bukan Logam di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan telah diberlakukannya otonomi daerah maka upaya-upaya untuk mengungkapkan lebih banyak lagi keberadaan bahan galian di setiap daerah otonom perlu dilakukan guna pemutakhiran data yang dimiliki. Untuk maksud tersebut, Pusat Sumber Daya Geologi melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2015, melakukan kegiatan inventarisasi mineral bukan logam di wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil kegiatan ini diharapkan menjadi masukan yang sangat berharga bagi pemerintah daerah dalam rangka melakukan berbagai aktifitas percepatan pembangunan melalui usaha-usaha di

bidang pertambangan yang pada gilirannya diharapkan bisa meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Maksud dan Tujuan Kegiatan Inventarisasi Mineral Bukan Logam, di daerah Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan aktual guna mengetahui lebih jauh kemungkinan keterdapatan serta penyebaran bahan galian yang mempunyai prospek cukup baik untuk dapat dikembangkan. Tujuan kegiatan tersebut antara lain, untuk mengumpulkan data baik primer maupun data sekunder mengenai bahan galian yang terdapat di daerah Kabupaten Banggai Kepulauandan dan Kabupaten Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah yang akan digunakan pula untuk pemutakhiran data dasar dalam bank data mineral dalam bentuk digital.. Lokasi Daerah Penyelidikan Secara geografis Kabupaten Banggai Kepulauan terletak diantara garisgaris koordinat 1 06 ' 30" -1 35' 58" Lintang Selatan dan 122 37' 6,3" - 123 40' 1,9" Bujur Timur, dengan Luas wilayah sekitar 2.488,79 Km² Secara geografis Kabupaten Banggai laut terletak diantara garis-garis koordinat 1 26 00" - 2 18 00" Lntang Selatan dan 123 00 00" - 124 20 00" Bujur Timur, dengan luas wilayah daratan sekitar 725,67 km² dan luas wilayah laut sekitar 12.156,78 Km². GEOLOGI UMUM Stratigrafi Kabupaten Banggai Kepulauan Wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, sebagian besar termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Lembar Banggai, Sulawesi (Supandjono dan Haryono, 1993) dan sebagian kecil termasuk liputan Peta Geologi Lembar Batui, Sulawesi (Surono dkk., 1993). Berdasarkan kedua lembar Peta Geologi tersebut, dapat disusun urutan batuan dari yang tertua hingga termuda sebagai berikut (Gambar 2): Kompeks Batuan Malihan (Pzm); terdiri dari batuan sekis, batuan genes, amfibolit dan kuarsit, berumur Kapur. Batuan Terobosan Granit Banggai (PTrg); granit berwarna kemerahan, putih berbintik hitam, granodiorit kemerahan, diorit kuarsa berwarna putih kelabu dan pegmatit berwarna putih kelabu berbintik hitam berumur Trias-Perm. Formasi Bobong (Jbs); konglomerat kecoklatan sampai kemerahan, breksi kemerahan, batupasir kuarsa putih sampai kemerahan, agak padat, bersisipan serpih dan batubara. Formasi Buya (Jb); serpih bersisipan batupasir dan konglomerat, batu lempung gampingan warna kelabu, sisipan batupasir kuarsa dan kalkarenit. Formasi Salodik (Tems); batugamping berwarna putih kotor sampai kecoklatan, batugamping kalkarenit, batugamping koral mengandung fosil, napal kekuningan sampai kecoklatan, berlapis, agak keras Formasi Peleng (Ql); batugamping terumbu berwarna putih sampai kecoklatan, tidak berlapis, batugamping konglomeratan, komponen terdiri dari batugamping, koral dan cangkang moluska. Aluvium (Qa); terdiri dari lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal Kabupaten Banggai Laut Wilayah Kabupaten Banggai Laut berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, termasuk ke dalam liputan Peta Geologi Lembar

Banggai, Sulawesi (Supandjono dan Haryono, 1993). Berdasarkan lembar Peta Geologi tersebut, dapat disusun urutan batuan dari yang tertua hingga termuda sebagai berikut (Gambar 3) : Kompeks Batuan Malihan (Pzm); terdiri dari batuan Sekis, batuan genes, amfibolit dan kuarsit, berumur Kapur. Batuan Gunungapi Mangole (PTrv); riolit berwarna kelabu, kecoklatan, pejal, batuan ignimbrit coklat muda sampai kelabu kecoklatan, tuf lapili kelabu kecoklatan agak padat sampai padat, breksi kecoklatan agak padu sampai padu komponen berupa basal dan andesit, massa dasar berupa lempung telah mengalami ubahan, diperkirakan berumur Trias Batuan Terobosan Granit Banggai (PTrg); granit berwarna kemerahan, putih berbintik hitam, granodiorit kemerahan, diorit kuarsa berwarna putih kelabu dan pegmatit putih kelabu berbintik hitam, berumur Trias- Perm. Formasi Bobong (Jbs); konglomerat kecoklatan sampai kemerahan, breksi kemerahan, batupasir kuarsa putih sampai kemerahan, agak padat, bersisipan serpih dan batubara. Batuan Teroboson Retas Diabas (Da); terdiri dari batuan diabas berwarna kelabu kehijauan sampai kehitaman, pejal, bertekstur diabas, tersusun dari felspar, piroksen, bijih dan klorit, ubahannya berupa mineral lempung dan karbonat dan mineral ilmenit, batuan ini telah mengalami ubahan, umur Jura Awal - Jura Tengah. Formasi Salodik (Tems); batugamping berwarna putih kotor sampai kecoklatan, batugamping kalkarenit, batugamping koral mengandung fosil, napal kekuningan sampai kecoklatan, berlapis, agak keras Formasi Peleng (Ql); batugamping terumbu berwarna putih sampai kecoklatan, tidak berlapis, batugamping konglomeratan, komponen terdiri dari batugamping, koral dan cangkang moluska. Aluvium (Qa); terdiri dari lumpur, lempung, pasir kerikil dan kerakal Struktur Geologi Pengaruh tumbukan lempeng Pasifik, Benua Asia dan Australia terhadap Pulau Sulawesi adalah bersatunya bagian barat dan bagian timur Sulawesi yang berbentuk K, terbentuknya jalur gunungapi dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat, serta terjadinya sesar Palu-Koro yang berarah baratlaut - tenggara. Juga berkembang beberapa sesar ikutan atau sesar sekunder yang berarah hampir barat timur. Struktur geologi daerah penyelidikan terdiri dari perlipatan, sesar dan kekar.perlipatan dan sesar pada umumnya berarah baratlaut-tenggara, berupa perlipatan antiklin. Batuan yang terlipatkan: Formasi Latimojong dan satuan batupasir, perlipatan ini terbentuk oleh adanya gaya mendatar yang berarah Timurlaut - Baratdaya pada kala Miosen Tengah sampai Akhir Pliosen. Sesar/patahan secara umum berarah Utara - Selatan sampai Baratlaut - Tenggara. Batuan yang tersesarkan adalah Formasi Latimojong, satuan batuan vulkanik dan batupasir, sesar normal dan sesar geser terjadi karena adanya gaya mendatar yang berarah barat - timur, pada kala Miosen Tengah sampai Akhir Plitosen. Kekar, berarah umumnya Baratlaut - Tenggara sampai Timurlaut - Baratdaya. Kekar terbuka yang saling berpotongan dengan intensitas rendah sampai sedang dijumpai pada batuan yang berumur Kapur hingga Tersier. HASIL PENYELIDIKAN Geologi Daerah Penyelidikan Morfologi Morfologi daerah Kabupaten Banggai Kepulauan secara regional dapat

dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan morfologi yaitu : - Satuan Morfologi Perbukitan Terjal - Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang - Satuan Morfologi Dataran Morfologi daerah Kabupaten Banggai Laut secara regional dapat dibedakan menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu : - Satuan Morfologi Perbukitan Terjal - Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Stratigrafi Kabupaten Banggai Kepulauan secara geologi disusun oleh batuan yang kompleks, di wilayah tersebut dijumpai berbagai batuan seperti batuan malihan, batuan terobosan asam sampai menengah dan batuan sedimen, pada Subbab ini akan disampaikan susunan batuan/formasi yang ada hubungannya dengan keterdapatan mineral bukan logam (Non Metallic Bearing Rocks). Adapun susunan batuannya yang berumur dari tua ke muda sebagai berikut : Batuan malihan terdiri dari sekis, genes dan kuarsit, bahan galian yang dijumpai berupa mika. Batuan Terobosan, pada umumnya berupa batuan beku bersusunan asam sampai menengah, terdiri atas granit, granodiorit dan diorit kuarsa, bahan galian bukan logam yang dijumpai berupa granit, felspar berupa sabastone (pelapukan granit), garnet dan zirkon. Formasi Buya, bahan galian yang dijumpai berupa lempung dan pasir kuarsa. Formasi Bobong, bahan galian yang dijumpai berupa lempung. Formasi Salodik, bahan galian yang dijumpai berupa batugamping. Formasi Peleng, bahan galian yang dijumpai berupa batugamping terumbu. Kabupaten Banggai Laut secara geologi disusun oleh batuan yang kompleks, di wilayah tersebut dijumpai berbagai batuan seperti batuan malihan, batuan terobosan bersusunan asam sampai menengah dan batuan sedimen, pada Subbab ini akan disampaikan susunan batuan/formasi yang ada hubungannya dengan keterdapatan mineral bukan logam (Non Metallic Bearing Rocks). Adapun susunan batuannya yang berumur dari tua ke muda sebagai berikut: Batuan malihan, terdiri dari sekis, genes dan kuarsit, bahan galian yang dijumpai berupa mika. Batuan Terobosan, pada umumnya berupa batuan beku bersusunan asam sampai menengah, terdiri atas granit, granodiorit, dan diorit kuarsa, bahan bukan logam yang dijumpai berupa granit, felspar berupa sabastone (pelapukan granit), lempung, garnet dan zirkon. Formasi Salodik, bahan galian yang dijumpai berupa batugamping. Formasi Peleng bahan galian yang dijumpai berupa batugamping terumbu. Potensi Endapan Bahan Galian Setelah dilakukan inventarisasi dan evaluasi, baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber pustaka, terdapat beberapa macam bahan galian non logam di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, diantaranya adalah: batugamping, granit, lempung, pasir kuarsa, felspar, garnet, zirkon dan mika. Potensi Endapan Bahan Galian Bukan Logam Kabupaten Banggai Kepulauan Batugamping Kecamatan Bulagi dan Kecamatan Bulagi Selatan, lokasi BGK/15 MN/08, BGK/15 MN/25, BGK/15 MN/26 dan BGK/15 MN/27 merupakan satu tubuh (Blok 1), dengan luas sebaran +5.202 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 520.200.000 m 3 (1.404.540.000 ton). Kecamatan Bulagi Utara, lokasi BGK/15 MN/09 dan BGK/15 MN/10, merupakan satu tubuh (Blok 2), dengan luas sebaran

+795 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumber daya hipotetik sebesar 79.500.000 m 3 (214.650.000 ton). Kecamatan Buko, lokasi BGK/15 MN/11, BGK/15 MN/12 dan BGK/15 MN/13, merupakan satu tubuh (Blok 3), dengan luas sebaran +632 ha dan ketebalan ratarata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 63.200.000 m 3 (170.640.000 ton). Kecamatan Buko Selatan, lokasi BGK/15 MN/16, BGK/15 MN/17, BGK/15 MN/18, BGK/15 MN/19 dan BGK/15 MN/20 merupakan satu tubuh (Blok 4), dengan luas sebaran +3.270 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 327.000.000 m 3 (882.900.000 ton) Kecamatan Bulagi Selatan, lokasi BGK/15 MN/22, BGK/15 MN/23 dan BGK/15 MN/24, merupakan satu tubuh (Blok 5), dengan luas sebaran +1.606 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 160.600.000 m 3 (433.620.000 ton) Kecamatan Peling Tengah dan Kecamatan Bulagi Utara, lokasi BGK/15 MN/05, BGK/15 MN/06, BGK/15 MN/07 dan BGK/15 MN/32 ini merupakan satu tubuh (Blok 6) dengan luas sebaran +3.853 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumber daya hipotetik sebesar 385.300.000 m 3 (1.040.310.000 ton) Kecamatan Peling Tengah, lokasi BGK/15 MN/33, BGK/15 MN/34, BGK/15 MN/35 dan BGK/15 MN/36 ini merupakan satu tubuh (Blok 7) dengan luas sebaran +1.779 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 177.900.000m 3 (480.330.000 ton). Kecamatan Liang, lokasi BGK/15 MN/37dan BGK/15 MN/38 merupakan satu tubuh (Blok 8) dengan luas sebaran +1.819 ha dan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 181.900.000 m 3 (491.130.000 ton). Kecamatan Liang, lokasi BGK/15 MN/30, BGK/15 MN/39, BGK/15 MN/40 dan BGK/15 MN/41 ini merupakan satu tubuh (Blok 9). Luas sebaran +1.937 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 193.700.000 m 3 (522.990.000 ton). Kecamatan Tinangkung, lokasi BGK/15 MN/28, BGK/15 MN/29, BGK/15 MN/42 dan BGK/15 MN/43 ini merupakan satu tubuh (Blok 10). Luas sebaran +3.599 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 359.900.000 m 3 (971.730.000 ton). Kecamatan Tinangkung Selatan, lokasi BGK/15 MN/54, BGK/15 MN/55, BGK/15 MN/56 dan BGK/15 MN/64 ini merupakan satu tubuh (Blok 11). Luas sebaran +2.515 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 251.500.000 m 3 (679.050.000 ton). Kecamatan Totikum, lokasi BGK/15 MN/53 dan BGK/15 MN/63 ini merupakan satu tubuh (Blok 12). Luas sebaran +950 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 95.000.000 m 3 (256.500.000 ton). Kecamatan Totikum dan Tinangkung Utara, lokasi BGK/15 MN/47, BGK/15 MN/48, BGK/15 MN/49, BGK/15 MN/50 dan BGK/15 MN/62 ini merupakan satu tubuh (Blok 13). Luas sebaran +10.630 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 1.063.000.000 m 3 (2.870.100.000 ton). Jumlah sumberdaya hipotetik batugamping di Kabupaten Banggai

Kepulauan sebesar 3.858.700.000 m³ (10.418.490.000 ton) Granit Granit, berwarna kemerahan, keras, berbutir kasar, mengandung kuarsa dan mika, sebagian sudah lapuk, dijumpai di Desa Bolonan, Kecamatan Totikum (BGK/15 MN 51 dan BGK/15 MN/52 ). Luas sebaran granit sekitar 60 ha, dengan ketebalan sekitar 4 m, berat jenis 2,76, sumberdaya hipotetik sebesar 2.400.000 m³ (6.624.000 ton). Lempung Lempung yang terdapat di Kecamatan Peling Tengah, lokasi BGK/15 MN/01, BGK/15 MN/02, BGK/15 MN/03 dan BGK/15 MN/04 merupakan satu tubuh (Blok 14). Luas sebaran +868 ha, dengan ketebalan rata-rata 3 meter, berat jenis 2,67, sumberdaya hipotetik sebesar 26.040.000 m 3 (69.526.800 ton). Lempung yang terdapat di Kecamatan Tinangkung Utara, lokasi BGK/15 MN/ 57, BGK/15 MN/ 58 dan BGK/15 MN/ 61 ini merupakan satu tubuh (Blok 16). Luas sebaran +178 ha, dengan ketebalan rata-rata 2 meter, berat jenis 2,63, sumberdaya hipotetik sebesar 3.560.000 m 3 (9.362.800 ton). Jumlah sumberdaya hipotetik lempung di Kabupaten Banggai Kepulauan sebesar 29.600.000 m³ (78.889.600 ton) Pasir Kuarsa Pasir kuarsa yang terdapat di Kecamatan Tinangkung Utara, lokasi BGK/15 MN/44, BGK/15 MN/45, BGK/15 MN/46, BGK/15 MN/59 dan BGK/15 MN/60 ini merupakan satu tubuh (Blok 15). Luas sebaran sekitar 556 ha, dengan ketebalan rata-rata 2 meter, bert jenis,63, sumberdaya hipotetik sebesar 11.120.000 m 3 (29.245.600 ton). Garnet Peling di Desa Peling Lalomo, Kecamatan Buko. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 0,11 %, amfibol 1,16 %, piroksen 0,46 %, kuarsa 73,98 %, garnet 15,80 % dan biotit 8,02 %. Peling Lalomo di Desa Peling Lalomo, Kecamatan Buko. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 0,07 %, amfibol 0,23 %, kuarsa 82,61 %, garnet 10,08 % dan biotit 4,36 %. Telea di Desa Barung, Kecamatan Peling Tengah. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 3,49 %, amfibol 8,96 %, piroksen 4,14 %, kuarsa 45,36 %, garnet 29,57 % dan biotit 2,76 %.. Potensi Endapan Bahan Galian Bukan Logam Kabupaten Banggai Laut Batugamping Kecamatan Bangkurung, lokasi BGL/15 MN/03 dan BGL/15 MN/06 merupakan satu tubuh (Blok 1). luas sebaran +195 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 19.500.000 m³ (52.650.000 ton). Kecamatan Bangukurung, lokasi BGL/15 MN/07 dan BGL/15 MN/08 ini merupakan satu tubuh (Blok 2). Luas sebaran +1.262 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 126.200.000 m³ (340.70.000 ton). Kecamatan Labobo, lokasi BGL/15 MN/ 09, BGL/15 MN/15 dan BGL/15 MN/16 ini merupakan satu tubuh (Blok 3). Luas sebaran +302 ha, dengan ketebalan ratarata 10 meter, berat jenis 2,7, sumber daya

hipotetik sebesar 30.200.000 m³ (81.540.000 ton). Kecamatan Labobo, lokasi BGL/15 MN/17 dan BGL/15 MN/19 merupakan satu tubuh (Blok 4). luas sebaran +495 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 49.500.000 m³ (133.650.000 ton) Kecamatan Banggai Tengah, lokasi BGL/15 MN/20, BGL/15 MN/21 dan BGL/15 MN/22 merupakan satu tubuh (Blok 5). luas sebaran +578 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 57.800.000 m³ (156.060.000 ton) Kecamatan Banggai selatan, lokasi BGL/15 MN/23, BGL/15 MN/24 dan BGL/15 MN/25 ini merupakan satu tubuh (Blok 6). Luas sebaran +1.205 ha, dengan ketebalan rata-rata 10 meter, berat jenis 2,7, sumberdaya hipotetik sebesar 120.500.000 m³ (325.350.000 ton). Jumlah sumberdaya batugamping di Kabupaten Banggai Laut sebesar 403.700.000 m³ (1.089.990.000 ton). Granit Granit yang terdapat di Kecamatan Bangkurung, lokasi BGL/15 MN/01dan BGL/15 MN/02 ini merupakan satu tubuh (Blok 7), luas sebaran sekitar 424 ha, dengan ketebalan rata-rata 2 meter, berat jenis 2,76, sumberdaya hipotetik sebesar 8.480.000 m³ (23.404.800 ton) Granit yang terdapat di Kecamatan Labobo, lokasi BGL/15 MN/12, BGL/15 MN/13 dan BGL/15 MN/14 ini merupakan satu tubuh (Blok 8), luas sebaran sekitar 320 ha, dengan ketebalan rata-rata 2 meter, berat jenis 2,76, sumberdaya hipotetik sebesar 6.400.000 m³.(17.664.000 ton) Granit yang terdapat di Kecamatan Banggai, lokasi BGL/15 MN/27 dan BGL/15 MN/28 ini merupakan satu tubuh (Blok 9), luas sebaran sekitar 316 ha, dengan ketebalan rata-rata 2 meter, berat jenis 2,76, sumberdaya hipotetik sebesar 6.320.000 m³ (17.443.200 ton) Jumlah sumberdaya granit di Kabupaten Banggai Laut sebesar 21.200.000 m³ (58.512.000 ton) Lempung Lempung yang terdapat di Desa Kanari, Kecamatan Bangkurung, lokasi BGL/15 MN/05 mempunyai luas 30 ha, ketebalan 3 m, Berat jenis 2,6, jumlah sumberdaya hipotetik adalah 900.000 m³ (2.340.000 ton) Lempung yang terdapat di Desa Lipolalongo, Kecamatan Labobo, lokasi BGL/15 MN/11 mempunyai luas 25 ha, ketebalan 3 m, Berat jenis 2,6, jumlah sumberdaya hipotetik adalah 750.000 m³ (1.950.000 ton) Lempung yang terdapat di Kecamatan Banggai, lokasi BGL/15 MN/31, BGL/15 MN/32 dan BGL/15 MN/34 ini merupakan satu tubuh (Blok 10). Luas sebaran sekitar 650 ha, dengan ketebalan rata-rata 3 meter, sumberdaya hipotetik sebesar 19.500.000 m³.(50.700.000 ton) Lempung yang terdapat di Desa Lompio, Kecamatan Banggai, lokasi BGL/15 MN/36 mempunyai luas 20 ha, ketebalan 2 m, Berat jenis 2,6, jumlah sumberdaya hipotetik adalah 400.000 m³ (1.040.000 ton) Jumlah sumberdaya lempung di Kabupaten Banggai Laut sebesar 21.550.000 m³ (56.030.000 ton). Felspar Felspar dari pelapukan batuan granit, berwarna kecoklatan, butir halus sampai kasar dijumpai di Desa Paisulalomo, Kecamatan Labobo (BGL/15 MN/ 14, Gambar 60). Luas sebaran 5 ha, ketebalan 6 m, berat jenis 2,74, jumlah sumberdaya hipotetik adalah 300.000 m³ (822.000 ton)

Garnet Babilasan di Desa Tabulang, Kecamatan Bangkurung. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 0,27 %, amfibol 9,67 %, piroksen 0,90 %, kuarsa 80,54 %, garnet 1,93 %, zirkon 0,40 5 dan biotit 3,10 %. Suludadu di Desa Lipolalongo, Kecamatan Labobo. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 82,58 %, amfibol 1,13,296 %, piroksen 0,34 %, kuarsa 11,60 %, garnet 0,14 % dan biotit 4,36 %. Balingin di Desa Lipolalongo, Kecamatan Labobo. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 6,87 %, amfibol 15,86 %, piroksen 0,37 %, kuarsa 55,18 %, dan garnet 21,86 %. Babuyan Sungo di Desa Paisulamo, Kecamatan Labobo. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung amfibol 15,06 %, piroksen 1,31 %, kuarsa 34,51 % dan garnet 17,68 %. Paisupuso di Desa Peling LaloLompio, Kecamatan Banggai. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 0,22 %, amfibol 1,38 %, kuarsa 86,27 %, garnet 0,28 % dan biotit 0,41 %. Endapan zirkon pada aliran Sungai Lambako di Desa Lambako, Kecamatan Banggai. Berdasarkan hasil analisa mineral butir konsentrat dulang mengandung magnetit 69,81 %, piroksen 1,22 %, kuarsa 1,46 % dan zirkon 6,59 %. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Bahan Galian: Penggunaan Batugamping Batugamping merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh sektor industri semen, konstruksi dan pertanian. Batugamping di Kabupaten Banggai Kepulauan mempunyai luas sebaran ± 39.594 ha, dengan ketebalan rata-rata mencapai 10 m, sumberdaya hipotetiknya 10.418.490.000 ton (BJ 2,7 ton/m³), mempunyai kandungan CaO 52,96-55,06 %. Berdasarkan jumlah sumberdaya dan kandungan CaO, batugamping ini layak dikaji untuk bahan baku semen dan diolah sebagai PCC (Precipated Calcium Carbonate) dan GCC (Ground Calcium Carbonate), sehingga mempunyai nilai jual tinggi. Penggunaan Lempung Lempung (tanah liat) dapat digunakan untuk pembuatan batu bata, genteng dan sebagai bahan baku dalam industri gerabah atau keramik Penggunaan Pasir Kuarsa Sebagai bahan baku, pasir kuarsa merupakan oksida pembentuk gelas. Pada proses pembuatannya terhadap formula gelas kaca kadang-kadang ditambahkan oksida-oksida lain untuk mendapatkan sifat produk gelas kaca yang diinginkan, seperti: AlO3 dan B2O3 untuk menambah katahanan terhadap kimia, Oksida-oksida krom, kobal, besi, atau nikel sebagai bahan pewarna Oksida belerang untuk memperbaiki proses peleburan dalam pelembutan gelas yang dicairkan. Dalam industri gelas kaca, spesifikasi pasir kuarsa yang digunakan bergantung kepada jenis produknya. Ada empat jenis produk gelas kaca yang beredar di pasaran, yaitu kaca lembaran, gelas kemasan, gelas rumah tangga, gelas ilmu pengetahuan dan keteknikan.

Penggunaan Felspar Felspar digunakan di berbagai industri, banyak diperlukan sebagai bahan pelebur/perekat pada suhu tinggi dalam pembuatan keramik halus seperti barang pecah belah, saniter, isolator dan juga digunakan dalam industri gelas/kaca. Penggunaan Granit. Granit merupakan bahan galian bukan logam yang yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan dalam pembangunan sarana fisik (gedunggedung, perkantoran, perumahandan, dll) dan pembangunan infra struktur (jalan, jembatan, irigasi, dll). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah dilakukan inventarisasi dan evaluasi, baik hasil lapangan serta hasil kajian dari berbagai sumber pustaka, di Kabupaten Banggai Kepulauan terdapat 65 (enam puluh lima) lokasi bahan galian bukan logam berupa : batugamping, lempung, pasir kuarsa, granit, garnet dan zirkon. Dari hasil kajian sampai saat ini, terdapat beberapa bahan galian mineral bukan logam yang perlu mendapat perhatian, dan diharapkan daerah keterdapatannya dapat dijadikan daerah prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu menjadi unggulan, seperti batugamping, lempung dan pasir kuarsa. Sumberdaya hipotetik batugamping sekitar 10.418.490.000 ton dengan kandungan CaO 52,96 s.d 55,06 % ; MgO 0,27 s.d 1,53 %. Sumberdaya hipotetik Lempung sekitar 78.889.600 ton dengan kandungan SiO2 58,71 s.d 66,35 % ; Al2O3 15,16 s.d 31,08 % ; Fe2O3 0,12 s.d 1,49 % ; Na2O 0,04 s.d 0,06 % ; K2O 0,26 s.d 3,78 %. Sumberdaya hipotetik pasirkuarsa sekitar 4.625.000 ton, kandungan SiO2 75,59 s.d 95,06 %; Al2O3 2,12-16,13 %; Fe2O3 0,37-0,81 %; CaO 0,11-0,57 %; MgO 0,65-1,36 %. Di Kabupaten Banggai Laut terdapat 37 (tiga puluh tujuh) lokasi bahan galian bukan logam berupa : batugamping, lempung, felspar, granit, garnet dan zirkon. Dari hasil kajian sampai saat ini, terdapat beberapa bahan galian mineral bukan logam yang perlu mendapat perhatian, dan diharapkan daerah keterdapatannya dapat dijadikan daerah prospek untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu menjadi unggulan, seperti batugamping, lempung dan granit. Sumber daya hipotetik batugamping sekitar 1.089.990.000 ton dengan kandungan CaO 52,18 s.d 54,69 % ; MgO 1,21 s.d 2,97 %. Sumberdaya hipotetik Lempung sekitar 56.030.000 ton dengan kandungan SiO2 50,91 s.d 77,86 % ; Al2O3 16,75 s.d 34,04 % ; Fe2O3 0,39 s.d 0,89 % ; Na2O 0,05 s.d 0,10 % ; K2O 0,33 s.d 2,24 %. Sumberdaya hipotetik granit sekitar 21.200.000 m³ (58.512.000 ton), kandungan Zirkon (Zr) 40 ppm ; Cerium (Ce) 78 ppm ; Yttrium (Y) 5 ppm ; Lantanum (La) 32 ppm ; Neodium (Nd) 14 ppm ; Praseodynium (Pr) 26 ppm ; Niobium (Nb) 172 dan Erbium (Er) 1271 ppm. Saran Dikaitkan dengan adanya berbagai aktifitas pembangunan di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut, sudah pasti membawa konsekwensi dibutuhkannya beberapa bahan galian yang dibutuhkan. Perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan skala yang lebih besar terutama terhadap bahan galian yang memiliki potensi yang cukup besar dan prospek yang baik untuk diusahakan dan dikembangkan. Untuk penambangan batugamping diperlukan pengawasan yang ketat, karena umumnya para penambang kurang memperhatikan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan tambang dan minimnya bimbingan yang dilakukan instansi terkait, sehingga

seringkali mempercepat proses kerusakan lingkungan. Dalam rangka konservasi bahan galian, perlu dilakukan pengawasan penggunaan mineral bukan logam di Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut dalam rangka pengelolaan sumberdaya dan peningkatan nilai tambah beberapa mineral bukan logam, seperti : batugamping yang pada saat ini digunakan sebagai bahan bangunan, padahal bisa digunakan sebagai bahan baku industri dan pupuk DAFTAR PUSTAKA J.B. Supandjono, dkk., 1993,Peta Geologi Lembar Banggai, Sulawesi - Maluku skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung Surono, dkk, 1993, Peta Geologi Lembar Batui, Sulawesi skala 1: 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan Galian Industri, PPTM, Bandung Sukandarumidi, 1998, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada Unversity Press, Yogyakarta ---------------------------, 2014, Kabupaten Banggai Kepulauan dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah ---------------------------, 2014, Kabupaten Banggai Laut dalam Angka, Kantor Statistik Kabupaten Banggai Laut, Sulawesi Tengah Gambar 1. Peta Sebaran Mineral Bukan Logam di Kabupaten Banggai Kepulauan

Gambar 2. Peta Sebaran Mineral Bukan Logam di Kabupaten Banggai Laut Gambar 3. Peta Sebaran Batugamping di Kabupaten Banggai Kepulauan

Gambar 5. Peta Sebaran Batugamping di Kabupaten Banggai Laut