BAB IV ANALISA. a. Kelompok kegiatan pribadi. pribadi, seperti : tidur, mandi, makan, belajar. b. Kelompok kegiatan bersama (sosial)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. berkunjung menjenguk anaknya. Kostel yang mengangkat tema mengefisiensikan energi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

PUSAT PERBELANJAAN, KANTOR SEWA DAN APARTEMENT DI MEGA KUNINGAN JAKARTA

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

zoning pada tapak, sumber kebisingan bersumber dari :

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

KATA PENGANTAR. Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Bina Nusantara, Jakarta. TOPIK : ARSITEKTUR BERKELANJUTAN- HEMAT ENERGI

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB IV ANALISA. Berdasarkan referensi dari studi banding: susun untuk menambah efisiensi kerja. pembukaan kios di pagi hari.

BAB VI KONSEP RANCANGAN

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

RUMAH SUSUN DAN PASAR DI JAKARTA BARAT

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB V KONSEP. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Dasar dari perencanaan dan perancangan Kos Kosan Hotel ini adalah konsep

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

Transkripsi:

BAB IV ANALISA IV.1 Aspek Non Fisik IV.1.1 Kegiatan IV.1.1.1 Analisa Jenis Kegiatan di dalam Kostel Secara umum kegiatan yang terjadi di dalam kostel dibagi menjadi : A. Kegiatan utama Adalah kegiatan yang dilakukan oleh penghuni kostel selama berada di dalam kostel, dibagi berdasarkan pengelompokkan kegiatan, yaitu : a. Kelompok kegiatan pribadi Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni di dalam kostel yang bersifat pribadi, seperti : tidur, mandi, makan, belajar b. Kelompok kegiatan bersama (sosial) Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, baik itu dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan dari kostel, seperti : menonton, diskusi, belajar, belanja. B. Kegiatan pengelola Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan administrasi penghuni seperti pendataan penghuni, keuangan penghuni, perawatan kostel serta keamanan. C. Kegiatan penunjang Kegiatan yang menunjang seluruh kegiatan penghuni, seperti : restoran, tokotoko (retail), ruang komunal, parkir. 39

D. Kegiatan service Kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan kegiatan penunjang di dalam kostel tersebut, seperti : ruang kontrol, ruang MEE, ruang keamanan, dapur. E. Kegiatan olahraga. Kegiatan yang dilakukan oleh penghuni untuk melakukan aktivitas olahraga, dan juga tempat untuk melakukan kegiatan outdoor lainnya, seperti : lapangan basket, voli, bulutangkis, renang. IV.1.1.2 Analisa Fasilitas berdasarkan Jenis Kegiatan di dalam Kostel Untuk memenuhi jenis kegiatan di dalam kostel, maka disediakan fasilitas yang terbagi dalam berbagai kelompok, sebagai berikut : Tabel 4.1. Jenis fasilitas dan fungsinya No. Jenis Fasilitas Fungsi 1. Fasilitas utama Fasilitas yang menunjang semua kegiatan utama yang terjadi di dalam kostel, seperti : istirahat, makan, mandi,belajar. 2. Fasilitas bersosialisasi Fasilitas yang disediakan untuk kegiatan sosialisasi / berkumpul antar sesama penghuni kostel, dengan tujuan menciptakan keakraban antar sesama penghuni. 3. Fasilitas penunjang Fasilitas pendukung yang menunjang dan service berlangsungnya semua kegiatan yang terjadi di kostel. 40

IV.1.2 Pelaku IV.1.2.1 Analisa Pelaku Kegiatan di dalam Kostel Kostel ini akan digunakan oleh : 1. Penghuni a. Mahasiswa-mahasiswi Bina Nusantara University Yaitu mahasiswa-mahasiswi aktif yang berasal dari luar kota Jakarta maupun dari dalam kota Jakarta yang bertempat tinggal jauh dari lokasi kampus. b. Karyawan Bina Nusantara University Yaitu pekerja yang sehari harinya bekerja untuk Bina Nusantara University dan berdomisili jauh dari lingkungan kampus Bina Nusantara. c. Orang tua mahasiswa BiNus Yaitu orang tua mahasiswa dari luar daerah jakarta yang sedang berkunjung karena ada kegiatan yang berhubungan dengan kampus BiNus. 2. Pengelola Adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap semua kegiatan kostel, mulai dari administrasi, pemeliharaan, utilitas dan sebagainya yang berkaitan dengan kondisi fisik dari kostel tersebut. 41

3. Pengunjung Adalah tamu yang datang untuk mengunjungi pihak penghuni ataupun pihak pengelola. Tabel 4.2. Jumlah mahasiswa aktif tahun 2004-2007 Tahun 2005 2006 2007 2008 Luar Jakarta 2119 2486 2437 2804 Jakarta 2177 2703 2873 3172 Total 4296 5189 5310 5976 (Sumber : ATL Univ. Bina Nusantara, 26 Februari 2008). Pada bangunan kostel ini, direncanakan untuk menampung mahasiswamahasiswi aktif dan karyawan Bina Nusantara University dari dalam dan luar kota Jakarta serta orang tua Mahasiswa-mahasiswi BiNus yang berasal dari luar kota, jadi jumlah penghuni yang akan ditampung oleh kostel ini adalah dengan asumsi kebutuhan total penghuni kostel (penyewa) sebanyak 500 orang. IV.1.2.2. Pola Tinggal Penghuni IV.1.2.2.1 Pengelompokkan Penghuni dalam Kamar Berdasarkan hasil survei lapangan dan literatur, tipe ruang tidur dibedakan berdasarkan jumlah penghuni dalam satu kamar. Untuk menentukannya harus diperhatikan : - Segi privasi dari penghuni 42

- Efisiensi penggunaan ruang untuk mendapatkan kapasitas maksimal dari luasan kostel. Mempertimbangkan kebutuhan, keamanan dan kenyaman penghuni kostel, maka untuk perletakkan unit hunian akan dibedakan antara unit untuk laki-laki dan perempuan Tipe-tipe unit hunian yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.3. Jenis kamar berdasarkan kapasitas Tipe kamar Jumlah penghuni / kamar Efek yang ditimbulkan Single (D) 1 Orang - Privasi terjaga - Gangguan terhadap proses belajar kecil sekali Standard (C) 2 Orang - Privasi masih terjaga - Gangguan terhadap proses belajar kecil - Penghuni mulai berkomunikasi, berdiskusi Deluxe (B) 4 Orang - Privasi tetap terjaga - Gangguan terhadap proses belajar besar - Mulai membentuk kelompok - Batasan ruang di dalam kamar semakin jelas Family (A) 6 Orang - Privasi tetap terjaga - Dapat membentuk kelompok di dalam kamar Ket : Tipe Family adalah suatu ruangan khusus keluarga yang tinggal didalamnya, dengan pembagian single at au double rooms dan tambahan satu ruang bersama dan kamar mandi di dalamnya. IV.1.3 Analisa Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Berikut ini merupakan tabel pembagian ruang berdasarkan jenis kegiatan. 43

Tabel 4.4. Pelaku kegiatan dan kebutuhan ruang Jenis Kegiatan Utama a. Pribadi Kegiatan Pelaku Kebutuhan Ruang Pusat informasi, ruang Penghuni Hall / Lobby tunggu, dan sirkulasi manusia Makan Penghuni restoran Tidur Penghuni R. tidur Mandi dan buang air Mencuci dan jemur Penghuni, Pengelola Penghuni, Pengelola Kamar mandi dan toilet Ruang cuci, ruang jemur, laundry b. Bersama Berkumpul, nonton Penghuni televisi, d. Sosial Menerima Tamu Penghuni, pengunjung Pengelola Pusat Informasi, Ruang tunggu dan sirkulasi manusia Mengurus kegiatan pengelolaan di kostel Mengurus administrasi kostel Penunjang Melakukan kegiatan parkir Penghuni, Pengelola, Pengunjung pengelola Ruang televisi, ruang komunal Ruang tamu Hall / Lobby Ruang pengelola Staff Ruang admin admintrasi Mandi dan Buang air Semua staff R. Mandi dan Toilet Menjaga kostel Penjaga, R. keamanan dan pos Sat pam jaga Penghuni, Area parkir pengelola, pengunjung Makan - minum Penjual, restoran penghuni, pengelola, pengunjung Komersil Penjual, Retail / Toko-toko penghuni, pengelola, pengunjung Mengambil dan Pengelola Gudang Peralatan 44

menyiapkan peralatan Menurunkan bahan makanan dan barang Pengelola kostel, penglola kantin, pengelola retail Pengelola Loading dock Mengumpulkan dan Tempat Sampah mengangkat sampah Sementara (TPS) Menurunkan bahan bakar Pengelola Loading dock, gudang bahan bakar. Service Mengatur kelistrikan Teknisi Ruang Panel Listrik Meletakkan mesin genset Teknisi Ruang genset genset Mengatur MEE Teknisi MEE Ruang MEE IV.1.4 Analisa Pengelompokkan Zoning Kegiatan Tabel 4.5. Pengelompokkan zoning kegiatan Jenis Kegiatan Keterangan Sifat Kegiatan Utama Kegiatan yang dilakukan penghuni yang Private berlangsung di dalam bangunan kostel Olahraga Kegiatan olahraga Semi Publik Kegiatan Penunjang Kegiatan yang menunjang kebutuhan dari Publik penghuni seperti : kantin, retail parkir Semi publik Kegiatan Pengelola Kegiatan yang menunjang kegiatan utama Publik bagi penghuni kostel Kegiatan Service Kegiatan yang dilakukan yang berkaitan dengan bangunan kostel tersebut Service 45

IV.1.5 Analisa Skema Hubungan Ruang Makro Service R. Kegiatan Utama Service Olah Raga R. Penunjang Lobby Taman/Parkir Restoran R. Pengelola Main Entrance Skema 4.1 Hubungan ruang makro IV.1.6 Analisa Skema Hubungan Ruang Mikro IV.1.6.1 Skema Kegiatan hunian R. Tidur & Belajar R. Duduk Pantry K. Mandi R. Service Foyer Pintu Masuk Skema 4.2. Kegiatan hunian 46

IV.1.6.2 Skema Kegiatan Pengelola Toilet R. Service Toilet Plaza R. Tata Usaha R. Staff Main Entrance Skema 4.3. Kegiatan pengelola IV.1.6.3 Skema Kegiatan Penunjang Restoran Taman Toilet Lobby Parkir Main Entrance Skema 4.4. Kegiatan penunjang 47

IV.1.6.4 Skema Kegiatan Olahraga Toilet Lapangan Outdoor / Olahraga Lobby Main Entrance Skema 4.5. Kegiatan olahraga IV.1.7 Program Ruang: Luasan unit didapat dari aktifitas penghuni serta dimensi dari furniture dalam unit hunian tersebut, karena furniture-furniture ini telah disediakan oleh pihak pengelola sebagai kelengkapan dari unit hunian tersebut. a. Tipe single (kapasitas 1 orang) : Tabel 4.6 Program ruang Tipe D Nama Ruang Luasan Ruang 1 Tempat tidur 1 m 2 m = 2 m² Kamar mandi 2 m 1.5 m = 3 m² Meja belajar 1.4 m 0.75 m = 1.05 m² Meja lampu 0.6 m 0.6 m = 0.36 m² Kursi belajar 0.6 m 0.6 m = 0.36 m² Lemari 1.22 m 0.6 m = 0.73 m² Foyer 1 m 1 m = 1 m² Balkon 3 m 1 m = 3 m² Sirkulasi 20 % = 1.7 m² Total luas 13,2 m² (dibulatkan 14 m²) 48

c. Tipe double (kapasitas 2 orang) : Tabel 4.7 Program ruang Tipe C Nama Ruang Luasan Ruang 2 Tempat tidur 2 (1 m 2 m) = 4 m² Kamar mandi 2 m 1.5 m = 3 m² Meja lampu 0.6 m 0.6 m = 0.36 m² Meja belajar 2 1.05 m² = 2.1 m² Kursi belajar 2 0.6 m² = 1.2 m² Lemari 2 0.6 m² = 1.2 m² Foyer 1 m 1 m = 1 m² Balkon 2 m 1 m = 2 m² Sirkulasi 20 % = 2,6 m² Total 17,46 m² (dibulatkan 18 m²) c. Tipe deluxe (kapasitas 4 orang) : Tabel 4.8 Program ruang Tipe B Nama Ruang Luasan Ruang 2 Kamar tidur 2 (3 m 3 m) = 18 m² Kamar mandi 2 m 2 m = 4 m² Meja lampu 2(0.6 m 0.6 m) = 0.72 m² Pantry 1m 1.5 m = 1.5 m² Ruang duduk 3 m 2,5 m = 7,5 m² Ruang makan 2 m 1.5 m = 3 m² Balkon 1m 3 m = 3 m² Foyer 2 m 1 m = 2 m² Sirkulasi 20 % = 6.96 m² Total 46.68 m² (dibulatkan 47 m²) d. Tipe family (kapasitas 6 orang) : Tabel 4.9 Program ruang Tipe A Nama Ruang Luasan Ruang 3 Kamar tidur 3 (3 m 3 m) = 27 m² Kamar mandi 2 (2 m 2 m) = 8 m² 49

Foyer 1 m 1 m = 1 m² Meja lampu 2(0.6 m 0.6 m) = 0.72 m² Dapur 1m 1,5 m = 1.5 m² Ruang duduk 3 m 2 m = 6 m² Ruang makan 2 m 1.95 m = 3.9 m² Balkon 1m 3 m = 3 m² Sirkulasi 20 % = 10.22 m² Total 61.34 m² (dibulatkan 62 m²) Dari perhitungan perluasan unit didapat : A. Jumlah Luasan unit Hunian : 14 m² + 18 m² + 47 m² + 62 m² = 141 m² B. Mencari Koefisien : 141 m² / 14 m² = 10,1 141 m² / 18 m² = 7,83 141 m² / 47 m² = 3 141 m² / 62 m² = 2,27 Jumlah koefisien : 11,9 + 8,18 + 3,11 + 2,11 = 23,2 C. Mencari Prosentase penghuni : 1 orang : 10,1/23,2 x 100% = 43,53 % 2 orang : 7,83/23,2x 100% = 33,75 % 4 orang : 3 /23,2 x 100% = 12,93 % 6 orang : 2,27/23,2 x 100% = 9,78 % D. Mencari Jumlah Unit Hunian: Jumlah unit 1 orang : 43,53 % x 500 orang = 220 orang/1 = 220 unit Jumlah unit 2 orang : 33,75 % x 500 orang = 168 orang/2 = 84 unit. Jumlah unit 4 orang : 12,93 % x 500 orang = 64 orang/4 = 16 unit. Jumlah unit 6 orang : 9,78 % x 500 orang = 48 orang/6 = 6 unit. Jadi jumlah total unit ialah 220 + 84 + 16 + 6 = 326 unit. 50

Kantor Pengelola : Tabel 4.10 Program ruang pengelola Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas Sumber Ruang pengelola 6 8 m 2 /org 6 org 6 m 2 6 36 m 2 NAD Ruang rapat 2 3 m 2 /org 8 org 2 m 2 8 16 m 2 NAD Ruang administrasi 6 8 m 2 /org 4 org 6 m 2 4 24 m 2 NAD Ruang pemasaran 6 8 m 2 /org 2 org 6 m 2 2 12 m 2 NAD Pantry 4 m 2-2 m 2 m 4 m 2 AS Toilet 1,5 m 2 /org 2 org 2 1,5 m 2 3 m 2 NAD Total 65 m 2 Sirkulasi 20 % - 13 m 2 Total keseluruhan 108 m 2 Ruang Service : Tabel 4.11 Program ruang service Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas Sumber Ruang Petugas 5,5 m 2 /org 4 org 5,5 m 2 4 22 m 2 NAD Dapur 7,2 m 2 3 unit 7,2 m 2 3 21,6 m 2 NAD Laundry 12 m 2 3 unit 12 m 2 3 36 m 2 SB Gudang 6 m 2-2 m 3 m 6 m 2 AS Toilet pria 2,16 m 2 /org 2 org 2 2,16 m 2 4,32 m 2 NAD Toilet wanita 2,16 m 2 /org 2 org 2 2,16 m 2 4,32 m 2 NAD Pos keamanan 2 m 2 /org 2 org 2 x 2 m 2 4 m 2 AS Gudang kering 6 m 2 1 unit (2 m 3 m) 6 m 2 AS Gudang basah 6 m 2 1 unit (2 m 3 m) 6 m 2 AS Gudang LPG 6 m 2 1 unit (2 m 3 m) 6 m 2 AS Total 116,24 m 2 Sirkulasi 20 % 23,25 m 2 Total keseluruhan 139,49 m 2 51

Ruang Utilitas : Tabel 4.12 Program ruang utilitas Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas Sumber Ruang genset 30 m 2-5 m 6 m 30 m 2 AS Ruang pompa 20 m 2-4 m 5 m 20 m 2 AS Ruang M&E 20 m 2-4 m 5 m 20 m 2 AS Ruang reservoir 40 m 2-5 m 8 m 40 m 2 TSS Ruang STP 30 m 2-6 m 5 m 30 m 2 AS Ruang Panel 10 m 2-2 m 5 m 10 m 2 TSS Ruang sampah (TPS) 12 m 2-3 m 4 m 12 m 2 SB R.bongkar muat 20,64 m 2 1 truk 8,6 m 2,4 m 20,64 m 2 NAD Total 182,64 m 2 Sirkulasi 20 % 36,53 m 2 Total 219,17 m 2 Fasilitas Penunjang : Tabel 4.13 Program ruang fasilitas penunjang Ruang Standar Kapasitas Perhitungan Luas Sumber Lobby 0,65 m 2 / org 30 org 0,65 m 2 30 19,5 m 2 NAD restoran dapur Toilet 3,9 m 2 / 6 org - 2,25 m 2 /unit 200 org - 2 unit 3,9 m 2 200/6-2,25 m 2 x 2 130 m 2 80 m 2 4,5 m 2 NAD AS NAD Mini market - - 10 m 10 m 100 m 2 AS Ruang fitness 75 m 2 / 30 org 100 org 75 m 2 100/30 250 m 2 NAD Ruang ganti 1 m 2 / org 100 locker 1 m 2 100 100 m 2 AS Gudang peralatan 15 m 2 1 15 m 2 15 m 2 SB Toilet pria Wastafel Shower Urinoir 2,16 m 2 /org 0,5 m 2 /org 0,8 m 2 /org 0,9 m 2 /org 2 unit 2 unit 5 unit 5 unit 2,16 m 2 2 0,5 m 2 2 0,8 m 2 5 0,9 m 2 5 4,32 m 2 1 m 2 4 m 2 4,5 m 2 NAD Toilet wanita Wastafel 2,16 m 2 /org 0,5 m 2 /org 5 unit 2 unit 2,16 m 2 5 0,5 m 2 2 10,8 m 2 NAD 1 m 2 52

Shower 0,8 m 2 /org 5 unit 0,8 m 2 5 4 m 2 Kolam renang R.locker R.bilas dan R.ganti Toilet - 1 m 2 / org 0,8 m 2 /org 2,16 m 2 / unit 1 buah 30 locker 30 orang 4 unit 200 m 2 1 m 2 30 0,8 m 2 x 30 2,16 m 2 x 4 200 m 2 30 m 2 24 m 2 8,64 m 2 Total 991,26 m 2 Sirkulasi 20 % 198,25 m 2 Total 793,01m 2 Keterangan : NAD : Neufert Architect Data TSS : Time Saver Standard AS : Asumsi SB : Studi Banding SB AS NAD NAD Kebutuhan Luasan Parkir : Berdasarkan keputusan menteri pariwisata, pos dan telekomunikasi nomor KM.37/PW/MPPT-86 tanggal 7 Juni 1986, tentang kriteria hotel bintang 3, salah satu pasalnya berisi tentang kapasitas parkir. Untuk setiap 6 kamar, sekurang-kurangnya disediakan 1 buah tempat parkir mobil untuk penghuni. Kebutuhan untuk parkir : 1 mobil : 25 m 2 1 motor : 3 m 2 1 truk : 48 m 2 1 mobil box : 36 m 2 Perhitungan jumlah tempat parkir dan luasannya : 1. Parkir untuk penghuni 53

o Parkir mobil : 326 kamar/6 = 54,3 = 54 mobil Dikarenakan sasaran penghuni ialah mahasiswa dan karyawan yang tinggal untuk sementara dan lokasi tapak dekat dengan tempat aktivitas utama penghuni (BiNus University), maka penulis berasumsi berdasarkan hasil wawancara,bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki mobil sebesar 30%, sehingga : Jumlah parkir mobil : 30 % x 54 mobil = 18 mobil. Luas yang dibutuhkan = 18 x 25 m 2 = 450 m 2 o Parkir motor : 2 x dari jumlah parkir mobil = 2 x 18 = 36 motor Luas yang dibutuhkan = 36 x 3 m 2 = 108 m 2 2. Parkir untuk pengelola o Parkir mobil untuk pengelola : Kepala pengelola Kepala building division Kepala Marketing division 1 parkir mobil 1 parkir mobil 1 parkir mobil Kepala administration division 1 parkir mobil + 4 parkir mobil Luasan yang dibutuhkan = 4 x 25 m 2 = 100 m 2 o Parkir motor untuk pengelola : 2 x jumlah parkir mobil = 8 parkir motor Luas yang dibutuhkan = 8 x 3 m 2 = 24 m 2 54

3. Parkir untuk tamu o Parkir mobil 10% x 54 mobil = 5 mobil Luas yang dibutuhkan = 5 x 25 m 2 = 125 m 2 o Parkir motor 25% x 36 motor = 9 motor Luas yang dibutuhkan = 9 x 3 m 2 = 27 m 2 4. Parkir untuk service o Parkir motor untuk karyawan : 10 % x 36 motor = 3 motor Luas yang dibutuhkan = 3 x 3 m 2 = 9 m 2 o Parkir untuk 2 mobil truk dan 2 mobil box Luas yang dibutuhkan = 2 (48 m 2 ) + 2 (36 m 2 ) = 168 m 2 Jadi total kebutuhan luasan parkir sebesar : ( 450 m 2 + 108 m 2 + 100 m 2 + 24 m 2 + 125 m 2 + 27 m 2 + 9 m 2 + 168 m 2 = 1011 m 2 ) Luas kebutuhan ruang seluruh-nya : o Hunian Tipe single 14 m² 220 : 3080 m² Tipe double 18 m² 84 : 1512 m² Tipe deluxe: 47 m² 16 : 752 m² Tipe family 62 m² 6 : 372 m² 55

Total : 5716 m² Sirkulasi 20 % : 1143,2 m² + Total luas hunian : 6859,2 m² o Ruang-ruang lain R. Pengelola : 108 m² R.Service : 139,49 m² R. Utilitas : 219,17 m² Fasilitas penunjang : 793,01 m² + Total : 1259,67 m² Total Luas: 1288,47 m 2 + 6859,2 m² + 1011 m² = 9129,87 m² o Luas tapak Luas tapak : 7547,75 m² KDB 80 % : 80% 7547,75 m² = 6038,2 m² = 6038 m² KLB : 3,5 7547,75 m² = 26417,125 m² = 26418 m² Jadi total luas: 9129,87 m² < luas yang boleh yang dibangun: 26418 m² (OK!) 56

IV.2 Aspek Fisik IV.2.1 Tapak IV.2.1.1 Analisa Kondisi Fisik Tapak PERUMAHAN PERUMAHAN & PENDIDIKAN TAPAK P E R T O K O PERTOKOAN,SEKOLAH DAN PERUMAHAN TANAH KOSONG Gambar 4.1 lokasi tapak Terletak pada Pertigaan Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya Ketinggian bangunan disekitar tapak berkisar 1-4 lantai. Memiliki peraturan tentang ketinggian bangunan maksimal setinggi 6 lantai. Lokasi tapak dikelilingi oleh pertokoan, perumahan, tanah kosong, dan sarana pendidikan, namun minim akan area penghijauan. Arahan perencanaan : Dikarenakan kondisi fisik tapak masih minim akan area penghijauan, maka dalam perencanaan kostel ini akan mengoptimalkan area penghijauan, kemudian ketinggian bangunan maksimal memiliki jumlah lantai sebesar 6 lantai. 57

IV.2.1.2 Analisa Pencapaian Menuju Tapak (Pintu masuk dari dan ke Tapak) Pencapaian utama ke tapak dipertimbangkan terhadap : 1. Kemudahan pencapaian 2. Keamanan dan kelancaran lalu lintas di sekitar tapak 3. Frekuensi pengunjung menuju tapak Perencanaan pencapaian dibedakan atas pencapaian manusia, kendaraan dan service. Arah Kampus BiNus Syahdan dan BiNus Anggrek (Jl.Rawa Belong) Arah Kampus BiNus Kijang (Jl.Kemanggisan raya) Gambar 4.2 pencapaian menuju tapak Untuk dapat memasuki tapak,dapat melalui 3 jalan,yaitu Jl. Kebon Jeruk Raya (nomor 1), Jl. Rawa Belong (nomor 2) dan Jl. Flamboyan (nomor 3). Pada jalan nomor 1, arus manusia sedang, arus lalu lintas cukup padat pada jamjam tertentu (lihat BAB 1,hal 17), pencapaian terdekat dari kampus BiNus Anggrek dan Syahdan. Pada jalan nomor 2, arus manusia sedang, arus lalu lintas cukup padat pada jamjam tertentu (lihat BAB 1,hal 17), merupakan jalan utama dan lebar jalan lebih besar dari jalan nomor 1, sehingga cocok sebagai main entrance. 58

Pada jalan nomor 3, lebar jalan merupakan paling kecil diantara 2 jalan lainnya, letaknya tersembunyi dan merupakan jalan masuk ke area perumahan. Arus Pejalan kaki Arus Kendaraan Dari Jalan Kebun Jeruk Dari Jalan Rawa Belong ke Batu sari Dari Jalan Rawa Belong ke arah Jalan Sekunder Gambar 4.3 Analisa perencanaan pencapaian Pencapaian menuju Tapak dari Kampus BiNus Syahdan bisa melalui Jl. Syahdan lalu Jl. Rawa Belong, dan dari Kampus Binus Anggrek, bisa melalui Jl. Rawa Belong. Pencapaian bisa menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, sepeda atau jalan kaki. Pencapaian menuju T apak dari Kampus BiNus Kijang, jika menggunakan kendaraan pribadi, sepeda, angkutan ojek maupun bajaj dapat melalui Jl. Kemanggisan raya, tetapi jika menggunakan angkutan kota seperti M-24,dapat melalui Jl. Syahdan lalu dilanjutkan dengan angkutan kota yang menuju Tapak. Untuk berjalan kaki kurang memungkinkan, dikarenakan letaknya yang cukup jauh. 59

Tabel 4.14 Analisa Pintu Dari dan Ke Tapak NO GAMBAR ANALIS IS 1 Kepadatan arus lalu lintas Daerah yang dilingkari merupakan pertigaan yang biasanya menjadi sumber kemacetan. Oleh karena itu pintu masuk jika dianalisa dari kepadatan lalu lintas, sebaiknya tidak terlalu dekat dengan daerah pertigaan tersebut. Gambar 4.4. Kepadatan arus lalu lintas 2 Undang undang dan peraturan Gambar 4.5 Undang undang peraturan 3 Bentuk dan ukuran tapak Berdasarkan peraturan yang berlaku, pintu masuk berjarak minimal 20 meter dari belokan. Menurut Neufert Architect Data : o Lebar jalan utama didalam sebuah pemukiman dengan lalu lintas 2 arah adalah 5,5m o Untuk jalan 2 arah bagi pintu samping yang terletak di daerah pemukiman serta terbatas bagi mobil, lebar jalan adalah 4m o Letaknya pada jalan yang kepadatan arusnya relatif rendah o Letaknya harus mudah terlihat dan informatif Bentuk tapak persegi panjang sehingga lebih memudahkan jika pintu masuk berada di sisi tapak yang lebih panjang. Gambar 4.6 Bentuk dan ukuran tapak 60

4 Arus kedatangan pemakai yang terbesar Kampus Kijang Kostel ini diprioritaskan untuk mahasiswa dan karyawan BiNus, Sehingga arus kedatangan pemakai terbesar datang dari arah Kampus Syahdan, Kampus Kijang dan Kampus Anggrek yang letaknya dekat dengan Tapak. Kampus Anggrek Kampus Syahdan Gambar 4.7. Arus kedatangan pemakai yang terbesar 5 Kondisi di sekitar tapak Sebelah utara tapak yang merupakan jalan kecil, kurang cocok untuk pintu masuk utama. Kondisi di sekitar 2 jalan besar tersebut hampir sama. Kebanyakan bangunan yang berada di sekitar jalan tersebut adalah toko dan rumah makan. Tetapi area yang dilingkari biasanya dipenuhi oleh metromini yang ngetem (mengisi penumpang). Gambar 4.8. Kondisi di sekitar tapak 6 Topografi tapak Kontur tanah pada tapak cenderung datar. Sehingga masalah topografi tidak membawa dampak besar dalam penentuan pintu masuk dan keluar tapak. Gambar 4.9. Topografi tapak 61

Berikut alternatif-alternatif perletakan akses ke dalam tapak : Keterangan : o o o o o : akses masuk mobil : akses keluar mobil : akses pejalan kaki : akses side enterance : akses service entrance Alternatif 1 : Gambar 4.10 Analisa entrance alternatif 1 Akses masuk dan keluar mobil jauh dari pertigaan sehingga tidak menyebabkan kemacetan. Akses masuk dan keluar tidak saling cross terutama dengan pejalan kaki. Akses side entrance diletakkan di jalan Flamboyan (utara tapak),diperuntukan bagi pengendara sepeda motor. Akses service entrance diletakkan di selatan tapak untuk memudahkan akses masuk serta letaknya tidak mengganggu akses jalan lainnya. 62

Alternatif 2 : Gambar 4.11 Analisa entrance alternatif 2 Akses masuk dan keluar mobil sejajar di sisi panjang tapak. Akses keluar dekat dengan pertigaan sehingga akan menimbulkan kemacetan. Akses masuk dan keluar tidak saling cross terutama dengan pejalan kaki. Akses side enterance diletakkan di jalan yang tidak ramai dan hanya dapat dilalui 1 kendaraan. Akses service entrance diletakkan di utara tapak dan letaknya tersembunyi sehingga tidak mengganggu. Kesimpulan : Alternatif 1 dipilih dengan pertimbangan kemudahan akses masuk kendaraan berada pada sisi terpanjang tapak. Akses side entrance diletakkan di bagian utara tapak, akses service diletakkan di bagian selatan tapak, dan akses bagi pejalan kaki diletakkan di bagian jalan Rawa Belong, karena jalan ini merupakan jalur kedatangan terbesar. 63

Gambar 4.12 entrance menuju tapak IV.2.1.3 Analisa Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi di dalam tapak dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Sirkulasi kendaraan bermotor 2. Sirkulasi manusia Untuk sirkulasi kendaraan bermotor di pilih sirkulasi dengan pola tidak mengelilingi tapak dengan pertimbangan : Kebisingan, dengan pola seperti ini kebisingan dalam bangunan akibat kendaraan bermotor dapat dikurangi Keamanan, karena kegiatan yang berlangsung di dalam tapak dilakukan oleh manusia. Sehingga menghindarkan cross (sirkulasi silang) antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor Untuk jalur pedestrian (pejalan kaki) terpisah dengan jalur kendaraan bermotor. Jalur pemisah bisa berupa areal vegetasi atau dengan pembatas buatan. 64

Jalur vegetasi Jalur kendaraan bermotor Jalur pejalan kaki Gambar 4.13 pembagian jalur sirkulasi Arahan perencanaan : Sirkulasi di dalam tapak lebih mengutamakan sirkulasi manusia (pejalan kaki) dengan menempatkan jalur pedestrian untuk menghubungkan semua kegiatan di dalam tapak (pola radial) serta adanya plaza terbuka. IV.2.1.4 Analisa Tata Ruang Luar Tata ruang luar tersebut meliputi : 1. Ruang terbuka Pada tapak, perencanaan penentuan ruang terbuka di atur pada ketentuan yang berlaku, yaitu KDB 80 %, berarti 20% adalah lahan berupa ruang terbuka yang dapat di manfaatkan sebagai : Sirkulasi kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Kegiatan outdoor, berupa lapangan terbuka dan taman. Titik orientasi Ruang transisi antar kegiatan dan antar bangunan dalam tapak, Sebagai buffer atau pemisah yang membatasi tapak dengan lingkungan di sekitarnya 65

Arahan perencanaan : Bentuk fisik dari ruang terbuka adalah berupa taman-taman, parkir, pedestrian, plaza terbuka. 2. Parkir Direncanakan penyediaan parkir dibedakan menjadi 3, yaitu : a. Untuk kendaraan mobil b. Untuk kendaraan motor c. Untuk area service. Dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : Kebutuhan jumlah kendaraan untuk menentukan luas tempat parkir Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan Mempunyai keamanan yang baik dan terlindung dari panas matahari Tersedianya sarana penunjang parkir, seperti : tanda petunjuk, lampu penerangan,dll. Untuk parkir kendaraan mobil disediakan fasilitas basement, dan lebih diperuntukan bagi pengelola dan tamu kostel dengan jumlah yang telah disesuaikan. ada 4 macam sistem parkir : Parkir sejajar Gambar 4.14 parkir sejajar 66

Letaknya berdekatan dengan pedestrian pejalan kaki. Diperlukan adanya pembatas berupa tanaman atau saluran pembuangan (got) sehingga terdapat perbedaan level antara parkir dan area bangunan. Parkir 45 Gambar 4.15 parkir 45 Ruang gerak lebih mudah, namun menghabiskan banyak lahan dan jumlah parkir menjadi sedikit. Parkir 60 Gambar 4.16 parkir 60 Ruang gerak mudah, namun menghabiskan banyak lahan dan jumlah parkir menjadi sedikit. 67

Parkir 90 Gambar 4.17 parkir 90 Ruang gerak mudah, tidak menghabiskan banyak lahan sehingga jumlah parkir menjadi lebih banyak. Arahan perencanaan : Untuk proyek hunian seperti kostel, cocok menggunakan sistem parkir 90 yang membutuhkan banyak lahan parkir,serta dalam perencanaan mempunyai perbedaan level dengan jalur pejalan kaki. IV.2.1.5 Analisa Pergerakan Matahari Gambar 4.18 Analisa pergerakan matahari Pergerakan matahari yang bergerak dari arah timur menuju barat sangatlah mempengaruhi orientasi dan bentuk bangunan kostel tersebut, yang bertujuan 68

untuk mendapatkan sinar matahari dan mengurangi panas radiasi matahari yang mengganggu kenyamanan penghuni. Alternatif 1 : Matahari sore Matahari pagi Gambar 4.19 Analisa matahari alternatif 1 Orientasi bangunan ke arah Timur dan Barat. Sisi terpanjang bangunan yang mendapatkan matahari timur dan barat, sehingga pada sisi ini akan mendapatkan cahaya matahari pagi dan sore secara maksimal Pada sisi terpanjang bangunan akan menjadi panas, akibat masuknya radiasi panas matahari, sehingga perlu digunakan proteksi terhadap panas radiasi matahari tersebut. Bentuk massa yang mengikuti bentuk tapak Alternatif 2 : Matahari sore Matahari pagi Gambar 4.20 Analisa matahari alternatif 2 69

Orientasi bangunan ke arah Utara dan Selatan. Sisi terpendek bangunan yang mendapat matahari timur dan barat, sehingga hanya cahaya secara merata masuk ke dalam bangunan, sementara radiasi panasnya tidak. Proteksi terhadap radiasi panas matahari kurang diperlukan. Bentuk massa tidak mengikuti tapak. Alternatif 3 : A B Matahari sore Matahari pagi Gambar 4.21 Analisa matahari altenatif 3 Kombinasi alternatif 1 dan alternatif 2. Orientasi bangunan terpisah, bangunan A menghadap ke utara dan selatan sementara bangunan B menghadap ke timur dan barat. Sisi bangunan terpendek A dan sisi bangunan terpanjang B yang mendapat matahari timur dan barat. Arahan perencanaan : Dipilih alternatif 2 karena cahaya dapat dimasukkan secara merata ke dalam bangunan, dimana sisi yang mendapatkan sinar matahari adalah sisi 70

terpendek bangunan. Hal ini dapat melindungi bangunan dari radiasi panas matahari sehingga dapat mengurangi beban AC tanpa menghilangkan cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan (perancangan pasif) yang sesuai dengan topik dan tema arsitektur tropis. Matahari Barat Matahari Timur Gambar 4.22 Orientasi bangunan terhadap arah matahari IV.2.1.6 Analisa Arah Angin Pergerakan angin selalu tidak tetap atau mengalami perubahan, namun secara Makro, angin bergerak dari tenggara menuju barat laut dan sebaliknya. Gambar 4.23 Analisa arah angin 71

Untuk dapat memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk,maka pada bagian utara dan selatan bangunan, bukaan untuk pengudaraan diatur untuk mendapatkan pengudaraan yang dibutuhkan. IV.2.1.7 Analisa Kebisingan Faktor kebisingan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam perancangan, khususnya dalam perencanaan bangunan kostel, karena dapat mempengaruhi peletakan massa bangunan dan zoning pada tapak. Sumber kebisingan bersumber dari : Jl. Kebon Jeruk raya, Tingkat kebisingan tinggi dan sering mengalami kemacetan pada jam tertentu akibat bus yang berhenti menunggu penumpang Jalan utama Rawa Belong, sering terjadi kemacetan karena merupakan jalan 2 arah dengan tingkat kepadatan yang tinggi Pertigaan dimana terdapat traffic light sering menjadi pusat kemacetan akibat mikrolet dan pengendara yang tidak disiplin Gambar 4.24 Analisa terhadap bising Arahan perencanaan : Meletakkan vegetasi di sekitar tapak yang langsung berhubungan dengan sumber bising, diharapkan dapat memfilter suara bising dari jalan raya (buffer sounds). 72

Memberikan bidang-bidang masif pada bagian yang menghadap sumber bising, supaya bising yang masuk area private dapat diminimalkan Menggunakan ruang-ruang penyangga pada daerah sumber bising seperti ruang publik atau service yang tidak memerlukan ketenangan. Menjauhkan bangunan dari sumber bising. Buffer penghijauan Gambar 4.25 Perletakan buffer penghijauan Buffer penghijauan SUM BER BISING Gambar 4.26 menjauhkan bangunan dari sumber bising IV.2.1.8 Analisa Zoning Penentuan zoning berdasarkan kepada : Fungsi, sifat kegiatan dan hubungan antar kegiatan Penyesuaian kondisi tapak dan lingkungan Penyesuaian dengan pencapaian dan pola sirkulasi 73

Tabel 4.15. Analisa Zoning Horizontal NO ZONING HORIZONTAL ANALISA 1 Alternatif 1 privat semi publik publik service -.zona privat di bagian barat sehingga dapat memberikan ketenangan yang memang dibutuhkan oleh zona privat. -. Zona publik berada di pertigaan jalan sehingga dapat terlihat dari 2 arah jalan besar. -.Zona semi publik diletakan di bagian sudut tapak diapit oleh jalan besar dan gang kecil, agar dapat mengurangi tingkat kebisingan yang mengganggu zona private. -.Zona service dekat dengan jalan, dimaksudkan agar service dapat memiliki entrance tersendiri sehingga tidak mengganggu arus kendaraan pengunjung atau penghuni yang masuk ke dalam tapak. Gambar 4.27. Alternatif zoning 1 2 Alternatif 2 Gambar 4.28.Alternatif zoning 2 3 Alternatif 3 Gambar 4.29. Alternatif zoning 3 -. Zona publik berada di depan jalan besar mempermudah pencapaian -. Zona semi publik berada di antara publik dan privat -. Zona privat berada di belakang dilindungi oleh zona publik dan semi publik yang bertidak sebagai sound barrier -. Zona service berada di ujung belakang tapak, tidak terlihat dari keramaian jalan raya. -. Zona publik berada di bagian timur yang berdekatan dengan jalan utama,untuk memudahkan akses karena arus kedatangan terbesar berada di jalur tersebut.. -. Zona semi publik berada diantara area publik dan private yang berfungsi sebagai perantara menuju area Private. -. Zona privat berada di belakang untuk memberikan ketenangan yang lebih -. Zona service berada di sisi selatan dan dekat dengan jalan, agar dapat mempunyai entrance tersendiri sehingga tidak mengganggu aktivitas lainnya. 74

Arahan perencanaan : Dari ketiga alternatif diatas, Alternatif 3 dipilih dengan pertimbangan perletakan zoning yang tepat pada tapak. Posisi masing masing zoning berada pada alur pergerakan manusia secara umum dan sangat memperhatikan pemanfaatan energi dari iklim setempat dengan efisien. Tabel 4.16. Analisa Zoning Vertikal NO ZONING VERTIKAL ANALISA 1 Alternatif 1 privat semi publik publik service -. Zona publik berada di lantai dasar, mempertimbangkan pengawasan dan memudahkan pengunjung. -. Zona semi publik berada di lantai dasar agar pengunjung yang dapat menggunakan fasilitas tidak perlu melewati ke area hunian. -. Zona privat berada di lantai atas untuk memberikan privasi kepada para penghuni. -. Zona service berada di setiap lantai, karena tiap lantai membutuhkan service seperti; gudang peralatan, tangga darurat dan ruang lift. Gambar 4.30. Alternatif zoning vertikal 1 2 Alternatif 2 Gambar 4.31. Alternatif zoning vertikal 2 -. Zona publik berada di bagian depan bangunan untuk memudahkan pengunjung, mempertimbangkan pula adanya mini market dan restoran yang menjadi fasilitas umum agar mini market dan restoran dapat digunakan juga oleh orang lain selain penghuni. -. Zona semi publik berada di bagian tengah, mempertimbangkan privasi saat menggunakan fasilitas. Dan pengawasan terhadap orang-orang yang menggunakan fasilitas. -. Zona privat berada di lantai atas, untuk 75

3 Alternatif 3 memberikan privasi yang lebih kepada penghuni. -. Zona service berada di tiap lantai dan terletak tersembunyi sehingga tidak mengganggu aktivitas dari zona privat. -. Zona publik berada di lantai dasar, mempertimbangkan pengawasan dan memudahkan pengunjung. -. Zona semi publik agak ke belakang untuk memberi privasi yang lebih kepada penggunan fasilitas -. Zona privat berada di lantai atas, untuk memberikan privasi yang lebih kepada penghuni. -. Zona service berbagi side entrance dengan zona semi publik. Gambar 4.32. Alternatif zoning vertikal 3 Arahan perencanaan : Mempertimbangkan kebutuhan tiap-tiap zona, maka zoning vertikal yang dipilih ialah alternatif 2, mempertimbangkan kebutuhan service akan parkir service, pengawasan terhadap pengguna fasilitas, penggunaan food court dan mini market untuk orang luar, dan kenyamanan pada areal private. IV.2.2 Analisa Bangunan IV.2.2.1 Analisa Besaran Massa Bangunan Luas tapak keseluruhan adalah 7547,75 m² Luas area yang dapat dibangun, sesuai dengan kondisi KDB 80%, yaitu 80% x 7547.75 m² = 6038.2 m² Luas area untuk ruang terbuka 7547.75 m² 6038.2 m² = 1509.55 m² 76

Ketinggian bangunan yang diijinkan adalah 6 lantai. Direncanakan untuk kostel ini ketinggian bangunan 6 lantai. Luas total maksimal bangunan yang dapat dibangun sesuai kondisi KLB 3.5, yaitu 3.5 x 7547.75 m² = 26417.125 m² IV.2.2.2 Analisa Bentuk Massa Bangunan Bentuk-bentuk dasar bangunan berdasarkan Francis D.K. Ching dalam buku Arsitektur : bentuk, ruang dan susunannya dapat dibagi : Tabel 4.17 Bentuk massa bangunan No Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Krite ria 1 Kesesuaian dengan bentuk tapak 1 4 2 2 Efisiensi dengan fungsi dan layout 1 4 3 ruang didalamnya 3 Perpaduan dengan bentuk bentuk 2 3 2 lain 4 Pengembangan bentuk 3 3 2 5 Nilai estetika bentuk 2 2 3 Total 9 16 12 NB. Penilaian berdasarkan angka 1-5 sesuai dengan tingkatan terpenting yang harus ada dalam kriteria proyek. Angka 1 tidak cocok, sedangkan semakin kepada angka 5 semakin relevan. Arahan perencanaan : Berdasarkan hasil penilaian diatas, bentuk yang paling sesuai dengan proyek adalah bentuk persegi, karena lebih fungsional dan bentuk ini dapat berpadu dengan bentuk-bentuk lain, sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan penghawaan dan pencahayaan alami sehingga dapat sesuai dengan karakteristik arsitektur tropis. 77

IV.2.2.3. Analisa Jenis Massa Bangunan Tabel 4.18. Analisa Massa Bangunan NO GAMBAR ANALISA 1 Massa tunggal 2 Massa majemuk Gambar 4.33. Massa tunggal Dengan penggunaan massa tunggal ada beberapa keuntungan yang didapatkan, diantarnya adalah penggunaan lahan lebih efisien, pemeliharaan dan pengawasan terhadap bangunan lebih mudah. Tetapi kekurangannya adalah tidak adanya pengelompokan massa bangunan, sehingga tidak jelas fungsi dari massa bangunan tersebut, massa yang terbentuk tidak dinamis, serta ruang terbuka hijau yang dihasilkan akan lebih sedikit. massa majemuk juga memiliki kelebihan yaitu pengelompokan massa bangunan terlihat jelas, perletakan massa bangunan lebih dinamis sehingga terlihat lebih fungsional, dan ruang antara jarak massa bangunan dapat menjadi ruang terbuka hijau. Kekurangannya adalah pengawasan terhadap bangunan akan lebih sulit, dan penggunaan lahan akan lebih boros, tidak seefisien massa tunggal. Gambar 4.34. Massa majemuk Arahan perencanaan : Perancangan kostel ini memilih jenis massa bangunan majemuk, hal ini dikarenakan dengan pertimbangan, yaitu : Adanya pengelompokkan aktivitas di dalam kostel tersebut. Bentuk massa lebih terorganisir dan dinamis. Sirkulasi pencapaian 78

Akan tercipta ruang terbuka untuk areal penghijauan. Tetap mempertimbangkan efisiensi penggunaan lahan serta pemeliharaan bangunannya. IV.2.2.4 Analisa Pola Gubahan Massa Bangunan kostel ini terdiri dari beberapa buah massa yang dikelompokkan sesuai dengan zoning kegiatannya, dan memanfaatkan ruang terbuka seperti plaza terbuka sebagai pengikatnya. Berikut adalah beberapa alternatif pola organisasi massa bangunan : Alternatif 1 Hunian Penunjang Inner court Gambar 4.35 Alternatif 1 gubahan massa tapak 79

Alternatif 2 Gambar 4.36 Alternatif 2 gubahan massa tapak Arahan perencanaan : Lebih mengarah pada alternatif 2 karena banyak ruang luar yang tercipta dan dapat dinikmati secara maksimal baik untuk publik maupun untuk penghuni yang disesuaikan dengan topik arsitektur tropis. IV.2.2.5 Analisa Orientasi Bangunan Dalam perencanaan kostel ini, orientasi bangunan terdiri dari 2 yaitu : 1. Orientasi ke dalam, dengan arahan perencanaan : Diarahkan agar tercipta sebuah ruang pengikat yang berfungsi sebagai tempat interaksi atau komunikasi, seperti adanya plaza terbuka dan sebagainya. 2. Orientasi keluar, dengan arahan perencanaan : Membentuk ruang - ruang lingkungan luar, dengan memanfaatkan elemenelemen bangunan, membuat lansekap dan sebagainya sehingga akan 80

terbentuk ruang antara bangunan dalam tapak dengan bangunan di sekitar luar tapak. Gambar 4.37 Orientasi ke dalam Gambar 4.38 Orientasi keluar IV.2.2.6 Analisa Sirkulasi dalam Bangunan Sistem sirkulasi pada bangunan menggunakan sirkulasi horisontal yaitu melalui koridor dan sistem sirkulasi vertikal yang menggunakan tangga atau lift. A. Untuk sistem sirkulasi horisontal yang menggunakan koridor memiliki 2 (dua) jenis : 1. Single loaded Gambar 4.39 Analisa koridor single loaded Keuntungan: Dapat memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami. 81

Kekurangan : Bentuk massa bangunan menjadi panjang apabila jumlah unitnya banyak sehingga kurang efisien dalam menggunakan lahan. 2. Double loaded Gambar 4.40 Analisa koridor double loaded Keuntungan : Pencapaian dari ruang ke ruang dekat. Memuat banyak unit. Membutuhkan space yang sedikit sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara optimal. Kekurangan : Pencahayaan dan penghawaan kurang terutama di bagian koridor Bangunan yang dihasilkan cenderung padat dan gemuk. Arahan Perencanaan : Untuk proyek hunian seperti kostel, lebih cocok menggunakan sistem double loaded, karena efisiensi penggunaan lahan,dapat memuat banyak unit dan pencapaian antar ruang itu dekat. 82

B. Untuk sistem sirkulasi horisontal yang menggunakan koridor memiliki 2 (dua) jenis 1. Tangga Tangga merupakan salah satu sarana sirkulasi vertikal bagi manusia di dalam suatu bangunan. Kelebihan tangga ialah hemat energi listrik karena tidak membutuhkan alat penggerak, dan kekurangannya ialah menimbulkan keletihan bagi pengguna. 2. Lift Standart lift untuk bangunan 2-6 lantai ialah dengan kecepatan 0,5m/detik dan memiliki kapasitas 1250 kg dengan jumlah orang 17 orang. Gambar 4.41 Lift Arahan perencanaan : Untuk perencanaan kostel yang memiliki 6 lantai, menggunakan sirkulasi vertikal berupa tangga dan lift. Kebutuhan akan lift diperlukan karena menyesuaikan terhadap peraturan pemerintah serta dapat digunakan untuk sirkulasi bagi orang cacat maupun barang. Untuk 83

tangga, supaya tidak terjadi keletihan, maka ketinggian anak tangga diatur sebesar 15-17 cm. IV.2.2.7 Analisa Penampilan Bangunan Untuk penampilan bangunan pada kostel harus memperhatikan hal hal sebagai berikut : 1. Fungsional Sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan yaitu kostel, maka fungsi menjadi salah satu petimbangan dalam rancangan bangunan tersebut, yang akan terlihat dari bentuk bangunan secara keseluruhan. 2. Penyesuaian terhadap iklim tropis Untuk penampilan bangunan kostel yang mencerminkan arsitektur tropis, harus menampilkan karakternya melalui penyelesaian arsitektural terhadap masalah yang ada pada iklim tropis. Penyelesaian tersebut seperti bentuk bukaan, pemanfaatan cahaya matahari dan penghawaan alami, serta pemanfaatan teritisan yang dapat mengurangi panas matahari, serta air hujan. Gambar 4.42 Penampilan bangunan 3. Memiliki kesatuan bentuk terhadap bangunan Bina Nusantara University 84

Penampilan bangunan juga memiliki bentuk dan warna yang memiliki kesatuan terhadap bentuk Bina Nusantara University sehingga kostel ini memiliki identitas sebagai milik Bina Nusantara. University, bisa dengan lambang BiNus atau dengan warna yang mencerminkan BiNus. Kostel ini juga dilengkapi dengan area Hotspot dan Wi-fi sesuai dengan karakteristik BiNus yang berteknologi. Foto 4.1 dan Foto 4.2. Permainan warna pada bangunan BiNus. Gambar 4.43. Lambang BiNus IV.2.2.8. Analisa Terhadap Topik Arsitektur Tropis IV.2.2.8.1 Analisa Sistem Pencahayaan Dalam perancangan bangunan Arsitektur Tropis ada 2 pilihan yang menjadi pertimbangan sistem pencahayaan, yaitu : 85

1. Pencahayaan alami Sinar matahari merupakan sumber utama dari pencahayaan alami. Cahaya alami ini dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan perancangan bangunan. Hal ini akan mengurangi beban dari penggunaan cahaya buatan seperti lampu, khususnya pada siang hari. Foto 4.3. Pencahayaan alami Beberapa kelebihan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : Bersifat alami Tersedia berlimpah dan gratis Memiliki spektrum cahaya lengkap Dinamis, arahnya selalu berubah oleh rotasi bumi dan intensitas cahaya yang berubah ubah Beberapa kekurangan pencahayaan alami adalah sebagai berikut : Jarak pencahayaan di dalam bangunan terbatas Intensitas tidak mudah diatur Pada malam hari tidak tersedia Sering membawa serta panas masuk ke dalam ruangan 86

Untuk memanfaatkan pencahayaan alami ini dengan membuat banyak bukaan. Ada dua jenis lubang cahaya, yaitu yang terbuka dan tertutup. Terbuka, jika cahaya menerobos langsung ke dalam bangunan contohnya dengan membuat jendela atau kisi kisi, sedangkan yang tertutup adalah bukaan dengan mempergunakan material tertentu sebagai penyaring cahaya yang masuk, yaitu : kaca, glass block, polikarbonat. Gambar 4.44 Glass block Gambar 4.45 Kisi kisi jendela Gambar 4.46 Rooster dan glass block Solusi mendesain bukaan untuk cahaya alami : a. Tempatkan bukaan sesuai fungsi ruang 87

Tabel.4.19 Bukaan pada jenis ruang b. Dimensi bukaan jangan berlebihan. banyaknya lubang ideal dalam suatu ruang dinyatakan dalam WWR (Wall Window Ratio). WWR adalah perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang telah ditentukan,dari ketentuan ini nilai idealnya adalah 20% dari luas dinding keseluruhan, dan untuk satu ruangan minimal memiliki bukaan untuk kebutuhan cahaya minimal sebesar 9% dari luas ruangan tersebut. (sumber :SNI 03-6197-2000). c. Manfaatkan refleksi atau pantulan dari permukaan bidang 2. Pencahayaan buatan Gambar 4.47 refleksi dari permukaan bidang (sumber : Majalah Serial Rumah : Rumah Hemat energi) Sistem pencahayaan dengan memanfaatkan energi buatan dari listrik seperti lampu digunakan pada malam hari ataupun pada ruangan 88

yang memerlukan pencahayaan tambahan supaya manusia merasa nyaman pada penglihatannya. Tabel 4.20 Perbandingan Pencahayaan Jenis Pencahayaan Penyelesaian Karakteristik Pencahayaan Alami Bukaan dinding (jendela) Pencahayaan Buatan Daya jangkau sinar kurang merata dan terbatas Perawatan mudah T idak memerlukan energi Bukaan plafond Perancangan dan perawatan agak sulit Daya jangkau sinar merata T idak membutuhkan energi Lampu pijar Lebih murah dan mudah perawatannya Lebih boros energi Lampu TL (Fluorscent ) Lebih mahal Lebih hemat energi Arahan Perencanaan : Lampu Halogen Daya tahan tinggi Cukup hemat energi Panas Cocok untuk ruang luar Direncanakan pada waktu siang hari menggunakan pencahayaan alami, kecuali bagi aktivitas penghuni yang membutuhkan pencahayaan yang lebih, dan pada malam hari menggunakan pencahayaan buatan. IV.2.2.8.2 Analisa Sistem Pengudaraan Sistem pengudaraan dapat dibagi 2 yaitu : 89

1. Pengudaraan alami Memasukkan udara luar yang bersih kedalam bangunan dengan menerapkan sistem cross ventilation (ventilasi silang). Dengan membuat adanya bukaan pada sisi-sisi ruangan yang berlawanan, supaya udara dapat mengalir. Gambar 4.48 Cross ventilation Kelebihan ventilasi alami : 1. Menyediakan udara yang sehat 2. Membantu kenyamanan suhu dalam ruangan 3. Tidak memerlukan energi Kekurangan ventilasi alami : 1. Suhu tidak mudah diatur 2. Kecepatan angin tidak mudah diatur 3. Kelembaban tidak mudah diatur 4. Kualitas udara tidak mudah diatur 5. Gangguan lingkungan, seperti: bising, debu, serangga,dll Solusi Penghawaan alami : a. Ventilasi silang 90

Gambar 4.49 Cross ventilation vertikal b. Plafon tinggi Gambar 4.50 Bukaan pada plafon tinggi 2. Pengudaraan buatan Pengudaraan buatan sangat identik dengan penggunaan AC (Air Conditioner). AC digunakan untuk mendapatkan temperatur udara yang diinginkan dengan melihat kondisi udara sekitar yang tidak mendukung bagi pengudaraan alami. Kekurangan AC yang utama adalah pada penggunaan energi yang besar. Energi listrik yang digunakan untuk AC dapat mencapai 60% dari total energi pada bangunan. (sumber : Fisika Bangunan 2) 91

. IV.2.2.9. Analisa sistem utilitas air Tabel 4.21. Analisa Sistem Instalasi Air Bersih, Air Kotor dan Air Hujan NO S IS TEM INS TALAS I AIR ANALIS IS 1 Sistem instalasi air bersih Air bersih berasal dari air tanah dan PAM. Kegunaan utama dari air bersih adalah untuk dikonsumsi (minum, masak) Air dari PAM disalurkan ke resevoir bawah kemudian dipompa ke resevoir atas lalu disalurkan ke unit unit hunian 2 Sistem instalasi air kotor Air kotor dibedakan menjadi 2 : -. Grey water : air kotor yang berasal dari cucian, air mandi, dan dari dapur. Air ini ditreatment dan akan digunakan kembali, -. Black water : air kotor yang berasal dari kloset. Air ini tidak dapat digunakan kembali. Sehingga air kotor ini disalurkan dari bak kontrol, resapan,septick tank, dan ke riol kota. 3 Sistem instalasi air hujan Air hujan ditampung, dan diolah sehingga dapat digunakan kembali Analisa sistem Air bersih Alat-alat sanitair Reservoir atas PAM Jet pump Reservoir kebakaran Deep well Meteran Reservoir bawah Sprinkler hidran Skema 4.6 Skema sistem air 92

Analisa Pembuangan Air Kotor Air kotor terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Air kotor padat, Melalui kloset diteruskan menuju shaft air kotor padat di salurkan ke STP (Sewage Treatment Plant), lalu di proses secara kimia sehingga dapat dimanfaatkan untuk air yang tidak dikonsumsi oleh manusia, seperti untuk menyiram tanaman, jalan,dll. Kotoran padat ST P Re Use Riol Kota Skema 4.7 Skema sistem pembuangan air kotor padat 2. Air kotor cair dan air hujan, Melalui shaft yang tertanam di dinding di salurkan ke riol bagian bawah dan dilanjutkan ke riol kota, dan tiap jarak tertentu mempunyai bak kontrol Wastafel Floor drain Sink dapur Bak kontrol ST P Re Use Riol kota Air hujan Talang Skema 4.8 Skema sistem pembuangan air hujan IV.2.2.10 Analisa Sistem Pembuangan Sampah Sistem pembuangan sampah pada kostel ini dengan membuang sampah melalui shaft sampah yang terdapat di tiap lantai, lalu dikumpulkan pada tempat penampungan sementara, kemudian diangkut oleh dinas kebersihan 93

ke tempat pembuangan akhir kota. Sampah dibagi menjadi 3 bagian,yaitu sampah organik, sampah anorganik, dan sampah kaca atau besi. Tempat sampah Penampungan Sementara Pembuangan Akhir kota Petugas Dinas kebersihan Skema 4.9 Skema sistem pembuangan sampah IV.2.2.11 Analisa Sistem Pencegahan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran di kostel ini terdiri dari : 1. Memakai alat deteksi berupa alarm yang dipasang dengan jarak pelayanan 75 m, yang terdiri dari : a. Heat Detector : Untuk mendeteksi panas b. Smoke detector : Untuk mendeteksi asap c. Flame detector : Untuk mendeteksi lidah api 2. lampu darurat, lampu yang akan menyala ketika alaram aktif 3. Tangga darurat : Jarak titik terjauh 25m, lebar tangga kebakaran min.1.2m, pintu min. 90cm, tahan api min. 2jam, memiliki shaft asap dan intakefan untuk memberikan tekanan udara yang lebih tinggi di dalam ruang tangga darurat sehingga asap tidak masuk ke dalam, pintu tangga darurat harus membuka ke arah dalam ruang tangga, sedangkan pintu di lantai bawah yang merupakan jalan keluar harus membuka ke arah luar ruang tangga darurat, pintu dan relling tangga harus tahan terhadap panas. 4. Alat pemadam kebakaran, diantaranya : 94

a. Sprinkler : memadamkan api dengan menyemprotkan air atau zat lain secara otomatis pada ruang yang terbakar, bekerja efektif dengan daya jangkau 25 m²/unit b. Hydrant kebakaran, terdapat di dalam dan luar bangunan, dan di letakkan pada posisi yang mudah untuk dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran. Dengan radius pelayanan 30 m²/unit c. Fire extinguisher : pemadam ringan berupa tabung-tabung yang diletakkan setiap jarak 20 m dengan luas pelayanan 200 m². Detector Alarm Ruang kontrol Splinkler Hydran Area kebakaran Deep well Pompa Resevoir kebakaran Skema 4.10 Skema sistem pencegahan kebakaran IV.2.2.12 Analisa Sistem Instalasi Listrik Sumber listrik utama berasal dari PLN yang disalurkan ke gardu utama, dan kemudian disalurkan ke ruang-ruang. Dan untuk tenaga cadangan digunakan generator set (genset) yang dapat mensuplai 75% dari total kapasitas keseluruhan listrik dalam bangunan. Peletakkan ruang genset diusahakan sejauh mungkin dengan ruang private untuk dapat menjaga kenyamanan dan ketenangan ruang tersebut. 95

PLN Meteran Gardu listrik Gardu distribusi Panel cabang Panel utama Trafo Genset Skema 4.11 Skema sistem instalasi listrik IV.2.2.13 Sistem Keamanan Sistem keamanan dapat menggunakan : CCTV Digunakan sebagai proteksi gedung yang berfungsi mengamati suatu objek tertentu di dalam bangunan atau di luar bangunan. Dalam CCTV dilengkapi dengan fasilitas VTR (Video Tape Recorder) untuk merekam kejadian yang diperlukan. CCTV ditempatkan di area yang strategis agar mudah mendeteksi kegiatan di sekitarnya. Card Access Dipasang pada pintu masuk. Cara bekerjanya dengan memperlihatkan kartu pengenal pada card reader yang akan membaca dan mengirimkan kode yang terdapat pada kartu pengenal ke CPU pengontrol, untuk membuka pintu yang akan dibuka. Pos Jaga / Pos Satpam 96

Pos jaga ditempatkan pada pintu masuk ke dalam bangunan untuk memeriksa para pendatang yang kan masuk ke dalam bangunan. Arahan perencanaan : Untuk perencanaan sistem keamanan pada bangunan kostel ini menggunakan sistem CCTV, card access dan pos jaga, untuk mendukung keamanan dan kenyamanan bagi penghuni kostel. 97