BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

dokumen-dokumen yang mirip
PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP IKRAR TALAK DI LUAR PENGADILAN AGAMA (Studi Kasus di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir batin ini harus ada, karena

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan yang bernilai ibadah adalah perkawinan. Shahihah, dari Anas bin Malik RA, Ia berkata bahwa Rasulullah SAW

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam realita

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki harapan untuk membentuk sebuah keluarga dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan ibadah kepada-nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat Hukum ke

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

PUTUSAN Nomor : 0948/Pdt.G/2009/PA.Pas

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. istri dan anak-anaknya, ini didasarkan pada Surat Al-Baqarah ayat 233. Yang

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

Mam MAKALAH ISLAM. Hukum Perceraian di Luar Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

P U T U S A N. Nomor 330/Pdt.G/2010/PAJP BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

Salinan P U T U S A N NOMOR.../Pdt.G/2010/PA.Pso

TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N. Nomor: 1294/Pdt.G/2014/PA Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0736/Pdt.G/2012/PA.Kbm Bismillaahirrahmaanirrahiim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Allah menentukan syariat perkawinan dengan tujuan untuk mewujudkan ketenangan hidup, menimbulkan rasa kasih sayang antara suami dan istri, antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai hubungan besan akibat perkawinan suami istri itu, dan untuk melanjutkan 1 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 (Bandung: Citra Umbara, 2012), h. 2. 1

2 keturunan dengan cara berkehormatan. Tujuan pernikahan ini akan tercapai apabila baik suami maupun istri dapat menjalankan hak dan kewajiban masing-masing. Namun, tujuan syariat perkawinan seperti disebutkan itu terkadang terhalang oleh keadaan-keadaan yang tidak dibayangkan sebelumnya, 2 perjalanan dan fakta sejarah menunjukkan bahwa tidak semua perkawinan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Mengingat kenyataan menunjukkan bahwa banyak pasangan suami istri yang perkawinannya terpaksa harus berakhir di tengah jalan. Talak merupakan perbuatan yang diperbolehkan tetapi dibenci oleh Allah SWT, Talak secara harfiah berarti membebaskan seekor binatang. Ia digunakan dalam syariah untuk menunjukkan cara yang sah dalam mengakhiri suatu perkawinan. 3 Hukum Islam menentukan bahwa hak menjatuhkan talak ada pada suami, dengan pertimbangan bahwa orang laki-laki pada umumnya berpembawaan kodrati lebih berpikir mempertimbangkan mana yang lebih baik antara berpisah atau bertahan hidup bersuami istri daripada orang perempuan. Orang laki-laki pada umumnya lebih matang berpikir sebelum mengambil keputusan daripada orang perempuan yang biasanya bertindak atas emosi. Dengan demikian, apabila hak-hak talak diberikan kepada suami, diharap kejadian perceraian 2 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1999), h. 70. 3 Abdul Rahman l, Perkawinan Dalam Syariat Islam (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1996), h. 80.

3 akan lebih kecil kemungkinannya daripada apabila hak talak diberikan kepada istri. 4 Islam memang tidak melarang umatnya melakukan perceraian, tetapi itu bukan berarti bahwa Islam membuka jalan selebar-lebarnya untuk melakukan perceraian dan itu juga bukan berarti bahwa Islam membolehkan umatnya melakukan perceraian semaunya saja, kapan dan dimana saja, tetapi Islam memberikan batasan-batasan tertentu kapan antara suami istri baru dibolehkan melakukan perceraian. Batasan-batasan itu di antaranya adalah setiap perceraian harus didasarkan atas alasan yang kuat dan merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh suami istri setelah usaha lain tidak mampu mengembalikan keutuhan kehidupan rumah tangga mereka. 5 Putusnya ikatan perkawinan antara suami-istri dapat disebabkan karena kematian, perceraian, dan keputusan pengadilan. 6 Fikih membicarakan bentuk-bentuk putusnya perkawinan itu disamping kematian adalah dengan namathalâq, khulu, dan fasakh. Pengertian Thalâq sendiri menurut Pasal 117 KHI adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan. 7 4 Ahmad Azhar, Hukum Perkawinan, h. 72. 5 Soemiati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan (Yogyakarta: Liberty, 1986), h. 104. 6 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia (Bandung: CV. Mandar Maju, 2007), h. 150. 7 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta: PRENADA MEDIA, 2006), h. 227.

4 Dalam perundang-undangan Indonesia telah diatur mengenai beberapa hal yang dikhususkan pemberlakuannya bagi umat Islam, yaitu tentang perkawinan, perceraian, kewarisan, dan perwakafan. Materi-materi yang terdapat dalam perundang-undangan itu tertuang dalam undangundang No. 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang perkawinan, undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Inpres No.1 Tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam. Materi-materi tersebut merupakan materi hukum yang menjadi dasar penetapan hukum di Pengadilan Agama. 8 Dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam menyatakan: Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Dari pasal di atas dapat dipahami bahwa aturan perkawinan yang berlaku di Indonesia mengatur bahwa setiap perceraian baik cerai talak (diajukan oleh pihak suami) maupun cerai gugat (diajukan oleh pihak isteri) harus dilakukan di depan sidang Pengadilan dengan adanya alasan yang jelas. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan bahwa Undang-Undang Perkawinan bertujuan antara lain untuk melindungi kaum wanita pada umumnya dan pihak istri pada khususnya. Di samping itu secara yuridis undang-undang 8 Husni Syams, pengembangan makna talak dalam perundang-undangan di Indonesia http://fikihonline.blogspot.com/2010/04/pengembangan-makna-talak-dalam.html. diakses tanggal 7 Desember 2013.

5 tersebut bertujuan untuk mendapatkan kepastian hukum. Suatu perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan, sama halnya dengan suatu perkawinan yang dilakukan dengan tidak mencatatkannya. Ia tidak diakui oleh hukum dan oleh karenanya tidak dilindungi hukum. Lebih tegas lagi dapat dikatakan bahwa perceraian yang dilakukan di luar Pengadilan tidak mempunyai kekuatan hukum (no legal force). Oleh karena itu hukum menganggapnya tidak pernah ada (never existed). Suatu perceraian yang dilakukan di luar pengadilan akan menimbulkan kesukaran bagi si suami maupun si istri. Hal itu karena hampir dapat dipastikan bahwa dalam setiap talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap istrinya di luar pengadilan, si suami tidak pernah memperhitungkan hak-hak istri sebagai akibat dari perceraian tersebut, semisal nafkah iddah, nafkah madiyah, mut ah, dan pembagian harta bersama. Selain dari itu, tidak ada suatu penilaian tentang apakah talak yang dijatuhkan oleh suami itu benar-benar didasarkan kepada suatu alasan yang dibenarka oleh agama. 9 Bagi sebagian umat Islam Indonesia prosedur yang mengatur mengenai perceraian ini merupakan ganjalan yang relatif masih besar atau sekurang-kurangnya masih menjadi tanda tanya yang belum terjawab, karena dirasakan tidak sejalan dengan kesadaran hokum yang selama ini berkembang, yaitu aturan fikih. Aturan fikih mengizinkan perceraian atas dasar kerelaan kedua belah pihak, atau atas inisiatif suami atau juga 9 M. Anshary MK, Hukum Perkawinan di Indonesia Masalah-Masalah Krusial (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 78-79.

6 inisiatif istri secara sepihak, bahkan perceraian boleh dilakukan tanpa campur tangan lembaga peradilan. Aturan perceraian yang tertera dalam UUP ini serta aturan pelaksanaan lainnya dirasakan terlalu jauh perbedaanya dengan kesadaran hukum yang ada di tengah masyarakat muslim sehingga menimbulkan kesulitan di lapangan. 10 Walaupun perceraian itu adalah urusan pribadi baik atas kehendak bersama maupun kehendak salah satu pihak yang seharusnya tidak perlu adanya campur tangan dari Pemerintah, namun demi menghindarkan tindakan sewenang-wenang terutama dari pihak suami dan juga demi kepastian hukum, maka perceraian harus melalui saluran lembaga Pengadilan. 11 Perbedaan prosedur talak yang terdapat dalam fikih dan KHI ini menimbulkan kontroversi dalam masyarakat, ketentuan tersebut sulit diterima oleh sebagian umat Islam Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih adanya daerah yang belum seluruhnya mengindahkan peraturan yang berlaku di Indonesia saat ini, ada sebagian masyarakat yang masih tunduk hanya kepada hukum agama saja serta masih ada masyarakat yang karena sebab-sebab tertentu terpaksa tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. 10 Anshary, Hukum Perkawina, h. 82. 11 Soemiyati, Hukum Perkawinan, h. 128.

7 Persoalan yang muncul adalah bahwa masih banyak terjadi perceraian yang dilakukan di luar sidang Pengadilan, hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Desa Sedayulawas yang notabennya adalah masyarakat yang masih awam serta memiliki ketaatan yang tinggi pada aturan yang dibuat agama. Desa Sedayulawas sendiri berjarak 64 Km dari Ibu Kota Kabupaten dengan luas wilayah 1.063,783 Ha dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari tanah ladang sehingga sebagian besar masyarakat bermata pencaharian sebagai petani. Jika dilihat dari data pendidikan yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Sedayulawas hanya dari lulusan SLTP/MTs. 12 Dengan keadaan yang demikian, tidak heran apabila masih ada beberapa dari mereka yang belum sadar hukum serta kurang memiliki pengetahuan tentang hukum perkawinan yang berlaku di Indonesia saat ini. Hal yang terjadi di Desa Sedayulawas, terdapat beberapa suami yang menceraikan istrinya dengan mengucapkan ikrar talak di luar Pengadilan Agama, dari kasus yang terjadi terdapat suami yang melakukan perceraian hanya cukup dengan mengatakan Aku jatuhkan talak kepadamu dan mulai saat ini kamu bukan istriku lagi, mereka beranggapan bahwasannya talak tersebut sudah jatuh dan pernikahan mereka sudah putus sehingga setelah kejadian tersebut baik suami maupun 12 Profil Desa Sedayulawas Tahun 2013.

8 istri menganggap diantara mereka sudah tidak ada ikatan perkawinan yang menjadikan keduanya dengan begitu saja meninggalkan dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka sebagai suami-istri. 13 Padahal perceraian tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif salah satunya terhadap status perceraian mereka karena perceraian tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Setelah menjatuhkan talak tersebut para suami lebih memilih untuk pergi begitu saja meninggalkan istri mereka untuk sekedar mencari pengalaman baru bahkan sampai menikah lagi dengan wanita lain, sedangkan sang istri memilih untuk menjalani kehidupannya di rumah serta merawat anak mereka tanpa seorang suami. Dengan adanya fakta tersebut Peneliti merasa perlu meneliti tentang bagaimana pemahaman masyarakat terhadap ikrar talak di luar Pengadilan Agama ini, dengan harapan agar tidak terjadi kesalahfahaman dikalangan masyarakat serta diharapkan masyarakat lebih mengetahui ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia khususnya masalah perkawinan, sehingga tidak menimbulkan perkara-perkara yang merugikan nantinya. B. Batasan Masalah Agar kajian masalah tidak meluas, maka penulis membatasinya pada pemahaman masyarakat Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan terhadap ikrar talak yang di lakukan di luar 13 Hasil Pra Riset Yang Dilakukan Peneliti pada Masyarakat Desa Sedayulawas.

9 Pengadilan Agama yang didalamnya mencakup bagaimana pemahaman masyarakat Desa Sedayulawas terhadap penjatuhan talak yang dilakukan di luar Pengadilan Agama serta apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya talak di luar Pengadilan Agama. Adapun masyarakat yang akan diteliti hanya pada masyarakat Desa Sedayulawas yang pernah menjatuhkan talak di luar Pengadilan Agama, dan dari beberapa Tokoh Masyarakat, tokoh Agama serta masyarakat umum Desa Sedayulawas. C. Rumusan Masalah Berangkat dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap penjatuhan talak di luar Pengadilan Agama? 2. Apa saja faktor yang menyebabkan masyarakat menjatuhkan talak di luar Pengadilan Agama? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap penjatuhan talak di luar Pengadilan Agama. 2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan masyarakat menjatuhkan talak di luar Pengadilan Agama.

10 E. Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara teoritis a. Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini dan sekaligus dapat mencari solusinya. b. Diharapkan dari penelitian ini dapat menambah kajian kelimuan yang mengulas tentang ikrar talak di luar Pengadilan Agama. 2. Secara praktis a. Secara sosial, dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang berkepentingan untuk mengetahui hukum dari ikrar talak di luar Pengadilan Agama. b. Dapat memberikan informasi dan penegetahuan khususnya bagi peneliti secara pribadi dan masyarakat luas pada umumnya mengenai ikrar talak yang dilakukan di luar Pengadilan Agama. F. Definisi Operasional Adanyapencantuman definisi operasional ini adalah untuk lebih memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, yang mana kata yang dijelaskan erat hubungannya dengan apa yang akan diteliti. Diantaranya adalah sebagai berikut:

11 1. Ikrar Talak Talak adalah ucapan resmi dari suami untuk menceraikan istrinya didepan penghulu dan para saksi, umpamanya dengan ucapan, Aku menalak engkau dengan talak satu (dua, tiga). Talak tiga: talak terakhir yang menjadikan hubungan atau ikatan suami-istri putus sama sekali, sehingga tidak bisa dirujuk kembali, kecuali dinikahkan secara lazimnya kembali (bila ingin bersatu kembali). 14 Maksud dari ikrar talak dalam penelitian ini adalah suatu perkataan cerai yang dijatuhkan seorang suami kepada istrinya, baik dengan menggunakan kata sindiran maupun dengan kata yang jelas seperti pulanglah kamu ke orang tuamu, karena mulai saat ini kamu bukan istriku lagi. Dimana perkataan tersebut dikatakan di rumah dan tidak dilakukan di hadapan sidang Pengadilan Agama. 2. Luar Pengadilan Agama Yakni Pelaksanaan atau penjatuhan ikrar talak yang tidak dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama. Talak di luar Pengadilan Agama ini tidak sesuai dengan apa yang telah diatur dalam pasal 115 Kompilasi Hukum Islam yang menyatakan bahwa Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. 14 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: ARKOLA,2001), h.736.

12 G. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam penulisan skripsi, maka penulis akan membagi menjadi lima bab yang susunan operasionalnya berdasarkan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I, merupakan pendahuluan. Bab ini memuat beberapa elemen dasar penelitian ini, antara lain latar belakang yang memberikan landasan berpikir pentingnya penelitian ini, permasalahan yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian yang dirangkaikan dengan manfaat penelitian, penelitian terdahulu yang menunjukan berbagai penelitian tentang ikrar talak dan sistematika laporan penelitian. Dengan mencermati bab ini, gambaran dasar dan alur penelitian akan dapat dipahami dengan jelas. Bab II, pada bab ini untuk memperoleh hasil yang memuaskan, peneliti memasukan kajian teori serta penelitian terdahulu sebagai salah satu perbandingan dalam penelitian ini. Dari kajian teori diharapkan memberikan gambaran atau merumuskan suatu permasalahan yang ditemukan dalam objek penelitian yang digunakan dalam proses analisis. Bagian tentang kajian teoritis yang meliputi pengertian Talak, Rukun dan Syarat Talak, Macam-macam Talak, Hukum Talak, Talak dalam Islam, Talak dalam Perundang-undangan di Indonesia, putusnya perkawinan menurut KHI, proses putusnya perkawinan menurut KHI, akibat putusnya perkawinan karena talak. Bab III, Metode penelitian merupakan suatu langkah umum penelitian yang harus diperhatikan oleh penulis dan sebagai inti dari

13 skripsi. Pada bab ini terdiri dari jenis penelitian, pendekatan, Jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan dan teknik analisis data. Bab IV, dalam bab ini akan di uraikan tentang hasil penelitian dan analisis data, menggambarkan lokasi penelitian yang merupakan tempat permasalahan serta berisi paparan data, analisis data akan menjawab masalah yang terdapat pada rumusan masalah tentang pemahaman masyarakat Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan terhadap ikrar Talak yang dilakukan di Luar Pengadilan Agama. Dalam bab ini pula data akan diolah dengan memasukkan data dan informasi yang terdapat dalam bab-bab sebelumnya, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar akurat dan tidak diragukan lagi. Bab V, adalah Penutup. Bab ini merupakan bagian yang memuat dua hal dasar, yakni kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan uraian singkat tentang jawaban atas permasalahan yang disajikan dalam bentuk poin-poin tertentu. Adapun bagian saran merupakan kritikan yang membangun bagi peneliti agar kedepanya lebih baik lagi dan demi kesempurnaan penelitian tersebut.