5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

dokumen-dokumen yang mirip
4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

2. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengambilan Keputusan Usahatani

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

I. PENDAHULUAN. yang semakin meningkat menyebabkan konsumsi beras perkapita per tahun

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia, meskipun sebagai bahan makanan pokok,

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Penggunaan varietas unggul baru padi ditentukan oleh potensi hasil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 SET B. KELOMPOK TANI SEHAMPARAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

1 SET A. INDIVIDU PETANI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Lampiran 1. Peta wilayah Provinsi Bali

Implementasi Budidaya Tanaman Padi. Melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu. Oleh : ASEP FIRMANSYAH

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - IRIGASI Individu petani

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - TADAH HUJAN Individu petani

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI - RAWA PASANG SURUT Individu petani

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH, RESPONDEN, DAN BUDIDAYA PADI Keadaan Umum Permasalahan Kabupaten Cianjur

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI RAMAH IKLIM Climate Smart Agriculture. Mendukung Transformasi Menuju Ekonomi Hijau

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

PEMBINAAN KELOMPOKTANI MELALUI PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN KOMPOS JERAMI PADA TANAMAN PADI SAWAH

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

Sumber : Nurman S.P. (

Gambar 10. Sebaran Usia Petani Responden

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu HP:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. METODE PENELITIAN

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VI. IDENTITAS KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)

PERANAN PUPUK NPK PADA TANAMAN PADI

Transkripsi:

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara varietas Barito dan Ciherang hanya terdapat selisih sebesar Rp165.760,00. Perbedaan penerimaan kotor antara varietas disebabkan perbedaan hasil produktivitas berupa padi gabah basah dan harga per kilonya. Rata-rata pendapatan kotor untuk budidaya tanaman padi Hibrida (Arize) per hektar lebih tinggi dari pada tanaman padi Ciherang, IR-64 dan Barito (lihat Tabel 4.14.). Produksi yang dihasilkan per hektar oleh varietas Hibrida (Arize) lebih tinggi yaitu sebesar 10.260 Kg, pada IR-64 sebesar 8.866 Kg, Ciherang 8.320 Kg dan Barito sebesar 7.708 Kg per Ha. Dari segi rata-rata harga gabah basah varietas Barito mempunyai harga paling tinggi yaitu sebesar Rp 2.720,00 per Kg, pada Ciherang sebesar Rp 2.500,00 per Kg, IR-64 sebesar Rp 2.476,00 per Kg dan Hibrida (Arize) sebesar Rp 2.430,00 per Kg (lihat Tabel 4.14). Perbedaan produktivitas antara keempat varietas tersebut disebabkan oleh perbedaan karakteristik antar varietas tanaman padi antara lain jumlah anakan padi dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Varietas Hibrida (Arize) jumlah anakan padi lebih banyak daripada Ciherang, IR-64 dan Barito, sedangkan keempat varietas tersebut tahan terhadap hama (wereng coklat dan wereng hijau) dan penyakit (bakteri busuk daun dan bakteri busuk leher). Penerimaan kotor usahatani pada varietas Hibrida (Arize) berbeda dengan Ciherang, IR-64 dan Barito, karena dari tingkat produktivitas dan harga berbeda, terutama dari perbedaar harga jual. Terjadi perbedaan harga jual produksi gabah disebebkan antara lain dari bentuk fisik, rasa nasi dan selera konsumen. Padi Hibrida (Arize) lebih tinggi produksinya sehingga penerimaan kotor yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan varietas padi Ciherang, IR-64 dan Barito. Penerimaan kotor varietas padi Ciherang, IR-64 dan Barito juga berbeda karena dari segi produktivitas padi IR-64 lebih banyak dari pada usaha tani Ciherang. Penerimaan kotor padi IR.64 lebih tinggi dari pada Ciherang dan 42

43 Barito walaupun harga IR.64 lebih rendah. Hal ini dikarenakan produktivitas IR.64 lebih tinggi dibanding Ciherang dan Barito. Hal ini sesuai dengan teori pendapatan (Total Revenu) yaitu TR = P.Q, TR sama dengan total pendapatan, P adalah harga dan Q adalah Quantity atau jumlah produksi. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk penerimaan kotor yang didapat selama satu musim tanam, padi Hibrida (Arize) lebih tinggi, baru kemudian IR-64, Barito dan terendah Ciherang. 5.2.Keuntungan Bersih Varietas Padi Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata keuntungan bersih antara varietas Ciherang, IR.64, Barito dan Hibrida (Arize) menunjukkan perbedaan. Keuntungan bersih varietas Hibrida (Arize) berbeda dengan Ciherang, IR- 64 dan Barito, ini disebabkan oleh produksi gabah dan penerimaan kotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Ciherang, IR 64 dan Barito. Pada varietas IR.64 berbeda dengan Ciherang disebabkan juga oleh penerimaan kotor IR.64 lebih kecil karena produksi gabah lebih rendah walaupun dari segi harga agak tinggi atau selisih Rp 70,00 (tujuh puluh rupiah) dibanding dengan Hibrida (Arize). Sedangkan Barito dan Ciherang berbeda karena dari segi produksi Ciherang lebih tinggi, dibanding produksi Barito, namun dari segi harga Barito memiliki harga gabah yang cukup tinggi dan biaya produksi juga lebih hemat dibanding dengan biaya produksi Ciherang. Perbedaan keuntungan bersih disebabkan karena perbedaan biaya total. Biaya total terdiri dari biaya Saprodi dan tenaga kerja. Biaya saprodi terdiri dari biaya benih dan pupuk. Dari segi biaya total paling tinggi adalah pada budidaya padi varietas Hibrida Arize, sebab harga benihnya paling tinggi dibanding varietas unggul lainnya dan penggunaan biaya pupuk juga paling tinggi jumlah per hektarnya. Untuk biaya pupuk tidak dipermasalahkan oleh petani karena diimbangi dengan produksi padi padi yang maksimal. Pada budidaya varietas Hibrida (Arize) penggunaan jumlah pupuk Urea, TSP, dan pupuk organik lebih banyak dibandingkan utnuk budidaya varietas Ciherang, IR-64 dan Barito (lihat Tabel 4.12.). Hal ini karena varietas Hibrida (Arize) banyak membutuhkan pupuk untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi gabah, apabila dosis

44 pupuk yang digunakan kurang dari semestinya keunggulan dari Hibridanya tidak akan muncul. Pupuk Urea digunakan untuk memacu perkembangan dan pertumpuhan vegetatif termasuk untuk perkembangan batang dan daun, sedangkan pupuk TSP untuk memperbaiki perakaran dan untuk memperbaiki metabolisme sel. Pemberian pupuk Urea, TSP dan pupuk organik kedalam tanah untuk meningkatkan hasil produksi. Peningkatan hasil produksi akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh petani. Tetapi pemberian pupuk buatan yang berlebihan ke dalam tanah justru menyebabkan kenaikan hasil yang semakin berkurang. Dalam hal ini usahatani padi Hibrida Arize di daerah penelitian penggunaan pupuk Urea,TSP dan pupuk organik paling tinggi yaitu 300 Kg per Ha, dan TSP 100, juga pupuk organik sebanyak 500 kg yang berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan membantu mengaktifkan jasad renik di dalam tanah sehingga tanah menjadi gembur atau subur. Namun demikian untuk varietas Barito tidak membutuhkan pupuk organik yang banyak sebab menyebabkan tanaman menjadi roboh, meskipun begitu tetap diberi pupuk organik tetapi setiap 3 kali musim tanam sekali. Rata rata petani lebih banyak menggunakan pupuk buatan karena mudah didapat dan digunakan berkali-kali sedangkan pupuk organik hanya digunakan sekali pada waktu sebelum tanam Selain itu kebutuhan akan air rata-rata hampir sama antara varietas padi Ciherang, IR-64, Barito dan Hibrida di daerah penelitian berpengairan setengah teknis. Rata-rata biaya dalam penggunaan tenaga kerja untuk pengolahan lahan dari mencangkul, membajak, pesemaian, menanam, menyiang, memupuk dan mengairi tidak sama. Untuk biaya tenaga kerja yang paling tinggi pada petani yang menanam varietas IR.64. Hal ini disebabkan pada penggunaan biaya tenaga kerja mencangkul lebih banyak dimana tingkat kesulitannya lebih tinggi diantaranya ketika harus memperbaiki pematang sawah banyak bebatuan sehingga menghambat kegiatan tersebut. Selain itu dibutuhkan proses meratakan tanah karena jauh dari saluran air maka tanahnya agak keras nah ini juga menyebabkan bertambahnya tenaga kerja. Sebagian besar petani di Desa Kalibeji menjual hasil produksinya melalui penebas sehingga tenaga kerja untuk memanen tidak ada. Setiap melakukan

45 transaksi petani selalu dalam posisi yang sangat lemah, dimana petani tidak memiliki kekuatan untuk menaikkan harga gabah per kilo, karena petani tidak memiliki saluran pemasaran yang lain untuk menjualnya. Jika ada saluran pemasaran yang lain maka petani akan memperhitungkan dari segi biaya panen, biaya angkut, waktu dan tenaga untuk menjemur gabah yang akan mengurangi penerimaan kotor dan keuntungan bersih. Dari keterangan di atas, maka pada varietas padi Hibrida (Arize) lebih tinggi produksinya dan menguntungkan serta lebih layak secara ekonomis untuk diusahakan dibandingkan dengan varietas Ciherang, IR.64 dan Barito, sebab keuntungan bersih usahatani Hibrida (Arize) lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga varietas padi tersebut. 5.3. Alasan Petani Dalam Menerapkan Teknologi Benih Unggul 5.3.1.Alasan Ekonomi Petani di Desa Kalibeji dalam membudidayakan varietas padi sawah terutama padi Ciherang, IR-64, Barito dan Hibrida selalu ada alasan-alasan ekonomi yang dipertimbangkan yang menurut petani akan mempengaruhi selama budidaya padi sawah. Alasan-alasan ekonomi yang selalu dipertimbangkan petani apakah modal hemat, produksi tinggi, lebih menguntungkan, tenaga kerja lebih hemat dan biaya produksi hemat. Petani mengambil keputusan menanam Ciherang karena produksi yang dihasilkan tinggi sebanyak 17 orang (68%), untuk varietas padi IR-64 sebanyak 14 orang (56%), varietas Hibrida sebanyak 7 orang (70%) dan yang memilih karena modal hemat sebanyak 5 orang (50%) adalah varietas Barito (Lihat Tabel 4.16). Dari segi harga gabah basah varietas Barito paling tinggi yaitu Rp 2.720,00 per kg, hal ini disebabkan karena kualitas padi lebih bagus, rasa nasinya lebih enak dan sesuai dengan permintaan konsumen. Di Desa Kalibeji tidak menganggap varietas Barito menghasilkan produksi yang tinggi sebab varietas ini mampu menghasilkan gabah basah yang tinggi tetapi banyak biji gabah yang kosong tidak berisi padi (gabug).

46 Petani yang memilih menanam varietas Ciherang karena produksi tinggi dimana varietas Ciherang mampu menghasilkan produksi gabah yang banyak dan harga yang agak tinggi, sehingga petani dapat keuntungan yang tinggi juga. Sedangkan yang menjadi alasan petani memilih menanam varietas IR-64 karena produksi juga tinggi bahkan di atas produksi Ciherang. Petani yang memilih menanam varietas Hibrida (Arize) karena produksi padi yang maksimal walaupun harga gabah paling rendah namun keuntungan yang didapat tetap saja maksimal, juga yang memilih menanam varietas Barito karena modal hemat, kebutuhan pupuk cenderung lebih hemat di banding varietas Hibrida, Ciherang dan IR-64, sehingga terdapat pula petani yang menyebutkan alasan ekonomi menanam (Lihat Tabel 4.16). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan rata-rata petani di Desa Kalibeji yang menjadi pertimbangan menanam padi sawah terutama varietas Hibrida, Ciherang dan IR.64 adalah produksi gabah basah yang tinggi, sedangkan yang memilih menanam varietas Barito karena modal hemat. Keputusan petani menanam padi didasarkan pada aspek ekonomi yaitu produksi, biaya, dan harga. 5.3.2. Alasan Teknis Rata-rata yang mempengaaruhi alasan teknis yang diambil oleh responden karena budidaya lebih mudah adalah varietas IR-64 sebanyak 22 orang (88%), varietas Ciherang 19 orang (76%). Memilih varietas Barito sebanyak 6 orang (60%) karena kualitas padi baik, dan memilih varietas Hibrida Arize karena sesuai dengan kondisi lahan sebanyak 7 orang (70%). Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan petani mayoritas tamatan SMU atau sederajad sehingga mereka lebih memilih cara bertani yang praktis contohnya memilih varietas yang berumur pendek, produksi tinggi dan harga jual yang menjanjikan. Pada Tabel 3.4. rata-rata yang mempengaaruhi alasan teknis yang diambil oleh responden karena budidaya lebih mudah adalah varietas IR-64 sebanyak 22 orang (88%), varietas Ciherang 19 orang (76%). Memilih varietas Barito sebanyak 6 orang (60%) karena kualitas padi baik, dan memilih varietas Hibrida Arize karena sesuai dengan kondisi lahan sebanyak 7 orang (70%). Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan petani mayoritas tamatan SMU atau sederajad sehingga mereka lebih memilih cara bertani yang praktis contohnya

47 memilih varietas yang berumur pendek, produksi tinggi dan harga jual yang menjanjikan. Dalam budidaya padi sawah terutama varietas Ciherang, IR-64, Barito dan Hibrida (Arize) dari segi biaya tenaga kerja (mulai dari pengolahan lahan yaitu mencangkul, membajak serta pesemaian, menyiangi, menanam hingga memupuk) tidak sama per hektarnya, sedang dari kebutuhan benih dan pupuk sangat berbeda terutama pada penggunaan benih Hibrida (Arize) hanya membutuhkan rata-rata 16 kg per Ha, sedangkan pada Ciherang, IR-64 dan Barito rata-rata penggunaan benihnya hampir sama perhektarnya. Demikian halnya pada penggunaan pupuk Urea, Sp.36 atau TSP dan pupuk organik pada Hibrida (Arize) paling tinggi perhektarnya (Lihat Tabel 4.12). Beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh petani dalam memilih benih adalah mengambil dari sawah sendiri atau membeli dari Dinas Pertanian yaitu UPTD Benih yang berada di Desa Kesongo dan Balai Benih Umum Banyubiru serta bantuan dari Pemerintah untuk varietas Hibrida (Arize) dalam bentuk Dem Area. Jika petani mengambil benih dari lahan sendiri diambil varietas padi dari turunan pertama dan kedua. Pemilihan benih padi di sawah dipilih yang tingginya seragam, bulirnya banyak dan jarak dari pematang kurang lebih dua meter. Membudidayakan padi sawah terutama varietas Ciherang, IR-64, Barito, Rojo lele, Hibrida, Gogo dan lain-lain hampir sama dalam cara membudidayakannya dan tergantung keinginan petani untuk menanam padi sawah serta sesuai dengan kondisi iklim. Varietas padi Ciherang, IR-64, Barito, Rojo lele, Hibrida, Gogo dan lain-lain dapat dibudidayakan di musim kemarau karena pada saat kemarau saluran irigasi di Desa Kalibeji masih mampu mencukupi kebutuhan air sepanjang tahun, sehingga tidak akan mengalami kekurangan air. Dalam berusaha tani padi sawah varietas Ciherang, IR-64, Barito dan Hibrida (Arize) dari segi pendidikan petani mayoritas adalah tamat SMU atau sederajat sebanyak 27 orang (38,57%), dan rata-rata berusia 51-60 tahun sebanyak 31 orang (44,29 %), sehingga dalam berusahatani lebih suka cara praktis serta sudah dilakukan selama berpuluh-puluh tahun yang juga menjadi kebiasaan. Selain itu petani menganggap resiko kecil bukan berarti petani yang menjadikan kebiasaan untuk memilih salah satu varietas. Hal ini dikarenakan setiap usaha

48 pertanian pasti mngan dung resiko walaupun itu diluar dugaan manusia misalnya bencana alam banjir. Dalam budidaya varietas Ciherang dan IR-64 agar menghasilkan produksi yang tinggi cukup dengan memberi pupuk Urea dan TSP, pupuk organik sebagai penunjang saja serta pemberian air dengan maksimal. Adapun varietas barito dalam membudidayakan juga cukup diberi pupuk dan air secukupnya bahkan bila diberi tambahan pupuk organik, varietas Barito akan rebah karena terlalu gamuk. Lain halnya pada Hibrida (Arize) dalam pemberian dosis pupuk lebih banyak dibanding dengan varietas lainnya, karena bila dosis pupuk tidak mencukupi sifat keunggulannya tidak akan muncul. Inilah yang membedakan dengan varietas yang lain. Masalah-masalah yang sering timbul dan merugikan petani dalam berusaha tani adalah adanya serangan hama tikus, hal ini perlu adanya kebersamaan antar petani dalam satu kawasan dan kesabaran saling menunggu agar tanaman seragam sehingga tidak saling memberi kesempatan hama tikus untuk memangsa tanaman padi, belum lagi adanya hama burung yang tidak takut dengan manusia di saat menjelang panen jumlahnya sangat banyak. Alasan teknis yang menjadi pertimbangan petani di Desa Kalibeji adalah kesesuaian dengan kondisi lahan, ketersediaan air, kualitas padi baik, resikonya kecil dan budidaya lebih mudah. Petani menganggap resiko kecil sebab bila terjadi bencana alam seperti banjir, serangan hama yang hebat sehingga menyebabkan puso, huru hara itu adalah diluar kuasa manusia. 5.3.3. Alasan Sosial Budaya Alasan sosial budaya yang ditanyakan pada petani dalam pengambilan keputusan adalah adat dan kebiasaan di daerah lingkungannya. Adat adalah suatu peraturan yang telah dibuat oleh nenek moyang yang sudah dilaksanakan dan dipatuhi secara turun-temurun. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan sudah berlangsung lama. Adat di Desa Kalibeji tidak mengatur tentang tata cara pertanian terutama budidaya varietas padi sawah, sehingga adat tidak mempengaruhi petani dalam budidaya varietas Ciherang, IR-64, Barito dan Hibrida (Arize). Adat istiadat yang

49 masih berjalan di Desa Kalibeji yaitu mertidesa dan nyadran. Mertideso adalah untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil panen yang sudah diperoleh kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan sekalian bersih-bersih desa. Sedangkan nyadran adalah suatu kegiatan berziarah ke makam nenek moyang dan keluarga yang sudah meninggal, satu hari sebelum bulan puasa. Kebiasaan yang sering dilakukan petani yaitu berdoa di sawah saat sebelum tanam dimulai agar selamat atau dinamakan wiwit. Ini bertujuan untuk berdoa meminta kepada Tuhan supaya diberikan hasil panen yang bagus dan tentunya bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan Tabel 4.18 dapat ditarik kesimpulan rata-rata petani di Desa Kalibeji menanam varietas padi karena kebiasaan dari pada adat, yaitu berdasarkan kebiasaan dari orang tua maupun petani lain. Dari keterangan di atas, maka petani dalam berusaha tani padi sawah masih kurang dalam mengadopsi inovasi teknologi pertanian padi sawah terutama varietas baru atau dengan kata lain petani enggan mencoba membudidayakan varietas padi sawah yang baru disebabkan takut akan ketidak cocokan terhadap lahan persawahan dan takut merugi, sehingga dalam penyerapan teknologi pertanian kurang cepat berkembang di Desa Kalibeji. Sebagian besar petani memperoleh informasi tentang pertanian dari Penyuluh Pertanian (PPL) atau petugas pertanian yang lain adalah petani yang menanam padi Hibrida Arize sejumlah 80% karena merupakan program Pemerintah, yang mana penyuluh di wilayah Desa Kalibeji harus mendampingi untuk keberhasilannya. Sedangkan responden yang menjawab mendapat informasi dari temanteman sesama petani (komunitas petani) adalah petani yang menanam IR-64, Ciherang dan Barito hal ini dikarenakan petani lebih percaya akan pengalaman keberhasilan temannya dengan melihat langsung.