Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp.) di Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) PT. Mua ra Sungai Landak Kabupaten Mempawah

ANALISIS VEGETASI NEPENTHES SPP. DI HUTAN PENELITIAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI PULAU BATAM. DIVERSITY OF PITCHER PLANT (Nepenthes spp) IN BATAM ISLAND

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

DISTRIBUSI DAN KERAPATAN EDELWEIS (Anaphalis javanica) DIGUNUNG BATOK TAMAN NASIONAL BROMO TENGGER SEMERU DIDIK WAHYUDI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober tahun

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2017 selama kurun waktu satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Gambar 3 Lokasi penelitian ( ) Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian menggunakan

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

BAB I PENDAHULUAN. hidup saling ketergantungan. Tumbuh-tumbuhan dan hewan diciptakan oleh

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo Utara, yang meliputi 4 stasiun penelitian yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yaitu mengadakan kegiatan

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

ANALISIS VEGETASI STRATA SEEDLING PADA BERBAGAI TIPE EKOSISTEM DI KAWASAN PT. TANI SWADAYA PERDANA DESA TANJUNG PERANAP BENGKALIS, RIAU

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di Repong Damar Pekon

PENELITIAN EKOLOGI NEPENTHES DI LABORATORIUM ALAM HUTAN GAMBUT SABANGAU KERENG BANGKIRAI KALIMANTAN TENGAH

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN. Analisis Vegetasi dengan Point Intercept

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo pada bulan September-Oktober 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Materi (Bahan dan Alat), Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian. 1 Sehingga dalam jenis

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

Transkripsi:

Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email korespondensi: gustap.baloari@yahoo.com Abstrak Gunung Semahung kaya akan berbagai jenis tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, salah satunya adalah kantong semar (Nepenthes spp). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jenis, keanekaragaman dan pola distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai bulan Februari 2011. Penentuan lokasi penelitian berdasarkan stratifikasi. Pengambilan sampel menggunakan Teknik Sampling Kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan adanya 3 spesies Nepenthes di Gunung Semahung yaitu Nepenthes ampullaria, Nepenthes mirabilis dan Nepenthes gracilis. Keanekaragaman jenis Nepenthes Gunung Semahung di setiap ketinggian tergolong rendah. Pola distribusi N. ampullaria, N. gracilis dan N. mirabilis mengelompok. Kata kunci : Nepenthes, keanekaragaman jenis, pola distribusi, Gunung Semahung PENDAHULUAN Kalimantan Barat merupakan daerah yang mempunyai keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi, salah satu jenis flora yang banyak ditemukan baik jumlah maupun jenisnya adalah kantong semar (Nepenthes spp). Menurut Dwi dan Hary (2007), Nepenthes merupakan salah satu tumbuhan karnivora yang unik sehingga banyak menarik perhatian. Keunikkan tumbuhan ini berupa bentuk, corak, ukuran dan warna kantongnya, sehingga menjadikan Nepenthes berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias dan tanaman obat. Hutan Gunung Semahung merupakan kawasan hutan lindung dengan tipe pegunungan dataran rendah dengan ketinggian mencapai 695 meter di atas permukaan laut. Gunung Semahung terletak di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Masyarakat setempat banyak memanfaatkan hutan Gunung Semahung sebagai lahan perkebunan karet dan perladangan dengan sistem berpindah dan dengan pembakaran lahan ladang. Sumber daya alam yang ada di hutan tersebut tidak dijaga kelestarian dan keberadaannya, termasuk salah satunya adalah Nepenthes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Nepenthes spp, keanekaragaman jenis dan pola distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan meliputi persiapan sampai dengan pengolahan data dan penyusunan hasil yaitu bulan Desember 2010 sampai Februari 2011. Tempat penelitian di kawasan hutan Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat (Gambar 1). Cara Kerja Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan stratifikasi elevasi/ketinggian tempat. Stratifikasi dibagi menjadi tiga elevasi yang berbeda yaitu 0 232 m di atas permukaan laut (dpl), 232 464 m dpl dan 464 695 m dpl serta setiap ketinggian tempat terdapat 2 (dua) jalur transek pengamatan. 1

Vol. 2 (1): 1-6 Gambar 1. Peta lokasi penelitian ulangan (Suin, 2002). Jalur transek kedua diambil dari jarak 100 m ke kanan dari transek pertama (Gambar 2). 100 meter Pengukuran Faktor Lingkungan Pengukuran kondisi lingkungan dilakukan satu kali dengan 3 kali ulangan pada masing-masing jalur transek jam 09:00 12:00 WIB bersamaan dengan pengambilan sampel Nepenthes. Faktor lingkungan yang diukur meliputi suhu tanah, suhu udara, ph tanah, kelembaban udara, kelembaban tanah, intensitas cahaya serta ketinggian tempat. Gambar 2. Metode pengambilan sampel Pengambilan Sampel Nepenthes Pengambilan sampel Nepenthes menggunakan Teknik Sampling Kuadrat dengan membuat jalur transek pengamatan ukuran 20 m x 20 m sebanyak 5 petak pengamatan. Setiap petak pengamatan dibuat plot kecil ukuran 2 m x 2 m sebanyak 5 kali Parameter Pengamatan Indeks Keanekaragaman Jenis (H ) Menurut Shannon-Wiener dalam Odum (1996), untuk menentukan indeks keanekaragaman jenis spesies Nepenthes digunakan rumus sebagai berikut: H = (ni/n) log (ni/n) 2

Vol. 2 (1): 1 6 Indeks Kemerataan Jenis (e) Menurut Pielou dalam Odum (1996), indeks kemerataan jenis (e) dihitung dengan rumus: e = H logs Indeks Simpson (D) Indeks Simpson (D) dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Odum, 1971): D = ni N Pola Distribusi Menggunakan metode varians kuadrat berpasangan dengan formula sebagai berikut: Var (X) 1 = [1/(N-1)] {[1/2(X 1 -X 2 ) 2 ] + [1/2(X 2 -X 3 ) 2 ] + + [1/2(X N-1 -X N ) 2 ]} Var (X) 2 = [1/(N-2)] {[1/2(X 1 -X 3 ) 2 ] + [1/2(X 2 -X 4 ) 2 ] + + [1/2(X N-2 -X N ) 2 ]} Var (X) 3 = [1/(N-3)] {[1/2(X 1 -X 4 ) 2 ] + [1/2(X 2 -X 5 ) 2 ] + + [1/2(X N-3 -X N ) 2 ]} Var (X) 4 = [1/(N-4)] {[1/2(X 1 -X 5 ) 2 ] + + [1/2(X N-3 -X N ) 2 ]} Penentuan Pola Distribusi Penentuan pola distribusi berdasarkan interpretasi plot dari varian terhadap serial ukuran blok atau jarak spasi (Gambar 3) (Ludwig dan Reynolds, 1988). Gambar 3. Plot varians terhadap ukuran blok untuk pola; A. acak, B. Teratur, dan C. mengelompok (Ludwig dan Reynolds, 1988) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keberadaan Kantong Semar (Nepenthes spp) Hasil penelitian di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis Nepenthes yaitu Nepenthes mirabilis, Nepenthes ampullaria dan Nepenthes gracilis dengan jumlah total 194 individu (Tabel 1). Berbeda dengan dua jenis lainnya, N. gracilis ditemukan pada tiga elevasi yang berbeda sedangkan N. ampullaria hanya dijumpai di elevasi 0 232 m di atas permukaan laut (dpl). Keanekaragaman Jenis Kantong Semar (Nepenthes spp) Nilai indeks keanekaragaman, indeks Simpson dan indeks kemerataan jenis pada elevasi yang berbeda menunjukan perbedaan nilai. Indeks keanekaragaman tertinggi pada elevasi 0 232 m dpl, dan terendah pada elevasi 464 495 m dpl. Indeks kemerataan tertinggi pada elevasi 232 464 m dpl (Tabel 2). Kondisi Habitat Kantong Semar (Nepenthes spp) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai masing-masing parameter lingkungan yang diamati dari lokasi pengamatan ada perbedaan (Tabel 3). Tabel 1. Jumlah individu kantong semar (Nepenthes spp) yang ditemukan. I: ketinggian 0 232 m dpl; II: ketinggian 232 464 m dpl; III: ketinggian 464 495 m dpl No Spesies Elevasi (m dpl) I II III Jumlah 1 N. ampullaria 129 - - 129 2 N. gracilis 12 8 4 24 3 N. mirabilis 28 13-41 Jumlah 169 21 4 194 3

Vol. 2 (1): 1-6 Tabel 2. Indeks Keanekaragaman (H ), Indeks Simpson (D) dan Indeks Kemerataan Jenis (e) Nepenthes spp. No Elevasi H D e (m dpl) 1 0 232 0,300 0,615 0,63 2 232 464 0,287 0,528 0,96 3 464 695 0 1 0 Tabel 3. Rerata Nilai Parameter Lingkungan pada Jalur Pengamatan. KT: kelembaban tanah; ph: ph tanah; TU: temperatur udara; ST: suhu tanah; IC: intensitas cahaya Varian (PQV) 100 50 0 0 2 4 6 Ukuran Blok 0-232 m dpl 232-464 m dpl Gambar 6. Bentuk pola plot varian terhadap ukuran blok pada N. mirabilis (mengelompok) Pengukuran Faktor Lingkungan Elevasi No (m dpl) KT TU ST IC ph (%) ( 0 C) ( 0 C) (Lux) 1 0 232 69,7 6,58 32,5 27,3 1416,6 2 232 464 3 464 695 72 5,57 31,3 26,2 1038,8 75,3 6,31 30,4 24,2 537,2 Pola Distribusi Kantong Semar (Nepenthes spp) Secara umum, pola distribusi kantong semar di Gunung Semahung tergolong mengelompok (Gambar 4, 5 dan 6). Varian (PQV) 600 400 200 0 0 2 4 6 Ukuran Blok 0-232 m dpl Gambar 4. Bentuk pola plot varian terhadap ukuran blok pada N. ampullaria (mengelompok) Varian (PQV) 20 10 0 0 2 4 6 Ukuran Blok 0-232 m dpl 232-464 m dpl 464-695 m dpl Gambar 5. Bentuk pola plot varian terhadap ukuran blok pada N. gracilis (mengelompok) Pembahasan Hasil penelitian di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak, ditemukan 3 (tiga) jenis Nepenthes yaitu N. mirabilis, N. ampullaria dan N. gracilis dengan jumlah total 194 individu (Tabel 1). Menurut Fachrul (2006), tinggi atau rendahnya tingkat keanekaragaman suatu komunitas dapat dilihat dari nilai indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener) sebagai berikut; - H < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah - H 1 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedang - H > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah tinggi. Keanekaragaman jenis spesies Nepenthes di Gunung Semahung bernilai H < 1 (Tabel 2). Nilai ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis spesies rendah di semua lokasi penelitian. Keanekaragaman jenis spesies suatu ekosistem dipengaruhi oleh keberadaan komponen jenis Nepenthes yang ditemukan serta adanya perubahan vegetasi tumbuhan di lokasi penelitian akibat dari aktivitas masyarakat. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1982) bahwa keanekaragaman jenis disebabkan oleh perubahan vegetasi yang terjadi secara terus-menerus dan ditunjang oleh keberadaan unsur hara, cahaya dan air yang diperoleh vegetasi sehingga terjadi susunan tumbuhan baik bentuk apapun jumlah jenis sesuai dengan tempat tumbuhnya. Indeks Simpson (D) spesies Nepenthes di ketinggian 0 464 m dpl memiliki nilai 0 < D > 1 artinya struktur komunitas di daerah pada ketinggian ini relatif stabil. Nilai D di ketinggian 464 695 m dpl bernilai 1, menandakan terjadinya 4

Vol. 2 (1): 1 6 dominansi jenis tertentu, yaitu didominasi oleh N. gracilis. Menurut Sutisna (1981), spesies dikatakan dominan apabila jenis tersebut terdapat dalam jumlah yang besar, tersebar merata, mampu bersaing, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan dan cocok dengan habitatnya dibandingkan spesies lain. Indeks kemerataan jenis (e) di elevasi 0 464 m dpl mendekati 1 berarti kemerataan jenis yang diamati relatif sama. Nilai ini menunjukkan keberadaan Nepenthes di elevasi ini tersebar merata. Nilai e di elevasi 464 695 m dpl e = 0, berarti kemerataan jenis di daerah yang diamati rendah. Nilai e = 0 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis yang ditemukan sedikit. Spesies Nepenthes banyak ditemukan di elevasi 0 232 m dpl yaitu 169 individu yang terdiri dari 3 jenis, individu yang paling banyak ditemukan yaitu N. ampullaria sebanyak 129 individu. Kondisi faktor lingkungan Gunung Semahung di elevasi 0 232 m dpl memiliki nilai rata-rata intensitas cahaya yang tinggi dengan nilai 1416,6 lux yang disebabkan oleh kondisi habitat yang terbuka akan mempengaruhi kelembaban tanah rendah dengan nilai 69,7% sedangkan suhu tanah tinggi sebesar 27,3 0 C dan suhu udara tinggi sebesar 32,5 0 C (Tabel 3). Pada elevasi 232 464 m dpl ditemukan 2 jenis Nepenthes yaitu N. gracilis sebanyak 8 individu dan N. mirabilis sebanyak 13 individu. N. mirabilis lebih menyukai kondisi habitat yang terbuka dan vegetasi hutan tidak terlalu rapat dengan intensitas cahaya sedang. Kondisi lingkungan Gunung Semahung di elevasi 232 464 m dpl dengan intensitas yaitu 1038,8 lux, intensitas cahaya di ketinggian 232 464 m dpl dipengaruhi oleh kondisi vegetasi. Vegetasi di ketinggian ini merupakan perkebunan karet masyarakat setempat, sehingga susunan vegetasi tampak tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari yang masuk cukup optimal. Sesuai dengan pendapat Mansur (2006) dan Clarke (2007) bahwa N. mirabilis umumnya ditemukan di tempat terbuka dengan kondisi tanah basah maupun kering pada elevasi kurang dari 500 m dpl. Pada elevasi 464 695 m dpl ditemukan 1 jenis Nepenthes yaitu N. gracilis sebanyak 4 individu. Kondisi Gunung Semahung di elevasi 464 695 m dpl memiliki vegetasi rapat sehingga intensitas cahaya rendah yaitu 537,2 lux menyebabkan kelembaban tanah tinggi yaitu 75,3%, suhu udara rendah 30,4 0 C dan suhu tanah rendah yaitu 24,2 0 C. Sesuai dengan pendapat Mansur (2006) bahwa N. gracilis merupakan Nepenthes dataran rendah yang mampu hidup di elevasi 0 1100 m dpl. N. ampullaria, N. gracilis dan N. mirabilis memiliki pola penyebaran mengelompok di semua ketinggian. Pola distribusi mengelompok dipengaruhi oleh faktor lingkungan biotik maupun abiotik seperti kondisi habitat tempat tumbuhnya, tekstur tanah, pola reproduksi baik secara generatif maupun vegetatif. Reproduksi generatif dengan menggunakan biji dibantu oleh angin dan serangga, biji-biji yang tertiup angin jatuh tidak jauh dari induknya karena keberadaan pohon-pohon di sekitarnya dapat membatasi gerak penyebaran biji sehingga Nepenthes tumbuh secara berkelompok. Pola reproduksi vegetatif Nepenthes dengan pembentukan tunas juga dapat menyebabkan adanya pertumbuhan individu baru dan akan terbentuk secara mengelompok. Sesuai dengan pendapat Michael (1990) dan Indriyanto (2006) dan bahwa suatu jenis tumbuhan yang bereproduksi secara vegetatif akan hidup secara mengelompok pada suatu daerah tertentu. Distribusi Nepenthes secara mengelompok juga dapat disebabkan oleh sekelompok spesies yang memiliki kebutuhan cahaya, kelembaban, air dan unsur hara yang sama dan dimungkinkan hanya dapat hidup di daerah tertentu dan sifat masingmasing jenis Nepenthes dalam merespon kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Nepenthes yang ditemukan selama penelitian berada di bawah naungan dan semak-semak sehingga Nepenthes yang tumbuh membentuk koloni. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Yuyun, S.Si yang telah membantu dalam pengambilan sampel di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Arisandi, P., 2002, Mangrove Akar Kehidupan Bagi Kehidupan Laut, Lembaga Kajian Ekologi Dan Konservasi Lahan Basah. Dwi M. P., dan Hary W., 2007, Keanekaragaman Nepenthes di Suaka Alam Sulasih Talang- Sumatera Barat, J. Biodiversitas 8(2). Fachrul, M. F., 2006, Metode Sampling Bioekologi, Bumi Aksara. Indriyanto, 2006, Ekologi Hutan, PT. Bumi Aksara, Jakarta. 5

Vol. 2 (1): 1-6 Ludwig, J. A., dan Reynolds, J. F., 1988, Statistical Ecology a Primer on Methods and Computing, John Wiley and Sons, New York. Michael, P., 1990, Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium, Universitas Indonesia, Jakarta. Odum, E. P., 1994, Dasar-Dasar Ekologi, edisi ketiga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Pielou, E. C., 1966, The Measurement of Diversity in Different Types of Biological Collection, Theoret, Biol. Shanon, C. E. and Weaver, 1963, The Mathematical Theory of Communication, University of Illinois Press, Urbana. Simpson, E. H., 1949, Measurement of Diversity, Nature. Soegianto, A., 1994, Ekologi Kuantitatif, Usaha Nasional, Surabaya. Suin, N. M., 2003, Metoda Ekologi, Universitas Andalas, Padang. 6