INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU. A. Nola 1, Titrawani 2, Yusfiati 2

SURVEI AWAL KEANEKARAGAMAN ORDO ANURA DI DESA KETENGER, BATU RADEN, JAWA TENGAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODE CEPAT PENENTUAN KERAGAMAN, KEPADATAN DAN KELIMPAHAN JENIS KODOK

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI (ORDO ANURA) DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SURANADI - LOMBOK BARAT*

DISTRIBUSI VERTIKAL ANURA DI GUNUNG SEBLAT KABUPATEN LEBONG, BENGKULU VERTICAL DISTRIBUTION OF ANURA IN SEBLAT MOUNT LEBONG REGENCY, BENGKULU

LAMPIRAN. Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. sumber: ( Keterangan: Lokasi 1: Sungai di Hutan Masyarakat

Karakterisik dan Kepadatan Populasi Genus Microhyla Di Wilayah Cagar Alam dan Taman Wisata Alam (CA-TWA) Telaga Warna ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki

Berry Fakhry Hanifa dkk. Kajian Keanekaragaman dan Kemelimpahan Ordo Anura Sebagai Indikator Lingkungan Pada Tempat Wisata di Karesidenan Kediri

KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

JENIS-JENIS KATAK (AMPHIBI: ANURA) DI DESA KEPENUHAN HULU KECAMATAN KEPENUHAN HULU KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Jurnal Ilmu Kehutanan Journal of Forest Science

Identifikasi Jenis Amphibi Di Kawasan Sungai, Persawahan, dan Kubangan Galian Di Kota Mataram. Mei Indra Jayanti, Budiono Basuki, Susilawati

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI KAWASAN TAMBLING WILDLIFE NATURE CONSERVATION (TWNC) TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) PESISIR BARAT LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah tepatnya di kabupaten Karanganyar. Secara geografis terletak

SPECIES COMPOSITION OF AMPHIBIAN IN GUNUNGKELIR STREAM, JATIMULYO VILLAGE, KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

SPECIES AMPHIBIA PADA ZONA PEMANFAATAN TNKS JORONG PINCURAN TUJUH KECAMATAN SANGIR KABUPATEN SOLOK SELATAN. Mita Ria Azalia, Jasmi, Meliya Wati.

Keanekaragaman dan Kemerataan Spesies Anggota Ordo Anura di Lereng Selatan Gunung Merapi Tahun 2012

JENIS DAN KOMPOSISI KOMUNITAS AMFIBI DI DESA BATU MBELIN KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

DAMPAK DEFORESTASI PADA LAJU PENURUNAN KERAGAMAN JENIS KODOK DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALlMUN

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

JURNAL HUTAN LESTARI (2015) Vol. 3 (1) : 15 20

I. PENDAHULUAN. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan

Eksplorasi Jenis-Jenis Amfibi di Kawasan OWA Cangar dan Air Terjun Watu Ondo, Gunung Welirang, TAHURA R.Soerjo

Volume 12, Nomor 1, Juni 2013

PERSEBARAN DAN KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DALAM MENDUKUNG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAMPUS SEKARAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (21 30)

STUDI KARAKTERISTIK KUBANGAN BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus Desmarest 1822) DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SPESIES KATAK (ANURA) YANG DITEMUKAN PADA KEBUN KARET DESA TRIMULYA KENAGARIAN PANYUBRANGAN KECAMATAN TIMPEH KABUPATEN DHARMASRAYA

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

PENDAHULUAN Latar Belakang

JENIS- JENIS AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN KELAPA SAWIT KANAGARIAN KUNANGAN PARIK RANTANG KABUPATEN SIJUNJUNG

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

KEPADATAN INDIVIDU KLAMPIAU (Hylobates muelleri) DI JALUR INTERPRETASI BUKIT BAKA DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KABUPATEN MELAWI

EKOLOGI KUANTITATIF KOMUNITAS AMFIBI DI BEBERAPA SUNGAI PADA SUAKA MARGASATWA NANTU PROVINSI GORONTALO. Disusun oleh : RIZKI KURNIA TOHIR E

KEANEKARAGAMAN JENIS AMFIBI DI KAWASAN HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR

III. KONDISI UMUM LOKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2014,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

Studi Awal Komunitas Ordo Anura di Kawasan Ekowisata Sawangan, Magelang, Jawa Tengah

SPESIES AMPHIBIA YANG DITEMUKAN DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT KENAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

STRUKTUR KOMUNITAS BERUDU ANURA DI SUNGAI CIBEUREUM TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO, JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN ANGGOTA ORDO ANURA DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANURA DIVERSITY IN YOGYAKARTA STATE UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Profil Marion Anstis : Guru Musik yang Mencintai Berudu

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

USULAN PERLINDUNGAN KODOK MERAH Leptophryne cruentata UNTUK MASUK DALAM DAFTAR SATWA LIAR YANG DILINDUNGI UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu primata arboreal pemakan daun yang di temukan di Sumatera adalah

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Inventarisasi Jenis-jenis Amfibi (Ordo Anura) di Areal Lahan Basah Sekitar Danau Sebedang Kecamatan Sebawi Kabupaten Sambas

Keywords: Herpetofauna, species diversity, TNBBBR

KEANEKARAGAMAN JENIS HERPETOFAUNA DI SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL (SPTN) I, ALAS PURWO, BANYUWANGI, JAWA TIMUR

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

I.PENDAHULUAN. Amfibi merupakan hewan berdarah dingin yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DALAM KAWASAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG ASUANSANG KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. endangered berdasarkan IUCN 2013, dengan ancaman utama kerusakan habitat

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

KEANEKARAGAMAN HERPETOFAUNA DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN, JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian di Youth Camp terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

Transkripsi:

INVENTARISASI ANURA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG SUKABUMI Lutfi Aditia Pratama 1), Moerfiah 2), Rouland Ibnu Darda 3) 1,2,3) Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan Jalan Pakuan PO. BOX 452, Telp./Fax. (0251) 8375547Bogor email: lutfi.aprof@gmail.com ABSTRAK Amfibi merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang tersebar diberbagai tempat di dunia. Saat ini sebagian besar amfibi mengalami penurunan populasi yang signifikan bahkan beberapa jenis telah dinyatakan punah, padahal amfibi memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yaitu sebagai salah satu mata rantai dalam sistem rantai makanan. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi amfibi (ordo anura) serta mendata jenis-jenisnya yang termasuk ke dalam IUCN Red List di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) dengan membagi Kawasan TWA Situ Gunung menjadi 4 wilayah jelajah yaitu wilayah A mencakup Wilayah Curug Cimanaracun dan Danau, wilayah B meliputi Wilayah Cikaramat, wilayah C meliputi kawasan bukit perkemahan dan wilayah D meliputi Wilayah Curug sawer. Selanjutnya dilakukan identifikasi dan analisis data untuk menentukan fungsi habitat anura di kawasan tersebut. Hasil penelitian menemukan 16 jenis anura yang terdiri atas 5 famili yaitu Megophyridae, Bufonidae, Ranidae, Microhyllidae dan Rhacoporidae. Rana chalconota merupakan jenis yang paling mendominasi dengan persentase 29,39%, diikuti Bufo asper 16,23%, Huia masonii 11,84% dan Rhacophorus javanus 9,65%. Fungsi habitat anura dari masing-masing wilayah pengamatan yaitu 19,74% pada wilayah A, 26,75% wilayah B, 25,00% wilayah C dan 25,00% wilayah D. Beberapa habitat anura masih terjaga dengan baik, terlihat dengan ditemukannya jenis anura yang tergolong ke dalam IUCN red list yaitu Nyctixalus margaritifer dan Huia masonii. Kata kunci : Anura, IUCN red list, jenis anura, fungsi habitat, TWA Situ Gunung. PENDAHULUAN Amfibi merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang menghuni habitat perairan dan daratan (Sari et al., 2013). Terdapat lebih dari 7000 spesies yang telah diketahui di dunia (Kovack dan Tallmon, 2010). Saat ini sebagian besar amfibi mengalami penurunan populasi bahkan beberapa jenis telah dinyatakan punah. Global Amphibian Assessment (GAA) pada tahun 2004 atas nama International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) melakukan evaluasi terhadap 5.743 jenis amfibi di dunia, hasilnya menunjukkan bahwa 1.856 jenis (32%) terancam punah, 9 jenis punah sejak tahun 1980, 113 jenis belum ditemukan kembali akhir-akhir ini dan 43% dari semua jenis mengalami penurunan populasi (Stuart et al., 2004), sedangkan di Indonesia tercatat 39 jenis amfibi masuk dalam kategori daftar merah (red list) dan 33 jenis diantaranya berstatus genting (threated) (IUCN, 2008). Peristiwa ini disebabkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kelestarian amfibi. Hingga saat ini tidak satupun jenis amfibi yang dilindungi di Indonesia (Kusrini, 2009) dan jarangnya penelitian berkala yang dilakukan terhadap satwa ini (Kusrini, 2007). Amfibi merupakan kelompok satwa yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Stuart et al. (2004) mengemukakan bahwa amfibi berperan penting dalam sistem rantai makanan. Berkurangnya populasi Amfibi di alam dapat mengakibatkan penurunan 1

Persentase (%) populasi pemangsa (contoh: ular) dan ledakan populasi mangsanya (contoh: serangga) yang dapat menggangu keseimbangan ekosistem. Amfibi dapat pula menjadi bioindikator kerusakan lingkungan dikarenakan rentan terhadap perubahan lingkungan seperti kekeringan, polusi air, pengrusakan hutan, dan perubahan iklim (Kurniati, 2006; Sari et al., 2013). Taman Wisata Alam (TWA) Situ Gunung merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang merupakan satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia dengan luas ±21.975 hektar (Dephut, 2007). Jenis katak yang ada di TNGGP dimungkinkan masih banyak yang belum teridentifikasi (TNGGP, 2009), oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis katak dan kodok (ordo anura) serta mendata jenis-jenis yang termasuk dalam IUCN red list di Kawasan TWA Situ Gunung Sukabumi sebagai salah satu bagian Kawasan TNGGP. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis anura serta mendata jenis-jenisnya yang termasuk IUCN red list di Kawasan TWA Situ Gunung Sukabumi. METODE Penelitian dilakukan di Kawasan TWA Situ Gunung Sukabumi pada bulan Januari-Maret 2016. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah altimeter, termometer, hygrometer, ph meter, lup, kantong plastik, stopwatcht, sarung tangan, label temple, alat tulis, buku identifikasi dan kamera. Bahan yang digunakan yaitu katak dan kodok yang ditemukan di lokasi penelitian dan alkohol 70%. Pengambilan Data Pengambilan data menggunakan metode VES (Visual Encounter Survey) dengan membagi Kawasan TWA Situ Gunung menjadi 4 wilayah jelajah yaitu : wilayah A (Wilayah Curug Cimanaracun dan Danau), wilayah B (Wilayah Cikaramat), wilayah C (kawasan bukit perkemahan) dan wilayah D (Wilayah Curug sawer), kemudian menyusurinya selama periode atau waktu yang ditentukan (Kusrini, 2009). kandang 20 kandang 19 A 66.24 73.27 D 16.87 14,68 B 7.88 4.52 0.63 0 7.175.81 mendekati menelisik menyuapi bersuara membuat sarang C Perilaku 0,19 0 0.39 0 0.631.72 kawin menari merusak sarang Gambar 1. Pembagian wilayah jelajah di Kawasan TWA Situ Gunung. 2

Pengambilan data dilakukan pada pukul 18.00-22.00 WIB mengacu pada pendapat Setiawan (2013) yang menyatakan bahwa aktifitas amfibi relatif tinggi antara pukul 18.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB. Identifikasi Identifikasi dilakukan di tempat dengan menggunakan buku panduan lapangan Amfibi Jawa dan Bali (Iskandar, 1998). Selanjutnya dilakukan pengelompokan berdasarkan status konservasinya dan mendata jenis anura yang termasuk IUCN red list. Parameter Pendukung Parameter pendukung meliputi pengukuran suhu, ketinggian, kelembaban udara dan pengukuran ph tanah dan air. Untuk mengetahui habitat dari tiap jenis anura dicatat deskripsi habitat meliputi: penutup tajuk, semak, perdu, rerumputan, dan data mengenai ketersediaan sumber air dan pengaruh aktivitas manusia. Analisis Data Fungsi habitat anura dari ke empat wilayah pengamatan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut : Ft = St Sp X 100% (Darmawan, 2006) Dengan Ft = Fungsi habitat terhadap anura jenis a di wilayah A St = Jumlah anura jenis a yang mendiami wilayah A Sp = Jumlah anura diseluruh wilayah A Fungsi habitat anura yang dimaksud didasarkan pada persentase jumlah individu anura perwilayah jelajah. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 16 jenis anura yang tergolong ke dalam 5 famili yaitu Megophrydae, Bufonidae, Microhyllidae, Ranidae dan Rhacoporidae dengan persentase jumlah individu tiap jenis dan status konservasinya tersaji dalam tabel 1. Tabel 1. Persentase jumlah anura di Kawasan TWA Situ Gunung dan status konservasinya No. Nama jenis Wilayah A Wilayah B Wilayah C Wilayah D Jml % Jml % Jml % Jml % SK 1 Leptobrachium hasseltii 11 24,44 1 1,64 2 3,51 0 0,00 LC 2 Nyctixalus margaritifer 2 4,44 0 0,00 0 0,00 0 0,00 VU 3 Microhyla achatina 3 6,67 1 1,64 2 3,51 0 0,00 LC 4 Rhacophorus javanus 3 6,67 0 0,00 13 22,81 6 10,53 LC 5 Bufo asper 4 8,89 26 42,62 6 10,53 1 1,75 LC 6 Rana chalconota 17 37,78 16 26,23 21 36,84 13 22,81 LC 7 Fejervarya limnocharis 3 6,67 1 1,64 0 0,00 0 0,00 LC 8 Bufo melanostictus 1 2,22 3 4,92 0 0,00 0 0,00 LC 9 Polypedates leucomystax 0 0,00 2 3,28 0 0,00 0 0,00 LC 10 Occidozyga lima 0 0,00 1 1,64 0 0,00 0 0,00 LC 11 Limnonectes kuhlii 1 2,22 5 8,20 3 5,26 5 8,77 LC 12 Limnonectes microdiscus 0 0,00 4 6,56 3 5,26 4 7,02 LC 13 Huia masonii 0 0,00 1 1,64 0 0,00 26 45,61 VU 14 Rhacophorus reinwardtii 0 0,00 0 0,00 6 10,53 0 0,00 NT 15 Megophrys montana 0 0,00 0 0,00 1 1,75 2 3,51 LC 16 Rana hosii 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 21,05 LC Total 45 100 61 100 57 100 57 100 % Total anura TWA Situ Gunung 19,74% 26,75 25,00% 25,00% Ket: Jml = jumlah, SK = status konservasi, LC = Least concern, VU = Vurnerable, NT = Near Treated. 3

Gambar 2. Nyctixalus margaritifer (kiri), Huia masonii (kanan). Sumber: FMIPA-UNPAK Herpetofauna Community, 2016) Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa terdapat beberapa jenis anura yang tergolong kedalam IUCN red list yaitu Nyctixalus margaritifer (Katak pohon mutiara) dan Huia masonii (Kongkang jeram). Nyctixalus margaritifer ditemukan pada wilayah jelajah A yang berada pada ketinggian antara 1024-1042 m dpl dengan kelembaban 78%, suhu udara 21 o C, suhu air 19 o C, ph tanah 4 dan ph air 7. Tutupan tajuk relatif tertutup, dengan semak yang rapat. Menurut IUCN (2004) Nyctixalus margaritifer biasa ditemukan pada hutan-hutan yang tidak terganggu, ditemukannya Nyctixalus margaritifer mengindikasikan kualitas hutan di wilayah A masih terjaga. Huia masonii ditemukan pada dua wilayah jelajah yaitu wilayah B dan wilayah D. Wilayah B merupakan perbatasan antara hutan dan pemukiman penduduk. Tutupan tajuk relatif terbuka dengan semak yang jarang. Wilayah B memiliki ketinggian antara 860 938 m dpl, kelembaban 84%, suhu udara 20-21 o C, suhu air 19 o C, ph tanah 4,8 dan ph air 6,5. Terdapat sungai yang berbatu besar dengan arus air deras. Huia masonii ditemukan pada daerah sekitar sungai ini. Wilayah D merupakan daerah yang ramai aktifitas manusia pada siang hari sebagai salahsatu objek wisata di TWA Situ Gunung. Wilayah ini memiliki ketinggian antara 1038 1042 m dpl, kelembaban 73%, suhu udara 21 o C, suhu air 18 o C, ph tanah 5,8 6,5 dan ph air 6,5.Tutupan tajuk relatif terbuka dengan semak dan rumput yang jarang sepanjang alur sungai. Sungai berair jernih dan berbatu-batu dengan arus deras. Huia masonii ditemukan pada tepi sungai bertengger pada ranting-ranting semak. Kondisi lingkungan dari kedua tempat ditemukannya katak ini sesuai dengan pendapat Kusrini (2013) menyatakan katak ini selalu ditemukan pada alur sungai yang berbatu-batu, berarus deras dan berair jernih. Iskandar (1998) menyatakan bahwa Huia masonii dapat ditemukan paling tidak pada sungai berbatu besar. Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui pula Fungsi habitat anura dari masingmasing wilayah pengamatan yaitu 19,74% unutk wilayah A, 26,75% untuk wilayah B, 25,00 untuk wilayah C dan 25,00 untuk wilayah D. Dominasi Jenis Jenis yang mendominasi di Kawasan TWA Situ Gunung adalah Rana chalconota dengan persentase 29,39%, diikuti Bufo asper 16,23%, Huia masonii 11,84% dan Rhacophorus javanus 9,65% (Tabel 2). Rana chalconota tersebar diseluruh wilayah jelajah mulai dari area yang jauh dari sumber air hingga ditemukan dalam jumlah besar disekitar sumber air. Sesuai dengan pernyataan IUCN (2006) yang menyatakan bahwa katak ini terdistribusi didalam hutan dan akan lebih sering ditemukan sekitar sumber air pada vegetasi dan batu-batuan sungai. Huia masonii sebagai salahsatu anura yang termasuk ke dalam IUCN red list ditemukan dalam jumlah besar di kawasan TWA Situ Gunung. Katak ini 4

Tabel 2. Perbandingan persentase jumlah anura di Kawasan TWA Situ Gunung No. Nama jenis Total wilayah Situ Gunung Jumlah individu Fungsi habitat (%) 1 Leptobrachium hasseltii 10 4,39 2 Nyctixalus margaritifer 2 0,88 3 Microhyla achantina 6 2,63 4 Rhacophorus javanus 22 9,65 5 Bufo asper 37 16,23 6 Rana chalconota 67 29,39 7 Fejervarya limnocharis 4 1,75 8 Bufo melanostictus 4 1,75 9 Polypedates leucomystax 2 0,88 10 Occidozyga lima 1 0,44 11 Limnonectes kuhlii 14 6,14 12 Limnonectes microdiscus 11 4,82 13 Huia masonii 27 11,84 14 Rhacophorus reinwardtii 6 2,63 15 Megophrys montana 3 1,32 16 Rana hosii 12 5,26 Total 228 100,00 mendominasi wilayah D dengan persentase 38%. Kodisi lingkungan yang sesuai dimungkinkan menjadi penyebab mendominasinya katak ini di wilayah D. Secara keseluruhan persentase jumlah individu setiap jenis anura di seluruh Kawasan TWA Situ Gunung dapat dilihat pada tabel di atas (Tabel 2). KESIMPULAN Jenis anura yang ditemukan di Kawasan TWA Situ Gunung sebanyak 16 yang termasuk kedalam 5 famili yaitu Megophrydae, Bufonidae, Microhyllidae, Ranidae dan Rhacophoridae. Fungsi habitat anura dari masingmasing wilayah pengamatan yaitu 19,74%, untuk wilayah A, 26,75% untuk wilayah B, 25,00% untuk wilayah C dan 25,00% untuk wilayah D. Beberapa habitat anura masih terjaga dengan baik, terlihat dengan ditemukannya beberapa jenis anura yang tergolong kedalam IUCN red list. DAFTAR PUSTAKA Dephut. 2007. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Gunung Halimun diperluas. http:// www.dephut.go.id. diakses 02 Mar 2016. Darmawan, M Prasetya. 2006. Keanekaragaman Jenis Burung Pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fahutan IPB. Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali Seri Panduan Lapangan. Bogor: Puslitbang LIPI. IUCN. 2004. The IUCN Red List And Threatened Species. http://www.iucn redlist.org. diakses 21 Jun 2016. IUCN. 2006. The IUCN Red List And Threatened Species. http://www.iucn redlist.org. diakses 21 Jun 2016. IUCN. 2008. Red List Category 2008. http://www.globalamphibians.org. diakses 25 Feb 2008. 5

Kurniati, H. 2006. Jenis-jenis kodok di Taman Nasional Gunung Halimun yang Termasuk Kategori Daftar Merah IUCN. Fauna Ind. 6(1): 31-34. Kusrini, M.D. 2007. Konservasi Amfibi di Indonesia. Masalah Global dan Tantangan. Media Konservasi 7(2) : 89-95. Kusrini, M.D. 2009. Pedoman Penelitian Amfibi di Alam. Bogor: Fahutan IPB. Kusrini, M.D. 2013. Panduan Bergambar Identifikasi Amfibi Jawa Barat. Bogor: Fahutan IPB dan Direktorat KKH. Kusrini, M.D. 2015. Hari Cinta Puspa dan Satwa Tahun 2015. Amfibi di Sekitar Kita. Ed khusus. Jakarta: KLHK RI. 46-48 hlm. Kovach, R.P., D.A. Tallmon. 2010. Strong Influence of Microhabitat on Survival for an Intertidal Snail, Nucella Lima. Hydrobiologia 652:49 56 hlm. Sari, I. N., B. Nudjali, Erianto. 2013. Keanekaragaman Jenis Ampibi (Ordo Anura) di Kawasan Hutan Lindung Gunung Ambawang Kecamanatan Kubu Kabupaten Kubu Raya. Tanjung Pura: Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Setiawan, I. 2013. Pelatihan Inventarisasi dan Monitoring Flora dan Fauna. Integrated Citarum Water Resource Management Invesment Program. Bandung: CWMBC. Stuart, S.N., J.S. Chanson, N.A. Cox, B.E. Young, A.S.L. Rodrigues, D.L. Fischman, R.W. Waller. 2004. Status and Trends of Amphibian Declines and Extinctions Worldwide. Science. 306: 1783-1786 hlm. TNGGP. 2009. Pelatihan Metode Pengamatan Katak (Kerjasama TNGGP dan Fahutan IPB). http: //www.gedepangrango.org. diakses 1 Jan 2016. 6