I. METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di Balai Besar Pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM HPLC : ANALISA TABLET VITAMIN C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Indah Solihah

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

Biota kultur yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur pada skala laboratorium di BBPBL Lampung.

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 30 juli 2014 bertempat di

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zooplankton, Balai Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).

III. METODOLOGI. Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE KERJA. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Balai. Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura -Lampung

BAB I PENDAHULUAN. tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan proteinprotein

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

3. BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2012

AFLATOKSIN dan BAHAN PENGAWET

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen. BKAK (2014), sifat fisikokimia pirasetam adalah : Gambar 2.1 Struktur Pirasetam. : 2-Oxopirolidin 1-Asetamida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN. Formulasi :... (1) pengamatan yang dilakukan adalah sebanyak 3 kali pengulangan.

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 hingga bulan April

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2015 di Balai Besar

BAB I PENDAHULUAN ZAT PADAT

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades,

Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai. Tablet dapat berbeda-beda

Modul Praktikum Plankton Budidaya Chlorella

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengkompromikan daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2010 di Laboratorium PT. Suri

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Atau Hplc (High Performance Liquid Chromatography) Disusun oleh: Kelompok 4 (empat)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2015 di Balai Besar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Nopember 2011, dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Desember 2014 sampai dengan Juni 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai infeksi virus pada manusia disebabkan oleh virus herpes. Infeksi

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

ANALISIS KADAR METANOL DAN ETANOL DALAM MINUMAN BERALKOHOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS. Abstrak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai April 2015

BAB III METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII Kromatografi Cairan Kinerja Tinggi (KCKT) (High Performance Liquid Chromatography)HPLC

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

BAB III METODE PENELITIAN

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

Lampiran 1. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Bayam

BAB III METODE PENELITIAN

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

BAB 3 BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

I. METODE PENELITIAN 1.1 Waktu dan Tempat Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura, Lampung. Sebelum dilakukan penelitian, telah dilaksanakan terlebih dahulu uji pendahuluan pada bulan Mei-Juni 2011 di Laboratorium Bioteknologi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 3.2 Materi Penelitian 3.2.1 Biota Uji Biota uji yang digunakan dalam penelitian adalah Nannochloropsis sp. yang dikultur dengan skala laboratorium di BBPBL dengan kepadatan awal 6-8 x 10 6 sel/ml. 3.2.2 Media Uji Media yang dipergunakan dalam kultur Nannochloropsis sp. berbentuk cair atau larutan yang tersusun dari senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrien untuk keperluan hidup. Pupuk yang akan digunakan dalam penelitian adalah Conway. Komposisi pupuk dan komposisi trace metal pupuk Conway dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Komposisi pupuk conway untuk skala semi massal (BBPBL, 2011) No Bahan Kimia Komposisi 1 2 3 4 5 FeCl 3. 6H 2 O NaNO 3 /KNO 3 Na 2 EDTA Na 2 HPO 4 MnCl 3 1,3 gram 100/116 gram 45 gram 20 gram 0,36 gram

6 7 8 9 H 2 BO 3 Vitamin Aquadest Trace metal* 33,6 gram 1 ml 1 liter 1 ml Tabel 4. Komposisi trace metal solution pada pupuk conway (BBPBL, 2007) No Bahan Kimia Pupuk Conway 1 2 3 4 5 ZnCl 2 CuSO 4. 5H 2 O CoCl 2. 6H 2 O (NH 4 )6. M 7 O 24 Aquabides 2,1 gram 2,0 gram 2,0 gram 0,9 gram 100 ml 3.2.3 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Selang dan aerasi 2. 6 buah, akuarium ukuran 100L 3. Saringan 4. Haemocytometer 5. Mikroskop 6. ph meter 7. Kain Satin 8. HPLC (High-Performance Liquid Chromatography). Bahan yang digunakan adalah: 1. Fitoplankton Nannochloropsis sp 2. Air laut steril 3. Pupuk Conway 4. Larutan NaOH 0,4 mg/l.

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Persiapan Penelitian a. Sterilisasi Alat Tahap awal dilakukan dengan menyiapkan dan melakukan sterilisasi pada perangkat alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian. Sterilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan dapat dilakukan dengan cara: 1. Perebusan. 2. Perendaman dalam larutan kaporit/chlorine 150 ppm. 3. Pemberian alkohol, diautoklaf dengan temperatur 100 0 C dengan tekanan 1 atm selama 20 menit atau dioven. b. Sterilisasi Media (Air) Tahapan kedua adalah pengadaan stok air laut yang dilakukan dengan mensterilkan air laut yang telah ditampung pada bak yang dilengkapi dengan perangkat ultra violet (UV). Air laut yang akan digunakan telah melalui proses sterilisasi dengan berbagai cara diantaranya adalah air laut direbus sampai mendidih selama 10 menit, serta perlakuan sinar ultraviolet dan ozonisasi, penyaringan dengan menggunakan plankton net ukuran 15 mikron atau pemberian larutan chlorine 60 ppm, kemudian diaduk rata selama beberapa menit dan dinetralkan dengan Natrium Thiosulfat 20 ppm (Sumber : BBPBL, Lampung 2011). c. Pembuatan Media Kultur Nannochloropsis sp. Menurut Chen dan Shety (1991), pertumbuhan dan perkembangbiakan Nannochloropsis sp. memerlukan berbagai nutrien yang diabsorbsi dari luar (media). Hal tersebut berarti ketersediaan unsur hara makro dan mikro dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan, adapun makro nutrien yang diperlukan oleh Nannochloropsis sp. adalah N, P, Fe, K, Mg, S

dan Ca sedangkan unsur mikro yang dibutuhkan H 2 BO 3, MnCl 3, ZnCl 2, CoCl 2, (NH 4 ) 6 M 7 O 24 4H 2 O dan CuSO 4 5H 2 O. 3.3.2 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui jenis dan kandungan asam amino non esensial pada Nannochloropsis. Bibit didapatkan dari hasil kultur skala laboratorium, biota yang dibiakkan pada uji pendahuluan memiliki kepadatan awal sekitar 8-10 x 10 6 sel/ml. Sebelum memulai proses kultur dilakukan sterilisasi terlebih dahulu pada air laut yang akan digunakan, setelah air disterilkan kemudian diberi aerasi selam 1-2 hari selanjutnya kultur dimulai dengan bibit yang berasal dari kultur skala laboratorium yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian Nannochloropsis sp. yang akan dikultur, dimasukkan ke dalam aquarium volume 100 liter dan diletakkan dalam rak kultur lalu diberi pencahayaan dengan lampu TL 36 watt. Dalam waktu 5 hari Nannochloropsis sp. akan mencapai puncak (fase stationer), sebelumnya akan dilihat perkembangan tiap hari yang dilalui saat kultur hingga siap di panen pada fase stasioner. Dari proses pemanenan akan diperoleh sample dalam bantuk Natan yang akan di uji kandungan asam amino non esensial dari mikroalga Nannochloropsis sp. tersebut. Cara pembuatan sample Natan ialah dengan mencampurkan larutan NaOH sebanyak 200ppm ke media kultur (dalam akurium volume 100L dengan kepadatan saat panen 20 juta sel/ml). Sesaat setelah dilakukan pencampuran larutan NaOH, dilakukan pengadukan pada media kultur yang memakan waktu sekitar 15 menit agar larutan dapat tercampur dan bekerja merata untuk mengikat atau mengendapkan sel Nannochloropsis sp. Selanjutnya dalam tahapan pembuatan sample Natan media dibiarkan selama sekitar 3-6 jam, sampai sel terikat dan dapat diendapkan oleh larutan NaOH yang sebelumnya telah dicampurkan. Setelah gradasi air terlihat, dan sel telah mengendap sempurna dapat dilakukan penyiphonan pada

endapan sel. Kemudian hasil endapan sel di saring lagi menggunakan penyaring (kain satinyang diduga mempunyai ukuran mikron yang tidak akan meloloskan sel dalam proses penyaringan akhir sempel tersebut atau memiliki mesh size <1 mikron). Penyaringan akan menghasilkan padatan Natan untuk sample uji kandungan asam amino dengan menggunakan alat uji HPLC (High-Performance Liquid Chromatography), (Sumber : BBPBL, Lampung 2011). 3.3.3 Pelaksanaan Penelitian Mikroalga Nannochloropsis sp. dikultur dengan menggunakan media Conway dalam toples bervolume 8L dan diberi pencahayaan dengan lampu TL 36 watt. Jumlah toples sesuai dengan dengan jumlah perlakuan dan ulangan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu sebanyak empat buah toples dengan pembagian, sebagai berikut: Perlakuan (dalam 24 jam) Ulangan P1(18 jam Terang - 6 jam Gelap) P1U1 P1U2 P2(6 jam Terang - 18 jam Gelap) P2U1 P2U2 Sesuai dengan uji pendahuluan yang telah dilakukan, dalam waktu 4-5 hari Nannochloropsis sp. akan mencapai puncak (fase stationer). Pada tiap ulangan dalam setiap satuan perlakuan akan diambil dua buah sampel yang akan dijadikan Natan untuk uji kandungan asam amino non esensial. Pengambilan sample untuk pembuatan natan dilakukan pada hari ke-4 dan pada hari ke-5 yang merupakan puncak (fase stasioner) mulai dari kenaikan awal sampai penurunan fase. Pemilihan waktu pengambilan sample didasarkan pada nilai efektivitas dan kuantitas dari kandungan asam amino non esensial yang terkandung dalam mikroalga Nannochloropsis. Parameter pengamatan berupa: 1. Uji kandungan asam amino non esensial 2. Perhitungan kepadatan plankton

3. Kualitas air (Salinitas, ph, DO). 3.4 Parameter 3.4.1 Analisis Asam Amino dengan HPLC Teknik pemisahan peptida atau asam amino yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan High Performance Liquid Chromatograpy (HPLC), yaitu suatu sistem yang secara efektif memisahkan campuran sejumlah peptida yang kecil (1 nanomol atau kurang) dalam 1 hingga 2 jam (1 nanomol dari suatu polipeptida berat molekul-10.000 adalah 10 mikrogram). Suatu sistem HPLC merupakan suatu jenis kromatografi kolom yang memanfaatkan partikel berukuran kecil (biasanya silika) sebagai fase stasioner, yaitu alas kolom. Partikel yang berukuran kecil (berdiameter 3 hingga 10 μm lawan 40-60 μm untuk kromatografi kolom tradisional) sangat meningkatkan daerah permukaan kromatografi, yang pada gilirannya, menimbulkan pemisahan molekul yang lebih efektif yang khas pada saat bergerak melalui kolom. Karena ukuran yang kecil, partikel menghasilkan kolom terpaket ketat yang memerlukan penggunaan tekanan (biasanya 50-3500 psi) untuk mendapatkan aliran pelarut melalui kolom. Dibawah ini adalah bagan HPLC. Gambar 4. Bagan HPLC

Pengujian sampel dalam bentuk natan dilakukan di Laboratorium PT. Saraswanti Bogor, menggunakan pengujian: Metode Spesifikasi alat Kolom Detektor Suhu Pompa Volume injeksi Run Tim Eluen System Eluen : HPLC : Waters : Waters AccQ. Tag 3.9 mm 150 mm : Waters 2475, Flourescence Detector (Exitation WL (nm) : 250, Emission WL (nm) : 395 : 37 C : Waters 1525 Binary Pump : 10 μl (4000 ng) : 45 menit : AccQtag Eluent A dalam H 2 O (Eluent A), Acetonitril 60% dalam H 2 O + 0.01% aseton (Eluen B) : Gradien a. Komponen HPLC Komponen-komponen yang penting dari kerja HPLC adalah sebagai berikut: 1. Wadah Fase Gerak dan Fase Gerak Wadah fase harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong atau pun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar dari pada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya

polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikelpartikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas. Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarutpelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik. 2. Pompa Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 ml/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa

yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 ml/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan. 3. Tempat penyuntikan sampel Sampel-sampel cair dan larutan disuntikkan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir di bawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sampel loop) internal atau eksternal. Dibawah ini adalah gambar penyuntikan sampel atau injektor. Gambar 5. Injektor 4. Kolom

Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solute/analit. Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional, yakni: - Konsumsi fase gerak olom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-100 μl/menit). - Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobror lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa. - Sensivitas kolom mikrobror ditingkatkan karena solute lebih pekat, karenanya jenis kolom tersebut sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misalkan sampel klinis. Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobror tersebut tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin. Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimerpolimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen tersebut akan bereaksi dengan silanol dan mengggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain. Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawasenyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi karena kandungan air yang digunakan.

5. Detektor Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak besifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa sedangkan golongan detektor yang pesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia. Pada uji sebelumnya digunakan detektor Waters 2475, Flourescence Detector (Exitation WL (nm) : 250, Emission WL (nm) : 395, suhu detektor: 37. 3.4.2 Kualitas Air (Salinitas, ph, Suhu dan DO Media Kultur) Pengukuran salinitas, ph, suhu dan DO media air menggunakan refraktometer, ph meter, Thermometer dan DO meter. Pengukuran parameter tersebut dilakukan 2 kali sehari sejak biota di tempatkan di media kultur sampai beberapa saat sebelum panen dilakukan. Kualitas air dijaga tetap optimum selama penelitian, dan kualitas air hanya digunakan sebagai data pendukung. 3.4.3 Penghitungan Kepadatan Nannochloropsis sp. Pertumbuhan fitoplankton ditandai dengan pertambahan kepadatan fitoplankton yang dikultur. Kepadatan umumnya dihitung dengan menggunakan Haemocytometer dengan bantuan mikroskop. Cara menghitung kepadatan Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut: 1. Sampel air media diambil sebanyak 1 ml dengan pipet 2. Sampel air diteteskan pada Haemacytometer, lalu amati dibawah mikroskop 3. Hitung dengan cara mengambil 5 titik, dirata-ratakan kemudian dikalikan dengan 25.10 4.

Perhitungan jumlah Nannochloropsis sp. dilakukan dengan menggunakan haemocytometer dibawah microskop dengan pembesaran 10 x 10 dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh BBL: K1+K2+K3+K4+K5 X 25 X10 4 sel/ml 5 K = jumlah Nannochloropsis sp. dalam kotak hitungan ke 1 s / d 5 3.4.4 Prosentase Peningkatan Kandungan Asan Amino non Esensial Rumus rata-rata persentase peningkatan kandungan asam amino X 18T X 6T X 6T 100% 3.4.5 Rumus Identifikasi Asam Amino non Esensial Menggunakan HPLC (area komp/area AABA)spl konsentrasi std BM fp (area komp/area AABA)std 1000000 bobot sampel(g) 1000 100% Keterangan: BM : Berat molekul fp : Faktor pengenceran