BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah masih menjadi salah satu masalah yang dihadapi Indonesia. Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut seperti mengeluarkan kebijakan, penegakan sanksi, serta menyediakan sarana dan prasarana. Akan tetapi hal tersebut belum berhasil mengentaskan permasalahan sampah di Indonesia. Melihat tingginya volume sampah yang dihasilkan penduduk Indonesia membuktikan bahwa belum teratasinya permasalahan sampah dikarenakan tidak disertai dengan peningkatan kesadaran dan cara pandang masyarakat tentang sampah. Masih banyak penduduk yang membuang sampah tidak pada tempatnya dan tidak melakukan pengelolaan sampah sederhana pada tingkat rumah tangga. Hal ini patut menjadi perhatian mengingat dampak yang akan ditimbulkan sampah tersebut bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2012 penduduk Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 178.850.000 ton/ tahun. Dimana 60% dari jumlah tersebut adalah sampah organik, volume sampah yang dihasilkan mengalami trend peningkatan dari tahun ke tahun sejak 2010. Komposting merupakan salah satu metode pengolahan sampah organik paling sederhana yang biasa digunakan dalam mengatasi permasalahan sampah organik, akan tetapi tidak semua sampah organik, 1
2 yang dihasilkan penduduk Indonesia dapat terolah menjadi kompos dikarenakan waktu komposting yang cukup lama sedangkan volume sampah terus bertambah setiap harinya dan sedikit masyarakat serta instansi tertentu yang melakukan hal tersebut. Wisma Werdhapura yang terletak di kawasan Werdhapura Village Center, Sanur, Denpasar merupakan salah satu kawasan perkantoran milik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang melakukan pengelolaan sampah. Wisma ini sering digunakan Kementerian PUPERA untuk mengadakan pertemuan dan seiring dengan berkembangnya pariwisata dikawasan Sanur, wisma ini juga sering disewakan kepada masyarakat umum untuk digunakan sebagai tempat mengadakan kegiatan. Setiap ada kegiatan yang dilakukan di Wisma tersebut timbulan sampah yang dihasilkan akan meningkat pesat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar pada tahun 2012, menunjukkan timbulan sampah per hari yang perlu diolah adalah 4,64 m 3 /hari atau 302,32 kg/hari. Komposisi sampah paling banyak adalah sisa makanan (26,43%). Sampah yang dapat didaur ulang sebanyak 48,43%, sisanya dibuang ke TPA (Wardiha, dkk, 2013). Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian PUPERA telah melakukan komposting untuk sampah yang dihasilkan. Akan tetapi tidak semua sampah dapat diolah dikarenakan keterbatasan ruang yang dimiliki serta waktu komposting yang cukup lama, menyebabkan kegiatan komposting kini ditiadakan. Salah satu alternatif lain yang direncanakan akan dilakukan oleh Kementerian PUPERA adalah dengan membuat Materials Recovery Facility (MRF) dengan memanfaatkan ruang kosong/
3 gudang yang ada. MRF merupakan salah satu bagian dari pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang baik selain dapat mereduksi sampah namun juga dapat mereduksi gas rumah kaca, terutama dalam konsumsi bahan bakar untuk transportasi sampah dan sampah yang ditimbun di TPA (US EPA dalam Lina, 2009). Pertimbangan dalam memilih MRF, karena MRF menggabungkan beberapa teknik pengolahan sampah seperti pemilahan sampah, daur ulang dan komposting, yang dapat membantu dalam mereduksi sampah. MRF juga dapat mengurangi kebutuhan sumber daya, karena sampah yang telah dipilah dan masih dapat dimanfaatkan, dan dapat digunakan lagi atau didaur ulang (Asian Development Bank, 2013). Berdasarkan penelitian Matter et al, 2013, kegiatan pengolahan sampah memiliki konstribusi dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi jumlah sampah yang harus dikumpulkan dan dibuang. Salah satu bentuk pengelolaan tersebut adalah fasilitas MRF. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi yang tinggi disetiap tahap penanganan sampah, harus dilakukan pengoperasian dan pemeliharaan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2009). Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan perhitungan analisis ekonomi untuk memberikan sebuah cara yang sistematik guna membandingkan keuntungan serta kerugian ekonomi dari proyek tersebut. Analisis ekonomi meliputi identifikasi semua keuntungan dan kerugian selama jangka waktu proyek berlangsung, menjabarkan nilai-nilai keuntungan dan kerugian pada periode-periode tertentu dalam satu rentang waktu, serta menghitung perbandingan antara kerugian dan keuntungan (Mitchell, 2010).
4 Dengan adanya hasil dari perhitungan tersebut diharapkan dapat memproyeksikan keuntungan dari MRF yang akan dibangun, sehingga apabila keuntungan yang didapat konsisten atau bertambah, maka keberlangsungan dari MRF tersebut dapat terjamin. Hal ini dapat memberikan dampak dalam pengurangan volume sampah di Indonesia dan menjaga kelestarian lingkungan. Karena sampah yang dihasilkan tidak langsung dibuang ke TPA, tetapi telah diproses terlebih dahulu pada MRF. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk menganalisis perencanaan fasilitas materials recovery facility sebagai upaya optimalisasi pengelolaan sampah di Werdhapura Village Center, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. 1.2. Rumusan Masalah Untuk mendukung optimalisasi pengelolaan sampah di kawasan Werdhapura Village Center dengan menerapkan fasilitas materials recovery facility diperlukan studi dalam perhitungan timbulan sampah, komposisi sampah, dan potensi ekonomi dari fasilitas tersebut. Data yang dihasilkan dari studi tersebut digunakan untuk mendukung keberlanjutan dari fasilitas MRF. Sehingga rumusan masalah yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah bagaimanakah timbulan sampah, komposisi sampah, potensi nilai ekonomi sampah, dan konsep fasilitas MRF yang sesuai untuk diterapkan di Werdhapura Village Center, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Berapakah besar timbulan sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center?
5 2. Berapakah besar prediksi timbulan sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center pada tahun 2030? 3. Bagaimanakah komposisi sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center? 4. Bagaimanakah potensi nilai ekonomi pada sampah yang dihasilkan Werdhapura Village Center? 5. Bagaimanakah konsep MRF yang sesuai untuk diterapkan di Werdhapura Village Center? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum Melakukan optimalisasi pengelolaan sampah Werdhapura Village Center sehingga diperlukan data yang dapat mendukung perencanaan fasilitas Materials Recovery Facility yang berguna untuk menjamin keberlangsungan kondisi operasional fasilitas tersebut. 1.4.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui timbulan sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center. 2. Mengetahui prediksi timbulan sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center pada tahun 2030. 3. Mengetahui komposisi sampah yang dihasilkan oleh Werdhapura Village Center. 4. Mengetahui potensi nilai ekonomi pada sampah yang dihasilkan Werdhapura Village Center.
6 5. Mengetahui konsep MRF yang sesuai untuk diterapkan di Werdhapura Village Center. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis Dapat digunakan dalam perkembangan keilmuan, memperkuat teori, dan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2. Manfaat praktis 1. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya 2. Sebagai informasi bagi pengambil kebijakan di Kementerian Pekerjaan Umum Denpasar tentang fasilitas MRF dan manfaatnya dalam optimalisasi pengelolaan sampah di Werdhapura Village Center 1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1. Pengelolaan kesehatan lingkungan yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini adalah rencana pengadaan fasilitas MRF oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2. Sampah yang menjadi objek penelitian adalah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan operasional kantor, yaitu kantor Balai Informasi dan Penataan Ruang (BIPR), Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (Satker PPLP), Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum (Satker PKPAM), Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan (Satker PBL), Balai Pengembangan Teknologi Permumahan Tradisional Denpasar (BPTPT Denpasar).
7 Dan kegiatan dari fasilitas penunjang, seperti Wisma Werdhapura, Ruang Terbuka Hijau, Kantin serta Ruang Pertemuan. 3. Pengambilan data primer untuk keperluan penelitian dilakukan secara langsung pada tempat penelitian mengenai volume dan komposisi sampah yang dilakukan selama dua minggu. Minggu pertama dimulai pada hari rabu 22 April 2015 dan berakhir pada hari Rabu 29 April 2015. Sedangkan minggu kedua dimulai pada hari kamis 30 April 2015 dan berakhir pada hari selasa 12 Mei 2015. 4. Data sekunder berupa data pengunjung Wisma Werdhapura dari tahun 2010 hingga 2014 dan data penggunaan ruang pertemuan dari tahun 2011 hingga 2014, serta pengkajian literatur dari berbagai sumber.