ANALISIS PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT DAN DISTRIBUSI VOID MENGGUNAKAN AGREGAT BARU DAN RAP YANG DIPADATKAN DENGAN ALAT MARSHALL HAMMER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT DAN DISTRIBUSI VOID MENGGUNAKAN AGREGAT BARU DAN RAP YANG DIPADATKAN DENGAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PERBANDINGAN ANALISIS DISTRIBUSI VOID DAN PERGERAKAN AGREGAT TERHADAP PEMADATAN ANTARA CAMPURAN FRESH AGGREGATE DAN RAP BERGRADASI FULLER

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

PERBANDINGAN ANALISIS PERGERAKAN AGREGAT DAN DISTRIBUSI VOID AKIBAT PENGARUH PEMADATAN ANTARA CAMPURAN RAP DAN AGREGAT BARU BERGRADASI COOPER

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INVESTIGASI KARAKTERISTIK AC (ASPHALT CONCRETE) CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN RAP ARTIFISIAL

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT RODA GILAS (APRS) DAN MARSHALL HAMMER

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

PENYELIDIKAN PROPERTIS DISTRIBUSI VOID, INDIRECT TENSILE STRENGHT DAN MARSHALL CAMPURAN ASPHALT CONCRETE TERHADAP BENDA UJI HASIL PEMADATAN APRS

ANALISIS NILAI KEPADATAN DAN CBR PADA GRADASI BATAS ATAS, MEDIAN, DAN BAWAH BERDASARKAN RUMUS COOPER

STUDI PROSEDUR PEMADATAN MATERIAL ASPHALT CONCRETE (AC) MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS)

The 4 th Univesity Research Coloquium INVESTIGASI SIFAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG BAHAN RAP BERGRADASI EME (Enrobé à Module Élevé)

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INVESTIGASI SIFAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG BAHAN RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) BERGRADASI DBM (DENSE BITUMEN MACADAM)

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

THE INVESTIGATION ON MIX PROPORTION S CHARACTERISTIC OF RECYCLE MATERIAL MADE OF RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL

PEMANFAATAN LIMBAH BETON PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET BASE DITINJAU DARI ASPEK PROPERTIS MARSHALL

PENGGUNAAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT

ANALISIS PENGARUH BAHAN TAMBAH KAPUR TERHADAP KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) Naskah Publikasi

STUDI PROSEDUR PEMADATAN MATERIAL ASPHALT (AC) MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS)

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ARTIFISIAL NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COURSE GRADASI KASAR NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GRADASI BAHAN RAP TERHADAP NILAI KEPADATAN DAN CBR MENGGUNAKAN RUMUS FULLER

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN CAMPURAN BETON ASPAL DITINJAU DARI ASPEK PROPERTIES MARSHALL. Tugas Akhir

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT RODA GILAS (APRS) DAN MARSHALL HAMMER

Hasil Bongkaran Perkerasan Jalan sebagai Bahan Lapis Fondasi Jalan Raya

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISA KARAKTERISTIK MARSHALL PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE ( AC-BC ) MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI COARSE AGREGAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR INTISARI

PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA LENDUTAN DAN MODEL RETAK LAPIS PERKERASAN AC- WC DAUR ULANG YANG DIPERKUAT GEOGRID PRA-TEGANG. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

ANALISIS KARAKTERISTIK BAHAN RAP MENGGUNAKAN UJI ADHESI KIMIA, CBR DAN UTM

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

KARAKTERISTIK BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) RUAS JALAN PANTURA JAWA

STUDI PENENTUAN JOB MIX DESAIN PERKERASAN LENTUR DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL DAUR ULANG / RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Teguh Dwi Istanto 1) Priyo Pratomo 2) Hadi Ali 3)

KARAKTERISTIK KEPADATAN DAN CBR MATERIAL RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) DENGAN PROSES PENCAMPURAN HANGAT ( WARMMIX ) Tugas Akhir

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN CAMPURAN ASPAL BETON DITINJAU DARI ASPEK PROPERTIES MARSHALL TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

Transkripsi:

ANALISIS PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT DAN DISTRIBUSI VOID MENGGUNAKAN AGREGAT BARU DAN RAP YANG DIPADATKAN DENGAN ALAT MARSHALL HAMMER Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Oleh: JODI KUSUMA NEGARA D 100 110 035 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

i

ii

iii

ANALISIS PERBANDINGAN ORIENTASI AGREGAT DAN DISTRIBUSI VOID MENGGUNAKAN AGREGAT BARU DAN RAP YANG DIPADATKAN DENGAN ALAT MARSHALL HAMMER Abstrak Telah ditemukan daur ulang perkerasan menggunakan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) yaitu bongkaran aspal yang sudah rusak. Campuran aspal dan agregat dapat dikatakan baik apabila menghasilkan kepadatan yang maksimal. Hal ini dapat dilihat campuran aspal yang dipadatkan tersebut menghasilkan orientasi agregat dan distribusi void yang homogen. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan orientasi agregat dan distribusi void menggunakan RAP dan agregat baru dengan alat Marshall Hammer menggunakan campuran dingin foam asphalt. Pada pengujian orientasi agregat benda uji dipotong vertikal menjadi dua bagian dan horizontal menjadi tiga bagian untuk mengetahui pergerakan agregat dengan bantuan batu akuarium untuk memudahkan pengamatan menggunakan titik koordinat. Pada pengujian distribusi void benda uji dalam keadaan utuh dan dipotong tiga bagian untuk mengetahui penyebaran voidnya. Berdasarkan hasil analisis perbandingan orientasi agregat dan distribusi void menggunakan RAP dan agregat baru yang dipadatkan dengan alat Marshall Hammer didapat nilai void agregat baru lebih kecil dibandingkan RAP, yang berarti rongga pada campuran lebih kecil dan pemadatan lebih baik. Pada pengujian orientasi agregat batu bergerak paling jauh pada lapisan atas, hal ini terjadi pada kedua campuran, tetapi pergerakan batu pada agregat baru lebih jauh dibandingkan RAP yang berarti agregat lebih leluasa mencari rongga pada campuran dan menghasilkan kepadatan yang lebih maksimal. Hasil pengujian dari VIM pada benda uji RAP yang dipotong tiga bagian 2x75 tumbukan, atas 11,51 %, tengah 10,86 %, dan bawah 11,22 % dalam keadaan utuh 12,01 %. Campuran agregat baru atas 11,23 %, tengah 10,70 %, dan bawah 10,61 % dalam keadaan utuh 11,15 %. Pada pengujian orientasi agregat campuran RAP jarak pergerakan batu agen lapisan atas 6,4 cm, tengah 5,3 cm, dan bawah 5,8 cm. Pada campuran agregat baru lapisan atas 7,0 cm, tengah, 5,1 cm, dan bawah 4,9 cm. Kata Kunci: Marshall Hammer, Orientasi agregat, Distribusi void, RAP, Foam asphalt. Abstract It has been found recycle pavement using RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) that is from unusable asphalt demolition. Good asphalt and aggregate mixture are obtaining maximum density. It can be seen from asphalt mixture asphalt mixture resulting homogeneous orientation aggregate and void distribution. This research is aim to compare orientation aggregate and void distribution using RAP and new aggregate by Marshall Hammer using cold foamed asphalt mixture. In the orientation aggregate test, the specimens are cut vertically and horizontally become two and three parts in order to acknowledge the movement of aggregate with assistance of aquarium stone to make easier the observation using coordinates point. In the void distribution test, the specimen is and cut in three parts to determine the void distributions. Based on the comparison analysis of orientation aggregate and void distribution using RAP and new aggregate by Marshall Hammer obtained void aggregate value is smaller 1

than RAP, it means the mixture cavity is smaller and the compaction is better. In the orientation aggregate test, the stone movement at top layer move farther, it is occurred on both mixture, but the movement of new aggregate is farther than RAP means aggregate is more flexible to find out the captivity in the mixture and resulting more maximal compaction. VIM test results on RAP cut in three parts 2x75 collisions, top 11.51 %, middle 10.86 % and bottom 11.22 % and full part 12.01 %. The new aggregate mixture top 11.23 %, middle 10.70 % and bottom 10.61 % and full part 11.15 %. In the orientation aggregate RAP mixture test, the length of agen stone movement top 6.4 cm, middle 5.3 cm and bottom layer 5.8 cm. In the new aggregate top 7.0 cm, middle 5.1 cm and bottom layer 4.9 cm. Keywords: Marshall Hammer, orientation aggregate, void distribution, RAP, foamed asphalt. 1. PENDAHULUAN Transportasi darat adalah salah satu pilihan yang banyak diminati di Indonesia jika dibandingkan dengan transportasi lainnya. Maka prasana transportasi darat harus memiliki kualitas yang baik agar pengguna dapat merasa nyaman, hal ini bisa di wujudkan dengan adanya perkerasan jalan yang baik. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berperan untuk memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, khususnya transportasi darat. Dan selama pelayanannya, diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Maka diperlukan perencanaan perkerasan yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Telah dietemukan daur ulang aspal yang sering disebut RAP (Reclaimed Asphalt Pavement). RAP adalah bongkahan limbah perkerasan yang telah rusak. Saat ini RAP banyak dimanfaatkan untuk bahan jalan melalui teknologi daur ulang dengan system pencampuran dingin (cold mix recycling). (Widajat 2009). Penelitian ini menggunakan campuran aspal dingin (Cold Mix Asphalt) adalah campuran bahan perkerasan jalan lentur yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, dan bahan pengikat aspal dengan perbandingan tertentu dan dicampur dalam keadaan dingin. Terkait dengan hal tersebut maka penelitian ini akan memneliti tentang orientasi agregat dan distribusi void pada campuran aspal dingin menggunakan agregat baru dan RAP (reclaimed asphalt pavement) yang dipadatkan dengan alat marshall hammer. Dalam hal ini benda uji yang telah dipadatkan menggunakan marshall hammer dan akan dipotong secara horizontal maupun vertikal untuk mengetahui pergerakan agregat pada benda uji. 2. METODE Penggunaan material RAP pada penelitian ini berasal dari kab. Pekalongan-comal di ruas PANTURA dan agregat baru dari Siwal, Kaliwulung, Semarang. Masing-masing material diuji pergerakan agregat dan kepadatannya. Kedua material dipadatkan dengan alat marshall hammer dengan variasi tumbukkan 2x25, 2x50, dan 2x75. Pengujian orientasi agregat menggunakan alat bantu batu akuarium untuk mengetahui pergerakannya pada tiap lapisan atas, tengah, dan bawah. 2

Pada pengujian distribusi void benda uji dibiarkan utuh dan dipotong tiga bagian untuk mengetahui kepadatan tiap lapisan atas, tengah dan bawah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemeriksaan Mutu Bahan Pemeriksaan mutu dan bahan dilakukan untuk mengetahui kualitas material yang akan digunakan pada pengujian, pemeriksaan yang dilakukan diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3. Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi agregat baru RAP 1 Abrasi Los Angeles % Max. 40 25,18 23,15 3 Berat jenis semu gr/cc > 2,50 2,65 2,12 4 Absorbsi % < 3 1,64 1,41 Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi agregat baru RAP 1 Berat jenis semu gr / cc > 2,50 2,58 1,98 2 Absorbsi % < 5 2,20 2,24 Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Mutu Bahan No Jenis Pemeriksaan Satuan Spesifikasi agregat baru RAP 1 Sand Equivalent % > 50 60,12 92,77 Dari pemeriksaan agregat kasar dan agregat halus didapat hasil abrasi dan absorbsi, agregat baru dan RAP memenuhi spesifikasi, akan tetapi pada hasil berat jenis semu agregat baru memenuhi spesifikasi dan agregat RAP tidak memenuhi spesifikasi. Hal ini mungkin terjadi karena agregat RAP sudah tercampur aspal sehingga berpengaruh pada nilai berat jenis RAP tersebut. 3.1.1 Pemeriksaan Rekayasa Gradasi Agregat Pemeriksaan gradasi saringan dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir agregat antara halus dan kasar menggunakan saringan. Penelitian ini menggunakan gradasi AC karena gradasi tersebut umum digunakan di Indonesia. Hasil pengujian ukuran saringan dan spesifikasi dapat dilihat pada Tabel 4 dan pada Gambar 1. Ukuran Ayakan Tabel 4. Tabel analisa saringan Persen Lolos CA MA FA Jumlah Medium Spec F1 F2 F3 % % % spec (%) Keterangan 3/4 inch 100 100 100 25 25 50 100 100 100-100 masuk 1/2 inch 70 100 100 17 25 50 92 95 90-100 masuk 3/8 inch 43 100 100 11 25 50 86 83.5 77-90 masuk No. 4 15 6.4 100 4 2 50 55 61 53-69 masuk No. 8 4 5.4 80 1 1 40 42 43 33-53 masuk No. 16 3 4.2 70 1 1 35 37 30.5 21-40 masuk No. 30 3 2.7 56 1 1 28 29 22 14-30 masuk 3

No. 50 3 1.7 41 1 0 21 22 15.5 9-22 masuk No. 100 2 0.9 23 0 0 12 12 10.5 6-15 masuk No. 200 0 0.3 8 0 0 4 4 6.5 4-9 masuk Pan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 masuk Gambar 1. Grafik rekayasa gradasi RAP dan Agregat baru Berdasarkan dari hasil pemeriksaan gradasi RAP dan agregat baru sudah masuk spesifikasi AC dimana garis pada grafik yang digunakan berada diantara batas spesifikasi atas dan batas spesifikasi bawah. Gradasi RAP dan agregat baru pada penelitian ini menggunakan gradasi yang sama karena tujuan penelitian ini adalah perbandingan. 3.2 Pemeriksaan Kepadatan Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui karakteristik kepadatan nilai maksimum suatu campuran dan kadar air optimum dari campuran. Pemeriksaan dilakukan dengan cara modified proctor, berikut hasil dari pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 5, dan Gambar 2.. Tabel 5. Hasil pemeriksaan modified proctor No Jenis Bahan Kepadatan Kadar Air Optimum 1 RAP 1,625 gr/cm 3 8 % 2 Agregat Baru 2,090 gr/cm 3 9,4 % Gambar 2. Grafik hubungan berat volume kering RAP dengan Kadar air 4

Dari pemeriksaan dengan modified proctor didapat nilai kepadatan RAP dan agregat baru, berat volume kering/kepadatan maksimum dan kadar air optimum agregat baru lebih tinggi dibandingkan RAP. Nilai kepadatan maksimum agregat baru lebih tinggi dibandingkan RAP salah satunya disebabkan nilai berat jenisnya yang juga lebih tinggi dibandingkan RAP, dan juga pori-pori pada agregat baru yang belum terselimuti aspal mempengaruhi hasil nilai kadar air yang lebih tinggi dibandingkan RAP.Semakin tinggi penyerapan agregat maka akan semakin tinggi nilai kadar air optimumnya. 3.3 Pengujian Orientasi Agregat Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui cara mengidentifikasi agregat yang telah dipadatkan. Pada penelitian ini menggunakan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) dan agregat baru, bahan tambah menggunakan batu berwarna putih yang biasa digunakan pada akuarium untuk mempermudah mengamati pergerakan agregatnya. Alat pemadat yang digunakan adalah marshall hammer dengan variasi tumbukan 2x25, 2x50, dan 2x75. Menggunakan metode pengamatan dengan pemotongan secara horizontal dan vertikal. 3.3.1 Potongan Horizontal Berikut hasil penelitian campuran RAP potongan horizontal, dapat dilihat pada Tabel 6, Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5. Tabel 6. Total perjalanan batu agen potongan horizontal campuran RAP Jumlah Tumbukan 2x25 2x50 2x75 Total (cm) Lapisan Sampel Sampel Rata-rata 1 (cm) 2 (cm) (cm) atas 0.4 0.7 0.5 tengah 0.4 0.6 0.5 bawah 0.2 1.3 0.8 atas 1.0 1.1 1.1 tengah 0.9 1.3 1.1 bawah 1.7 1.1 1.4 atas 0.6 1.1 0.9 tengah 0.8 1.2 1.0 bawah 2.2 1.1 1.7 atas 2x25, 2x50, 2x75 2.0 2.9 2.4 tengah 2x25, 2x50, 2x75 2.1 3.1 2.6 bawah 2x25, 2x50, 2x75 4.1 3.5 3.8 5

Gambar 3. Pergerakan campuran RAP batu agen lapisan atas sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) Gambar 4. Pergerakan campuran RAP batu agen lapisan tengah sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) Gambar 5. Pergerakan campuran RAP batu agen lapisan bawah sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) Dari gambar dan tabel diatas dari kedua sampel tiap lapisan dan tumbukan didapat rata-rata pergerakan batu agen pada campuran RAP potongan horizontal pada lapisan bawah bergerak paling dinamis dan lapisan atas bergerak paling statis. Berikut hasil penelitian campuran agregat baru, dapat dilihat pada Tabel 7, Gambar 6, Gambar 7, dan Gambar 8. 6

Tabel 7. Total perjalanan batu agen potongan horizontal campuran agregat baru Jumlah Tumbukan Lapisan Sampel 1 (cm) Sampel 2 (cm) Rata-rata (cm) 2x25 2x50 2x75 Total (cm) atas 0.5 1.6 1.1 tengah 0.5 0.8 0.7 bawah 1.1 0.9 1.0 atas 0.6 0.9 0.8 tengah 0.5 1.2 0.9 bawah 0.7 1.5 1.1 atas 0.2 0.8 0.5 tengah 0.5 0.7 0.6 bawah 0.5 0.5 0.5 atas 2x25, 2x50, 2x75 1.3 3.3 2.3 tengah 2x25, 2x50, 2x75 1.5 2.7 2.1 bawah 2x25, 2x50, 2x75 2.3 2.9 2.6 Gambar 6. Pergerakan campuran agregat baru batu agen lapisan atas sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) Gambar 7. Pergerakan campuran agregat baru batu agen lapisan tengah sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) 7

Gambar 8. Pergerakan campuran agregat baru batu agen lapisan bawah sampel 1 (kiri) sampel 2 (kanan) Berdasarkan gambar dan tabel diatas dapat diketahui campuran agregat baru pada tiap lapisan dan tumbukan didapat hasil rata-rata dari pergerakan batu agen paling dinamis berada pada lapisan bawah dan pergerakan paling statis pada lapisan tengah. 3.3.2 Potongan Vertikal Berikut hasil penelitian campuran RAP potongan vertikal, dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 9. Tabel 8. Total perjalanan campuran RAP potongan vertikal Lapisan 2x25 2x50 2x75 total atas 0.9 1.3 1.9 4.0 tengah 0.3 1.0 1.4 2.7 bawah 0.4 0.7 1.0 2.0 Gambar 9. Pergerakan batu agen potongan vertikal campuran RAP Dari data dan gambar diatas dapat di lihat pergerakan batu agen pada campuran RAP tiap tumbukan dan lapisan pada potongan vertikal lapisan paling atas bergerak dengan jarak paling jauh. Berikut hasil penelitian campuran agregat baru potongan vertikal, dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 10. 8

Tabel 9. Total perjalanan campuran agregat baru potongan vertikal Lapisan 2x25 2x50 2x75 atas 1.1 1.4 2.3 tengah 0.5 1.2 1.4 bawah 0.5 0.8 1.1 Gambar 10. Pergerakan batu agen potongan vertikal campuran agregat baru Berdasarkan tabel dan gambar diatas pergerakan batu agen pada campuran agregat baru tiap tumbukan dan lapisan pada potongan vertikal lapisan paling atas bergerak dengan jarak paling jauh. 3.4 Pengujian Distribusi void Penelitian ini benda uji keadaan utuh dan keadaan dipotong menjadi tiga bagian untuk mengetahui kandungan void dalam benda uji yang telah dipadatkan menggunakan alat pemadat marshall hammer. Berikut perbandingan hasil dari agregat baru dan RAP. 3.4.1 Benda Uji Utuh Perbandingan nilai VIM campuran RAP dan agregat baru dapat dilihat pada Gambar 11 berikut: Gambar 11. Grafik perbandingan nilai VIM dengan jumlah tumbukan campuran RAP dan agregat baru Dari hasil Pada Gambar 11 menunjukan nilai presentase VIM, semakin banyak jumlah tumbukan yang digunakan maka semakin kecil nilai VIM pada kedua campuran. 9

Nilai perbandingan VMA campuran RAP dan agregat baru dapat dilihat pada Gambar 12 berikut: Gambar 12. Grafik perbandingan nilai VMA dengan jumlah tumbukan campuran RAP dan agregat baru Pada Gambar 12 menunjukan bahwa makin banyak jumlah tumbukan maka nilai VMA makin kecil pada kedua campuran. Hal ini disebabkan penambahan jumlah tumbukan mengakibatkan campuran semakin rapat maka rongga terisi oleh aspal. Nilai perbandingan VFWA campuran RAP dan agregat baru dapat dilihat pada Gambar 13 berikut: Gambar 13. Grafik perbandingan nilai VFWA dengan jumlah tumbukan campuran RAP dan agregat Pada Gambar 13 menunjukan semakin banyak jumlah tumbukan semakin besar nilai void yang terisi aspal. Hal ini terjadi pada kedua campuran. Perbandingan nilai void benda uji dalam keadaan utuh RAP dan agregat baru dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perbandingan nilai void benda uji utuh RAP dan agregat baru Jumlah Tumbukan VIM VMA VFWA RAP agregat baru RAP agregat baru RAP agregat baru 2x25 14.68 13.24 19.54 18.18 25.08 26.86 2x50 13.72 12.12 18.63 17.12 26.6 28.87 2x75 12.01 11.15 17.02 16.2 29.69 30.22 Berdasarkan tabel perbandingan diatas agregat baru nilai VIM dan VMA lebih kecil dibandingkan dengan RAP, dan nilai VFWA agregat baru lebih tinggi dibandingkan RAP. Hal ini 10

mungkin terjadi karena pengaruh sisa aspal yang menempel pada agregat RAP dan usia RAP yang sudah tua menyebabkan berkurangnya kualitas, dan juga adanya pecahan butiran RAP saat dipadatkan sehingga menimbulkan lebih banyak rongga dibandingkan agregat baru. 3.4.2 Benda Uji dipotong 3 Bagian Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai void setiap lapisan atas, tengah, dan bawah pada benda uji dengan alat pemadat marshall hammer. 3.4.3 Benda Uji dipotong 3 Bagian RAP Nilai VIM benda uji dipotong tiga bagian campuran RAP dapat dilihat pada Gambar 14 di bawah ini: Gambar 14. Grafik nilai VIM setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran RAP Dari data diatas hasil nilai VIM terkecil berada pada lapisan bawah ditumbukan 2x25. Pada tumbukan 2x50 dan 2x75 nilai VIM terkecil pada lapisan tengah. Nilai VMA benda uji dipotong tiga bagian campuran RAP dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini: Gambar 19. Grafik nilai VMA setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran RAP Berdasarkan gambar diatas pada tumbukan 2x25 nilai VMA terkecil berada pada lapisan tengah dan nilai VMA terkecil pada lapisan tengah pada tumbukan 2x50 dan 2x75. Nilai VFWA benda uji dipotong tiga bagian campuran RAP dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini: 11

Gambar 15. Grafik nilai VFWA setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran RAP Nilai VFWA terbesar pada lapisan bawah didapat pada tumbukan 2x25, dan nilai terbesar pada lapisan tengah didapat pada tumbukan 2x50, dan 2x75. 3.4.4 Benda Uji dipotong 3 Bagian Agregat Baru Nilai VIM benda uji dipotong tiga bagian campuran agregat baru dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini: Gambar 16. Grafik nilai VIM setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran agregat baru Berdasarkan gambar diatas nilai VIM terkecil berada pada lapisan bawah tumbukan 2x25, nilai VIM terkecil pada lapisan tengah berada pada tumbukan 2x50 dan 2x75. Nilai VMA benda uji dipotong tiga bagian campuran agregat baru dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini: Gambar 16. Grafik nilai VMA setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran agregat baru 12

Berdasarkan gambar diatas pada tumbukan 2x25 nilai VMA terkecil berada pada lapisan bawah dan nilai VMA terkecil pada lapisan tengah pada tumbukan 2x50 dan 2x75. Nilai VFWA benda uji dipotong tiga bagian campuran agregat baru dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini: Gambar 17. Grafik nilai VFWA setiap lapisan dengan jumlah tumbukan campuran agregat baru Nilai VFWA terbesar pada lapisan bawah didapat pada tumbukan 2x25, dan nilai terbesar pada lapisan tengah didapat pada tumbukan 2x50, dan 2x75. Dari data diatas didapat data perbandingan dari tiap lapisan setiap benda uji, dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perbandingan nilai void benda uji utuh RAP dan agregat baru RAP Agregat Baru Jumlah VIM Tumbukan Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah 2x25 14.52 13.72 13.35 12.47 12.36 11.38 2x50 12.91 12.09 12.44 10.89 10.66 10.79 2x75 11.51 10.86 11.22 10.33 8.81 9.66 VMA 2x25 19.49 18.63 18.28 17.45 17.35 16.33 2x50 17.87 17.09 17.43 15.96 15.75 15.87 2x75 16.55 15.94 16.27 15.44 14.26 14.80 VFWA 2x25 25.33 26.60 27.23 28.81 29.01 31.21 2x50 28.01 29.54 28.86 32.08 32.59 32.28 2x75 30.71 32.13 31.34 33.37 36.62 35.06 Pada campuran RAP dan agregat baru tumbukan 2x25 nilai VFWA terbesar berada pada bagian bawah, beda halnya dengan tumbukan 2x50 dan 2x75 nilai VIM terbesar berada pada lapisan tengah. Nilai void terkecil berada pada lapisan tengah dikarenakan pengaruh tumbukan alat pemadat yang menumbuk kedua sisi atas dan bawah mempengaruhi kepadatan, akibat yang terjadi benda uji sedikit rusak dan mengurangi nilai void. Hal lain terjadi pada campuran RAP yang nilai voidnya 13

lebih besar dari agregat baru, hal ini terjadi karena usia RAP yang sudah tua dan juga aspal yang menyelimuti agregat mempengaruhi kurang maksimalnya kepadatan. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Hasil orientasi agregat pada campuran RAP didapatkan hasil lapisan atas batu bergerak paling dinamis dibanding lapisan tengah dan lapisan bawah. 2. Hasil orientasi agregat pada campuran agregat baru pergerakan batu paling dinamis pada lapisan atas. 3. Orientasi agregat dari kedua campuran agregat baru dan campuran RAP didapat hasil yang sama, akan tetapi hasil campuran agregat baru lebih dinamis dalam pemadatan. 4. Hasil pengujian distribusi void campuran agregat baru lebih homogen dalam pemadatan dibandingkan campuran RAP pada pengujian benda uji utuh dan benda uji dipotong tiga bagian. PERSANTUNAN Ucapan syukur peneliti disampaikan kepada Allah SWT. Atas berkah yang diberikan dan kasih sayangnya sehingga penelitian berjalan lancar. Do a dari kedua orang tua dan saudara yang tak pernah putus diberikan. Terima kasih disampaikan kepada DITLITABMAS KEMENRISTEKDIKTI dan dukungan fasilitas dari Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta dan PT. Tindodi Karya Lestari Tangerang. Terima kasih kepada Ir. Sri Sunarjono, MT., Ph. D, Senja Rum Harnaeni, ST., MT dan Ir. Agus Riyanto MT, yang membimbing dan memberi masukan serta arahan dalam penelitian ini. Terima kasih teman-teman mahasiswa dan alumni teknik sipil UMS 2011. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2001, Pedoman Penyusunan Laporan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Brown, Stephen, 1990, The Shell Bitumen Handbook, UK. Endah Kirnawan, Pancar, 2013, Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal yang dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) dan Stamper.Surakarta, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universita Muhammadiyah Surakarta. Kasan, Muhammad, 2009, Studi Karakteristik Volumetrik Campuran Beton Aspal Daur Ulang, Palu. Kementrian Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Nasyikin, Hafizun, 2012, Evaluasi Distribusi Void Campuran AC yang dipadatkan dengan Alat Pemadat Roller Slab (APRS), Surakarta. 14

Pramindana, Mada, 2016, Evaluasi Kontribusi Aspal dan Agregat dalam Mendukung Kekuatan Bahan RAP (Reclaimed Asphalt Pavement), Surakarta Ramanujam, J. M., and J. D. Jones, 2000, Characterisation of foamed bitumen stabilization. Proceedings Road System and Engineering Technology Forum, Australia.. Rum Harnaeni, Senja. Endah Kirnawan, Pancar, 2013. Tinjauan Void Campuran Aspal yang dipadatkan Menggunakan Alat Pemadat Roller Slab (APRS) dan Stamper, Surakarta. Sukirman, Silvia, 2003, Beton Aspal Campuran Panas. Penerbit Granit, Jakarta. Sunarjono, Sri, 2006, Pengamatan Respon Strain Lapis Perkerasan Material Campuran Dingin Busa Aspal dan Semen, Surakarta. Sunarjono, Sri, 2011, Rekayasa Campuran Foamed Asphalt di Laboratorium. Surakarta. Suprayitno, Ade, 2013, Perbandingan Orientasi Agregat Campuran Aspal yang dipadatkan Menggunakan Alat pemadat Roda Gilas (APRS) dan Marshall Hammer. Surakarta, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Windi Astuti, Wedyorini, 2015, Analisis Pengaruh Bahan Tambah Kapur Terhadap Karakteristik RAP (Reclaimed Asphalt Pavement), Surakarta. Widajat, D., 2009, Uji coba teknologi daur ulang campuran dingin dengan foam bitumen pada jalan Pantura. Jurnal Jalan-Jembatan, Bandung. http://bayugembell.blogspot.co.id/2012/05/aspal-dingin-cold-mix-asphalt.html2m=1 15