I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PENDEKATAN CTL BERORIENTASI LIFE SKILL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR 1) Oleh. Dodi Setiawan 2), Sudjarwo 3), Pargito 4)

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

I PENDAHULUAN. SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang terletak di jalan Proklamator Raya Link.IV

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

I. PENDAHULUAN. menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak suatu penciptaan dibatasi oleh

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. lanjut dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

Rambu-rambu Pengisian Mapel untuk SMA KTSP

I. PENDAHULUAN. pengembangan, definisi istilah, dan ruang lingkup penelitian. konsep yang saling berkaitan yaitu belajar (learning) dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif agar siswa dapat

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dalam arti luas merupakan segala kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan melalui ceramah akan sulit diterima oleh siswa dan

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

I. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

I. PENDAHULUAN. baik dan meningkatnya penguasaan konsep materi yang telah diajarkan.

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. maupun dari luar diri (eksternal) individu. Faktor internal sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aset yang dapat mendukung serta menunjang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. yang dekat dengan kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, pasti dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada tiga sekolah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Purbolinggo merupakan salah satu SMA swasta yang terletak di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. SMA Muhammadiyah 1 Purbolinggo berdiri pada tahun 1980, awal mulanya berdirinya sekolah ini atas kesepakatan bersama antara pengurus dan anggota Muhammadiyah. Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Purbolinggo memiliki Visi mencetak pelajar muslim yang berakhlak mulia, cerdas, dan terampil dalam iptek berbasis teknologi informatika. Visi tersebut diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam mencetak lulusan yang berkualitas serta memiliki akhlak mulia sehingga ketika keluar dari lingkungan sekolah dan terjun kelingkungan masyarakat akan bermanfaat. Jumlah keseluruhan siswa di SMA Muhammadiyah I Purbolinggo pada tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 388 siswa dengan rincian jumlah siswa laki-laki sebanyak 176 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 212 siswa untuk lebih jelasnya hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Siswa Perkelas Tahun Pelajaran 2012/2013 2 Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa X 27 39 66 XI 78 87 165 XII 71 86 157 Jumlah 176 212 388 Sumber: Data SMA Muhammadiyah I Purbolinggo Tahun 2013 Berdasarkan data siswa pada Tabel I pada tahun pelajaran 2012/2013 jumlah siswa kelas X sebanyak 66 siswa dimana jumlah siswa laki-laki sebanyak 27 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 39 siswa, jumlah siswa kelas XI sebanyak 165 siswa dimana jumlah siswa laki-laki sebanyak 78 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 87 siswa sedangkan untuk kelas XII jumlah siswanya sebanyak 157 dimana jumlah siswa laki-laki sebanyak 71 siswa dan jumlah siswa perempuan sebanyak 86 siswa. Pada tahun pelajaran 2012/2013 jumlah siswa kelas X mengalami penurunan yang cukup signifikan, hal ini diduga karena penambahan kelas di SMA Negeri I Purbolinggo sehingga cukup banyak menyerap lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Purbolinggo dan sekitarnya. Selain itu, diduga juga berkurangnya jumlah siswa pada tahun pelajaran 2012/2013 dikarenakan lulusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) lebih cenderung memilih masuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada di Kecamatan Purbolinggo dan sekitarnya. Jumlah Guru yang mengajar di SMA Muhammadiyah 1 Purbolinggo memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda seperti strata 2 maupun strata I sesuai dengan bidang studi mata pelajaran yang terdapat di sekolah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai keterangan data Guru dan jenjang pendidikan yang ditempuh.

Tabel 2. Jumlah Guru Di Tinjau Dari Latar Belakang Pendidikan 3 Guru Jumlah Guru Jenjang Pendidikan Ekonomi/Akutansi 3 S2/SI Matematika 4 S1 Bahasa Indonesia 4 S1 Bahasa Inggris 4 SI Pendidikan Agama 4 S2/S1 Biologi 3 S1 Penjaskes 3 S1 Sosiologi 2 SI Pkn 3 S1 TIK/Ketrampilan 3 S1 Kimia 3 S2/S1 Geografi 2 S1 Sejarah 4 SI Fisika 2 S1 Bahasa Arab 2 S1 KMD 3 S2/S1 Tata Busana 1 SI Tata Boga 1 S1 Jumlah 51 S2/S1 Sumber: Data SMA Muhammadiyah I Purbolinggo Tahun 2013 Jumlah guru dan jenjang pendidikan yang terdapat di sekolah SMA Muhammadiyah I Purbolinggo diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang berlangsung di SMA Muhammadiyah I Purbolinggo dalam memberikan pembelajaran kepada siswa. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran tidak hanya berdasarkan konsep, teori dan fakta, namun dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, diharapkan materi pembelajaran tidak hanya bersumber dari guru melainkan siswa secara aktif juga mencari sumber lain yang dapat menunjang dalam proses belajarnya. Sumber belajar lain yang bisa diperoleh siswa yakni melalui pemanfaatan internet ataupun kemampuan life skill yang dimiliki siswa melalui pengamatan di lingkungan tempat tinggalnya berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari.

4 Namun pada kenyataan yang terjadi saat ini, proses pembelajaran masih didominasi oleh guru dan belum mengembangkan kemampuan siswa secara mandiri. Siswa hanya bersifat pasif dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi membosankan dan tidak menarik bagi siswa. Hal itu dapat mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013. No Kategori Hasil Belajar Jumlah Persentase (%) 1 70 Tuntas KKM 16 43,24 2 < 70 Belum Tuntas KKM 21 56,75 37 100 Sumber: Dokumentasi Guru Mata Pelajaran Geografi Kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar Geografi yang diperoleh siswa sebagian besar masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 dari 37 siswa sebanyak 16 siswa atau sebesar 43,24 persen siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan sebanyak 21 siswa atau sebesar 56,75 persen siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dimana Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran Geografi kelas XI IPS adalah sebesar 70. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar siswa masih memiliki hasil belajar yang rendah atau belum menguasai materi yang sedang dipelajari. Penentuan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) ini diperoleh dengan menggunakan 3 kriteria penilaian meliputi, kompleksitas, daya dukung dan intake.

5 Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti selaku salah satu guru Geografi di SMA Muhammadiyah I Purbolinggo dimana siswa masih banyak yang kurang disiplin, hal ini ditunjukkan masih banyaknya siswa yang sering terlambat masuk sekolah sehingga ini akan mempengaruhi kesiapan siswa tersebut dalam proses pembelajaran. Masih rendahnya hasil belajar siswa tersebut diduga karena guru mungkin kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran pada saat proses pembelajaran, selain itu dari individu siswa yang memang kurang memiliki motivasi dan kurangnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat salah satunya yakni pada saat proses pembelajaran siswa siswa cenderung malas dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang termotivasi dalam proses belajaranya. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa sebagian besar yang menjadi alasan mengapa kurangnya motivasi belajar siswa disebabkan karena kurang menariknya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini hanya bersifat konvensional sehingga kurang menarik perhatian siswa. Kurang menariknya proses pembelajaran menjadi andil yang cukup besar dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa. Selain itu, aktivitas siswa juga masih dirasa rendah. Hal ini terlihat dari kurang interakif antara guru dan murid dimana ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tidak ada siswa yang bertanya, ataupun sebaliknya ketika guru memberikan pertanyaan hanya sedikit siswa yang mempunyai keberanian untuk mengeluarkan pendapatnya.

6 Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa sebagaian besar yang menjadi alasan rendahnya aktivitas siswa dikarenakan pada saat proses pembelajaran guru dalam menyampaikan materi kurang memperhatikan kemampuan pengetahuan awal siswa. Sehingga pada saat proses belajar ataupun pada saat diskusi siswa mengalami kesulitan berinteraksi dan memahami materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan uraian di atas, salah satu pendekatan yang diduga dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut dan mencapai tujuan yang diharapkan adalah dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill. Mengapa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill yang dipilih karena pembelajaran kontektul sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas belajar siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Menurut Nurhadi dalam Rusman (2012:189), pendekatan CTL kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) yaitu pendekatan yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

7 Berbagai alasan itulah yang menjadi alasan bagi peneliti untuk menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill pada proses pembelajaran Geografi. Kondisi saat ini menunujukkan bahwa siswa cenderung bosen dengan materi-materi atau konsep-konsep yang diberikan oleh guru terlebih itu hanya bersumber dari buku. Sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran pada dasarnya memang tidak hanya bersumber pada buku saja melainkan lingkungan yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi sumber belajar. Berangkat dari hal tersebut maka dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill diharapkan siswa lebih menikmati proses pembelajaran sehingga siswa tidak terbebani oleh materi-materi yang tersedia di dalam buku. Guru dalam hal ini mengaitkan pengalaman-pengalaman siswa yang diperoleh di lingkungan masingmasing dengan materi yang ada, sehingga setidaknya siswa sudah memiliki bekal dalam memahami materi yang ada. Mengingat manfaat yang diperoleh dari menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill diduga sangat besar baik oleh siswa maupun guru, pendekatan tersebut yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Geografi kelas XI IPS 2 semester genap SMA Muhammadiyah 1 Purbolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah 8 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat diidentifikasi permasalahanya sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar Geografi siswa 2. Model pembelajaran yang kurang menarik 3. Rendahnya motivasi belajar siswa pada saat proses pembelajaran 4. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran 5. Disiplin siswa masih rendah C. Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah: Rendahnya motivasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran Geografi di kelas XI IPS 2, dengan demikian pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo tahun pelajaran 2012/2013? 2. Bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo tahun pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka penelitian ini bertujuan untuk: 9 1. Menganalisis penerapan pendekatan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo tahun pelajaran 2012/2013. 2. Menganalisis penerapan pendekatan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Geografi pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo tahun pelajaran 2012/2013. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna: 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar terhadap mata pelajaran Geografi, sehingga siswa merasa lebih senang dan tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran. 2. Bagi guru, dapat memberikan informasi bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill bisa dijadikan alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Geografi, sehingga proses pembelajaran lebih bermakna, tidak membosankan, tidak terpusat pada guru dan memperhatikan kebutuhan siswa. 3. Bagi sekolah, dapat memberikan informasi kepada sekolah dalam meningkatnya motivasi dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill. 10 F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup objek penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang berorientasi pada life skill, motivasi belajar dan aktivitas belajar siswa. 2. Subjek penelitian Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Muhammadiyah I Purbolinggo yang berjumlah 37 terdiri atas 22 siswa lakilaki dan 15 siswa perempuan 3. Tempat penelitian Ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMA Muhammadiyah I Purbolinggo. 4. Waktu penelitian Ruang lingkup waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 5. Ruang lingkup ilmu Mata pelajaran Geografi merupakan bagian dari Social Studies atau yang lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Menurut Saidiharjo (dalam Pargito, 2010:32) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil fusi atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Pendidikan IPS di Indonesia

berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran tentang Social Studies 11 di negara-negara maju dan tingkat permasalahan sosial yang semakin kompleks. Terdapat lima tradisi dalam Social Studies, yaitu: (1) IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (Social studies as citizenship transmission); (2) IPS sebagai ilmu-ilmu sosial ( Social studies as social sciences); ( 3) IPS sebagai penelitian mendalam (Social studies as reflective inquiry); (4) IPS sebagai kritik kehidupan sosial (Social studies social criticism); (5) IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social studies as personal development of the individual). Penelitian khususnya mengkaji tentang penerapan model pembelajaran dan dampaknya terhadap motivasi dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Geografi sehingga bila ditinjau dari lima tradisi yang terdapat pada Social Studies di atas, penelitian ini masuk kedalam tradisi yang kelima yaitu IPS sebagai pengembangan pribadi individu (Social studies as personal development of the individual).