PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS

dokumen-dokumen yang mirip
Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

Vol 1, No 1, April 2017 ISSN

1

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Elly Wahyuni 1, Sri Sumiati 1, Nurliani 1

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Ibu Menyusui

HUBUNGAN POLA NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN KECUKUPAN ASI PADA BAYI DI DESA MEJASEM TIMUR KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENGELUARAN COLOSTRUM DI WILAYAH PUSKESMAS POLANHARJO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

Weni Tri Purnami, Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Ubi Jalar Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu Menyusui.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

PENGARUH PEMBERIAN SERBUK DAUN PEPAYA TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS DI BPM NY. HANIK DASIYEM, Amd.Keb DI KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. garam organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

Analisis Deskriptif Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Asi pada Ibu Nifas di Desa Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

KARAKTERISTIK MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RB MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

HUBUNGAN PELAKSANAAN RAWAT GABUNG DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI DI RB GRIYA HUSADA NGARAN, POLANHARJO, KLATEN

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

PEMBERIAN JAMU UYUP UYUP TERHADAP KELANCARAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU (ASI) PADA IBU NIFAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

METODE AMENORE LAKTASI. Fonda Octarianingsih

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang memaparkan tentang ASI eksklusif dan berbagai pilihan jenis

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Putri Kusumawati Priyono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN PENGELUARAN COLOSTRUM PADA KEHAMILAN TRIMESTER III

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA IBU POST PARTUM. Mimatun Nasihah* Dina Mahaijiran** ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TEKNIK MARMET TERHADAP PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

KADAR HEMOGLOBIN DAN KOMPOSISI ASI PADA IBU POSTPARTUM YANG DILAKUKAN PIJAT PAYUDARA DENGAN METODE OKETANI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DAN NUTRISI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUAMANG KUNING X TAHUN 2015

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

Transkripsi:

PENGARUH KONSUMSI JANTUNG PISANG TERHADAP KELANCARAN ASI PADA IBU NIFAS Ely Tjahjani* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id Pendahuluan: Nifas merupakan proses alamiah oleh wanita setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya diperoleh data bulan Januari sampai bulan Maret 2014 terdapat 43 orang ibu postpartum yang terdiri dari 15 (34,88 %) orang primipara dan 28 (65,12 %) orang multipara. Dari hasil wawancara terhadap 10 orang ibu postpartum yang dijumpai pada survey awal terdapat 6 orang mengalami kekurangan produksi ASI dan 4 orang produksi ASI nya cukup lancar. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI di wilayah kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014. Metode: Metode penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design. Populasi penelitian dengan menggunakan semua ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar, yang dipilih secara accidental sampling. Instrumen Penelitian adalah dengan menggunakan lembar observasi pengeluaran ASI sebelum dan sesudah mengonsumsi jantung pisang Hasil penelitian yang telah terkumpul dihitung secara univariat dengan tabel frekuensi dan bivariat dengan tabulasi silang. Interpretasi hasil analisis yaitu jika nilai statistik uji > nilai tabel atau nilai tingkat kemaknaanya yang diperoleh ρ < α dengan taraf signifikan α = 0,05.Hasil: Hasil penelitian didapatkan 20% pada ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak lancar, 80% ibu nifas pengeluaran ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima. Diskusi: Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas. Kata kunci : Jantung Pisang, Kelancaran ASI PENDAHULUAN Nifas merupakan proses alamiah yang dialami oleh wanita setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan perubahan fisiolagis, yaitu perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea, perubahan psikis, laktasi/pengeluaran ASI (Air Susu Ibu) Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar (Wiknojosastro, 2009). Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Setiawan, 2009). Pemberian ASI eksklusif adalah memberikan ASI tanpa makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Pemberian ASI esklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebapkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Depkes, 2005). Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian ASI masih jauh dari yang diharapkan. Menurut survei Demografi Kesehatan Indonesia 2010 hanya 10% bayi yang memperoleh ASI pada hari pertama, yang diberikan ASI 2 bulan sebanyak 73%, yang diberikan ASI 2 sampai 3 bulan sebanyak 53% yang diberikan ASI 4 sampai 5 bulan sebanyak 20% dan menyusui eksklusif sampai usia 6 bulan sebanyak 49% (WHO,2010). Cakupan pemberian ASI Eksklusi secara nasional di Indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. 41

Sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,4% pada tahun 2009 (Haris, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, bahwa 35% dari 57,208 ibu yang memberikan ASI eksklusif dan terdapat 65% ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. Dari data yang sudah didapat berdasarkan catatan Dinkes propinsi Jawa Timur terdapat 2% / 1700 anak mengalami gangguan perkembangan motorik khususnya pada usia toddler (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2009). Cakupan asi eksklusif di Kota Surabaya tahun 2013 dari 2.429 bayi yang diperiksa hanya 1.695 bayi yang di beri ASI eksklusif atau sebanyak 69,78% (Dinkes Kota Surabaya). Berdasarkan survey awal yang dilaksanakan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya diperoleh data bulan Januari sampai bulan Maret 2014 terdapat 43 orang ibu postpartum yang terdiri dari 15 (34,88 %) orang primipara dan 28 (65,12 %) orang multipara. Dari hasil wawancara terhadap 10 orang ibu postpartum yang dijumpai pada survey awal terdapat 6 orang ibu postpartum yang mengalami kekurangan produksi ASI yang disebabkan karena faktor nutrisi dimana ibu kurang mengetahui makanan apa saja yang dapat memperlancar ASI, sedangkan 4 orang ibu postpartum produksi ASI nya cukup lancar. Hal ini berarti masih tingginya ketidaklancaran pengeluaran ASI pada ibu nifas di puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014. Masalah yang ditimbulkan dari ibu menyusui adalah produksi ASI yang tidak maksimal, sehingga banyak bayi yang kebutuhan nutrisinya kurang karena ibu tidak dapat memberikan ASI maksimal yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi. Salah satu penyebab produksi ASI tidak maksimal disebabkan karena asupan nutrisi ibu yang kurang baik, menu makanan yang tidak seimbang, dan juga mengonsumsi makanan yang kurang teratur sehingga produksi ASI tidak mencukupi untuk diberikan pada bayi (Wahyuni, 2012). Dampak dari ASI yang tidak lancar membuat ibu berpikir bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Di samping itu, ada juga ibu yang merasa takut dan menghindar menyusui, akibatnya akan terjadi pembendungan dan statis ASI karena akan mengurangi isapan bayi pada payudara, maka jumlah ASI yang dikeluarkan sedikit. Sedangkan di negara berkembang, banyak ibu merasa cemas dan menggunakan jadwal dalam pemberian ASI sehingga kuantitas ASI yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan bayi (Wahyuni, 2012). Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika makanan ibu terus menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja dengan sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Murtiana, 2011). Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa diatasi ibu dengan mengkonsumsi daun pepaya, kacang panjang dan Jantung pisang (Wahyuni, 2012). Jantung pisang merupakan bagian dari tanaman pisang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi ASI. Dipilihnya jantung pisang karena harganya murah dan untuk memperolehnya sangat mudah. Alasan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Astawan. Menurutnya, selain karbohidrat, jantung pisang juga mengandung protein, mineral (terutama fosfor, kalsium dan besi, serta sejumlah vitamin A, B1 dan C. Dari hasil penelusuran survey awal peneliti selama 2 hari terdapat 10 orang ibu menyusui yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Srikuncoro Kabupaten Bengkulu Tengah, ternyata 6 orang ibu menyusui tidak memiliki masalah pada produksi ASI sejak dulu. Ada 4 ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memberikan ASI dengan alasan kurangnya produksi ASI (Wahyuni, 2012). Dengan banyaknya ibu yang mengalami ketidaklancaran ASI di Puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 2014 dan jantung pisang yang juga dipercaya bisa melancarkan ASI maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan One Group Pre Test Post Test Design untuk menguji apakad 42

ada perubahan kelancaran ASI pada ibu nifas sebelum dan setelah diberikan jantung pisang. Tempat dilaksanakan penelitian adalah di Puskesmas Gundi Surabaya. Dengan populasi seluruh ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar di Puskesmas Gundi Surabaya periode bulan Oktober 2014 sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel probability sampling dengan teknik accidental sampling. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel dependent adalah kejadian ibu nifas dengan pengeluaran ASI yang tidak lancar, sedangkan variabel independent adalah jnatung pisang. Instrument penelitian adalah lembar observasi pengeluaran ASI sebelum dan sesudah mengonsumsi jantung pisang Puskesmas Gundi Surabaya Bulan Oktober tahun 2014. HASIL PENELITIAN umur di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden berusia tidak beresiko yaitu 20 30 tahun sebanyak 11 orang (73,3 %). pendidikan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar responden yang diteliti terdapat 10 ( 66,7 %) ibu nifas yang berpendidikan SMA. pekerjaan di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 11 (73,3 %) dari responden yang diteliti terdapat ibu nifas yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. paritas di Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar 8 ( 53,3 %) dari responden yang diteliti terdapat ibu nifas primipara. Karakteristik Responden berdasarkan kelancaran ASI sebelum konsumsi Jantung pisang di puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Sebelum Konsumsi Jantung Pisang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Kelancaran ASI Frekuensi Presentasi (%) ASI Tidak 15 100 ASI 0 0 Jumlah 15 100 (Sumber : Data Primer tahun 2014) Berdasarkan tabel 1 dapat diinterpretasikan bahwa seluruhnya dari responden 15 (100%) ibu nifas sebelum mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya tidak lancar. kelancaran ASI sesudah konsumsi jantung pisang di wilayah kerja puskesmas gundi kota surabaya tahun 2014 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Sesudah Konsumsi Jantung Pisang Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Kelancaran ASI Frekuensi Presentasi (%) ASI Tidak 3 20,0 ASI 12 80,0 Jumlah 15 100 (Sumber : Data Primer tahun 2014) Tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80,0 %) ibu nifas sesudah mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya menjadi lancar. Dari hasil penelitian 15 orang ibu pada masa nifas di puskesmas Gundi Surabaya yang mengalami kurang lancar dalam memberikan ASI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh Pemberian Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Kelancar an ASI ASI Tidak ASI Sebelum Konsumsi Jantung Pisang Sesudah Konsumsi Jantung Pisang Frekuen si Presenta si (%) Frekuen si Presenta si (%) 15 100 3 20,0 0 0 12 80,0 Jumlah 15 100 15 100 Ρ value = 0,001 α = 0,05 (sumber : Data Primer tahun 2014) Berdasarkan tabel 2 diketahi bahwa seluruhnya dari responden sebelum konsumsi jantung pisang 15 ( 100% ) ibu nifas ASI tidak lancar, sesudah konsumsi jantung pisang 43

sebagian kecil dari responden 3 ( 20% ) ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak lancar. Sesudah konsumsi jantung pisang hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80 % ) ibu nifas ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima. PEMBAHASAN Identifikasi Kelancaran ASI Sebelum Konsumsi Jantung Pisang Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Dapat diinterpretasikan bahwa seluruhnya dari responden 15 (100%) ibu nifas sebelum mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya tidak lancar. ASI pada ibu nifas disebut lancar jika frekuensi bayi menyusu 8-10 kali/24 jam di minggu pertama, bayi rewel atau tidak, frekuensu BAK 6x/hari, ASI merembes keluar melalui puting (Sulistyawati, 2009). Secara teoritis banyak faktor yang berpengaruh terhadap kelanaran ASI, baik faktor ibu maupun faktor luar ibu. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat hamil. Kondisi sebelum hamil ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan yaiti trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan akan difrensiasi dari lobuloalveolus dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif bekerja yang berperan dalam produksi ASI. Sekresi ASI diatur oleh hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjannya prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling). Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya suckling yang akan menstimulasi sel mioepitel untuk mengeluarkan ASI. Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat dihisap bayi melalui puting susu. Faktor lain yang berpengaruh adalah frekuensi penyusunan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur dan paritas, stres dan penyakit akut, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, pil kontrasepsi (Judarwanto, 2013). Sebagian besar ibu nifas sebelum konsumsi jantung pisang produksi ASI nya termasuk tidak lancar. Hal ini bisa dipengaruhi berbagai faktor baik kondisi sebelum maupun setelah hamil. Kondisi sebelum hamil ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat hamil trimester II jika payudara tidak mengalami pembesaran karena pertumbuhan dan diferensiasi lobuloalveolus dan sel epitel payudara maka bisa menghambat produksi ASI. Selain faktor tersebut juga didukung oleh berbagai faktor lain terkait karakteristik responden. Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun. Umumnya pada usia ini masih cenderung kurang peduli terhadap berbagai hal yang dapat memperlancar produksi ASI, misalnya perawatan payudara sebelum persalinan, konsumsi makanan tertentu yang dapay memperlancar produksi ASI dan berbagai hal lain. Oleh karenanya secara umum cenderung tidak lancar. Identifikasi Kelancaran ASI Sesudah Konsumsi Jantung Pisang Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Dapat diinterpretasikan bahwa hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80,0 %) ibu nifas sesudah mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya menjadi lancar. Secara teknis kelancaran ASI dipengaruhi oleh berbagai makanan, salah satunya adalah jantung pisang yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi ASI ibu nifas. Jantung pisang mengandung laktogogum yaitu zat gizi yang dapat melancarkan produksi ASI. Hasil penelitian sebelumnya menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang adalah 5,7 kali. Setelah mengonsumsi jatung pisang pengalami peningkatan 9,75 kali. Hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap peningkatan produksi ASI ( ρ value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak ) (Wahyuni, dkk. 2012). Jika hampir seluruh responden sesudah pemberian jantung pisang produksi ASI nya termasuk lancar, maka hal ini disebabkan dengan mengonsumsi jantung pisang maka ibu mendapatkan laktogogum yaitu suatu zat gizi yang dapat meningkatkan dan dapat memperlancar produksi ASI terutama pada ibu yang mengalami masalah dalam produksi ASI. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang 44

adalah 5,7 kali dan setelah konsumsi jantung pisang mengalami peningkatan 9,75 kali. Hal ini juga tampak dari responden setelah mengkonsumsi jantung pisang maka tampak dari adanya rembesan ASI dari payudara ibu, payudara tidak terlihat tegang karena proses penyusuan lancar, dan hasil evaluasi 1 bulan menunjukan adanya peningkatan berat badan anak. Hasil wawancara dengan ibu juga mengatakan bahwa saat ini bayinya dapat tidur lebih tenang dengan rata-rata 3-4 jam tiap tidur serta rata-rata bayi dapat kencing lebih dari 6 kali/hari, bayi menyusu lebih dari 8 kali/24 jam. Hal ini sebagai indikator adanya kelancaran produksi ASI dari ibu menyusui pasca mengkonsumsi jantung pisang. Analisa Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Gundi Kota Surabaya Tahun 2014 Diketahi bahwa seluruhnya dari responden sebelum konsumsi jantung pisang 15 ( 100% ) ibu nifas ASI tidak lancar, sesudah konsumsi jantung pisang sebagian kecil dari responden 3 ( 20% ) ibu nifas yang pengeluaran ASI tidak lancar. Sesudah konsumsi jantung pisang hampir seluruhnya dari responden 12 ( 80 % ) ibu nifas ASI menjadi lancar. Pada α = 0,05 diperoleh ρ value = 0,001 sehingga ρ value < α diartikan H0 ditolak H1 diterima. Setiap 25 gram jantung pisang mengandung 31 kkal kalori, 1,2 gram senyawa protein, 0,3 gram lemak dan 7,1 gram zat karbohidrat. Jantung pisang juga mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C, dan mineral penting seperti fosfor, kalsium dan Fe (zat besi). Tak hanya itu, bunga pisang mengandung saponin yang berfungsi menurunkan kolesterol dan meningkatkan kekebalan tubuh serta mencegah kanker. Jantung pisang mengandung flavonoid yang berfungsi antiradikal bebas, antikanker, dan antipenuaan. Selain itu juga mengandung yudium yang bisa mencegah penyakit gondok (Astawan, 2008). Jantung pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang mengandung laktagogum memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk memproduksi ASI, waktu bayi mengisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hipofisis melalui nervosvagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Wahyuni dkk, 2012). Hasil penelitian sebelumnya menunjukan intensitas rata-rata frekuensi ASI sebelum konsumsi jantung pisang adalah 5,7 kali. Setelah mengonsumsi jatung pisang pengalami peningkatan 9,75 kali. Hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap peningkatan produksi ASI ( ρ value 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak ) (Wahyuni, dkk. 2012). Jika hasil analisis menunjukan ada pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas, maka hasil penelitian ini sesuai dengan teori maupun penelitian sebelumnya. Disebutkan bahwa jantung pisang memiliki beberapa senyawa yang dapat meningkatkan produksi ASI. Peningkatan produksi ASI dipengaruhi oleh adanya polifenol dan steroid yang mempengaruhi reflek prolaktin untuk merangsang alveoli yang bekerja aktif dalam pembentukan ASI. Hasil penelitian ini juga menyatakan bahwa peningkatan produksi ASI juga dirangsang oleh hormon oksitosin. Peningkatan hormon oksitosin dipengaruhi oleh polifenol yang ada pada jantung pisang yang akan membuat ASI mengalir lebih deras dibandingkan dengan sebelum mengonsumsi jantung pisang. Oksitosin merupakan hormon yang berperan untuk mendorong sekresi air susu (milk let down). Peran oksitosin pada kelenjar susu adalah mendorong kontraksi sel miopitel dari alveolus akan terdorong keluar menuju saluran susu, sehingga alveolus menjadi kosong dan memacu untuk sintesis air susu berikutnya. Korelasi ini sesuai dengan hasil penelitian Agil dalam Murtiana yang menyatakan bahwa tanaman yang berkhasiat terhadap peningkatan sekresi air susu (laktogogum) mempunyai kemungkinan mengandung bahan aktif yang bekerja seperti Prolactin Releasing Hormon (PRH), mengandung bahan aktif senyawa steroid, mengandung bahan aktif yang berkhasiat seperti oksitosin. Salah satu zat tersebut terdapat dalam jantung pisang yaitu oksitosin. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Paritas ibu nifas di Puskesmas Gundi Surabaya tahun 2014, seluruh responden sebelum konsumsi jantung pisang produksi ASI nya tidak 45

lancar setelah setelah mengkonsumsi jantung pisang hampir seluruh responden sesudah konsumsi jantung pisang produksi ASInya menjadi lancar. Adapun pengaruh konsumsi jantung pisang terhadap kelancaran ASI pada ibu nifas di wilayah kerja puskesmas Gundi Kota Surabaya tahun 2014 SARAN Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi peneliti tentang peningkatan produksi ASI, sehingga peneliti dapat meningkatkan kemampuan agar terampil dalam memberikan konseling tentang peningkatan produksi ASI sehingga dapat meningkatan pemberian ASI eksklusif. Sulistiawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi Offiset. Wahyuni, E. 2012. Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Batu Terhadap Peningkatan Produksi ASI Di Wilayah Puskesmas Srikuncoro, Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah. 15(4) Oktober 2012, 418-424. Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: yayasan Bina Pustaka. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Dinkes. 2009. Data dan Informasi Kesehatan Jawa Timur. Bersumber dari <http://www.dostoc.com/docs/69 481695/Data-Dari-Informasi- Kesehatan-Propinsi-Jawa Timur- 2009.[diakses bulan Desember 2011] Maritalia. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Murtiana, T. 2011. Pengaruh Konsumsi Daun Katuk Dengan Peningkatan Produksi ASI PadaIbu Menyusui Di Wilayah Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu Tahun 2011. Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Bengkulu: Bengkulu. Proverawati, A. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Purwanti. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu. Roesli, U. 2008. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspaswara. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Setiawan, A. 2009. Pemberian MP-ASI. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. Jakarta. 46