FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 SKRIPSI

HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN MEDAN MARELAN KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

Ikan, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi. protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3.

POLA KONSUMSI IKAN PADA ANAK BALITA DI NAGARI TARUANG-TARUANG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN RINA APRIANI

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

Pola Konsumsi Omega 3 Dari Makanan Berbahan Ikan Pada Ibu Hamil di Kota Tarakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... ABSTRACT... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

diketahui agar tercukupinya kebutuhan gizi anak sekolah, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

HUBUNGAN KECUKUPAN ASAM EIKOSAPENTANOAT (EPA), ASAM DOKOSAHEKSANOAT (DHA) IKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING PADA RUMAH MAKAN DI KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KEGEMUKAN PADA REMAJA (Studi di SMP Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya)

KONSUMSI IKAN DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP KEBUTUHAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN DI LINGKUNGAN IX KELURAHAN LABUHAN DELI KECAMATAN MEDAN MARELAN

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

KONTRIBUSI ZAT GIZI MAKRO MAKAN SIANG TERHADAP STATUS GIZI DI SDIT Ar. RAIHAN, TRIRENGGO, BANTUL, YOGYAKARTA. NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui

POLA MAKAN DAN KERAGAMAN MENU ANAK BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2005

1 Universitas Indonesia

Keywords: Anemia, Social Economy

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dunia semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan yang berbahaya dan

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN KONSUMSI BUAH, SAYUR DAN KECUKUPAN SERAT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI MEDAN SKRIPSI. Oleh ANGGI RARA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

² Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI IKAN SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 060919 DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 Oleh : Asih Monica Putri 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Mahasiswa Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2 Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Email: asihmonica@yahoo.co.id ABSTRACT Fish is a source of good protein for the growth. The lower of fish consumption of the student of elementary school is a problem caused by any factors. The objective of this research is to study factors related to the fish comsumption pattern of the student of elementary school of SD Negeri 060919 in subdistrict of Medan Sunggal 2015. The method of research is an analytic survey with cross sectional design. The sample is 44 students by purposive sampling method. The species of fish, the number of fish and frequency of fish consumption is indicated by using recall and food frequency questionnaire form. The factors related to the fish comsumption such as knowledge, social culture, economic and support of mother is indicated by using questionnaire form. The result indicated that as many as 15 persons (34,1%) student of elementary school consumed fish that lives in middle water, as many as 23 persons (52,3%) student the number of consumed fish is in good category and as many as 13 persons (29,5%) student frequency of fish consumption in medium category. The result of Chi Square test indicated that there is a correlation of the knowledge and the number of consumed fish (p=0,0001), social culture and the number of consumed fish (p=0,005), economic and the number of consumed fish (p=0,0001), and support of mother and the number of consumed fish (p=0,001). The school also suggested to build a matual cooperation with puskesmas at nutrition extension and Education office to build a matual cooperation with the Agricultural and Marine office of Medan to support the program of Fish Consumption. Keywords : fish consumption, social culture, student of elementary school Pendahuluan Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per kapita per tahun. Angka tersebut masih sangat jauh jika dibandingkan dengan konsumsi ikan di negara Jepang sebesar 120 kilogram per kapita per tahun (Ronny, 2013). Terjadinya peningkatan tumbuh kembang anak di negara Jepang dalam beberapa waktu terakhir, diasumsikan karena perubahan pola konsumsi kearah pola konsumsi ikan sebagai sumber protein hewani dan mengkonsumsi sumber laut lain yang berkaitan dengan berbagai zat gizi esensial. Menurut Wahyuni yang dikutip oleh Nilawati (2006) budaya makan ikan yang tinggi pada masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan anak-anak di Jepang. Dalam penelitian yang berbeda, orang tua di Jepang yang mengkonsumsi ikan dan sumber hasil laut lainnya memiliki resiko lebih rendah terkena penyakit jantung dan pembuluh darah. Beberapa faktor ditengarahi sebagai penyebab rendahnya konsumsi ikan di Indonesia, antara lain karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang

gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, rendahnya suplai ikan khususnya ke daerah-daerah pedalaman akibat kurang lancarnya distribusi pemasaran ikan, belum berkembangnya teknologi pengolahan/ pengawetan ikan sebagai bentuk keanekaragaman dalam memenuhi tuntutan selera konsumen dan sarana pemasaran serta distribusi masih terbatas baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Ronny, 2013). Peringatan Harkannas (Hari Ikan Nasional) bertema Ikan untuk Ketahanan Pangan dan Gizi Nasional pada tanggal 21 November 2014 yang digelar oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pertama kalinya diadakan agar masyarakat mampu mengingat serta kembali melihat kelautan dan perikanan sebagai tumpuan dan harapan pembangunan nasional. Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN) juga upaya yang diinisisasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membangun kesadaran gizi individu maupun masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan. Ikan merupakan salah satu sumber asam lemak tak jenuh dan protein hewani terbaik. Asam lemak yang paling banyak pada ikan terutama dibagian perutnya adalah asam lemak omega-3, terutama asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) yang baik untuk kekebalan tubuh, menghambat pertumbuhan kanker, menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL), menyehatkan jantung dan baik untuk perkembangan otak terutama pada balita. Kandungan asam lemak ini bervariasi, tergantung jenis ikannya. Pada umumnya ikan laut mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan ikan air tawar (Murdiati, 2013). Ikan mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan telur dan daging. Ikan sarden mengandung 21 gram protein, telur ayam mengandung 12,8 gram protein dan daging sapi mengandung 18,8 gram protein. Berdasarkan kampanye pada tanggal 29 November 2014 yang diadakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, individu termasuk kelompok usia sekolah menjadi sasaran kegiatan. Anak usia sekolah merupakan generasi penerus untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Sudah seharusnya mereka memperoleh pembinaan dan peningkatan taraf kesehatan agar kelangsungan hidup dan perkembangan fisik maupun mental yang dikenal sebagai proses tumbuh kembang dapat berjalan secara optimal (Adriani, 2012). Dari survei awal yang dilakukan kepada beberapa siswa, rasa ikan yang tidak enak dan bau ikan yang amis menjadi penyebab anak tidak memilih ikan sebagai sumber protein hewani yang baik untuk kecerdasan otak pada masa pertumbuhan. Kondisi ekonomi masyarakat yang ratarata menengah ke bawah juga menjadi salah satu faktor rendahnya konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar, padahal ketersediaan ikan di lingkungan sekitar cukup. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015. Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian berupa survei yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015. Sampel yang diambil berjumlah 44 siswa dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Hasil dan Pembahasan Sekolah Dasar (SD) Negeri 060919 berdiri di atas tanah seluas 1500. SD ini terletak di Jalan Setia Budi No. 6 Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Adapun sarana yang dimiliki sekolah ini adalah 6 ruangan kelas, 1 ruangan kepala sekolah dan 1 ruangan kantor yang digabung dengan tata usaha. Saat ini, kepala sekolah SD tersebut adalah Ibu Orni, S.Pd yang dibantu oleh 10 orang guru. Jumlah siswa yang belajar di sekolah tersebut pada tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 117 orang yang terdiri dari 18 orang kelas I, 21 orang kelas II, 15 orang kelas III, 19 orang kelas IV, 23 orang kelas V, 21 orang kelas VI. Berdasarkan jenis kelamin siswa di SD tersebut terdapat 59 orang siswa laki-laki dan 58 orang siswa perempuan. Di sekitar lingkungan sekolah banyak pedagang yang menjual berbagai jenis makanan ringan, karena banyaknya makanan yang dijual di lingkungan sekolah pada jam istirahat berlangsung, menjadi alasan anak memilih untuk tidak membawa bekal dari rumah. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Karakteristik Siswa Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 9-11 Tahun 12-14 Tahun Jumlah Siswa 21 23 32 12 47,7 52,3 72,7 27,3 Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa terdapat 21 orang siswa (47,7%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 23 orang siswa (52,3%) yang berjenis kelamin perempuan. Jumlah siswa yang berada pada kelompok umur 9-11 tahun sebanyak 32 orang siswa (72,7%) dan yang berada pada kelompok umur 12-14 tahun sebanyak 12 orang siswa (27,3%). Tabel 2 Distribusi Karakteristik Keluarga Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Karakteristik Keluarga Pekerjaan Ayah PNS Karyawan Wiraswasta Tukang Bangunan/Buruh Tukang Becak Pekerjaan Ibu Wiraswasta Jumlah Siswa 2 5 12 15 10 3 41 4,5 11,4 27,3 34,1 22,7 6,8 93,2 Ibu Rumah Tangga Ekonomi <1.200.000,- 20 45,5 1.200.000,- 24 54,5 Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan ayah sebagai tukang bangunan/buruh sebesar 34,1% dan sebagai PNS sebesar 4,5%. Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga sebesar 93,2% dan sebagai wiraswasta sebesar 6,8%. Kondisi ekonomi keluarga siswa sekolah dasar pada kategori <1.200.000,- sebesar 45,5% dan kondisi ekonomi keluarga siswa sekolah dasar pada kategori 1.200.00,- sebesar 54,5%. Tabel 3 Distribusi Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Konsumsi Jumlah Siswa No. Ikan 1. Ya 30 68,2 2. Tidak 14 31,8 Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa siswa SD yang mengonsumsi ikan sebanyak 30 orang siswa (68,2%) dan siswa SD yang tidak mengonsumsi ikan sebanyak 14 orang siswa (31,8%).

Tabel 4 Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Jenis Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa 14 31,8 2. Ikan Laut 12 27,3 3. Ikan Air Tawar 15 34,1 4. Hasil Olahan Ikan 3 6,8 Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 15 orang siswa (34,1%) mengonsumsi jenis ikan air tawar dan sebanyak 3 orang siswa (6,8%) mengonsumsi hasil olahan ikan. Ikan air tawar yang banyak dikonsumsi siswa seperti lele, mas, mujair dan hasil olahan ikan seperti ikan asin. Ikan teri merupakan jenis ikan laut yang banyak dikonsumsi oleh siswa SD karena rasanya yang gurih dan didukung oleh kebiasaan ibu dalam menyajikan masakan ikan teri di rumah. Ikan juga merupakan sumber kalsium, terutama pada ikan teri (Murdiati, 2013). Selain ikan teri, jenis ikan laut lain yang dikonsumsi oleh siswa SD adalah ikan tongkol, ikan sarden dan ikan kembung. Jenis ikan air tawar yang banyak dikonsumsi oleh siswa SD adalah ikan lele karena dagingnya yang lembut dan rasa daging ikannya yang tidak kalah enak dari jenis ikan air tawar lain menjadi alasan anak cenderung memilih ikan lele sebagai ikan yang banyak mereka konsumsi. Selain ikan lele, siswa SD juga mengonsumsi jenis ikan air tawar lainnya, yaitu ikan nila, ikan mas dan ikan mujair. Dibandingkan dengan ikan air laut, anak cenderung memilih jenis ikan air tawar untuk dikonsumsi. Dilihat dari segi gizi juga kandungan protein ikan air tawar tidak berbeda dengan ikan laut, tetapi kadar asam lemak omega-3 nya yang jauh lebih rendah (Khomsan, 2010). Selain jenis ikan laut dan jenis ikan air tawar yang dikonsumsi oleh siswa SD, ikan asin yang mengandung kadar garam tinggi yang merupakan hasil olahan ikan dengan cara digarami lalu dijemur juga menjadi pilihan jenis ikan yang dikonsumsi. Dari penelitian yang dilakukan dengan wawancara langsung, untuk mengetahui hasil olahan ikan yang dikonsumsi, diperoleh hasil bahwa semua siswa SD mengonsumsi ikan asin dalam satu minggu. Ketersediaan ikan asin di rumah dapat dipengaruhi oleh banyaknya ikan asin yang tersedia di pasar tradisional di lingkungan rumah. Tabel 5 Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jenis Ikan Jumlah Siswa A. Ikan Laut 1. Teri 25 83,3 2. Sarden 19 63,3 3. Kembung 13 43,3 4. Tongkol 20 66,7 B. Ikan Air Tawar 1. Lele 27 90,0 2. Nila 16 53,3 3. Mas 13 43,3 4. Mujair 12 40,0 C. Hasil Olahan Ikan 1. Ikan Asin 30 100,0 Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa untuk jenis ikan laut sebanyak 25 orang (83,3%) mengonsumsi ikan teri dan 13 orang (43,3%) mengonsumsi ikan kembung. Siswa yang mengonsumsi jenis ikan air tawar sebanyak 27 orang (90,0%) mengonsumsi ikan lele dan 12 orang (40,0%) mengonsumsi ikan mujair. Untuk jenis hasil olahan ikan sebanyak 30 orang (100,0%) mengonsumsi ikan asin.

Tabel 6 Distribusi Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Jumlah Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa N % 14 31,8 2. Kurang 7 15,9 3. Baik 23 52,3 Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa sebanyak 7 orang (15,9%) memperoleh jumlah ikan pada kategori kurang dan 23 orang (52,3%) memperoleh jumlah ikan pada kategori baik. Menurut Meliala (2009) ikan sangat baik untuk dikonsumsi karena kandungan proteinnya yang tinggi dan berguna untuk kesehatan tubuh terutama bagi anak-anak yang masih dalam tahap pertumbuhan karena akan sangat besar pengaruhnya bagi kecerdasan otak. Selain tinggi protein ikan juga mengandung zat gizi mikro seperti vitamin A, seng, selenium, kalsium dan yodium yang cukup baik. Dengan kandungan gizi makro dan mikro yang cukup tinggi ini, maka ikan mempunyai arti penting dalam menaggulangi berbagai masalah gizi (Khomsan, 2010). jarang, 13 orang (29,5%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori kadang-kadang dan 8 orang (18,2%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori sering. Penelitian lain yang dilakukan oleh Riyandini (2014) tentang frekuensi konsumsi ikan anak-anak SD Brigjend Katamso II diperoleh sebanyak 39,7% anak-anak berada pada kategori frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang. Selain ikan, anak-anak mengonsumsi sumber protein lain seperti telur, tempe, tahu, dan daging ayam. Hal inilah yang menyebabkan masih hanya sekitar 18,2% siswa yang frekuensi konsumsi ikannya tergolong sering. Padahal menurut Saparinto yang dikutip dalam Riyandini (2014) jika bahan makanan dari ikan diolah dengan bumbu yang sesuai dengan teknik pemasakan yang tepat dan disajikan secara kreatif, dapat menggugah selera makan anak-anak, mengingat manfaat ikan yang baik untuk anak tertama pada masa pertumbuhan. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 No. Frekuensi Ikan yang dikonsumsi 1. Tidak Mengonsumsi Ikan Jumlah Siswa 14 31,8 2. Jarang 9 20,5 3. Kadang-Kadang 13 29,5 4. Sering 8 18,2 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa dari 30 orang siswa sebanyak 9 orang (20,5%) memperoleh frekuensi konsumsi ikan pada kategori

Tabel 8 Distribusi Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Variabel Jumlah Siswa Pengetahuan a. Kurang 7 15,9 b. Sedang 20 45,5 c. Baik 17 38,6 Sosial Budaya a. Negatif b. Positif Ekonomi a. Rendah b. Tinggi Dukungan Ibu a. Tidak Baik b. Baik Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dari 44 orang siswa sebanyak 7 orang (15,9%) memiliki pengetahuan kategori kurang, 20 orang (45,5%) memiliki pengetahuan kategori sedang dan 17 orang (38,6%) memiliki pengetahuan kategori baik. Berdasarkan kondisi sosial budaya sebanyak 16 orang 16 28 20 24 17 27 36,4 63,6 45,5 54,5 38,6 61,4 (36,4%) dengan kategori negatif dan sebanyak 28 orang (63,6%) dengan kategori positif. Segi ekonomi keluarga sebanyak 20 orang (45,5%) dengan kategori rendah dan sebanyak 24 orang (54,5%) dengan kategori tinggi. Dukungan ibu kepada siswa dalam mengkonsumsi ikan sebanyak 17 orang (38,6%) dengan kategori tidak baik dan sebanyak 27 orang (61,4%) dengan kategori baik. Tabel 9 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Pengetahuan Tidak Ada Kurang Baik 1. Kurang 1 14,3 3 42,9 3 42,9 2. Sedang 12 60,0 3 15,0 5 25,0 3. Baik 1 5,9 1 5,9 15 88,2 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa hubungan pengetahuan dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD yang memiliki pengetahuan kurang 42,9%, pada siswa SD yang memiliki pengetahuan pada sedang 15,0% sedangkan siswa SD yang memiliki pengetahuan baik sebesar 5,9%. p 0,0001 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Hal tersebut didukung oleh teori bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dapat terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Jika kita menghendaki agar masyarakat gemar makan ikan, maka diperlukan peningkatan pengetahuan, sehingga mereka mengetahui manfaat positif mengkonsumsi ikan bagi kesehatan (Khomsan, 2010). Daging ikan mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting bagi tubuh diantaranya menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari, membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit serta memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh (Saparinto dalam Riyandini, 2014). Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak jenuh berupa omega-3 dan omega-6 yang disarankan untuk dikonsumsi tidak kurang dari 2,4% dari total asupan omega-6 dan 0,5-1,0% dari total asupan omega-3 (Meliala, 2009). Tabel 10 Hubungan Sosial Budaya dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Sosial Budaya Tidak ada Kurang Baik p 1. Negatif 2 12,5 6 37,5 8 50,0 2. Positif 12 42,9 1 3,6 15 53,6 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa siswa dengan kondisi sosial budaya pada kategori negatif mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 6 orang (37,5%), siswa dengan kondisi sosial budaya positif mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 1 orang (3,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,005 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara sosial budaya dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Hasil penelitian yang dilakukan kepada siswa dengan wawancara langsung beberapa diantara mereka ada yang mengatakan bahwa mengonsumsi ikan menyebabkan alergi, beberapa diantara mereka juga mengeluhkan bau ikan yang amis dan rasanya yang tidak enak. Dari sudut pandang antropologi gizi diketahui mengubah pola (kebiasaan) makanan masyarakat sangat sulit karena kebiasaan makan diwariskan turun-temurun sejak kanak-kanak sampai dewasa. Kesadaran 0,005 masyarakat tentang pentingnya mengkonsumsi ikan untuk perbaikan gizi akan meningkatkan permintaan akan ikan. Oleh karena itu, upaya pemasaran sosial peningkatan konsumsi ikan perlu selalu digalakan. Bagi masyarakat yang bertempat tinggal di daerah bukan pantai, tentu saja tidak mudah untuk mengakses ikan, sehingga budaya makan dikembangkan adalah budaya non ikan. Pada hakikatnya sifat kebudayaan adalah kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia dan kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu dan mencakup tindakan yang diterima dan ditolak maupun yang dilarang dan diizinkan (Soekanto, 2006). Ikan di mata masyarakat memang belum menduduki posisi sosial strategis. Hal ini berbeda dengan produk hewani asal ternak yang seringkali dapat digunakan sebagai indikator peningkatan kesejaterahan. Masyarakat kurang mampu dulunya jarang makan telur dan daging, setelah pendapatannya meningkat yang bertambah adalah konsumsi telur dan daging.

Fenomena ini tidak berlaku untuk ikan (Khomsan (2010). Tabel 11 Hubungan Ekonomi dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Ekonomi Tidak Ada Kurang Baik p 1. Rendah 10 50,0 6 30,0 4 20,0 0,0001 2. Tinggi 4 16,7 1 4,2 19 79,2 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa siswa dengan kondisi ekonomi pada kategori rendah ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 6 orang (30,0%), siswa dengan kondisi ekonomi pada kategori tinggi ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 1 orang atau (4,2%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,0001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara ekonomi dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Penelitian ini didukung oleh teori bahwa keadaan ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan makanan yang tersedia dalam keluarga (Supariasa, 2001). Tabel 12 Hubungan Dukungan Ibu dengan Jumlah Ikan yang Dikonsumsi Siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 Di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015 Jumlah Ikan No. Dukungan Ibu Tidak Ada Kurang Baik p 1. Tidak Baik 2 11,8 7 41,2 8 47,1 0,001 2. Baik 12 44,4 0 0,0 15 55,6 Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa dengan dukungan ibu pada kategori tidak baik ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori kurang yaitu 7 orang (41,2%), siswa dengan dukungan ibu pada kategori baik ternyata mengonsumsi ikan dengan jumlah ikan pada kategori baik yaitu 15 orang (55,6%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan ibu dengan jumlah ikan yang dikonsumsi siswa SD. Penelitian ini didukung oleh teori bahwa untuk masa bayi dan kanak-kanak, mereka masih sangat tergantung pada orangtuanya. Makanan apa saja yang diberikan oleh orangtuanya, itulah yang dimakan. Apabila orangtua sejak awal tidak pernah memperkenalkan atau membiasakan anak-anaknya untuk mengkonsumsi ikan, maka sampai dewasa terbentuklah sikap atau pola makan non ikan (Nadesul, 1995). Kesimpulan 1. Hasil analisa statistik didapatkan bahwa siswa SD Negeri 060919 yang mengonsumsi ikan sebesar 79,8% dan yang tidak mengonsumsi ikan sebesar 37,2%. 2. Hasil frekuensi pola konsumsi ikan di SD Negeri 060919 didapatkan bahwa 29,5% siswa yang mengonsumsi ikan pada kategori kadang-kadang. 3. Pada hasil penelitian terdapat 4 faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa SD Negeri 060919 di Kecamatan Medan Sunggal yaitu,

pengetahuan, sosial budaya, ekonomi dan dukungan ibu dengan nilai p<0,05. Saran 1. Konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 perlu ditingkatkan dibantu dengan informasi gizi yang diberikan oleh guru, karena masih ada siswa yang tidak mengkonsumsi ikan sebagai sumber protein hewani yang baik untuk masa pertumbuhan. 2. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan puskesmas dalam melakukan penyuluhan gizi kepada siswa Sekolah Dasar. 3. Dinas Pendidikan diharapkan dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan. 4. Dari segi jenis ikan yang dikonsumsi diharapkan siswa lebih banyak mengkonsumsi jenis-jenis ikan laut mengingat kandungan gizinya yang lebih baik untuk masa pertumbuhan dan dari segi frekuensi ikan yang dikonsumsi diharapkan siswa mampu meningkatkan konsumsi ikan. Daftar Pustaka Adriani, M. dan Wirjatmadi, B., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana. Jakarta. Almatsier, Sunita., 2009. Prinsip Dasar Imu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Apriani, Rina., 2012. Pola Konsumsi Ikan Pada Anak Balita Di Nagari Taruang- Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman. Skripsi. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang. Padang. Demanik, Harry M., 2010. Pola Makan dan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Di Desa Perbukitan dan Di Desa Tepi Danau Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan. Departemen Kesehatan., 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Diunduh dari http://gizi.depkes.go.id tanggal 28 Maret 2015. Gober, Uwe., 2009. Mikro-Nutrien Penyelarasan Metabolik, Pencegahan, dan Terapi. Edisi I. Kencana Prenademedia Group. Jakarta. Ikawati., 2014. Peringatan Hari Ikan Nasional Perdana, KKP Ajak Tingkatkan Konsumsi Ikan. Diakses dari http://jurnalmaritim.com tanggal 28 Maret 2015. Ronny., 2014. Pemprov Sumbar Dorong Mastarakat Tingkatkan Konsumsi Ikan. Diakses dari http://jurnalsumatra.com tanggal 28 Maret 2015. Jurnal Warga., 2014. Walikota Ajak Siswa SD Gemar Makan Ikan. Diakses dari http://www.jurnalwarga.com tanggal 10 Mei 2015. Khomsan, Ali., 2010. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Meliala, Endang R.S., 2009. Konsumsi Ikan dan Kontribusinya Terhadap Kebutuhan Protein Pada Keluarga Nelayan Di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan. Muhilal dan Damayanti., 2006. Gizi Anak dan Remaja. EGC. Jakarta. Murdiati, A. dan Amaliah., 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua. Edisi II. Kencana Prenademedia Group. Jakarta. Nadesul, H., 1995. Cara Sehat Mengasuh Anak. Puspa Swara. Jakarta. Nilawati, Nurul S., 2006. Hubungan Konsumsi Ikan Dengan Perkembangan Kognisi Anak Baduta (12-23 Bulan) Studi Di Kecamatan Gandus Kota Palembang Tahun 2006. Tesis. Pasca Sarjana Program Studi Magister Gizi Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang.

Notoatmodjo, S., 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Riyandini, Mentari C., Hubungan Konsumsi Ikan Dengan Prestasi Belajar Anak Di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Simanjuntak, Betty Y., 2002. Sumbangan Protein Ikan Terhadap Konsumsi Total Protein Anak SD Keluarga Nelayan dan Bukan Nelayan pada SD 065002 Kelurahan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2002. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan. Soekanto, Soerjono., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suhardjo, Kusharto C., 1992. Prinsip- Prinsip Ilmu Gizi. Kanisius. Yogyakarta. Supariasa, I D.N., Bakri B., & Fajar I., 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Zulaihah, S dan Widajanti, L. 2006. Hubungan Kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) Ikan dan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Gizi Indonesia Volume 1 Nomor 2 Hal 15-25. Zulfrida., 2003. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Murid Sekolah Dasar Islam Terpadu Siti Hajar di Kota Medan Tahun 2003. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara. Medan.