BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hasil amandemen Undang-undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004

RechtsVinding Online

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BEBERAPA MASALAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM 1

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB III KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM SENGKETA PEMILIHAN KEPALA DAERAH. A. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Dalam Sengketa Pilkada

BAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

PUTUSAN Nomor 92/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI

Peran Strategis Komisi Pemilihan Umum dalam Pelaksanaan Pemilu

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

PUTUSAN MK NO. 54/PUU-XIV/2016 DAN IMPLIKASI DI DALAM PILKADA Oleh Achmadudin Rajab* Naskah Diterima: 24 Juni 2017, Disetujui: 11 Juli 2017

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

PENGKODIFIKASIAN UNDANG-UNDANG PEMILU

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BAB III Pastikan proses penetapan calon terpilih berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan suara sesuai tingkatannya

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

RechtsVinding Online

RINGKASAN PUTUSAN.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan rakyat menjadi landasan berkembangnya demokrasi dan negara republik.

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu persoalan penting itu adalah pengisian jabatan-jabatan. Secara

POTENSI CALON PERSEORANGAN DALAM PERUBAHAN KEDUA UU NO. 1 TAHUN 2015 Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 23 Maret 2016; disetujui: 4 April 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS SITUASI KAJIAN HUKUM GUGATAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN PILKADA ACEH 2017 EDISI 15 TAHUN 2017 PRODUK JARINGAN SURVEY INISIATIF

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

PILKADA LANGSUNG DI ACEH, DI ANTARA SENGKETA TIGA ATURAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

BAB II TINJAUAN UMUM PEMILUKADA DAN PERATURANNYA. Pemilihan Umum Kepala Daerah atau yang biasa disingkat dengan

DINAMIKA PETAHANA DAN PENCALONANNYA DALAM PILKADA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 04 Mei 2016; disetujui: 26 Mei 2016

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang pemilihan Kepala Daerah menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah lembaga penyelenggaraan pemilu

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENINGKATAN PEMAHAMAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA PUSAT PENDIDIKAN PANCASILA DAN KONSTITUSI

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/SKLN-IV/2006 Perbaikan Tgl, 29 Maret 2006

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

peraturan perundang-undangan serta hasil dari penelitian lapangan. menjawab permasalahan hukum yang diajukan dalam tulisan ini secara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) sebagai sebuah

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI PADA SENGKETA HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH

Reformasi Kelembagaan MPR Pasca Amandemen UUD 1945

Menelaah Mekanisme Pemilihan Kepala Daerah Oleh: Teguh Nirmala Yekti *

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PUTUSAN Nomor 8/PUU-VI/2008

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Kuasa Hukum Badrul Munir, S.Sg., SH., CL.A, dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 2 April 2015.

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

Ringkasan Putusan.

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 129/PUU-XII/2014 Syarat Pengajuan Calon Kepala Daerah oleh Partai Politik dan Kedudukan Wakil Kepala Daerah

P U T U S A N. Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

Transkripsi:

136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia secara konstitusi (UUD NRI Tahun 1945) merupakan ketentuan pemerintahan daerah. Hal ini sesuai dengan amanat reformasi, dimana Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 mengatur bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis. Hanya saja, rumusan dipilih secara demokratis dalam ketentuan Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 ini kemudian ditafsirkan oleh pembuat UU (pemerintah dan DPR) menjadi dipilih secara langsung. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 24 ayat (5) UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur bahwa: kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, 136

137 bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pengaturan pilkada yang seperti ini mengidentikkan pilkada dengan pemilu. Hal tersebut kemudian diikuti dengan pengalihan penanganan sengketa hasil penghitungan suara pilkada yang sebelumnya dilakukan oleh MA dialihkan kepada MK. Bahkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu, ketentuan-ketentuan mengenai penyelenggara pilkada dimasukkan dalam pengaturan mengenai penyelenggara pemilu. 2. Pemaknaan kalimat dipilih secara demokratis dalam pilkada di Indonesia sesungguhnya tidak harus dilaksanakan secara langsung. Dengan kata lain, kepala daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) bisa saja dipilih melalui lembaga perwakilan yaitu DPRD. Alasannya adalah bahwa ketentuan Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 tidak mengatur secara eksplisit mengenai bentuk dan prosedur pilkada. Oleh karena itu, untuk menakar apakah penafsiran pilkada langsung sesuai dengan kalimat dipilih secara demokratis, terdapat tiga ukuran dalam UUD NRI Tahun 1945, yang diuraikan sebagai berikut: Pertama, ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945, yang secara tegas menyebutkan, bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD NRI Tahun 1945. Pasal ini mensyaratkan pengejewantahan kedaulatan yang berada di tangan rakyat tersebut harus bersandar dan memiliki landasan serta diselenggarakan menurut prosedur konstitusional yang ditetapkan berdasarkan konstitusi.

138 Dengan kata lain, pengaturan pelaksanaan kedaulatan rakyat tidak cukup hanya diatur berdasarkan politik hukum setingkat UU saja. Kedua, Pasal 22E ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 dengan jelas mengatur bahwa pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden. Sejatinya pasal ini sudah cukup jelas mengatur bahwa pemilu hanya mengenal pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden. Dengan demikian, UUD NRI Tahun 1945 tidak mengenal pilkada langsung sebagai ranah pemilu. Oleh karena itu, memasukkan pilkada langsung ke dalam ranah hukum pemilu yang hanya dengan menyandarkan pada ketentuan Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 1 ayat (4) UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu tanpa terlebih dahulu melakukan perubahan terhadap ketentuan Pasal 22E ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 tidak cukup kuat, bahkan bertentangan dengan ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Ketiga, Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan; Gubernur, Bupati, Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Apabila dicermati betul pasal ini, maka sebenarnya konstitusi juga tidak mengamanatkan pilkada dilakukan secara langsung, karena hal tersebut hanyalah sekadar sebuah tafsir saja terhadap rumusan

139 dipilih secara demokratis yang dilakukan oleh pembentuk UU, menjadi dipilih secara langsung. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie, 217 pengertian dipilih secara demokratis bersifat luwes, sehingga dalam pengaturan selanjutnya bisa dipilih secara langsung atau tetap dipilih oleh DPRD sebagaimana praktek sebelumnya. 3. Pengaturan hukum yang ideal pilkada di Indonesia seharusnya lebih condong ke domain pemerintahan daerah daripada dipersamakan dengan pemilu. Pernyataan tersebut sesuai dengan alasan-alasan penulis sebagai berikut: a. Ketentuan-ketentuan mengenai pilkada (electoral regulations) Jika mengacu kepada hukum positif yang berlaku saat ini di Indonesia, maka setidaknya ada beberapa produk hukum yang mengatur mengenai pilkada. Pengaturan-pengaturan tersebut dimulai dari Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yaitu: Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis., UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah juncto PP Nomor 49 Tahun 2008 217 Ibid., hlm. 81.

140 tentang Perubahan atas PP Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Jika diperhatikan, harus diakui bahwa paradigma yang dibangun UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sesungguhnya sudah benar, yakni meletakkan pilkada sebagai domain pemerintahan daerah bukan domain pemilu sehingga instrumen pelaksana (penyelenggara) dan pelaksanaan (peraturan pelaksanaan) pilkada tidak mengalami bias pengaruh (intervensi) pejabat-pejabat pemerintahan. Hal ini berimplikasi pada independensi penyelenggara dan pilkada itu sendiri. Padahal prinsip pemilihan langsung yang paling penting adalah penyelenggara yang independen. b. Selain itu, sebagai bukti bahwa ketentuan dalam Pasal 18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 dan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai dasar pelaksanaan otonomi daerah yang mengamanatkan agar pilkada dilaksanakan sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi daerah, dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut, yakni: Pertama, UU Nomor 32 Tahun 2004 menempatkan pilkada sebagai konsekuensi dari atau bagian dari penyelenggaraan pemerintah daerah bukan bagian dari pemilu. Kedua, pilkada dijalankan oleh KPUD, tapi tanpa hubungan hierarki dengan KPU.

141 Oleh karena KPUD bertanggung jawab kepada DPRD. Hal ini sebagai konsekuensi pilkada bukan pemilu. Ketiga, otoritas pendanaan pilkada ada di tangan pemerintah daerah. Keempat, regulasi pilkada mengacu pada PP No 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dan perubahannya, sekaligus sebagai pedoman KPUD dalam pilkada. Kelima, MA sebagai lembaga pemutus sengketa hasil pilkada, kendati kemudian UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur bahwa sengketa hasil pemilukada diselesaikan oleh MK. Keenam, panitia pengawas pilkada dibentuk dan diberhentikan oleh DPRD. B. Saran-saran Adapun yang menjadi saran-saran penulis dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut: 1. Oleh karena pilkada di Indonesia sesungguhnya merupakan konsekuensi dari penyelenggaraan pemerintahan daerah, bukan pemilu, maka pengaturan pilkada di Indonesia dilakukan sesuai dengan kekhasan atau local wisdom di setiap daerah yang bersangkutan, bukan penyeragaman dalam bentuk pilkada langsung seperti yang ada saat ini. Hal ini juga perlu

142 diatur mengingat belum semua daerah siap atau mampu dalam menyelenggarakan pilkada secara langsung. 2. Ketentuan UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu yang mengatur bahwa pilkada merupakan bagian dari pemilu sebaiknya diubah, sebab pilkada merupakan domain pemerintahan daerah, bukan pemilu. 3. Perlu adanya perubahan UUD NRI Tahun 1945 dalam rangka meredesain konsep pilkada dan memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan pilkada di Indonesia.