Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics. journal.ipb.ac.id/index.php/statistika

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (3), Agustus 2015, pp ISSN:

PENERAPAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PEREDUKSIAN PEUBAH PADA ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION GERI ZANUAR FADLI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

Metode Procrustes Dalam untuk Pendugaan Heritabilitas dari Karakter Agronomik Beberapa Galur Kacang Hijau

ANALISIS STABILITAS DAYA HASIL VARIETAS KEDELAI DI LAHAN SAWAH KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Interaksi Genotipe x Lingkungan Hasil dan Komponen Hasil 14 Genotipe Tomat di Empat Lingkungan Dataran Rendah

SIMULASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG DAN EFISIENSINYA

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GENOTIPE PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PADA DUA LOKASI BERBEDA*

MODEL ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (AMMI) PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K NIKEN DYAH SEPTIASTUTI

PENANGANAN KETIDAKHOMOGENAN RAGAM AKIBAT KEBERADAAN DATA EKSTRIM MELALUI PENDEKATAN EM-AMMI NADA TSURAYYA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

PENERAPAN AMMI RESPON GANDA DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA PADA UJI STABILITAS TANAMAN KUMIS KUCING ANNISA

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

UJI MULTILOKASI MELALUI ANALISIS AMMI MULTIRESPON (Studi Kasus : Penelitian Galur Tanaman Tembakau Madura)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Forum Statistika dan Komputasi, April 2010 p : ISSN :

INFERENSI TITIK-TITIK PADA BIPLOT AMMI MENGGUNAKAN RESAMPLING BOOTSTRAP SKRIPSI

ANALISIS KEUNGGULAN DAN STABILITAS GALUR MUTAN KACANG TANAH DENGAN METODE TAI DAN AMMI MOHAMAD DJ. PAKAYA

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE-LINGKUNGAN DENGAN METODE AMMI PADA DATA MULTIRESPON PUNGKAS EMARANI

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun

Fadjry Djufry 1 ) dan Martina S. Lestari 2 ) ABSTRAK. G1009 berpeluang diusulkan sebagai varietas unggul jagung hibrida berdaya hasil tinggi.

ARSYAD DAN NUR: STABILITAS HASIL GALUR KEDELAI DI LAHAN MASAM. Analisis AMMI untuk Stabilitas Hasil Galur-galur Kedelai di Lahan Kering Masam

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

MENENTUKAN PENGARUH INTERAKSI PERLAKUAN DENGAN METODE POLINOMIAL ORTOGONAL

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

Fadjry Djufry 1 dan Martina S. Lestari 2

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

KOREKSI METODE CONNECTED AMMI DALAM PENDUGAAN DATA TIDAK LENGKAP ABSTRAK

PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

MATERI II STK 222 PERANCANGAN PERCOBAAN PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN

Tinggi tongkol : cm : Menutup tongkol cukup baik

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

APLIKASI GGE BIPLOT UNTUK EVALUASI STABILITAS DAN ADAPTASI GENOTIPA-GENOTIPA DENGAN DATA PERCOBAAN LINGKUNGAN GANDA. E. Jambormias dan J.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

Yuni Widyastuti, Satoto, dan I.A. Rumanti

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH UTAMA ADITIF DENGAN INTERAKSI GANDA (UAIG)

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

UJI ADAPTASI VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

IDENTIFIKASI STABILITAS DAN ADAPTABILITAS GENOTIPE PADA PERCOBAAN MULTILOKASI PADI SAWAH DENGAN METODE AMMI. Oleh: Miftachul Hudasiwi G

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

MIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (M-AMMI) DAN APLIKASINYA SKRIPSI

ANALISIS KOVARIANSI DALAM RANCANGAN BUJURSANGKAR YOUDEN DENGAN DATA HILANG

Umur 50% keluar rambut : ± 60 hari setelah tanam (HST) : Menutup tongkol dengan cukup baik. Kedudukan tongkol : Kurang lebih di tengah-tengah batang

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

STABILITAS KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU BERDASARKAN HASIL PATI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UBI JALAR (Ipomoea batatas L. Lam) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI PADI SKRIPSI OLEH:

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

KERAGAAN FENOTIPE BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMI PADA GENERASI F 2 BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merril.) S K R I P S I OLEH :

Pertumbuhan Vegetatif dan Kadar Gula Biji Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Pekanbaru

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

II. MODEL AMMI PADA DATA BERDISTRIBUSI BUKAN NORMAL: TRANSFORMASI KENORMALAN

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

ANALISIS RAGAM SKOR KOMPONEN UTAMA PADA PERCOBAAN RESPONS-GANDA. Bahriddin Abapihi 1)

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

il-iap (Cucumis melo L.) HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB PADA DUA MUSIM

Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik Cair Super ACI terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian

PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DI PAPUA. Fadjry Djufry dan Arifuddin Kasim Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Malaria

Transkripsi:

Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) The Analysis of Stability of Seven Sweet Corn Populations Using Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) S. Sujiprihati 1*), M. Syukur 1) dan R. Yunianti 2) Diterima 7 Desember 2005/Disetujui 14 Pebruari 2006 ABSTRACT The objective of this study was to identify the stability of seven sweet corn genotypes as breeding result of Center for Crop Improvement Studies (PSPT), using Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI) method. The design was Randomized Complete Block Design (RCBD) with three replications as blocks. The genotypes used were; PSPT-C, PSPT-K, PSPT-T1, PSPST-T2, PSPT-MM, and two commercial varieties Bogor-Hi and SD-2. The genotypes were planted in four different locations which included experiment fields of IPB-Cikabayan Darmaga (250 m above sea level) and Pasir Sarongge Cipanas (1120-1200 m above sea level), Gunung Geulis Cisarua (550 m above sea level), and Cibedug Ciawi (600 m above sea level). Based on the postdictive success and predictive success methods, the model used (AMMI 2) was able to explain interaction-influenced variation as much as 85%. The genotypes found stable in four locations were PSPT-MM, PSPT-T1, Bogor-Hi and SD-2. PSPT-C was specific for Ciawi, PSPT-K and PSPT- T2 specific for Cisarua. Key words: AMMI, sweet corn, multilocation trials. PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil jagung manis adalah melalui program pemuliaan tanaman. Program yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan dapat diterima oleh petani. Salah satu tahapan sebelum suatu varietas dilepas adalah uji multilokasi. Dari hasil uji multilokasi diharapkan diperoleh genotipe-genotipe jagung manis yang beradaptasi baik pada lingkungan tertentu dan jagung manis stabil pada beberapa lingkungan, sehingga genotipe tersebut dapat dilepas sebagai varietas baru. Aplikasi pemuliaan tanaman tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan yang ada, karena tanaman dalam pertumbuhannya merupakan fungsi dari genotipe dan lingkungan (Allard, 1960). Penampilan tanaman tergantung kepada genotipe, lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh dan interaksi antara genotipe dan lingkungan. Respon tanaman yang spesifik terhadap lingkungan yang beragam mengakibatkan adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan (G x L), pengaruh interaksi yang besar secara langsung akan mengurangi kontribusi dari genetik dalam penampilan akhir (Gomez dan Gomez 1985). Oleh karena itu, pengembangan tanaman diarahkan untuk mendapatkan varietas yang dapat beradaptasi luas dengan kondisi lingkungan yang beragam (Pfeiffer et al., 1995). Dewasa ini, pengembangan tanaman sudah mulai diarahkan pada tanaman yang spesifik lokasi. Beberapa metode untuk menjelaskan dan menginterpretasikan tanggap genotipe terhadap variasi lingkungan telah banyak dikembangkan. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode additive main effect multiplicative interaction (AMMI), seperti yang dilakukan oleh Sumertajaya (1998) dan Kusumaningsih (2004). Analisis dengan metode tersebut menggabungkan pengaruh aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikatif pada analisis komponen utama (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Analisis AMMI dapat menjelaskan interaksi galur dengan lokasi. Dalam menyajikan pola tebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lokasi maka hasil penguraian nilai singular diplotkan antara satu komponen genotipe dengan komponen lokasi secara simultan. Penyajian dalam bentuk plot yang demikian 1 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Telp/Fax (0251) 629353 (* Penulis untuk korespondensi) 2 Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Riau Analisis Stabilitas Hasil Tujuh.. 93

disebut biplot. Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar galur, antar lingkungan, dan antara galur dan lingkungan. Biplot tersebut menyajikan nilai komponen utama pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua tersebut nyata (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Dengan demikian analisis AMMI dapat meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi galur dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stabilitas lima genotipe jagung manis hasil seleksi PSPT IPB menggunakan analisis additive main effect multiplicative interaction (AMMI) dan dua varietas komersial sebagai pembanding. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan pada bulan Oktober 2004 sampai Februari 2005 bertempat di empat lokasi, yaitu kebun percobaan IPB Cikabayan, Darmaga (250 m dpl); Gunung Geulis, Cisarua (550 m dpl); Cibedug, Ciawi (600 m dpl); dan Kebun Percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas (1120 1200 m dpl). Bahan tanaman yang digunakan adalah lima genotipe jagung manis hasil seleksi PSPT IPB yaitu : PSPT-C, PSPT-K, PSPT-T1, PSPT-T2, PSPT-MM dan dua varietas komersial yaitu Bogor-Hi dan SD-2. Pupuk yang digunakan yaitu Urea (400 kg/ha), SP-36 (150 kg/ha) dan KCl (150 kg/ha) serta pupuk kandang (15 ton/ha). Untuk pengendalian hama dan penyakit, pestisida digunakan insektisida dan fungisida dengan dosis dan frekuensi pemakaian bergantung pada tingkat serangan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) tersarang, dengan tiga ulangan sebagai kelompok. Perlakuan terdiri atas tujuh genotipe yang ditempatkan secara acak pada setiap kelompok sehingga terdapat 21 satuan percobaan pada setiap lokasi. Setiap satuan percobaan terdiri dari 96 tanaman. Lahan yang digunakan berukuran 420 m 2 untuk tiap lokasi, tiap plot percobaan berukuran 4 m x 5 m. Jarak tanam yang digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 2 benih per lubang yang selanjutnya dilakukan penjarangan menjadi satu tanaman per lubang. Pupuk kandang disebar rata pada lahan setelah pengolahan lahan. Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah setengah dosis pupuk urea serta seluruh dosis pupuk SP- 36 dan KCl. Pemberian pupuk dilakukan dengan sistem lubang berjarak 5 7 cm dari lubang tanam. Pengamatan dan analisis data dilakukan terhadap bobot bersih tongkol per petak yang kemudian dikonversikan ke bobot tongkol bersih per hektar. Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis ragam gabungan dengan pendekatan anova klasik dan metode AMMI, untuk memudahkan interpretasi dilanjutkan dengan analisis biplot. Analisis data tersebut menggunakan fasilitas software SAS 6.12. Tahapan analisis AMMI yang dilakukan adalah : 1. Menyusun matriks pengaruh interaksi dalam bentuk matriks I g x l 2. Melakukan penguraian bilinear terhadap matriks I g x l melalui SVD (singular value decomposition) 3. Menentukan banyaknya Komponen Utama I (KUI) nyata melalui postdictive success 4. Membuat biplot AMMI Suatu galur dianggap stabil jika posisinya berada dekat dengan sumbu utama. Galur dianggap spesifik pada lokasi tertentu dapat dilihat melalui posisi masingmasing galur terhadap garis lokasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis ragam gabungan terlihat bahwa lokasi dan interaksi genotipe dengan lokasi berpengaruh nyata (Tabel 1). Hal tersebut memungkinkan dilakukan analisis AMMI. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat produksi jagung manis sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi dan interaksi antara genotipe dan lokasi. Jika dilihat dari sumbangan keragaman yang diberikan oleh masing-masing pengaruh terlihat bahwa pengaruh lokasi merupakan penyumbang terbesar, kemudian disusul oleh pengaruh genotipe dan pengaruh interaksi genotipe dan lingkungan (Tabel 1). Dengan demikian tingkat produksi jagung manis akan sangat tergantung pada kondisi lingkungan dimana jagung manis tersebut ditanam, juga ditentukan oleh jenis genotipe yang ditanam. Rata-rata produksi PSPT-T2 relatif lebih baik dibandingkan dengan Bogor-Hi dan genotipe yang diuji lainnya. Akan tetapi, jika dilihat pada masing-masing lokasi maka genotipe PSPT-T2 relatif lebih baik hanya pada lokasi Cibedug (Tabel 2). Menurut Vargas et al. (1998) interaksi genotipe dan lingkungan yang nyata akan mempengaruhi ekspresi tanaman. Ini artinya genotipe yang sama akan memberikan respon produksi yang berbeda pada lingkungan yang berbeda. 94 S. Sujiprihatin, M. Syukur dan R. Yunianti

Tabel 1. Analisis ragam gabungan hasil tujuh genotipe jagung manis pada empat lokasi Sumber Keragaman Derajat Bebas Kuadrat Tengah Lokasi 3 14.0223 ** Blok(Lokasi) 8 4.9253 ** Genotipe 6 4.1904 tn Genotipe*Lokasi 18 2.3768 * Galat 48 1.0637 Keterangan : ** : berpengaruh sangat nyata (taraf 1%) * : berpengaruh nyata (taraf 5%) tn : tidak berpengaruh nyata Tabel 2. Produksi (ton/ha) Tujuh Genotipe Jagung Manis pada Empat Lokasi Genotipe Lokasi Cikabayan Cisarua Cibedug Pasir Sarongge Rata-rata PSPT-C 5.50 a-d 3.71 c-i 2.48 i 5.25 a-e 4.23 PSPT-K 5.25 a-e 3.37 e-i 3.62 d-i 5.18 a-e 4.36 PSPT-T1 4.84 a-e 3.71 c-i 2.77 g-i 5.27 a-e 4.15 PSPT-T2 4.94 a-e 3.04 f-i 4.65 a-h 5.69 a-c 4.58 PSPT-MM 4.51 b-h 3.48 d-i 2.69 hi 3.26 e-i 3.49 Bogor-Hi 2.74 g-i 4.75 a-g 3.49 d-i 6.22 ab 4.30 SD-2 5.24 a-e 4.22 b-i 5.78 ab 6.62 a 5.47 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Hasil penguraian bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi dari data produksi jagung manis diperoleh nilai singular (vektor ciri) sebagai berikut: 2.799, 2.187, 1.286 dan 0.000. Dari nilai singular tersebut terlihat bahwa banyaknya komponen yang dapat dipertimbangkan untuk model AMMI adalah komponen ke-1 sampai komponen ke-3. Kontribusi ragam yang dapat diterangkan oleh masing-masing KUI berturut-turut adalah 54.92%, 33.58% dan 11.55%. Berdasarkan nilai kontribusi keragaman tersebut terlihat bahwa dua komponen pertama memiliki peranan yang dominan dalam menerangkan keragaman pengaruh interaksi, yaitu sebesar 88.50%. Tabel 3. Analisis ragam AMMI3 tujuh genotipe jagung manis pada empat lokasi Sumber Keragaman DB JK KT F hitung Peluang Lokasi 3 42.07 14.02 5.90 0.005 Blok(Lokasi) 8 39.4 4.93 4.63 0.000 Genotipe 6 25.14 4.19 1.76 0.164 Genotipe*Lokasi 18 42.78 2.38 2.23 0.014 IAKU1 8 23.5 2.94 2.76 0.014 IAKU2 6 14.34 2.39 2.25 0.054 IAKU3 4 4.94 1.24 1.16 0.339 Galat 4 4.94 1.24 1.16 0.339 Total 48 51.06 1.06 83 200.45 Analisis Stabilitas Hasil Tujuh.. 95

Untuk menentukan berapa banyak sumbu komponen utama yang dipakai sebagai penduga digunakan dua metode yaitu metode postdictive succes dan predictive succes. Metode postdictive succes berhubungan dengan kemampuan suatu model yang tereduksi untuk menduga data yang digunakan dalam membangun model tersebut. Salah satu caranya adalah berdasarkan banyaknya sumbu tersebut yang nyata pada uji F analisis ragam. Predictive Success berhubungan dengan kemampuan suatu model dugaan untuk memprediksi data lain yang sejenis tetapi tidak digunakan dalam membangun model tersebut (data validasi). Penentuan jumlah sumbu komponen utama berdasarkan predictive success dilakukan dengan validasi silang, yaitu membagi data menjadi dua kelompok, satu kelompok untuk membangun model dan kelompok lain digunakan untuk validasi (menentukan jumlah kuadrat sisaan). Hal ini dilakukan berulangulang pada setiap ulangan dibangun model dengan berbagai sumbu komponen utama. Jumlah komponen utama yang terbaik adalah yang rataan akar kuadrat tengah sisa (Root Mean Square Preddictive Different (RMSPD)) dari data validasi paling kecil (Mattjik, 2005). Berdasarkan metode postdictive succes diperoleh dua KUI yang nyata yaitu dengan nilai F sebesar 2.76 dan 2.25 serta nilai peluang nyata masing-masing sebesar 0.014 dan 0.054 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa data produksi jagung manis dapat diterangkan dengan menggunakan model AMMI2, dimana pengaruh interaksi antara genotipe dan lokasi direduksi dengan menggunakan dua komponen AMMI2. Berdasarkan metode predictive succes juga memperkuat hasil postdictice succes, dimana model AMMI2 memiliki nilai RMSPD terkecil yaitu sebesar 4.906 (AMMI1 dan AMMI3 memiliki RMSPD masingmasing sebesar 5.098). Dari kedua metode penentuan banyaknya komponen yang digunakan untuk model AMMI diperoleh model AMMI2 sebagai model terbaik. Model AMMI2 mampu menerangkan keragaman pengaruh interaksi sebesar 88.50%, ini berarti keragaman yang tidak diterangkan oleh model sebesar 11.50%. Dengan demikian dugaan respon interaksi genotipe dengan lingkungan cukup tinggi. Menurut Mattjik (2005), model AMMI akan mampu meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi genotipe dengan lingkungan jika hanya sedikit komponen AMMI saja yang nyata dan tidak mencakup seluruh kuadrat interaksi. Dengan sedikitnya komponen yang nyata sama artinya dengan menyatakan bahwa jumlah kuadrat sisanya hanya galat saja. Dengan menghilangkan galat ini berarti mengakuratkan dugaan respon dari interaksi genotipe dengan lingkungan. Biplot AMMI2 sebagai alat visualisasi dari analisis AMMI dapat digunakan untuk melihat genotipegenotipe stabil pada seluruh lokasi uji atau spesifik pada lokasi tertentu. Genotipe dikatakan stabil jika berada dekat dengan sumbu, sedangkan genotipe yang spesifik lokasi adalah genotipe yang berada jauh dari sumbu utama tapi letaknya berdekatan dengan garis lokasi (Mattjik dan Sumertajaya 2000). Dengan demikian genotipe-genotipe stabil pada empat lokasi adalah genotipe PSPT-MM, PSPT-T1, Bogor-Hi dan Seleksi Darmaga 2. Genotipe PSPT-C spesifik untuk lokasi Ciawi, genotipe PSPT-K dan PSPT-T2 spesifik untuk lokasi Cisarua (Gambar 1). Dimension 2 (33.5%) Dimension 1 (54.9%) Gambar 1. Biplot pengaruh interaksi model AMMI2 untuk data produksi jagung manis (kesesuaian model: 88.4%) 96 S. Sujiprihatin, M. Syukur dan R. Yunianti

KESIMPULAN Berdasarkan metode predictive success dan postdictice success dalam penentuan banyaknya komponen yang digunakan untuk model AMMI diperoleh model AMMI2 sebagai model terbaik. Model AMMI2 mampu menerangkan keragaman pengaruh interaksi sebesar 88.50%. Genotipe-genotipe stabil pada empat lokasi uji adalah genotipe PSPT-MM, PSPT-T1, Bogor-Hi dan Seleksi Darmaga 2. Genotipe PSPT-C spesifik untuk lokasi Ciawi, genotipe PSPT-K dan PSPT-T2 spesifik untuk lokasi Cisarua. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Pusat Studi Pemuliaan Tanaman (RGCI) Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB atas bantuan biaya penelitian. 2. Prof. Dr. Amris Makmur yang menginisiasi program penelitian jagung manis ini. 3. Neetha E. Pardede dan E. Zikra Habibah yang telah membantu pengamatan di lapang. DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey & Sons, Inc. New York. 485 p. Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1985. Statistical Procedures for Agricultural Research. John Willey & Sons, Inc. Canada. 680 p. Kusumaningsih, Y.H. 2004. Analisis AMMI Terampat (Generalized Additive Main-effect and Multiplicatitive Interaction) pada Percobaan Multilokasi (Studi Kasus Penelitian Galur Padi Balitpa Sukamandi). Skripsi. FMIPA IPB,Bogor. Mattjik, A.A., I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Edisi ke-2. IPB Press, Bogor. Mattjik, A.A. 2005. Interaksi Genotipe dan Lingkungan dalam Penyediaan Sumberdaya Unggul. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Biometrika Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pfeiffer, T.W., J.L. Grabou, J.H. Orf. 1995. Early maturity soybean production system; genotype x environmental interaction between regions of adaptation. Crop Sci. 35 : 108-112. Sumertajaya. I.M. 1998. Perbandingan model AMMI dan regresi linier untuk menerangkan pengaruh interaksi percobaan lokasi ganda. Tesis. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Vargas, M., J. Crossa, K. Sayre, M. Reynolds, M. E. Ramirez, M. Talbot. 1998. Interpreting genotype x environment interaction in wheat by Partial Least Square Regression. Crop Sci. 38 (3) : 379 689. Analisis Stabilitas Hasil Tujuh.. 97