BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan bab-bab sebelumnya, maka. kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

B A B V P E N U T U P

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

2015, No Pemberhentian Anggota, dan Tata Kerja Majelis Pengawas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelanggaran Kode Etik dan Undang-Undang Jabatan Notaris yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB V PENUTUP. Setelah dilakukan penelitian sebagaimana terurai dalam hasil

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

Notaris adalah pejabat umum ang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB II KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MEMBATALKAN PUTUSAN MAJELIS PENGAWAS PUSAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Pelaksanaan tugas jabatan notaris harus berpedoman pada kaidah hukum dan

BAB II KEWENANGAN MPW DALAM MELAKUKAN PENERAPAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN ADMINISTRATIF YANG DILAKUKAN OLEH NOTARIS

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOTARIS YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM Dan HAM. Notaris. Sekretariat. Majelis Pengawas. Tata Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini, peran Notaris sebagai Pejabat Umum sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Notaris merupakan jabatan tertentu yang menjalankan profesi dan pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan jaminan demi tercapainya kepastian hukum. Dalam Penjelasan Umum Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004, menerangkan bahwa dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi setiap warga negara yang berintikan kebenaran dan keadilan. Selanjutnya Abdul Gofur Anshori dalam bukunya menyebutkan Notaris juga disebut sebagai pejabat mulia karena profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta yang dibuat notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atau terbebaninya seseorang atas suatu kewajiban, oleh karena itu notaris dalam menjalankan tugas jabatannya harus mematuhi berbagai ketentuan yang tersebut dalam Undang-Undang Jabatan Notaris. 1 Notaris merupakan jabatan yang menjalankan sebagai fungsi publik dari negara di bidang hukum privat dan melaksanakan peran dalam membuat akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Pelaksanaan tugas dan Jabatan Notaris terikat dengan ketentuan-ketentuan yang diatur Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 Notaris juga berkewajiban untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan etika yang sudah disepakati bersama dalam bentuk kode etik. Peran 1 Abdul Gofur Anshori, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hlm.25. 1

2 Notaris di dalam masyarakat sangatlah penting, sehingga diperlukan adanya pengawasan terhadap Notaris dalam menjalankan tugas dan jabatannya. Tujuan pengawasan Notaris dalam menjalankan tugasnya memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas jabatan Notaris, demi keamanan dari kepentingan masyarakat karena Notaris diangkat oleh pemerintah bukan untuk kepentingan sendiri tetapi untuk kepentingan masyarakat yang dilayaninya. 2 Fungsi pokok pengawasan adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN), Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 dan Kode Etik demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Dalam rangka pengawasan terhadap Notaris, maka ditentukan adanya Majelis Pengawas Daerah (MPD) sebagaimana disebutkan dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 tahun 2004Tentang Jabatan Notaris Pasal 67 yang mana ketentuan ayat (3) dan ayat (6) Pasal 67 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut: (1) Pengawasan atas Notaris dilakukan oleh Menteri. (2) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menteri membentuk Majelis Pengawas. (3) Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berjumlah 9 (sembilan) orang, terdiri atas unsur: 2 G.H.S.Lumban Tobing, 1982, Peraturan Jabatan Notaris, Erlangga, Jakarta, hlm. 301.

3 a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang; b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; dan c. ahli atau akademisi sebanyak 3 (tiga) orang. (4) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat unsur instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, keanggotaan dalam Majelis Pengawas diisi dari unsur lain yang ditunjuk oleh Menteri. (5) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris. (6) Ketentuan mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berlaku bagi Notaris Pengganti dan Pejabat Sementara Notaris. Adapun kewenangan dari Pengawas Daerah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris antara lain: a. menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran pelaksanaan jabatan Notaris; b. melakukan pemeriksaan; terhadap Protokol Notaris secara berkala 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu; c. memberikan izin cuti untuk waktu sampai dengan 6 (enam) bulan; d. menetapkan Notaris Pengganti dengan memperhatikan usul Notaris yang bersangkutan; e. menentukan tempat penyimpanan Protokol Notaris yang pada saat serah terima Protokol Notaris telah berumur 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih;

4 f. menunjuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang sementara; g. protokol Notaris yang diangkat sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4); h. menerima laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris atau pelanggaran ketentuan dalam Undang-Undang ini; dan; i. membuat dan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g kepada Majelis Pengawas Wilayah. Pengawasan yang terus menerus terhadap Notaris di dalam menjalankan tugas dan jabatannya sangat diperlukan. Pengawasan dilakukan atas dasar Undang-Undang Jabatan Notaris, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja, dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas. Adapun pengawasan yang diemban oleh Majelis PengawasDaerah Notaris meliputi: 1. Kewenangan Majelis Pengawas Daerah Notaris yang berkaitan dengan pemeriksaan atas pengambilan Minuta Akta; 2. Melakukan pemeriksaan atas pemanggilan Notaris dalam proses peradilan; 3. Melakukan pemeriksaan terhadap laporan masyarakat mengenai adanya dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Notaris atau peraturan mengenai Jabatan Notaris; 4. Melakukan pemeriksaan terhadap protokol Notaris.

5 Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.39-PW.07.10 Tahun 2004,SK Kepala Kanwil Dephukham Jatim Nomor W10-051.PW.07.02 TH.2005 dan SK Nomor W10.477.KP.11.05 TH.2008, Pengawasan Notaris tersebut dilaksanakan dalam 2 (dua) bentuk: Pertama, Pengawasan Preventif, dilakukan dengan mengadakan sosialisasi pengawasan yang menjadi porsinya: melakukan pemeriksaan terhadap protokol Notaris di wilayah kewenangannya termasuk Kota/Kabupaten Cilacap. Kedua, Pengawasan Kuratif, yakni penindakan MPD terhadap Notaris di Kota/Kabupaten Cilacap yang menjalanjan tugas jabatan kurang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris. Pelangaran yang dilakukan oleh Notaris, baik berupa pelanggaran Kode Etik antar sesama Notaris, dan persaingan kerja yang tidak bisa dikendalikan, hal ini mengharuskan Majelis Pengawas Daerah meningkatkan perannya dalam melakukan pengawasan, karena pelanggaran yang di lakukan oleh Notaris tidak hanya akan merusak martabat notaris itu sendiri tapi juga dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap Notaris. Peran Majelis Pengawas Daerah diperlukan untuk mengawasi dan membina para Notaris agar meningkatkan kinerja dan kualitas sebagai seorang Notaris. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Cilacap, Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah belum maksimal dan menyeluruh, Majelis Pengawas Daerah Kabupaten Cilacap menemukan masih ada Notaris yang belum menerapkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris sehingga tidak tercapai kualitas yang baik terhadap pelayanan kepada masyarakat di Kabupaten Cilacap. Luasnya wilayah yang diawasi oleh MPD, serta

6 kurangya sarana prasarana juga merupakan kendala yang mempengaruhi kinerja dari MPD itu sendiri. Karena kurangnya pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) khususnya di Kabupaten Cilacap, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian tentang Mekanisme Pengawasan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait Kewajiban dan Larangan Notaris di Kabupaten Cilacap, serta kendala apa saja yang di hadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mengawasi Notaris di Kabupaten Cilacap. Oleh karenanya Penulis akan menuangkannya dalam bentuk sebuah tesis yang berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan Tugas Jabatan Notaris Di Kabupaten Cilacap. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap? 2. Kendala apa saja yang dihadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Cilacap? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan penulis, pada prinsipnya tidak ditemukan adanya penelitian yang mengkaji masalah Peran Majelis Pengawas Daerah Dalam Pengawasan Tugas Jabatan Notaris Di

7 Kabupaten Cilacap. Walaupun demikian, ada beberapa buah tesis yang membahas secara umum tentang pengawasan profesi jabatan Notaris, namun pembahasannya tidak menyentuh substansi permasalahan yang akan diteliti oleh penulis, yaitu: 1. Tesis yang dibuat oleh Nurdiana Fitria, tahun 2012 yang berjudul Pengawasan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Profesi Jabatan Notaris di Kota Banjarmasin. 3 Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Bagaimana Mekanisme pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris? b. Bagaimana implementasi pengawasan oleh Majelis Pengawas Daerah kota Banjarmasin terhadap Notaris? Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan protokol Notaris satu kali dalam satu tahun atau setiap waktu yang dianggap perlu yang pada prinsipnya sesuai dengan ketentuan Pasal 70 huruf b dan j undang-undang Jabatan Notaris. Implementasi pengawasan terhadap Notaris berasal dari laporan masyarakat priode 2010-2012 mengenai adanya pelanggaran terhadap Kode Etik Notaris. Majelis Pengawas Wilayah menjatuhkan sanksi terhadap Notaris berupa teguran lisan dan tertulis. 2. Tesis yang dibuat oleh Tri Meita Sari Bakhtiar, tahun 2013 yang berjudul Pengawasan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Notaris di Kabupaten 3 Nurdiana Fitria, 2012, Pengawasan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Profesi Jabatan Notaris Di Kota Banjarmasin, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.

8 Indramayu. 4 Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan oleh majelis Pengawas Daerah terhadap Notaris di Kabupaten Indramayu? b. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Indramayu? c. Bagaimana upaya Majelis Pengawas Daerah untuk meningkatkan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Indramayu. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan pengawasan di Kabupaten Indramayu belum maksimal dan menyeluruh, tim pemeriksa hanya melakukan pemeriksaan sebatas buku-buku protokol Notaris, hal tersebut belum dapat dilakukan karena pemeriksaan tidak dilakukan dengan cara berkunjung ke kantor-kantor Notaris tetapi hanya dengan mengumpulkan Notaris di satu tempat, pemeriksaan dianggap formalitas saja. Kendala yang dihadapi berupa keterbatasan waktu,dana operasional, belum tersedianya sekertariat Majelis Pengawas Daerah di Indramayu, dan Sumber Daya Manusia. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengawasan yaitu dengan merubah sistim pemeriksaan yang dilakukan tim pemeriksa, menjadwalkan waktu tertentu untuk menjalankan tugas sebagai Majelis Pengawasan Daerah, memohon untuk dibuat sekertariat Majelis Pengawasan Daerah, dan meningkatkan sumber daya manusia dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi. 4 Tri Meitasari Bakhtiar, 2013, Pengawasan Majelis Pengawas Daerah Terhadap Notaris Di Kabupaten Indramayu, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta.

9 Berdasarkan kedua tesis diatas terlihat adanya persamaan tema yang diteliti, yaitu berkenaan dengan kinerja Majelis Pengawas Daerah (MPD) terhadap Notaris yang berbeda di wilayah yang menjadi kewenangannya. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam tesis ini adalah pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD)terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap. 2. Kendala apa saja yang dihadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mengawasi Notaris di Kabupaten Cilacap. E. Kegunaan Penelitian Setiap hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara praktis maupun secara teoritis: 1. Kegunaan Teoritis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum dan bagi pengembangan ilmu hukum kenotariatan terutama mengenai Peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam pengawasan tugas Notaris terkait kewajiban dan larangan

10 Notaris di Kabupaten Cilacap, kendala yang dihadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mengawasi Notaris di Kabupaten Cilacap dan upaya Majelis Pengawas Daerah untuk meningkatkan pengawasan terhadap Notaris. 2. Kegunaan Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada Majelis Pengawas Daerah, Notaris, mahasiswa Kenotariatan atau calon Notaris dan masyarakat umum terhadap fungsi dan kewenangan dari Majeis Pengawas Daerah (MPD)