BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Malaysia terdiri atas berbagai suku dan etnik sehingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi permanen bersamaan di dalam rongga mulut. Fase gigi bercampur dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. permukaan oklusal gigi geligi rahang bawah pada saat rahang atas dan rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan wajah dan gigi-geligi, serta diagnosis,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah (Mokhtar, 2002). Susunan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran Gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bergantian (Hamilah, 2004). Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maloklusi adalah ketidakteraturan letak gigi geligi sehingga menyimpang dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang. waktu yang diharapkan (Hupp dkk., 2008). Molar ketiga merupakan gigi terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Paleomongoloid yang

BAB I PENDAHULUAN. diri atau tidak melalui bentuk gigi dan bentuk senyuman. Penting bagi dokter gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik dapat dicapai jika diagnosis dan rencana perawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. studi. 7 Analisis model studi digunakan untuk mengukur derajat maloklusi,

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rasa. Istilah aesthetic berasal dari bahasa Yunani yaitu aisthetike dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan serangkaian pulau besar-kecil dengan lingkungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ruang Metode Moyers

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Soetjiningsih (1995)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ortodontik (Shaw, 1981). Tujuan perawatan ortodontik menurut Graber (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. ekstraoral. Perubahan pada intraoral antara lain resorbsi prosesus alveolaris

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Grafik 1. Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago primer 16

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. menghasilkan bentuk wajah yang harmonis jika belum memperhatikan posisi jaringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontists adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. KELAINAN DENTOFASIAL

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Studi Mengenai Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual Mahkota Gigi Molar Satu Rahang Atas untuk Menentukan Jenis Kelamin

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Masyarakat Malaysia terdiri atas berbagai suku dan etnik sehingga memberikan variasi pada ukuran gigi. Ukuran gigi yang bervariasi ini tidak hanya penting dalam bidang kedokteran gigi tetapi turut penting dalam menentukan seksual dimorfisme seseorang. Ukuran gigi manusia sangat dipengaruhi oleh genetik dan pengaruh lingkungan hanyalah sedikit. 2.1 Ukuran Gigi Rasio ukuran gigi merupakan satu cara diagnostik yang dapat membuat perkiraan tentang hasil perawatan dan dapat memenuhi kebutuhan untuk membuat diagnostik pada kasus-kasus yang rumit. Diagnosa dan perawatan maloklusi dalam ortodontik memerlukan pengetahuan yang tepat mengenai dimensi gigi karena oklusi yang stabil tergantung kepada ketepatan jarak interkuspal gigi. Informasi mengenai ukuran gigi populasi manusia penting dalam bidang kedokteran gigi sama seperti bidang ilmu pengetahuan lain seperti anatomi dan antropologi. 10 Ukuran rata-rata serta ciri-ciri gigi, rahang dan wajah yang ideal berguna sebagai alat pembanding untuk mengetahui penyimpangan anomali dari normalitas dan dipakai sebagai panduan untuk menentukan rencana perawatan kelainan dentomaksilofasial. 5 Menurut Al-Khateeb dan Abu Alhaija (2006) jarak mesiodistal gigi diperlukan dalam ilmu antropologi karena memberikan informasi yang berguna mengenai evolusi manusia dengan perubahan teknologi dan diet manusia. Ukuran

mesiodistal gigi turut memberikan informasi yang signifikan terhadap masalah biologikal dan odontologi klinikal. Selain itu, menurut Hattab et al (1996) data ukuran mesiodistal gigi turut berkepentingan dalam studi mengenai perbandingan ukuran gigi. Singh dan Goyal (2006) menyatakan ukuran gigi sangat berguna untuk dokter gigi terutama dalam bidang pedodontik dan ortodontik dalam mendiagnosa dan merancang perawatan masalah ruang pada gigi. 10 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran gigi yaitu: 1. Genetik Ukuran gigi tahan terhadap pengaruh luar dan dikendalikan oleh faktor keturunan. 10 Menurut Lundstrum (1964) ukuran gigi geligi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. 5 Menurut Rakosi dkk (1993), berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan utama yang dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya termasuklah gigi geligi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak erupsi dan posisi benih gigi. 11 Penelitian terhadap saudara kembar jelas menunjukkan hampir separuh dari faktor mempengaruhi ukuran gigi adalah faktor keturunan yang berperan untuk mengontrol ukuran gigi sewaktu proses odontogenesis. Garn, Lewis dan Kerewsky (1965) telah melakukan penelitian terhadap pasangan adik-beradik untuk membuktikan rantai-x sebagai mekanisme herediter yang berpengaruh terhadap ukuran mesiodistal gigi menggunakan paired sibling mean-product moment correlations. Hasil penelitian ditemukan bahwa korelasi sesama saudara perempuan

(sister-sister correlations) adalah lebih tinggi dibanding korelasi sesama saudara lakilaki (brother-brother correlations) dan korelasi saudara laki-laki dan perempuan (brother-sister correlations). Ini jelas dari turunan rantai-x, saudara perempuan biasanya berkongsi kromosom X paternal sedangkan pasangan saudara laki-laki dan perempuan mempunyai peluang yang sama rata untuk berkongsi kromosom X maternal yang sama. 12 Ukuran gigi ditentukan oleh genetik, namun begitu jenis dan rasio kandungan genetik yang mengawal mungkin berbeda antar gigi, individu dan populasi. Lingkungan turut memainkan peranan dalam keragaman genetik untuk terus memberi variasi dalam ukuran gigi. 10 2. Lingkungan Menurut Selmer-Olsen (1949), walaupun ukuran gigi dikontrol oleh faktor genetik tetapi ia turut dipengaruhi oleh lingkungan. Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama berlangsungnya evolusi manusia yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior. 13 Baillit menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang sedang berlangsung dan ukuran gigi terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya. 14 Saglam et al (2004) telah melakukan penelitian terhadap dimensi mesiodistal mahkota gigi pada subjek dengan fluorosis dan tanpa fluorosis di Turki. Hasilnya, dimensi mesiodistal mahkota gigi pada subjek tanpa fluorosis adalah lebih besar dibandingkan subjek dengan fluorosis. 10 Pada tahun 1972, dalam projek penelitian terbesar oleh National Institute of Neurological Disorder and Stroke di

Amerika Serikat yaitu Genetic-odontometric study of pre- and neonatal growth, Alvesalo menemukan bahwa ibu yang merokok menyebabkan pengurangan ukuran gigi pada anak-anak mereka. 15 3. Jenis Kelamin Arya dan kawan-kawan menemukan bahwa hampir semua ukuran gigi tetap laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan (kecuali gigi insisivus pertama bawah). Sedangkan pada gigi susu tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara ukuran gigi susu laki-laki dan perempuan (kecuali gigi molar kedua atas). 14 Penelitian Stroud et al (1994) menunjukkan setiap gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan akibat penebalan lapisan dentin. 16 Dalam populasi manusia kontemporari, mahkota gigi laki-laki adalah lebih besar dibanding perempuan. Ini akibat dari periode proses amelogenesis yang panjang pada gigi desidui dan permanen laki-laki. 2 4. Suku dan Ras Menurut Ho dan Freer (1994) gigi geligi tidak hanya bervariasi pada jenis kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan variasi pada kelompok ras yang berbeda. 10 Untuk masyarakat Indonesia, penelitian Sumantri terhadap ukuran gigi suku Jawa, menemukan bahwa ukuran gigi tetap sampel suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa Kaukasoid. Sedangkan ukuran gigi laki-laki tetap lebih besar dibandingkan dengan perempuan. 14 Mundijah (1982) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada perbedaan ukuran gigi dan lengkung rahang antara suku Batak dan Melayu dengan ras Kaukasoid. 5

Lavelle melakukan penelitian yang lebih terperinci dengan membandingkan perbedaan jenis kelamin pria dan wanita dari 3 kelompok populasi yaitu populasi Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Ia menyimpulkan bahwa suku bangsa Negroid mempunyai ukuran gigi terbesar, kemudian suku bangsa Mongoloid dan yang terkecil adalah suku bangsa Kaukasoid. 14 2.3 Gigi Kaninus Gigi merupakan materi yang paling baik dalam bidang antropologi, genetik, odontologi dan investigasi forensik. Williams et al (2000) berpendapat sifat ketahanan gigi kaninus terhadap api dan dekomposisi bakteri menyebabkan ia sangat berguna untuk identifikasi. 7 Menurut Dahberg (1963) gigi kaninus mandibula erupsi rata-rata pada usia 10.87 tahun dan merupakan gigi yang paling jarang terkena penyakit periodontal sehingga menjadi gigi yang terakhir diekstraksi sejalan usia. Gigi kaninus tahan terhadap trauma yang parah seperti bencana udara, taufan dan kebakaran. Penemuan ini menyebabkan gigi kaninus dapat dijadikan sebagai key teeth untuk identifikasi individu. 7 2.3.1 Jarak interkaninus Pertumbuhan dan perkembangan jarak interkaninus rahang atas dan rahang bawah menjadi perhatian ahli-ahli ortodontik, prostodontik, bedah mulut dan ahli forensik. Sinclair dan Little dalam penelitiannya ditemukan adanya pengurangan sebanyak 0,75mm pada dimensi interkaninus pada usia 13-20 tahun terutama pada perempuan. Bishara et al menyimpulkan adanya pengurangan yang signifikan pada

dimensi interkaninus rahang atas dan rahang bawah pada perempuan yang berusia 25 tahun dan diatas usia tersebut, sedangkan pada laki-laki dimensi interkaninus rahang bawah saja yang menunjukkan adanya pengurangan. Carter dan Mc Namera mendapatkan adanya pengurangan dimensi interkaninus pada kedua rahang atas dan bawah. 17 2.3.2 Indeks Kaninus Mandibula Rao N.K.G. et al (1989) telah memperkenalkan Indeks Kaninus Mandibula (MCI) dalam menentukan identitas seksual seseorang. Indeks ini didapat dengan membandingkan lebar maksimum mahkota gigi kaninus dan jarak lengkung kaninus (mm) mandibula yaitu 4,18 : MCI O = Ukuran mesiodistal mahkota gigi kaninus mandibula Jarak interkaninus mandibula Indeks Kaninus Mandibula populasi adalah Indeks Kaninus Mandibula Standard (MCI S ) yang diperoleh dari rumus: (Ukuran rata-rata MCI O laki-laki - SD)+ MCI S = (Ukuran rata-rata MCI O perempuan+ SD) 2

Menurut Rao et al, memperkirakan jenis kelamin dengan menggunakan indeks ini adalah dengan membandingkan setiap MCI O terhadap MCI S dan dilihat berapa persentasenya untuk kelompok laki-laki dan perempuan. Apabila nilai MCI O lebih kecil dari nilai MCI S (MCI O <<MCI S ), maka sampel diperkirakan perempuan sebaliknya apabila nilai MCI O lebih besar dari nilai MCI S (MCI O >>MCI S ) maka sampel diperkirakan laki-laki. 18 2.4 Seksual Dimorfisme Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah karakteristik dari skeleton. Tulang dan tulang tengkorak bervariasi antara laki-laki dan perempuan dan perbedaan ini biasanya berdasarkan profil tulangnya yang lebih menonjol dan lebih terlihat dibanding perempuan. 3 Dimorfisme yang paling besar dapat terlihat pada mandibula dan gigi yang ada di mandibula. Balwan et al (2007) telah melakukan penelitian untuk menentukan kriteria morfometrik menggunakan 102 tulang mandibula dari populasi Haryana antara usia 20-60 tahun. Ukuran interlingula dan jarak interkaninus menunjukkan persentase seksual dimorfisme yang paling besar sebanyak 9.6% dan yang paling kecil adalah diameter mesiodistal gigi kaninus mandibula sebanyak 9.2% (Grafik 1). 3

Grafik 1. PERSENTASE SEKSUAL DIMORFISME PADA TULANG MANDIBULA POPULASI HARYANA 3 persentase 9,7 9,6 9,5 9,4 9,3 9,2 9,1 9 Seksual Dimorfisme pada Mandibula Interlingula Interkaninus Dimensi Interkondilar Mental Foramen ke Lingual Diameter Mesiodistal Gigi Kaninus 2.4.1 Definisi Seksual Dimorfisme Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia serta makhluk hidup lain, dimana adanya perubahan terhadap dimensi pada sebagian jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin. 1 Perubahan dimensi ini merujuk kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan. 2 Menurut Keisu (1990), seksual dimorfisme merujuk kepada perbedaan dari segi ukuran, ketinggian dan paras rupa antara laki-laki dan perempuan yang dapat diaplikasikan untuk identifikasi dental karena tidak akan pernah ada dua mulut yang sama. 7

2.4.2 Seksual Dimorfisme pada Perkembangan Gigi Kari et al (1980) dan Harila et al (2003) menyatakan beberapa bulan setelah kelahiran seksual dimorfisme sudah terlihat pada ukuran mahkota gigi desidui. 13 Diameter gigi desidui laki-laki adalah lebih besar dibandingkan perempuan. 19 Jenis kelamin seseorang yang ditentukan melalui gigi geligi berdasarkan pada perbandingan dimensi gigi antara laki-laki dan perempuan ataupun ditentukan melalui perbandingan secara non-metrik seperti frekuensi cusp carabelli. 16 Menurut Jensen et al (1957) dan Kondo dan Townsend (2004) keberadaan seksual dimorfisme pada gigi permanen merupakan fenomena yang sudah biasa dijumpai pada beberapa penelitian. Rodriguez (2004) menyimpulkan sifat morfogenetik ini menyebabkan bentuk dan dimensi gigi menjadi stabil dan merupakan faktor penentu untuk tujuan identifikasi terhadap seksual dimorfisme pada tengkorak. 6 Penelitian Selmer-Olsen (1949), Garn et al (1964) dan Alvesalo (1971) mendapatkan hampir keseluruhan ukuran mahkota gigi permanen menunjukkan lakilaki lebih besar dibandingkan perempuan antara 2-4%. Menurut Alvesalo dan Tammisalo (1981), Stroud et al (1994) dan Harris dan Hicks (1998) perbedaan ukuran gigi antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat melalui ketebalan dentin yang diukur dari foto radiograf sebagai jarak antara mesial dan distal dentinoenamel junction. Jakobsson dan Lind (1973) menyatakan perbedaan seksual ini jelas terlihat pada panjang akar dimana akar yang sangat pendek sering ditemukan pada perempuan manakala akar yang sangat panjang sering dijumpai pada laki-laki. 13

Alvesalo (1971) dalam studinya terhadap pasangan adik beradik dan sepupu telah menyimpulkan bahwa kromosom X dan kromosom Y berpengaruh terhadap ukuran gigi dengan pengaruh yang berbeda terhadap kuantitas phenotypic. Alvesalo turut menyimpulkan bahwa keberadaan seksual dimorfisme pada ukuran mahkota gigi merupakan pengaruh dari kromosom Y. 13,15 Alvesalo et al (1975), Alvesalo (1997) dan Lahdesmaki dan Alvesalo (2004) menyimpulkan kromosom seks tidak hanya berpengaruh pada ukuran mahkota gigi tetapi turut berpengaruh terhadap bentuk dan struktur gigi serta panjang akar termasuklah profil kraniofasial, bentuk dan ukuran tubuh. 15 Menurut Scott dan Turner II (1997) para peneliti mengindikasikan bahwa gen pada kromosom seks terlibat pada sebagian aspek dari dental ontogeny misalnya struktur gen untuk amelogenin terletak pada kromosom X dan Y. Amelogenin memainkan peranan penting pada perkembangan enamel. Protein ini membentuk hampir 90% komponen organik matriks enamel. Amelogenin pada manusia hanya diproduksi oleh satu gen yaitu kromosom seks X dan Y. Hillson (1996) menyatakan kedua-dua kromosom ini memberi pengaruh yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Menurut Butter dan Joysey (1978) perbedaan seksual pada proses amelogenesis yaitu proses pembentukan enamel berhubungan perbedaan genetik ini. 20 Alvesalo dan Tammisalo (1981), Alvesalo (1985) dan Alvesalo et al (1991) menyatakan kromosom Y merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap dentin dan enamel, sedangkan kromosom X hanya tertumpu pada pembentukan enamel saja. 15

Alvesalo (1997) berpendapat seksual dimorfisme yang terlihat pada jumlah gigi, ukuran mahkota, panjang akar, morfologi mahkota, genetic pleiotropy dan sifat somatik yang lain seperti tumbuh kembang dan rasio seksual dimorfisme pada waktu kelahiran adalah mungkin berhubungan dengan pengaruh kromosom X dan kromosom Y yang berbeda terhadap fungsi sel dan proliferasi terutamanya kromosom Y. 15 2.4.3 Persentase Seksual Dimorfisme Persentase seksual dimorfisme pada setiap gigi didapat melalui rumus yang diperkenalkan oleh Garn dan Lens pada tahun 1967. Rumus ini digunakan untuk mendapatkan nilai persentase gigi yang menunjukkan seksual dimorfisme yang paling besar. Rumusnya adalah seperti berikut yaitu 7 : Seksual Dimorfisme = (X m / X f 1.00) X 100 dimana: X m = ukuran rata-rata mesiodistal gigi laki-laki X f = ukuran rata-rata mesiodistal gigi perempuan. 2.5 Ras, Suku dan Etnik Ras ialah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir tertentu yang dapat dilanjutkan kepada turunannya. 21 Menurut Groose, ras adalah segolongan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan, sehingga berdasarkan itu dapat dibedakan dari kesatuan lain. Kohlbrugge berpendapat ras adalah segolongan manusia yang memiliki

kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan, dimana ciri-ciri kerohanian tidak diperhitungkan. Haldane menyatakan bahwa ras adalah sekelompok manusia yang memiliki satu kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu. 22 Suku dalam bahasa Inggeris diterjemahkan sebagai tribe. Pada akhir-akhir ini, istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi dengan keprimitifan sedangkan istilah etnik dirasa lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk kepada pengertian kelompok orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Dalam ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. 23 Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. 23 Wilkinson (1993) menyatakan etnik berarti kesamaan budaya dan gaya hidup. 24 Etnisitas secara umumnya membawa maksud kebudayaan, kepribadian, agama, bahasa, dan atau secara geografikal mempunyai kesamaan yang menjadi milik sekelompok manusia yang diwariskan secara turun temurun. 25 2.5.1 Latar Belakang Masyarakat Malaysia Masyarakat Malaysia pada dasarnya terdiri atas dua kelompok yang utama yaitu Masyarakat Bumiputera dan Masyarakat bukan Bumiputera. Pada tahun 1990

penduduk Bumiputera merupakan 61,7% daripada jumlah penduduk Malaysia dibandingkan dengan 38,3% penduduk bukan Bumiputera dengan sebagian besarnya terdiri atas Etnik Cina yaitu 29,5%. Masyarakat Bumiputera merupakan suku etnik yang lebih awal menetap di negara ini. Mereka terdiri atas berbagai suku etnik dan merupakan penduduk pribumi atau penduduk asal yang tinggal di Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak. 26 2.5.2 Karakteristik Ras dan Etnik Kelompok ras mayor di dunia diklasifikasikan sebagai Kaukasoid, Mongoloid, Negroid dan Australoid. Masyarakat Malaysia di Semenanjung Malaysia terdiri atas tiga etnik terbesar yaitu Melayu, Cina dan India. Iban dan Bidayuh merupakan etnik yang terdapat di Sarawak sedangkan Kadazan dan Dusun di Sabah. 27 Tratman (1950) membagi etnik Melayu dan Cina dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India dalam kelompok ras Kaukasoid. 8 Populasi Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997) memperkenalkan dual layer model dimana model pertama menyatakan perpindahan dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Tanah Besar Asia Tenggara melalui China Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Keberadaan penduduk asal ini mendapat dukungan dari Von Koenigswald (1952), Bellwood (1978), dan Matsumura dan Majid (1999). 8

Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa percampuran genetik. Model ini mendapat dukungan dari Turner (1987), Turner (1990), Hanihara (1992a) dan Hanihara (1992b). 8 Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan orang-orang India dari India Selatan ke Malaysia sewaktu abad ke 19. Migrasi etnik Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia pada masa sekarang. 8 Masyarakat Melayu kebanyakannya berada di Semenanjung Malaysia dan sebagiannya di Kepulauan Asia Tenggara, Pantai Timur Sumatra, Pantai Borneo dan kepulauan kecil sekitar area ini. Masyarakat Proto-melayu merupakan orang-orang yang belayar dari pesisir pantai Borneo yang berkembang sehingga ke Sumatra dan Semenanjung Malaysia. Masyarakat Melayu pada masa sekarang yang digelar sebagai Melayu Modern di Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Pantai Melayu adalah campuran dari berbagai ras. Mereka digelar sebagai deutro-melayu yang merupakan campuran dari proto-melayu dengan India, Thai, Arab dan Cina modern. 28 Nagata (1979), Pusat Perkembangan Kurikulum (1998), Zainuddin (2003) berpendapat hubungan antara populasi Malaysia adalah berdasarkan pada perspektif sejarah saja. Etnik Melayu dan Orang Asli merupakan penduduk asal Malaysia sedangkan Etnik Cina dan India adalah masyarakat yang bermigrasi ke Malaysia pada awal abad ke 19 atas alasan ekonomi dan urusan jual beli. 29