Tulisan ini telah dimuat pada Jurnal TORANI Unhas No.2. Vol.14 Th 2004 hal

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGKAPAN IKAN DI DAERAH PANTAI DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN RAMBO DAN PEMBERDAYAANNYA DI SELAT MAKASSAR SUDIRMAN

dari perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia secara keseluruhan. Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan

PROFIL PENCAHAYAAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA AREAL PENANGKAPAN BAGAN RAMBO DI SELAT MAKASSAR

RESPON RETINA MATA IKAN TERI (Stolephorus insularis) TERHADAP CAHAYA DALAM PROSES PENANGKAPAN PADA BAGAN RAMBO

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS LAMPU LISTRIK UNTUK MENARIK PERHATIAN IKAN PELAGIS KECIL PADA BAGAN TANCAP

Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi Volume 4 Nomor 2 November 2017

Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Torani Unhas: No.1. Vol.14, Maret 2004

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *)

Perbedaan Waktu Hauling Bagan Tancap terhadap Hasil Tangkapan di Perairan Sungsang, Sumatera Selatan

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU

Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Des 2003, Jilid 10, Nomor 2 hal

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

PERBEDAAN WAKTU PENGOPERASIAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP DI PERAIRAN SUNGSANG, SUMATERA SELATAN

7 KONSEP PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP DI KAWASAN TELUK BONE

DRIVE IN NET, LIFT NET

Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Ilmiah Sorihi Volume 1.No.5, Juli Universitas Khaerun Ternate.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

Tulisan ini telah dimuat dalam Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 16;N0.1. hal Tahun 2010.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

PERBEDAAN PENGGUNAAN INTENSITAS CAHAYA LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI PERAIRAN SELAT ROSENBERG KABUPATEN MALUKU TENGGARA KEPULAUAN KEI

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.2 (3) April 2015: ISSN: X

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN EFISIENSI PENANGKAPAN PADA MODIFIKASI ALAT TANGKAP BOAT SEINE YANG RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENGAPA PRODUKSI KEPITING RAJUNGAN MENURUN DAN KEBIJAKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN MENGANTISIPASINYA. Oleh. Wayan Kantun

KOREKSI KONSTRUKSI PERANGKAP JODANG PENANGKAP KEONG MACAN DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT AYU ADHITA DAMAYANTI

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM KELOMPOK NELAYAN BAGAN TANCAP KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

ANALISIS TINGKAH LAKU IKAN UNTUK MEWUJUDKAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN DALAM PROSES PENANGKAPAN PADA BAGAN RAMBO

KINERJA ALAT TANGKAP IKAN CAKALANG DI TELUK BONE KABUPATEN LUWU PERFORMANCE OF FISHING GEAR ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY OF LUWU REGENCY

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU Scylla paramamosain Estampador DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG.

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU

Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

DIPONEGORO JOURNAL OF MAQUARES Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman

Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran DKP Dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Maluku Utara, 2003.

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

PENDUGAAN STOK IKAN LAYUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Harpodon Borneo Vol.10. No.1. April ISSN : X

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Sulawesi Barat 2. Balai Penelitian Perikanan Laut, Balitbang, Kementerian Kelautan dan Perikanan 3

Study on the use of different light intensities on fish catch of raft lift net in Dodinga Bay, West Halmahera Regency

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

DINAMIKA POPULASI IKAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEKNOLOGI AKUSTIK PADA PERIKANAN BAGAN PERAHU APPLICATION OF ACOUSTIC TECHNOLOGY ON THE FISH CATCH OF BOAT LIFT NET

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK

Tulisan ini telah dipresentasikan dan dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap (ISBN: )

Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado

3. METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

APPLICATION HYPERTEXT MARKUP LANGUAGE TO DESIGN ANCHOVY (Stolephorus spp) FISHERIES SYSTEM INFORMATION IN THE GULF OF BONE

ZONASI PENANGKAPAN IKAN TERBANG DI SELAT MAKASSAR SEBAGAI SOLUSI MENGATASI ANCAMAN KEPUNAHAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

ANALISIS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA UTARA

Alat Penangkapan Ikan Yang Ramah Lingkungan Berbasis Code of Conduct For Responsible Fisheries di Kota Banda Aceh

Bagan tancap sifatnya menetap sedangkan bagan apung dapat berpindah tempat

PERBANDINGAN UKURAN IKAN HASIL TANGKAPAN UTAMA PADA BAGAN TANCAP BERDASARKAN JENIS LAMPU

5 PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

PENGARUH PERIODE HARI BULAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN DAN TINGKAT PENDAPATAN NELAYAN BAGAN TANCAP DI KABUPATEN SERANG TESIS JAE WON LEE

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

EVALUASI ASPEK SOSIAL KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN TUNA (THUNNUS SP) OLEH NELAYAN DESA YAINUELO KABUPATEN MALUKU TENGAH

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN HUBUNGANNYA DENGAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN RAMAH LINGKUNGAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN TERBANG DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR DAN UTARA BALI

III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma, BLEEKER 1841) DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

EFEKTIVITAS CELAH PELOLOSAN (ESCAPE GAP) PADA ALAT TANGKAP PENGILAR UNTUK MENUNJANG KELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Tulisan ini telah dimuat pada Jurnal TORANI Unhas No.2. Vol.14 Th 2004 hal 96-103 DISTRIBUSI FREKUENSI PANJANG DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD (TKG) IKAN TERI (Stolephorus insularis) YANG TERTANGKAP PADA BAGAN RAMBO, KAITANNYA DENGAN PENANGKAPAN IKAN BERTANGGUNGJAWAB LENGTH FREQUENCY DISTRIBUTION AND GONAD MATURITY STAGE OF ANCHOVY (Stolephorus insularis) CAUGHT BY BAGAN RAMBO, RELATION TO THE RESPONSIBLE FISHING Sudirman 1), M.Kurnia 1), Mulyono S. Baskoro 2), A. Purbayanto 2), 1) Faculty of Marine Science and Fishery Hasanuddin University, Makassar 2) Bogor Agricultural University, Kampus IPB Darmaga Bogor ABSTRACT Bagan Rambo is a large type of lift net with fine meshed of box-shaped netting 0.5 cm mesh size, operated with electric mercury lamp for attracting pelagic species. The number of mercury bulb used for the bagan rambo is up to 64 units for total light intensity of 14 20 kw. It is an original light fishing from South Sulawesi and recently has rapidly developed in numbers. This research was conducted to analysis of length frequency and Gonad Maturity Stage in relation to the environmentally friendly of bagan rambo in Makassar Strait, conducted in February to September 2002. The result indicated that the length frequency distribution of anchovy during the experiment is highly varied, from 2.0 cm 10.3 cm of the Total Length (TL), with the concentration at 6.9 cm 9.2 cm. The composition of Anchovy by gonad maturity stage during the experiment was Immature 49.89%, Mature 17.2%, Half Spawning 19.63% and Post Spawning 13.27%. According to length frequency analysis and Gonad Maturity Stage aspect, bagan rambo was, however, environmentally friendly for anchovy (Stolephorus insularis). To establish the environmentally friendly technology of bagan rambo, optimize the target species (anchovy), reducing the non target and the increased awareness of fishermen for responsible manners are the alternative solutions. Keywords: Bagan rambo, Stolephorus insularis, length frequency and Gonad Maturity Stage RINGKASAN Bagan Rambo adalah tipe liftnet berukuran besar, menggunakan jaring berbentuk kotak dengan mesh size 0,5 cm. Pengoperasian bagan rambo menggunakan lampu merkuri untuk menarik perhatian ikan target, jumlahnya 64 buah dengan total kekuatan cahaya 14 20 kw. Penelitian ini dilaksanakan pada Pebruari - September 2002, di perairan Barru, Selat Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis frekuensi panjang dan Tingkat

Kematangan Gonad (TKG) ikan teri (S. insularis) hubungannya dengan perikanan ramah lingkungan pada bagan rambo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi panjang ikan teri selama penelitian berkisar antara 2,0-10,3 cm dengan konsentrasi terbesar pada ukuran 6,9-9,2 cm. Sedangkan persentase TKG menunjukkan bahwa 49,89% belum dewasa, 17,21 % dewasa, 19,63% sedang melakukan pemijahan dan hanya 13,27% yang belum melakukan pemijahan. Hal ini menunjukkan bahwa yang tertangkap kebanyakan telah dewasa dan telah melakukan pemijahan, dengan puncak pemijahan terjadi pada Maret - Mei. Kaitannya dengan perikanan bertanggung jawab, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bagan Rambo ramah terhadap ikan teri. Untuk mewujudkan teknologi ramah lingkungan pada bagan rambo, mengoptimalkan jenis target ( ikan teri ), mengurangi non target dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat nelayan adalah solusi alternatif. PENDAHULUAN Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat bantu penangkapan. Sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat maka desain dan konstruksi bagan semakin berkembang. Hal yang cukup menarik perhatian adalah ukurannya yang lebih besar dan menggunakan lampu listrik dengan jumlah kapasitas daya yang besar. Penelitian mengenai hubungan antara cahaya dan ikan pada Bagan telah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain: Sudirman et al. (2000), Sudirman et al. (2001), Sudirman et al. (2003), Baskoro (1999), Nadir (2000). Namun informasi hasil penelitian mengenai tingkah laku ikan dalam proses penangkapan pada bagan rambo dalam kaitannya dengan keramahan lingkungan belum banyak dilakukan. Dalam kaitan dengan teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan (environmental friendly fishing technology), alat tangkap bagan banyak dinilai kurang ramah lingkungan karena diduga banyak menangkap larva ikan dan spesies non target serta tidak selektifnya mata jaring yang digunakan. Hal ini menyebabkan tertangkapnya berbagai ukuran ikan, mulai dari yang paling kecil sampai ukuran yang besar. Salah satu jenis ikan yang banyak tertangkap pada bagan rambo adalah ikan teri. Dilaporkan bahwa 30 % hasil tangkapan bagan rambo didominasi oleh ikan teri (Sudirman 2003). Namun bagaimana distribusi frekuensi panjang dan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) hasil tangkapan belum banyak diketahui. Oleh sebab itu analisis distribusi frekuensi panjang dan tingkat kematangan gonad ikan teri hasil tangkapan pada bagan rambo perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ukuran dan TKG ikan teri yang tertangkap

dengan bagan rambo kaitannya dengan perikanan yang ramah lingkungan. Hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat berupa rekomendasi dalam pengembangan bagan rambo dimasa mendatang, khususnya pengaturan penangkapan, meminimalkan spesies non target dan mengoptimalkan spesies target dalam rangka mewujudkan teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di perairan Barru, Selat Makassar pada posisi 4 o 22 00-4 o 25 00 LS dan 119 o 24 00-119 o 27 00 BT. pada Pebruari September 2002, dilanjutkan dengan analisis di Laboratorium Fisiologi Biota Laut FIKP Unhas Makassar. Pengamatan komposisi ukuran (dalam cm) dan tingkat kematangan gonad dilakukan setiap minggu selama 6 bulan. Jumlah sampel yang diambil didasarkan pada jumlah hasil tangkapan dan variasi ukuran ikan pada waktu pengambilan sampel. Jumlahnya dari 47 1050 ekor perminggu (125 1857 perbulan). Jumlah Sampel yang diamati berdasarkan ukuran dan tingkat kematangan gonad selama penelitian adalah 6444 ekor (Tabel 1). Tabel 1. Jumlah Total Sampel yang Diamati Ukuran dan Tingkat Kematangan Gonadnya Selama Penelitian No Data Sampel (bulan) Total Sampel Teri 1 Pebruari 201 2 Maret 425 3 April 1267 4 Mei 1267 5 Juni 1857 6 Juli 1299 7 Agustus 128 Total 6.444 Analisis Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dilakukan dengan dua cara yaitu secara morfologi dan Histologi. Pengamatan morfologi gonad menggunakan petunjuk Hutomo et al, (1987), yang mengklasifikasikan TKG ikan teri ke dalam delapan kelompok. Selanjutnya tingkat kematangan gonad ikan teri dikelompokkan ke dalam kelompok yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan yang sedang dan telah memijah (half spawning dan post spawning). Untuk membuat perbandingan dan mempertinggi keakuratan pengamatan TKG secara morfologi maka dilakukan pengamatan secara histologi khususnya pada ikan teri TKG

7. Pengamatan secara histologi dilakukan berdasarkan Standar Prosedur Pengamatan Histologi (Gambar 1) Selanjutnya dilakukan analisis berdasarkan petunjuk Hibiya and Takashima (1995). SAMPLING Gonad fiksasi dgn larutan Bouin s Dehidrasi Diinfiltrasi dgn Parafin Embedding Disayat dgn Microtome Hematoxylene dan eosin staining Mounting dgn biolit Pengamatan dgn microscope Gambar 1. Standar Prosedur Pengamatan Histologi dalam Pengamatan TKG Ikan Teri

Kaitannya dengan penangkapan ikan bertanggungjawab dilakukan dengan menghubungkan kriteria perikanan bertanggungjawab seperti yang dikemukakan oleh FAO (1995), Monintja (1996), Arimoto (1999), APO (2002). Setelah menentukan kriteria tersebut di atas maka dilakukan analisis berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat nelayan di lapangan. Kriteria yang dianggap tidak bermasalah berarti memenuhi perikanan yang ramah lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Ukuran Ikan Teri (Stolephorus insularis) Komposisi ukuran panjang total ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo selama penelitian sangat bervariasi, mulai ukuran 2,0 cm sampai 10,3 cm dengan konsentrasi terbesar berada pada ukuran 6,9 cm sampai 9,2 cm (Gambar 2). Data ini menunjukkan bahwa ukuran ikan teri yang tertangkap adalah ukuran yang layak tangkap. 50 40 n = 2,516 Persentase (%) 30 20 n = 966 n = 1,758 10 0 n = 505 n = 51 n = 176 n = 163 2.0 3.2 3.3 4.4 4.5 5.6 5.7 6.8 6.9 8.0 8.1 9.2 9.3 10.3 Ukuran Kelas (cm) Gambar 2. Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Teri (S.insularis) selama penelitian Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran ukuran panjang ikan setiap bulannya. Pada bulan Pebruari-Maret, ukuran ikan teri lebih panjang dan pada April Mei, cenderung ukurannya lebih kecil dan selanjutnya ukuran ini cenderung lebih panjang lagi pada bulan Juni dan jumlah yang berukuran besar berkuran pada bulan Agustus (Lampiran 1).

Fenomena ini mengindikasikan bahwa daerah penangkapan bagan rambo tersebut juga merupakan tempat pemijahan ikan teri. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perubahan ukuran ikan dari waktu ke waktu yang erat kaitannya dengan perkembangan TKG. TKG Ikan Teri (Stolephorus insularis) Dilihat dari TKG ikan teri selama penelitian menunjukkan bahwa ikan teri yang tertangkap kebanyakan telah melakukan pemijahan, dengan puncak pemijahan terjadi pada bulan Maret - Mei. Selanjutnya pada bulan Juni dan Juli komposisi ikan teri yang telah memijah dan yang belum masih berimbang. Pada bulan Agustus kebanyakan ikan teri telah melakukan pemijahan (Gambar 3). Immature Mature Half Spawning Post Spawning Percentage (%) 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sampling Time Gambar 3. Perkembangan TKG ikan Teri (Stolephorus insularis) selama penelitian. Jika dihubungkan dengan komposisi ukuran ikan nampak bahwa pada Juli Agustus ikan teri cenderung lebih kecil. Dengan kata lain dapat diduga bahwa ikan teri tersebut adalah ikan teri hasil pemijahan pada bulan Maret Mei. Pada bulan Juli dan Agustus hasil tangkapan teri sangat menurun. Jika tingkat kematangan gonad ikan teri dikelompokkan ke dalam kelompok yang belum dewasa (immature), dewasa (mature) dan yang sedang dan telah memijah (half spawning dan post spawning) maka akan terlihat bahwa rata-rata ikan teri yang belum dewasa tertangkap dengan bagan rambo adalah 49,89% (Tabel 2). Selebihnya adalah ikanikan sudah memijah dan sudah dewasa (Tabel 2 dan Gambar 4).

13.27% 19.63% 49.89% 17.2% Immature Mature Half Spawning Post Spawning Gambar 4. Persentase Rata-rata TKG ikan Teri (S. insularis) yang tertangkap Bagan Rambo Hasil pengamatan secara histologi terhadap ikan teri pada ukuran panjang 7 cm menunjukkan bahwa ikan tersebut telah melakukan pemijahan (Gambar 5). Ikan teri : Betina; Post spawning; Stage VII TL 8 cm Gambar 5. Photomicrograph TKG ikan Teri (Stolephorus insularis) Tingkat Kematangan Gonad Menurut Ukuran Ikan Hasil pengamatan terhadap tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa kematangan gonad akan bertambah seiring dengan bertambahnya panjang total dari ikan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan teri sudah mulai matang gonad pada

ukuran 55 mm dan sebagian telah memijah pada ukuran 65 mm. Pada ukuran lebih besar dari 75 mm umumnya ikan teri sudah melakukan pemijahan. Pencatatan komposisi ukuran dan tingkat kematangan gonad (TKG) dihubungkan dengan waktu akan diperoleh data perkembangan gonad ikan tersebut. Persentase komposisi tingkat kematangan pada setiap saat dapat dipakai untuk menduga terjadinya pemijahan (Effendie, 1997). Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya akan ditandai dengan peningkatan persentase tingkat kematangan gonad yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Bagi ikan-ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi TKG terdiri dari tingkat dengan persentase yang tidak sama. Persentase yang tinggi dari tingkat kematangan gonad yang besar merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahannya sepanjang tahun (Effendie, 1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi ukuran dan TKG ikan teri (S. insularis). Namun demikian kebanyakan ikan tersebut telah dewasa dan telah melakukan pemijahan. Puncak pemijahan terjadi terjadi pada bulan Maret Juni. Pada ukuran berapa sebenarnya ikan teri melakukan pemijahan di Selat Makassar, belum diperoleh informasi yang pasti dari hasil penelitian sebelumnya. Namun penelitian ditempat lain seperti di Selat Singapura yang dilaporkan oleh Tham (1965) bahwa S. heterolobus, memijah pada panjang baku 50 mm. Tiews et al (1970) mengemukakan bahwa di Teluk manila ikan teri memijah pada panjang 60 mm. Selanjutnya Tiews et al. (1970), mengemukakan bahwa S. devisi di perairan Papua New Guinea memijah pada ukuran 45 50 mm dan S.heterolubus 50 55 mm. Jika dibandingkan dengan ukuran ikan teri dari hasil penelitian ini dengan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa 72,3% ukuran tersebut telah melakukan pemijahan. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin dkk (1994) yang menunjukkan bahwa lebih dari 70% ikan teri yang tertangkap pada bagan rambo berada pada kisaran panjang 69,2 97,9 mm. Namun dari hasil pembedahan hanya 33% yang telah lakukan pemijahan. Dalam hubungannya dengan kelestarian sumberdaya ikan teri di perairan Selat Makassar, maka aspek fekunditas dari ikan ini perlu dipertimbangkan. Hal ini berkaitan dengan potensi reproduksi pada jenis ikan tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiews et al. (1970) menunjukkan bahwa fekunditas ikan teri jenis S.insularis berkisar 5.416-10.033 butir yang berarti bahwa potensi reproduksinya sangat besar.

Pada musim puncak (Maret-Juni) penangkapan ikan teri di perairan Barru Selat Makassar, harga ikan teri sangat turun sehingga jumlah tangkapan yang banyak tidak diimbangi dengan harga yang baik menyebabkan penangkapan dihentikan untuk beberapa saat. Tindakan ini menguntungkan dari sudut pelestarian sumberdaya teri. Dari alasan-alasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa bagan rambo masih tergolong ramah terhadap penangkapan ikan teri. Dengan kata lain bahwa dalam hubungannya dengan perikanan bertanggungjawab (Responsible fisheries) penangkapan alat tangkap bagan rambo dengan target tangkapan ikan teri masih dapat dipertanggungjawabkan. Tabel 2. Persentase jumlah ikan teri (Stolephorus insularis) belum dewasa, dewasa dan yang meminjah di Selat Makassar Selama Penelitian Periode Pengamatan Belum Memijah Sudah Jumlah Dewasa (%) (bulan) Dewasa (%) Sebagian (%) Memijah (%) Contoh (ekor) Pebruari 73,13 14,43 6,97 5,47 201 Maret 11,06 15,06 34,59 39,29 425 April 20,53 27,38 40,68 11,41 1167 Mei 15,24 39,61 32,09 13,06 1267 Juni 47,8 18,50 15,46 18,23 1857 Juli 84,66 4,65 6,04 4,65 1299 Agustus 96,83 0,79 1,59 0,79 128 Rataan/total 49,89 17,2 19,63 13,27 6444 Kisaran 11,06-96,83 0,79-39,61 1,59-40,68 0.79-39,29 128-1857 Keterangan.: Belum Dewasa ( TKG 1-V), Dewasa ( TKG VI), Memijah Sebagian (TKG VII), Memijah ( TKG VIII) Kaitan dengan Keramahan Lingkungan Minimal terdapat 3 unsur pokok yang sangat penting diperhatikan dalam perikanan bertanggungjawab yaitu environmental friendly, memberikan nilai ekonomi yang kontinu dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat. Ketiga komponen ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan bagan rambo dimasa datang. Asian Productivity Organisation (2002), mengemukakan bahwa kriteria perikanan berkelanjutan adalah bagaimana bekerja secara maksimal secara kontinu membantu para nelayan, sehingga dapat melakukan pemanfaatan dengan ramah lingkungan, secara teknik dapat dilakukan dan secara ekonomi menguntungkan termasuk mendukung penyediaan ketahanan pangan. Menurut Gopakumar (2002), prinsip dari pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah pemanfaatan

sumberdaya perikanan jangka panjang dengan memperhatikan karakteristik biologi, dan ekologi termasuk konservasi, dan adanya sharing keuntungan. Dengan demikian maka pemanfaatan sumberdaya perikanan laut secara berkelanjutan harus dilakukan dengan cara pengelolaan perikanan bertanggung jawab (responsible fisheries) dengan teknologi yang berwawasan lingkungan. Bagaimana halnya dengan perikanan bagan rambo yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Selat Makassar?. Hasil penelitian ini telah dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan beberapa aspek yang perlu dianalisis lebih dalam lagi. Aspek selektivitas alat tangkap bagan rambo merupakan satu hal yang paling krusial. FAO (1995) dan Arimoto (1999) mengemukakan bahwa dalam perikanan bertanggung jawab maka ikan-ikan tertangkap pada salah satu jenis alat tangkap, minimal pernah memijah sekali dalam hidupnya. Apakah ikan-ikan teri yang tertangkap pada bagan Rambo telah melakukan pemijahan?. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 49,89% belum dewasa atau belum melakukan pemijahan, sedangkan sisanya adalah telah dewasa dan telah melakukan pemijahan masing-masing; 17 % sudah matang gonad, 19,63% sedang melakukan pemijahan dan 13,27% telah melakukan pemijahan. Hal ini menunjukkan bahwa bagan Rambo masih dapat dikategorikan ramah terhadap ikan teri dan dapat ditolerir sebagai perikanan bertanggungjawab terhadap spesies ikan teri. Pertimbangan lain bahwa alat tangkap ini sangat produktif untuk menangkap ikan teri. Permasalahannya adalah bagan rambo tidak hanya menangkap ikan teri tetapi juga spesies lain sebagai konsekuensi perairan tropis. Oleh sebab itu penelitian yang sama terhadap spesies lain perlu dilakukan KESIMPULAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa alat tangkap bagan rambo ditinjau dari sudut ukuran dan TKG, masih tergolong ramah terhadap ikan teri. Dalam kaitan dengan perikanan bertanggungjawab maka bagan rambo dengan target spesies ikan teri dapat digolong perikanan bertanggungjawab. Dengan demikian layak dikembangkan untuk menangkap ikan teri. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian terhadap jenis tangkapan yang lain mengingat bagan rambo tidak hanya menangkap ikan teri tetapi juga beberapa spesies penting lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Arimoto,T. 1999. Light Fishing. Paper in International Fisheries Training Center, JICA, Tokyo. Pp15 (unpublished). Arimoto, T. 2001. Technical Approach to Minimize Fishing Impacts Toward Sustainable Fisheries. in Solving By-catch: Considerations for Today and Tomorrow. Published by University of Alaska. P 13-28. APO (Asian Productivity Organization), 2002. Sustainable Fishery Management in Asia. Report of the APO Study Meeting on Sustainable Fishery Management. Tokyo. 324 p Baskoro, M. S., 1999. Capture Process of The Floated Bamboo-Platform Liftnet With Light Attraction (Bagan). Graduate School of Fisheries, Tokyo University Fisheries. Doctoral Course of Marine Sciences and Technology. p 149 of CCRF (FAO), 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries.. Rome, Italy. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal. FAO, 1995. Code of Conduct for Responsible Fisheries.. Rome, Italy. Gopakumar, K, 2002. Current State of Over Fishing and It s Impact on Sustainable Fisheries Management in The Asia-Pacific Region. In Sustainable Fishery Management in Asia. Asian Productivity Organization. Tokyo. P 37-57. Hibiya, T and F. Takashima. 1982. An Atlas of Fish Histology, Normal and Pathological Features. Kodansha Ltd Tokyo. P 145. Hutomo, M., Burhanuddin, A. Djamali dan S. Martosewojo. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oceanologi-LIPI. Jakarta. 80 hal. Ishi, H and T. Kitahara. 2001. A discarding Problem of Mantis Shrimp in Tokyo Bay. In Proceeding of the Satellite Workshop on fishing Impacts-Evaluation, Solution and Policy. Tokyo University of Fisheries. P 36-37 Monintja, D.R. 1996. Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Hayati Laut: MenyambutEra Pasar Global. Makalah dalam seminar sehari Teknologi Lingkungan dan pengembangan Bisnis Masa Depan, diselenggarakan oleh kantor Menteri negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 13 hal. (Unpublish) Nadir, M., 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Barru Selat Makassar: Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan (Tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 87 hal. Tesis Najamuddin, M. N. Nessa., M. Palo, M.Yusran, Metusalach dan A. Assir., 1 994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan Warna Yang berbeda Pada Perikanan

Purse seine di Laut Flores Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan Volume II (7). Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Nikijuluw, V. P. H.2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Penerbit P.T. Pustaka Cidesindo. Jakarta. 254.hal. Sudirman, M.S.Baskoro,S.Akiyama and T.Arimoto., 2000. Observation on Set net in Japan With Bibliographical Reviewing. Case Study in Tateyama Bay and Ishigaki (Okinawa Islands). Proceeding of the JSPS International Symposium Fisheries Sciences in Tropical Area; Bogor- Indonesia Agt, 19-21, 1999..Sustainable Fishing Technology in Asia Toward the 21 st. Published by TUF International JSPS Project Vol.8.March 2000.p 78-82. Sudirman., M.S.Baskoro, Zulkarnain, S.Akiyama and T.Arimoto., 2001. Light Adaptation Process of Jack Mackerel (Trachurus japonicus) by different Light Intensities and Water Temperatures. Proceeding of the JSPS International Symposium Fisheries Sciences in Tropical Area; Bogor- Indonesia Agt, 21-25, 2000.Sustainable Fisheries in Asia in The New Millennium. Published by TUF International JSPS Project Vol.10. p 205-208. Sudirman, M.S.Baskoro, A.Purbayanto, D.R.Monintja, dan T. Arimoto. 2003 Profil Pencahayaan dan Distribusi Ikan pada Areal Penangkapan Bagan Rambo. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2003 Volume 3. hal 28-42. Tham, A. K., 1965. Notes on the Biology of the Anchovy, Stolephorus pseudoheterolobus Handerberg. Bull. Nat. Mus. Singapura 33 (4):23-26. Tiews, K. I.A.Ronquillo and L.M.Santos, 1970. On the Biology of Anchovies (Stolephorus Lacepede) in Philippines waters. Proc.Indo.Indo.Facific. Fish.Counc,12(2):1-25 Lampiran 1. Distribusi Frekuensi Panjang ikan Teri (S. insularis) selama Penelitian.

Ukuran Ikan Teri Bulan Pebruari Pebruari Persentase Ukuran (%) 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 n = 93 n = 47 n = 30 n = 18 n = 13 5.0-5.8 5.9-6.4 6.5-7.2 7.3-8.0 8.1-9.0 Klas Ukuran (cm) Ukuran Ikan Teri Bulan Maret 2002 Maret Persentase Ukuran (%) 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 n = 277 n = 133 n = 13 n = 1 n = 1 3.5-4.8 4.9-6.1 6.2-7.4 7.5-8.7 8.8-9.9 Klas Ukuran (cm) 40.0 35.0 n = 487 n = 405 April Percentage (%) 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 n = 288 n = 87 n = 4 2.5-4.0 4.1-5.5 5.6-7.0 7.1-8.5 8.6-10.0 Size Klas class Ukuran in Total (cm) length (Cm)

Percentage(%) 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 n = 1185 n = 371 n = 334 n = 57 n = 13 5.2-6.2 6.3-7.2 7.3-8.2 8.3-9.2 9.3-10 Size class Klas in Ukuran Total (cm) length (cm) Mei 60.0 50.0 n = 1056 Juni Percent (%) 40.0 30.0 20.0 10.0 n = 147 n = 215 n = 79 n = 333 0.0 2.0-3.7 3.8-5.4 5.5-7.1 7.2-8.8 8.9-10.3 Klas Ukuran (cm) Size class in Total length (cm) Percent (%) 50.0 45.0 40.0 35.0 30.0 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 n = 144 n = 92 n = 46 n = 20 n = 20 5.0-5.7 5.8-6.4 6.5-7.1 7.2-7.8 7.9-8.5 Size class Klas Ukuran in Total (cm) length (cm) Juli

45.0 40.0 35.0 n = 51 Agustus Percent (%) 30.0 25.0 20.0 15.0 n = 29 n = 32 10.0 5.0 n = 9 n = 5 0.0 5.4-6.0 6.1-6.6 6.7-7.2 7.3-7.8 7.9-8.5 Size Klas class Ukuran in Total (cm) length (cm)