BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL ARIF FIRMANTO J. ATISINA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Fantasi yang terjadi pada anak usia prasekolah dapat menyebabkan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pengertian antara pemberi informasi dengan penerima informasi. mendapatkan pengetahuan (Taylor, 1993 dalam Uripni, dkk. 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini menguraikan tentang tingkat nyeri pada pasien post operasi, yang diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN. mewujudkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spirituial dan penyakit)

BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam tahap proses pertumbuhan dan perkembangan. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi perawatan sampai pulang kembali ke rumah (Supartini, 2004). Penyakit yang diderita anak akan menyebabkan perubahan perilaku normal sehingga anak perlu menjalani perawatan (Asmadi, 2008). Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia 5-12 tahun sebanyak 14,91%, usia 13-15 tahun sekitar 9,1%, usia 16-21 tahun sebesar 8,13%. Angka kesakitan anak usia 0-21 tahun apabila dihitung dari keseluruhan jumlah penduduk adalah 14,44%. Menjalani perawatan di rumah sakit dapat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan psikologi anak (Apriany, 2013). Di Provinsi Gorontalo, terdapat berbagai kondisi yang menyebabkan anak menjalani perawatan di rumah sakit. Berdasarkan data distribusi Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Rumah Sakit se-provinsi Gorontalo, diperolehkan data jumlah anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit menurut kelompok usia 1-4 tahun sebanyak 662 anak. Pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 238 anak.

2 Pada kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 262 anak. Pada kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 394 anak. (Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2014). Berdasarkan data distribusi jumlah pasien anak di Ruang Perawatan Anak G1 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, pada tahun 2013 jumlah pasien anak sebanyak 1561 anak. Jumlah pasien anak meningkat menjadi 1763 anak pada tahun 2014. Jumlah pasien anak usia 3-5 tahun (prasekolah) dalam dua bulan terakhir yaitu pada bulan desember tahun 2014 sebanyak 18 anak dan pada bulan januari tahun 2015 sebanyak 23 anak. (Administrasi Ruang Perawatan Anak, Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, Periode 2013/2014). Anak usia prasekolah memandang hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Anak merasa terbatasi aktivitasnya ketika menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan kesehatan, lingkungan, serta rutinitas anak di rumah sakit. Kondisi lingkungan rumah sakit yang terdiri dari berbagai macam peralatan-peralatan medis, obat-obatan yang harus diminum, serta penampilan para tenaga kesehatan yang monoton dengan baju putih, dapat menjadi stressor bagi anak (Melanaaryuni, 2008). Stress dalam menjalani hospitalisasi ditunjukkan anak dengan reaksi tidak kooperatif dengan tindakan perawatan yang diberikan (Wong, 2009). Perilaku kooperatif anak sangat diperlukan selama menjalani perawatan di Rumah sakit guna mencapai proses penyembuhan yang optimal. Perilaku kooperatif anak merupakan respon atau reaksi anak terhadap rangsangan atau stimulus untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama seperti dalam

3 pengukuran suhu, pemberian obat oral/cair, dan anak tidak merasa takut atau cemas (Santoso, 2013). Perilaku kooperatif anak dalam menerima perawatan terbagi dalam 4 skala perilaku yang dapat ditunjukkan anak, yaitu skala 1 (sikap sangat negatif), skala 2 (sikap negatif), skala 3 (sikap positif) hingga skala 4 (sikap sangat positif). Sebagian besar anak yang mengalami hospitalisasi menunjukkan sikap negatif terhadap petugas kesehatan yang ditunjukkan dengan reaksi menangis, menunjukkan rasa takut, serta tidak mau menerima perawatan (Muthu and Sivakhumar, 2009). Perilaku kooperatif anak usia prasekolah selama menjalani perawatan dapat ditingkatkan dengan melalui pemberian terapi bermain. Melalui pemberian terapi bermain dapat menurunkan stress dan mengubah perilaku anak dalam menerima perawatan (Supartini, 2004). Terapi bermain mewarnai gambar merupakan salah satu jenis terapi bermain yang efektif untuk merubah perilaku anak dalam menerima perawatan di rumah sakit. Melalui pemberian terapi bermain mewarnai, anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat mengembangkan kreativitas anak. Melalui kegiatan bermain ini dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman serta adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan (Supartini, 2004). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Luci Riani (2010) tentang pengaruh terapi bermain terhadap perilaku kooperatif anak prasekolah (3-5) Tahun selama menjalani perawatan di Ruang Kenanga RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, dimana perilaku kooperatif anak prasekolah selama menjalani perawatan sebelum diberi aktivitas mewarnai gambar yaitu hanya 1 orang (12,5%) anak yang bersikap

4 kooperatif dan setelah dilakukan terapi aktivitas mewarnai gambar, seluruh anak (100%) memiliki perilaku kooperatif dalam menerima perawatan. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ahmad Barokah dan Sri Haryani (2012) menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi bermain pada anak usia prasekolah, sebanyak 14 anak (51,9%) memiliki tingkat perilaku tidak kooperatif, sebanyak 13 anak (48,1%) memiliki tingkat perilaku kooperatif dan tidak ada anak (0%) memiliki perilaku sangat kooperatif. Setelah diberikan terapi bermain, sebanyak 10 anak (37%) memiliki tingkat perilaku sangat kooperatif, sebanyak 15 anak (55,6%) memiliki tingkat perilaku kooperatif, dan sebanyak 2 anak (7,4%) memiliki tingkat perilaku tidak kooperatif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2015 dengan perawat pelaksana di Ruang Perawatan Anak G1 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, diketahui bahwa terdapat 18 anak usia 3-5 tahun (prasekolah) dirawat pada bulan februari 2015, dan sebagian besar anak (90%) dari seluruh pasien anak usia 3-5 tahun (prasekolah) menunjukkan perilaku tidak kooperatif terhadap tindakan keperawatan, seperti pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, sebagian besar anak yang dirawat memberikan respon rewel, takut, merapatkan diri pada orang tua/keluarga, serta menangis. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

5 1.2 Identifikasi Masalah 1. Di Provinsi Gorontalo, terdapat berbagai kondisi yang menyebabkan anak menjalani perawatan di rumah sakit. Berdasarkan data distribusi Surveilans Terpadu Penyakit (STP) Rumah Sakit se-provinsi Gorontalo, diperolehkan data jumlah anak yang menjalani rawat inap di rumah sakit menurut kelompok usia 1-4 tahun sebanyak 662 anak. Pada kelompok usia 5-9 tahun sebanyak 238 anak. Pada kelompok usia 10-14 tahun sebanyak 262 anak. Pada kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 394 anak. 2. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 27 februari 2015 dengan perawat pelaksana di Ruang Perawatan Anak G1 Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo, diketahui bahwa terdapat 18 anak usia 3-5 tahun (prasekolah) dirawat pada bulan februari 2015, dan sebagian besar anak (90%) dari seluruh pasien anak usia 3-5 tahun (prasekolah) menunjukkan perilaku tidak kooperatif terhadap tindakan keperawatan, seperti pada saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, sebagian besar anak yang dirawat memberikan respon rewel, takut, merapatkan diri pada orang tua/keluarga, serta menangis. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian serta penjelasan yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aleoi Saboe Kota Gorontalo?

6 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aleoi Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tingkat kooperatif anak usia pra sekolah sebelum diberikan terapi bermain mewarnai gambar di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2. Untuk mengetahui tingkat kooperatif anak usia pra sekolah sesudah diberikan terapi bermain mewarnai gambar di Ruang Perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 3. Untuk menganalisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kooperatif anak usia prasekolah di Ruang Perawatan anak Rumah Sakit Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan pada anak sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. 1.5.2 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya di bidang keperawatan anak sehingga dapat lebih

7 memahami pentingnya pemberian terapi bermain terhadap anak yang mengalami sakit guna meningkatkan tingkat kooperatif dalam menjalani perawatan di Rumah sakit. 1.5.3 Manfaat Bagi Anak Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meminimalisir ketakutan dan kecemasan, serta memberikan rasa nyaman pada anak selama proses hospitalisasi sehingga mampu meningkatkan perilaku kooperatif anak selama menjalani perawatan di rumah sakit. 1.5.4 Manfaat Bagi Perawat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat dalam merawat anak yang sakit, serta menjadi salah satu metode yang digunakan perawat guna meningkatkan perilaku kooperatif anak dalam menerima prosedur perawatan, sehingga dalam proses pemberian asuhan keperawatan menjadi lebih optimal. 1.5.5 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dalam menyusun skripsi akhir kuliah dan mampu mengembangkan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam terkait dengan pemberian asuhan keperawatan yang optimal di Rumah Sakit.