BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BBKPM) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Radiografi baik intra maupun ekstra oral sangat banyak pemakaiannya

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

DM à penyakit yang sangat mudah kerja sama menjadi segitiga raja penyakit : DM CVD Stroke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

PERUBAHAN TEAR FILM SETELAH PEMBERIAN SERUM AUTOLOGUS TETES MATA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau berkurangnya respon terhadap reseptor insulin pada organ target. Penyakit ini dapat

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruhnya berjumlah 270 dengan 9 penderita diantaranya memiliki penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB.I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Diabetes Melitus adalah penyakit kelainan metabolik yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir-akhir ini prevalensinya meningkat. Beberapa penelitian epidemiologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling efisien dan ekonomis untuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN.

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

10 Komplikasi Diabetes dan Obat Alami Diabetes Untuk Melawannya

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, berdasar data Riskesdas tahun 2007, pneumonia telah menjadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penuaan adalah proses penurunan secara bertahap kemampuan jaringan untuk

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

BAB I PENDAHULUAN. Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi yang umum bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya mikroorganisme yang normal pada konjungtiva manusia telah diketahui keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan populasi mikroorganisme penghuni mata. Keberadaannya pada sakus konjungtiva sejak lahir dan tetap ada sepanjang usia. Komposisi flora konjungtiva mata memiliki peranan penting pada fungsi kesehatan mata, mempertahankan keseimbangan homeostasis permukaan, dan peranan dalam pencegahan dan pengobatan infeksi mata. Flora konjungtiva memiliki peranan penting dalam mempertahankan kondisi permukaan bola mata. Flora konjungtiva pada mata relatif konsisten dan pada kondisi normal tidak menyebabkan terjadinya infeksi. Flora konjungtiva ini dipengaruhi oleh usia, penurunan imunitas tubuh, inflamasi pada mata, mata kering (dry eye syndrome), penggunan lensa kontak, penggunaan antibiotik, pembedahan dan paparan dunia luar (Jawetz dkk., 1989; Jesse dkk., 2010). Suatu studi menyebutkan bahwa 50%-80% kultur dari vitreus yang diaspirasi positif terdapat coagulase-negative Staphylococcus, Staphylococcus aureus dan spesies Streptococcus. Organisme yang normal sebagai flora konjungtiva ini dikatakan bertanggung jawab untuk terjadinya endoftalmitis pasca operasi (Sthapit dkk. 2014).

Manusia dengan bertambahnya usia terutama setelah berusia 40 tahun telah terjadi proses penuaan dimana berjuta-juta sel di dalam tubuh sudah mulai menurun fungsinya dan sebagian lagi telah mengalami degenerasi bahkan telah mulai tidak berfungsi lagi (Darmojo dan Martono, 2000). Kolonisasi bakteri adalah terdapatnya mikroorganisme atau bakteri pada konjungtiva namun belum menimbulkan gejala ataupun tanda infeksi ataupun respon imun dan apabila terdapat kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme tersebut berkembang menjadi infeksi. Terkadang seorang klinisi terlambat untuk mengenali saat kolonisasi terbentuk dan melqakukan invasi dan menimbulkan infeksi. Hal ini akan berujung kepada terlambatnya penanganan sehingga terjadi efek efek yang tidak diinginkan (Soman, 2008). Konjungtiva merupakan selaput membran dengan permukaan yang tipis, transparan, yang menutupi dan melindungi permukaan palpebra dan bola mata. Konjungtiva ini dipertahankan tetap lembab dan sehat dengan adanya air mata (tear film) yang mengandung lisosim, imunoglobulin A dan G, laktoferin, komplemen dan berbagai enzim antibakteri (Nahar dkk. 2013). Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari defek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada DM dalam waktu jangka panjang akan menyebabkan gangguan fungsi dan kegagalan berbagai jenis organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah, menyebabkan komplikasi

sistemik yang berat seperti retinopati, neuropati, dan nefropati. Jumlah penderita DM di seluruh dunia saat ini diperkirakan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan meningkat lebih dari dua kali lipatnya pada tahun 2030 (Zheng dkk. 2012). Di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8 juta lebih pasien DM dan pada tahun 2030 diperkirakan menjadi lebih dari 21 juta orang. Suatu studi epidemiologi di Bali oleh Divisi Endokrin Metabolik FK Unud tahun 2005-2010 memperoleh prevalensi DM sebesar 5,9% dari jumlah penduduk (Dwipayana dkk, 2010). Diabetes melitus merupakan salah satu faktor risiko kerusakan pada mata. Diabetes adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan gangguan penglihatan, tidak hanya di negara maju, akan tetapi juga di negara berkembang. Pasien diabetes dikatakan memiliki gangguan imunitas tubuh dengan derajat yang bervariasi sehingga dimungkinkan untuk mengalami infeksi lebih besar setelah pembedahan mata. Penderita diabetes dikatakan memiliki resiko yang lebih besar mengalami endoftalmitis yang terutama disebabkan oleh bakteri gram negatif dan memiliki prognosis yang lebih buruk setelah pengobatan (Phillips dkk, 1994). Penderita diabetes sebagian besar menunjukkan pertumbuhan kolonisasi bakteri pada pemeriksaan kultur dibandingkan dengan penderita tanpa diabetes. Hal ini mencerminkan kondisi lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan bakteri pada mata penderita diabetes. Konsekuensinya kepadatan atau densitas bakteri meningkat dibandingkan pada penderita tanpa diabetes melitus (Bernard dkk, 2001). Berbagai studi menyebutkan pertumbuhan kultur flora konjungtiva

sekitar 16,6% sampai 65%. Suto dkk. (2012) menyebutkan sekitar 67% dari mikroorganisme yang dapat diisolasi adalah bakteri kokus gram positif (Venkataraman dkk, 2015). Diabetes berhubungan dengan menurunnya fungsi imunitas atau kekebalan tubuh. Neutrofil pada pasien dengan diabetes melitus menunjukkan gangguan pada kemampuan kemotaksis, perlekatan,fagositosis dan aktivitas bakterisidal. Diduga hal tersebut yang menyebabkan frekuensi isolasi mikroorganisme pada penderita dengan diabetes melitus lebih tinggi. Studi oleh Martin dkk, tahun 2004 menyebutkan kultur positif dengan frekuensi yang tinggi ditemukan pada pasien dengan diabetes melitus dibandingan dengan tanpa diabetes melitus (94,18% dan 73,33%). Studi lain menyebutkan frekuensi bakteri yang dapat diisolasi pada pasien dengan diabetes melitus sebesar 64% dan tanpa diabetes melitus sebesar 38% (Nahar dkk, 2013). Sebagian besar kultur yang positif dengan persentase bakteri gram negative yang tinggi terutama pada kelompok pasien dengan diabetes melitus. Rubio dkk mengevaluasi bakteri konjungtiva pada pasien diabetes melitus sebelum pembedahan katarak dan menemukan Klebsiella pneumonia dan diplokokus gram negatif dengan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa diabetes melitus. Lim dkk. (2010) dengan penelitiannya terhadap 53 pasien dan sekitar 54,38% adalah bakteri gram negatif yang dapat diisolasi. Klebsiella pneumonia adalah bakteri gram negatif yang terbanyak dapat diisolasi yaitu sebesar 45,61% (Adam dkk, 2015).

Beberapa jenis flora konjungtiva berperan dalam patogenesis infeksi yang terjadi pada penderita diabetes melitus dengan status imunitas yang menurun. Penderita dengan diabetes melitus rentan untuk mengalami infeksi termasuk infeksi pada mata. Infeksi mata yang paling sering dialami oleh pasien diabetes melitus yaitu blefaritis, konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazion bahkan selulitis orbita. Hal ini mungkin disebabkan karena penderita diabetes melitus memiliki kadar glukosa yang lebih tinggi pada air mata dibandingkan pada individu tanpa diabetes melitus (Nahar dkk, 2013). Perhatian seharusnya lebih dicurahkan pada kondisi jaringan luar yang optimal beserta mikroorganisme yang terdapat didalamnya. Hal ini terutama dimaksudkan dalam profilaksis dan pencegahan endoftalmitis terutama setelah pembedahan (Speaker dkk, 1991). Terutama pada individu yang rentan terhadap terjadinya infeksi yang disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh, dimana salah satunya adalah diabetes melitus. Diabetes melitus tidak hanya mengganggu respon imun akan tetapi juga menempatkan pasien pada risiko infeksi yang lebih besar karena komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi yang nantinya akan memerlukan tindakan pembedahan. Hal ini dikarenakan pertumbuhan kuman pada area perlukaan akan terjadi lebih cepat sehingga penyembuhan menjadi lebih lama dibandingkan individu yang sehat. Penelitian mengenai kolonisasi bakteri konjungtiva masih jarang dilakukan khususnya di Bali. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara DM tipe II dan kolonisasi

bakteri konjungtiva sehingga nantinya akan dapat ditentukan apakah DM tipe II ini sebagai faktor resiko pada kolonisasi bakteri konjungtiva. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian sebagai berikut: Apakah ada hubungan antara DM tipe II dengan kolonisasi bakteri konjungtiva pada pasien yang berkunjung ke poliklinik Mata? 1.2 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara DM tipe II dengan kolonisasi bakteri konjungtiva pada pasien yang berkunjung ke poliklinik Mata 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1 Manfaat akademis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai kolonisasi bakteri konjungtiva pada pasien dengan DM tipe II. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya.

1.3 2. Manfaat klinis 1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian antibiotika profilaksis pada pasien dengan DM tipe II.