BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pada saat pre-test tidak terdapat perbedaan dalam pengembangan kreativitas dan kognitif

dokumen-dokumen yang mirip
Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

I. PENDAHULUAN. pembentukan karakter anak. Sangatlah penting sebagai seorang guru untuk. mendidik dan membimbing anak untuk mengembangkannya sehingga

MARINA TRIE RAMADHANY GUNAWAN, 2015 PENGARUH PEMBELAJARAN D ENGAN PERMAINAN MAZE TERHAD AP KECERD ASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA D INI

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa pertimbangan hasil akhir. Kegaitan tersebut dilakukan dengan sukarela

PENERAPAN PERMAINAN KONSTRUKTIF DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL SAMBIROTO

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

II. KAJIAN PUSTAKA. perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berda di pusat susunan syaraf.

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1-5 MELALUI MEDIA POHON HITUNG PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN SANTA MARIA KEDIRI TAHUN AJARAN

2015 PEMBELAJARAN GERAK DAN LAGU MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DI TK SALMAN AL FARISI BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data yang diperolah selama penelitian dan sesuai

PERMAINAN BALOK BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. Anak secara naluriah aktif bergerak, anak akan menuju ke mana saja sesuai dengan yang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Dalam merancang pendidikan untuk anak usia prasekolah memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan yang selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifit Triana Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

PRIYANTI A53C NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Kanak- kanak. TK adalah tempat anak belajar, anak berkembang lewat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama yang disebut The Golden Years. Masa keemasan ini dijadikan. ruang dan kesempatan agar mereka memahami mengenai:

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd. Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

PENGARUH METODE PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA ANAK KELOMPOK B DI RA TAQIYYA KARTASURA SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

NURAINI RAHARJANTI A53B111047

BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat yang penting untuk berkomunikasi bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PSIKOMOTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode ini menggunakan metode Pre-Experimental Designs, menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 0-1 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Keberadaan program ini

BAB III METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh merupakan data yang bebas dan obyektif serta

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berikutnya. Dengan meningkatnya perkembangan tubuh, baik ukuran berat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa apabila guru

PENGARUH BERMAIN PASIR TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak usia dini diharapkan tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

Pengaruh Media Menara Angka Terhadap Kemampuan Mengenal Lambang Bilangan Kelompok A

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat lain, suatu bangsa berhubungan dengan bangsa lain. Bahasa

PERANAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B TK PGRI BAIYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berjumlah 3 yaitu 2 guru dan 1 kepala sekolah.

PENGARUH BERMAIN BOLA WARNA MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A

PEMBAHASAN DAN PENYELESAIAN MASALAH. II.1 Mainan Anak Edukatif II.1.1 Definisi Mainan Anak Edukatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan kajian teoritis efektivitas kegiatan

ARTIKEL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak memiliki masa emas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

PENGEMBANGANKEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI DENGAN MENGGUNAKAN PUZZLE

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

PEMBELAJARAN TEMATIK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI GURU & KEPALA TK Kec.

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh : W I N A R S I H NPM : P

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK PLAYGROUP DI PAUD NUR ROHMAH PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH BERMAIN BOLA WARNA MODIFIKASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 PADA ANAK KELOMPOK A

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diterima oleh semua lapisan masyarakat dan dipelajari pada setiap

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Pada saat pre-test tidak terdapat perbedaan dalam pengembangan kreativitas dan kognitif anak usia dini pada TK Al Kautsar Kabupaten Garut antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Artinya penelitian dilakukan pada saat kondisi pengembangan kreativitas dan pengembangan kognitif kelompok tidak jauh berbeda. 2. Pada saat Post-test terdapat pengaruh yang signifikan pada aspek pengembangan kreativitas dengan indikator: pemikiran yang kreatif, tidakan yang kreatif, produk kreatif, dan sikap yang kreatif. Begitu juga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan kognitif dengan indikator : pemahaman konsep membuat atau menyusun bangunan dari balok unit, kemampuan berbahasa, kemampuan mengingat, mengamati, memberi penilaian, berpikir convergent, dan berpikir divergent. Semua indikator tersebut adanya peningkatan (lihat hasil penelitian pada bab 4). 3. Pada kelompok eksperimen, rata-rata nilai pre-test pengembangan kreativitas adalah 30,57 dan setelah diberi perlakuan rata-rata nilai post-test pengembangan kreativitas tersebut menjadi 46,33. Berdasarkan data tersebut, maka tampak adanya peningkatan hasil pada kelompok eksperimen. Begitu juga rata-rata nilai pre-test pengembangan kognitif adalah 52,52 dan setelah diberi perlakuan rata-rata nilai post-test pengembangan kognitif tersebut menjadi 67,00. berdasarkan data tersebut, maka tampak adanya peningkatan hasil pada kelompok eksperimen.

4. Pada kelompok kontrol, rata-rata nilai pre-test pengembangan kreativitas adalah 29,91 dan setelah diberi perlakuan, rata-rata nilai post test pengembangan kreativitas menjadi 32,09. Berdasarkan data tersebut, maka tampak adanya peningkatan hasil pada kelas kontrol, namun peningkatannya lebih rendah dari raihan siswa pada kelompok kontrol. Begitu juga rata-rata nilai pre-test pengembangan kognitif adalah 52,26 dan setelah diberi perlakuan rata-rata nilai post-test pengembangan kognitif tersebut menjadi 52,83. Berdasarkan data tersebut, maka adanya peningkatan hasil pada kelas kontrol, namun peningkatannya jauh lebih rendah dari pada raihan siswa pada kelompok kontrol. 5. Setelah penerapan belajar melalui bermain balok unit pada kelompok eksperimen, terdapat perbedaan yang signifikan dengan rata-rata nilai post-test pengembangan kreativitas adalah 46,33 dan rata-rata nilai pos-test pengembangan kognitif 67,00 yang diraih siswa TK Al Kautsar Kabupaten Garut. Sementara itu, pada kelompok kontrol raihan rata-rata nilai post-test pengembangan kreativitas adalah 32,09 dan rata-rata nilai post-test pengembangan kognitif adalah 52,83. Artinya penerapan belajar melalui bermain balok unit memberikan peningkatan yang signifikan terhadap pengembangan kreativitas dan pengembangan kognitif pada siswa TK Al Kautsar Kabupaten Garut. 6. Pelaksanaan Pembelajaran Bermain Balok Unit a. Persiapan Guru Bersama guru, peneliti membuat rencana pembelajaran bermain balok unit yang dituangkan ke dalam satuan kegiatan mingguan dan satuan kegiatan harian. Selanjutnya, mengkaji kejelasan target yang inginkan dicapai, dalam hal ini pada aspek pengembangan kreativitas dan pengembangan kognitif anak usia dini.

Kemudian mencari dan menentukan media atau alat permainan edukatif balok unit. Alat permainan edukatif ini mutlak penting sebagai bahan pembelajaran yang akan diamati prosenya oleh guru dan peneliti. Langkah selanjutnya, memberikan pelatihan kepada guru mengenai penerapan belajar melalui bermain balok unit dalam mengembangkan kreativitas dan kognitif anak usia dini. Dalam hal ini guru menyiapkan siswanya untuk dijadikan subyek penelitian. Terdapat sebanyak 21 orang siswa sebagai kelompok eksperimen, dan sebanyak 23 orang sebagai kelompok kontrol. kemudian guru dan peneliti menyiapkan alat pengumpul data sebagai bahan analisis hasil dari pelaksanaan pembelaran bermain balok unit. Adapun alat pengumpul data tersebut terdiri dari; pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi. b. Langkah-langkah Kegiatan Belajar Melalui Bermain Balok Unit. 1) Merumuskan gagasan bersama anak 2) Mengumpulkan/memilih bahan-bahan bentuk balok. 3) Membuat/menyusunbalok. 4) Melengkapi bangunan dengan kelengkapan di luar balok unit. 5) Menceritakan selama bermain balok unit c. Mengadakan Pre test, dan Post-test d. Mendokumentasikan Penerapan Belajar Melalui Bermain Balok Unit e. Menganalisis dan Mengolah Data B. Rekomendasi 1. Penerapan belajar melalui bermain balok unit dapat mengembangkan kreativitas anak usia dini di TK Al Kautsar Kabupaten Garut. Penerapan belajar melalui bermain balok

unit tergolong kategori sangat baik untuk dikembangkan terutama dalam pengembangan kreativitas anak usia dini. Dalam bermain balok unit, salah satunya aspek pengembangan kreativitas yang dapat dikembangkan selain aspek-aspek yang lainnya. 2. Penerapan belajar melalui bermain balok unit juga dapat mengembangkan kognisi anak usia dini di TK Al Kautsar Kabupaten Garut. Penerapan belajar melalui bermain balok unit juga tergolong sangat baik untuk mengoptimalkan kognisi anak usia dini. Dengan bermain balok unit anak mendapat pengetahuan yang luas melalui interaksi dengan temannya; kemampuan berbahasa, daya ingat, konsep dasar, mengamati/melihat, memberi penilaian, berpikir konvergen dan berpikir divergen. 3. Temuan yang perlu ditindaklanjuti adalah: 1) adanya beberapa orang anak yang berbeda dalam pemikirannya (berpikir konvergen), 2) anak hanya melihat temanya sambil memukul-mukul balok atau melempar balok ke lantai, 3) anak hanya membawa balok keliling tanpa membuat/menyusun bangunan dari balok. Menurut penulis ini penting untuk ditindaklanjuti/mengoptimalkan perkembangan kreativitas dan kognisinya dengan memberikan pengalaman-pengalaman belajar melalui bermain balok (bermain simbolik). Bermain simbolik merupakan tahapan kedua dalam perkembangan bermain menurut Piaget. Tahapan ini terjadi pada anak usia 18 bulan dengan karakteristik utama yaitu perkembangan kognitif anak pada tahapan praoperasional. Bermain simbolik melibatkan kemampuan anak dalam mengembangkan mental representation yaitu kemampuan untuk membayangkan suatu benda sebagai pengganti benda yang lain dalam kegiatan bermain tersebut. Kemampuan ini akan menjadi dasar dalam pengembangan kemampuan berpikir abstrak dan keterampilan dalam mengorganisir pengalaman. Tiga bentuk permainan simbolik menurut Piaget meliputi permainan konstruktif, permainan dramatik, dan

permainan dengan aturan. Permainan konstruktif memberikan anak pengalaman untuk mengaitkan antara permainan fungsional dengan bentuk permainan yang lebih kompleks yaitu permainan simbolik. Dalam permainan ini anak menggunakan objek konkret untuk merepresentasikan objek yang lain, misalnya balok sebagai pengganti mobil. Pada tahapan ini obyek yang digunakan hendaknya obyek yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan benda yang digantikan. Tahapan berikutnya dan tumpang tindih dengan tahapan konstruktif adalah tahapan dramatic play. Pada tahapan ini, anak menggunakan kemampuan kreativitasnya dalam membayangkan peran dan situasi, serta adanya konstruksi obyek yang digunakan dalam bermain peran. Pada tahapan ini, representasi anak lebih bersifat abstrak. Pada permainan ini, anak lebih menggunakan gerakan dan bahasa untuk menciptakan peran dan situasi dalam permainan dengan tema, karakter dan skrip cerita yang kompleks dibandingkan menggunakan obyek-obyek sederhana. Kemampuan anak dalam permainan konstruktif dan dramatik akan menjadi landasan bagi anak dalam permainan dengan aturan. Permainan dengan aturan melibatkan adanya aturan dari luar, dan ditandai dengan transisi anak dari masa praoperasional ke operasional konkrit. Aturan-aturan dinegosiasikan dan disetujui oleh para pemain sebelum permainan dilakukan. Kemampuan menegosiasikan aturan berkembang dari kegiatan bermain peran yang dilakukan anak pada tahapan sebelumnya. 4. Rekomendasi bagi guru, orang tua, pengelola TK atau PAUD Penerapan belajar melalui bermain balok perlu terus dikembangkan. Gunakanlah balok-balok yang sederhana dan murah harganya, bahkan bisa membuatnya dengan barang/kayu bekas.

Bagi anak yang mempunyai pemikiran berbeda dalam bermain balok perlu dukungan terus dengan penyedian alat-alat permainan edukatif yang lain seperti lego, papan pasak dan lain-lain. Khusunya bagi orang tua, mengajak bermain di rumah tapi jangan terlalu turut campur dalam permainan tersebut. Biarkan anak menuangkan pemikiran dan mengkonstruk pengetahuannya melalui bermain yang mengaksikan baginya. Orang tua cukup menunjang dan mendorong kegiatan yang diminati anak. Kalaupun orang tua membantu atau turut campur hanya disaat anak menemui kesulitan dalam bermain, itupun kalau dimintai bantuan oleh anak. Bagi anak yang hanya melihat temannya bermain atau anak yang tidak terlibat dalam permainan guru dan orang tua bisa mengajak anak mendemontrasikan permainan balok secara lengkap agar menarik minat anak untuk ikut bermain. Misalkan, guru bersama anak membuat mobil atau rumah dari balok. Dalam hal ini guru yang mendominasi permainan sampai selesai. Selanjutnya, biarkan anak bermain dengan caranya sendiri. Anak bisa mengamati/melihat, mengingat, memberi penilaian ketika orang lain bermain balok. 4. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini masih memiliki banyak keterbatasan, baik dalam prosedur, proses maupun hasilnya. Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan cara observasi yang lebih mendalam agar hasil penelitian lebih optimal dari penelitian sebelumnya.