II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA PADA KELOMPOK USAHA BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp.) DI KECAMATAN CIAWI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

Peningkatan Produktifitas Usaha Lele SANGKURIANG (Clarias sp.) Ade Sunarma

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

PELUANG BISNIS BUDIDAYA LELE SANGKURIANG. Bambang Sumarsono TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Komoditi Ikan Gurame

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.15/MEN/2002 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG ROSTRIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 41/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEWIRAUSAHAAN PEMIJAHAN LELE SANGKURIANG DI KELURAHAN BUGEL KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA

IV. METODE PENELITIAN

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

TINJAUAN PUSTAKA. keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

I. P E N D A H U L U A N

I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS EFISIENSI TATANIAGA LELE SANGKURIANG DI KABUPATEN TEGAL RISNANDA PATRIA PERDANA

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pertumbuhan rata rata panjang dan berat mutlak lele sangkuriang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Klasifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

I. PENDAHULUAN. Lele (Clarias) merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang sudah banyak

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA) HASIL DOMESTIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.Abstrak. 2.Isi/jenis

GAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB II TINJUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

II. BAHAN DAN METODE

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komoditas unggulan, serta mempunyai prospek pasar yang baik. Beberapa kelebihan

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS PRODUKSI SUMBERDAYA PERAIRAN

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Ikan Lele Sangkuriang Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya Ikan Lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Klasifikasi Ikan Lele menurut Sunarma (2004) adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Pisces Sub class : Teleostei Ordo : Ostariophyci Subordo : Siluroidea Famili : Clariidae Genus : Clarias Species : Clarias sp Ikan Lele memiliki bentuk tubuh memanjang dan kulit yang licin serta tidak bersisik. Di Indonesia, Ikan Lele memiliki beberapa nama daerah, antara lain : Ikan Kalang di Padang, Ikan Maut di Gayo dan Aceh, Ikan Pintet di Kalimantan Selatan, Ikan Keling di Makasar, Ikan Cepi di Bugis, serta Ikan Lele atau Lindi di Jawa Tengah. Ikan Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan

10 rasa yang lezat, daging empuk, duri teratur dan dapat disajikan dalam berbagai macam menu masakan. Ikan Lele memiliki keunggulan, misalnya konversi pakannya memiliki FCR (Food Convertion Ratio) 1:1 yang artinya, satu kilogram pakan yang diberikan kepada Ikan Lele menghasilkan satu kilogram daging. Ikan Lele yang bergerak sangat lincah menyebabkan korelasi positif dengan rasa dagingnya. Membuat dagingnya terasa lebih enak dan gurih karena lemak yang terkandung dalam Ikan Lele lebih sedikit. Selain itu, Ikan Lele dalam pertumbuhannya lebih cepat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Survival Rate (SR/tingkat kelangsungan hidup) Ikan Lele dapat mencapai 90% (Departemen Kelautan dan Perikanan 2007). Ikan Lele juga dapat dipijahkan sepanjang tahun; fekunditas telur yang tinggi; dapat hidup pada kondisi air yang marjinal; dan efisiensi pakan yang tinggi. Pengembangan usaha budidaya Ikan Lele semakin meningkat setelah masuknya jenis Ikan Lele Dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Namun demikian, akibat pengembangan usaha budidaya yang sangat pesat dengan penggunaan induk yang tidak terkontrol, telah menyebabkan terjadinya penurunan mutu induk yang digunakan dan benih yang dihasilkan. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih sehingga produksinya tidak optimal. Sebagai upaya perbaikan mutu induk dan benih Ikan Lele Dumbo, Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi sejak tahun 2000 telah melakukan perbaikan genetik melalui silang-balik (backcross). Hasil uji keturunan dari induk hasil silang balik, menunjukkan adanya peningkatan dalam pertumbuhan benih yang dihasilkan. Berdasarkan keunggulan Ikan Lele Dumbo

11 hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka Ikan Lele Dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar. Pada tanggal 21 Juli 2004 telah dikeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP. 26/MEN/2004 tentang Pelepasan Varietas Ikan Lele sebagai Varietas Unggul. Ikan Lele yang dimaksud dalam kepmen ini adalah Ikan Lele Sangkuriang hasil riset BBAT Sukabumi. Pelepasan ini bertujuan memperkaya jenis dan varietas Ikan Lele Lokal; serta meningkatnya produksi, pendapatan dan kesejahteraan pembudidaya ikan. Induk Ikan Lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBAT Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua Ikan Lele Dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2-6). Diseminasi Ikan Lele Sangkuriang dapat berupa induk siap pakai atau benih calon induk. Diseminasi diprioritaskan kepada BBI/UPTD. Perikanan pemerintah daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dan unit pembenihan rakyat atau kelompok pembudidaya ikan yang direkomendasikan oleh pemerintah daerah, yang mampu bekerjasama dengan BBAT Sukabumi untuk pengelolaan induk dan mampu menerapkan prosedur produksi calon induk/benih secara benar. Benih hasil induk Ikan Lele Sangkuriang hanya dapat digunakan untuk produksi ikan konsumsi dan tidak direkomendasikan untuk dijadikan induk kembali. Ini

12 dilakukan untuk mempertahankan kualitas Ikan Lele yang dihasilkan (Departemen Kelautan dan Perikanan 2007). Tabel 3. Perbedaan Karakter Reproduksi dan Karakter Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang dan Ikan Lele Dumbo Deskripsi Lele Sangkuriang Lele Dumbo Kematangan Gonad Pertama (bulan) 8-9 4-5 Fekunditas (butir/kilogram induk betina) 40.000-60.000 20.000-30.000 Diameter telur (mm) 1,1-1,4 1,1-1,4 Lamanya inkubasi telur pada suhu 23-24 o C 30-36 30-36 (jam) Lamanya kantung telur terserap pada suhu 4-5 4-5 23-24 o C (hari) Derajat penetasan telur (%) > 90 > 80 Sifat larva Tidak kanibal Tidak kanibal Kelangsungan hidup larva (%) 90-95 90-95 Pakan alami larva Moina sp. Daphnia sp. Tubilex sp. Pendederan 1 (benih umur 5-26 hari) Pertumbuhan harian (%) 29,26 20,38 Panjang standar (cm) 3-5 2-3 Kelangsungan hidup (%) > 80 > 80 Pendederan 2 (benih umur 26-40 hari) Pertumbuhan harian (%) 13,96 12,18 Panjang standar (cm) 5-8 3-5 Kelangsungan hidup (%) > 90 > 90 Pembesaran Pertumbuhan harian selama 3 bulan (%) 3,53 2,73 Pertumbuhan harian calon induk 0,85 0,62 Konversi pakan 0,8-1 > 1 Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 Moina sp. Daphnia sp. Tubifex sp. Ikan Lele Sangkuriang memiliki karakteristik reproduksi dan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan Ikan Lele Dumbo yang saat ini beredar di masyarakat. Ikan Lele Sangkuriang memiliki fekunditas 33.33% lebih tinggi dibandingkan Ikan Lele Dumbo dan umur pertama matang gonad yang lebih tua. Pertumbuhan benih Ikan Lele Sangkuriang pada pemeliharaan umur 5-26 hari menghasilkan laju pertumbuhan harian 43.57% lebih tinggi dibandingkan Ikan Lele Dumbo sedangkan pada pemeliharaan umur 26-40 hari 14.61% lebih tinggi. Pada pembesaran calon induk tingkat pertama dan kedua, Ikan Lele Sangkuriang menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan Ikan Lele Dumbo yaitu 11.36% dan 16.44%. Sedangkan pada pembesaran kelas konsumsi, konversi

13 pakan pada Ikan Lele Sangkuriang hanya mencapai 0.8 dibandingkan Ikan Lele Dumbo yang mencapai > 1. Diseminasi induk/benih yang bermutu kepada para pembenih/upr telah dilakukan ke beberapa sentra budidaya Ikan Lele dan didukung dengan diseminasi teknologi budidayanya (Sunarma 2004). Seperti halnya sifat biologi Ikan Lele Dumbo terdahulu, Ikan Lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas (Ditjen Perikanan Budidaya 2006). Budidaya Ikan Lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 mdpl. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpl. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala masal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat. Budidaya Ikan Lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yang baik untuk pemeliharaan Ikan Lele Sangkuriang

14 adalah sebagai berikut : Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan Ikan Lele berkisar antara 22 o C-32 C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. ph air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l. Budidaya Ikan Lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya Ikan Lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air. (Ditjen Perikanan Budidaya, 2006). Dalam kegiatan budidaya Ikan Lele Sangkuriang terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan secara bertahap. Kegiatan tersebut yaitu : a) pembuatan kolam budidaya, b) pembenihan : pemilihan induk, pemijahan, penetasan telur dan perawatan larva, c) pendederan : pendederan I, pendederan II, d) pembesaran : persiapan, penebaran benih, pemeliharaan, e) persiapan, f) pemanenan : pemanenan dari kolam pendederan, pemanenan dari kolam pembesaran, g) pengangkutan, dan h) penanggulangan hama dan penyakit. 2.2. Penelitian Tataniaga Ikan Ketersedian hasil penelitian mengenai sistem dan tataniaga Ikan masih sangat terbatas, berikut ini terdapat tiga hasil penelitian tataniaga Ikan yang pernah dilakukan. Hasil penelitian Nurasiah (2007) Studi mengenai Analisis Pendapatan dan Pemasaran Ikan Hias Air Tawar di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Menunjukkan bahwa usahatani ikan hias air tawar dilokasi penelitian terdiri dari usahatani pembenihan, pendederan, pembenihan-

15 pendederan. Pendapatan yang diperoleh dari budidaya tersebut berbeda satu sama lainnya dan dibedakan atas pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan atas biaya total maupun pendapatan atas biaya tunai tertinggi pada usahatani pembenihan-pendederan yaitu sebesar Rp 29.338.403,72 dan Rp 17.478.637,05 per tahunnya. Sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan atas biaya total terendah pada usahatani pembenihan fase 40 hari yaitu sebesar Rp 4.678.644,57 dan Rp 3.299.602,08 per tahunnya. Pemasaran ikan hias di Desa Cibitung Tengah terdiri dari lima saluran pemasaran dimana didalamnya terdapat lembaga pemasaran seperti tengkulak dan kelompok tani, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga tersebut meliputi fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran terdiri dari aktivitas pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas berupa aktivitas grading, pembiayaan, dan penanggungan resiko. Struktur pasar yang dihadapi oleh petani adalah pasar oligopsoni begitu pula dengan tengkulak dan kelompok tani. Bila ditinjau dari sisi penjual, pasar yang dihadapi oleh agen ikan hias adalah pasar oligopoli dan pasar monopsoni merupakan struktur yang dihadapi oleh pedagang pengecer. Penelitian lain adalah Reynold (2007), Mengenai Analisis Usahatani dan Tataniaga Ikan Hias Maskoki Oranda (Carrausius auratus) Kasus di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Adapun tujuan dari penelitian tersebut yaitu menganalisis usahatani pembesaran Ikan maskoki Oranda, menganalisis saluran tataniaga, fungsi-fungsi tataniaga dan struktur pasar dan marjin tataniaga Ikan Maskoki Oranda di Desa Parigi Mekar. Pemilihan

16 responden petani Ikan Hias Maskoki Oranda dilakukan dengan cara keputusan (Judgment Sample). Jumlah seluruh responden yang diambil sebanyak 36 responden. Jumlah responden yang diambil dari petani sebanyak 20 orang, pedagang pengumpul sebanyak 5 orang, supplier sebanyak 4 orang, dan pedagang pengecer sebanyak 7 orang. Berdasarkan hasil analisis usahatani pembesaran Ikan Maskoki Oranda diperoleh pendapatan usahatani Rp 880.321,43. Analisis R/C rasio yang diperoleh usahatani pembesaran sebesar 1,33. Sistem tataniaga Ikan Hias Maskoki Oranda terdiri dari empat saluran tataniaga yang melibatkan empat lembaga tataniaga yaitu petani, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer. Saluran tataniaga 1) petani ke pedagang pengumpul ke supplier ke pedagang pengecer ke konsumen/hobis. Saluran tataniaga 2) petani ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer ke konsumen/hobis. Saluran tataniaga 3) petani ke pedagang pengecer ke konsumen/hobis.saluran tataniaga 4) petani ke konsumen/hobis. Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh tiap lembaga tataniaga adalah fungsi pertukaran yang terdiri dari fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari fungsi pengelolaan (pengemasan), penyimpanan dan pengangkutan serta fungsi fasilitas terdiri dari fungsi sortasi, grading/standarisasi, pembiayaan dan informasi pasar. Tempat lembaga-lembaga tataniaga dalam melakukan kegiatan jual beli atau transaksi Ikan Hias Maskoki Oranda terdapat di Desa Parigi Mekar, Pasar Parung dan Pasar Anyar Bogor. Struktur pasar yang terjadi pada masing-masing tempat tersebut berbeda dan memiliki karakteristik sendiri. Struktur pasar Ikan Maskoki Oranda di Desa Parigi Mekar antara petani pembenihan dan pembesaran

17 adalah pasar persaingan sempurna, sedangkan antara petani pembesaran dengan pedagang pengumpul adalah oligpsoni. Struktur pasar Ikan Maskoki Oranda di Pasar Parung adalah persaingan sempurna, sedangkan di Pasar Anyar adalah Oligopoli. Penentuan harga Ikan Hias Maskoki Oranda antara lembaga tataniaga pada masing-masing pasar berdasarkan mekanisme pasar yang terjadi. Kerjasama antar lembaga tataniaga sudah terjalin dengan baik dan saling mendukung. Saluran tataniaga empat merupakan saluran tataniaga yang paling efisien dilihat dari total marjin tataniaga yang paling kecil serta farmer s share yang paling besar yaitu sebesar 89,3 persen. Rasio keuntungan dan biaya yang paling besar diperoleh dari saluran saluran tataniaga tiga sebesar Rp 6,8 per ekor, yang alternatif saluran tataniaga yang paling efisien. Analisis Saluran Pemasaran Ikan Bandeng di Pasar Porda Juwana Kabupaten Pati diteliti oleh Abdurrahman (2003). Studi bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan pemasaran, marjin pemasaran dan farmer s share. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode pengambian sampel adalah purposive sampling dan snowball sampling. Responden yang diperoleh adalah 3 orang bandar, 10 orang grosir, dan 30 orang pengecer. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa saluran pemasaran melibatkan bandar, grosir dalam daerah, grosir luar daerah, pengecer dalam daerah, dan pengecer luar daerah. Daerah pemasaran yang jauh akan meningkatkan biaya pemasaran. Hal ini akan mendorong pedagang untuk menetapkan harga jual Ikan Bandeng yang tinggi. Saluran pemasaran yang paling menguntungkan adalah tingkat 3 diluar Kabupaten

18 Pati. Farmer s share paling tinggi diperoleh saluran pemasaran tingkat 2 di dalam Kabupaten Pati. Dalam penelitian Analisis Efisiensi Tataniaga Ikan Lele Sangkuriang kali ini melakukan penelusuran melalui distribusi tataniaga yang diawali dari pembudidaya, kemudian melibatkan sejumlah pedagang pengumpul, pedagang pengumpul luar kecamatan, pedagang pengecer, pedagang pengecer luar kecamatan dan pedagang pecel lele. Dimana pedagang pengumpul melakukan pembelian secara langsung dari pembudidaya di Kecamatan Ciawi. Penelitian ini menganalisis saluran, lembaga dan fungsi tataniaga, struktur dan perilaku pasar, serta efisiensi tataniaga yang dapat diketahui dari marjin tataniaga, farmer s share dan rasio keuntungan dan biaya, yang diamati dari beberapa pasar di wilayah pemasaran Kabupaten dan Kotamadya Bogor. Ringkasan mengenai hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah perbedaan pada komoditi yang diteliti, lokasi penelitian, penentuan jumlah responden, lembaga pemasaran dan pasar yang menjadi tempat kegiatan penjualan dan pembelian komoditi yang diteliti.

19