BAB I PENDAHULUAN. 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan jumlah pengguna sektor transportasi yang kian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara saat ini. Potensi pasar global yang amat besar

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

BAB I PENDAHULUAN. transportasi sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam efisiensi

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

Sistematika presentasi

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

Kita tentunya tidak ingin kota Jakarta menjadi sepi wisatawan hanya karena sulitnya mendapatkan informasi dan sedikitnya fasilitas yang membantu merek

BAB I PENDAHULUAN. dalam rutinitasnya membuat kegiatan berwisata menjadi kebutuhan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MAXIMIZING THE MULTI-STAKEHOLDER COLLABORATION TO ACHIEVE THE TARGET OF FOREIGN TOURISTS VISIT TO INDONESIA

kepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

Bab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

11/15/2016 Djoko Wijono

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menstimulus terciptanya sumber perekonomian baru. Bahkan pariwisata dapat di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Daftar Maskapai Penerbangan di Indonesia Nama Maskapai Penerbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERUMUSAN STRATEGI BISNIS GABUNGAN TRAVEL AGENT DAN CAFÉ PT. ABC DENGAN MENGGUNAKAN INTEGRASI METODE AHP DAN SWOT

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

EKOSISTEM BISNIS WISATA HALAL DAN PENINGKATAN DAYA SAING WISATA INDONESIA

HOTEL RESOR BERKONSEP BUTIK DI KAWASAN CANDI BOROBUDUR Dengan Penekanan Desain Arsitektur Organik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. wisata seperti ini dengan tujuan yang bermacam-macam. mereka bermacam-macam, seperti ingin berwisata ke lokasi pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN. besar untuk di manfaatkan, tentu sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Dengan semakin meningkatnya penyelenggaraan pariwisata yang

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sektor yang mampu dikelola dengan baik akan mampu menarik

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bandung Jumlah Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu industri yang berpotensi untuk menjadi

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Samosir secara garis besar berada pada fase 3 tetapi fase perkembangannya ada

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang digemari oleh banyak kalangan pada saat ini, bahkan dapat dikatakan bahwa pariwisata merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi banyak orang. Tidak jarang, bahkan banyak orang yang sudah menetapkan budget dan waktu khusus, yang diperuntukan untuk kebutuhan pariwisata. Pada saat ini dapat dilihat bahwa pariwisata merupakan salah satu hal yang lumrah untuk dilakukan, bahkan terkadang banyak orang yang berpariwisata lebih dari sekali dalam setahun. Sebagai salah satu kegiatan yang diminati oleh berbagai kalangan pada saat ini, hal ini membuat setiap negara berlomba-lomba untuk terus memperbaiki dan meningkatkan sektor industri pariwisatanya. Segala sarana dan prasana yang berkaitan dan menunjang industri pariwisata terus ditingkatkan kualitasnya. Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi para wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Prasarana kepariwisataan meliputi instalasi tenaga listrik dan instalasi penjernihan air bersih, sistem perbankan dan moneter, sistem telekomunikasi, pelayanan kesehatan dan keamanan. Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung, tergantung dari wisatawan yang datang. Sarana kepariwisataan meliputi perusahaan penyedia jasa pengiriman barang, perusahaan penyedia jasa telekomunikasi. Hal ini tidak lain bertujuan untuk menarik wisatawan untuk datang berkunjung, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kepariwisataan, dikarenakan pada saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa industri pariwisata memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan pariwisata dapat memberikan devisa yang cukup besar bagi suatu negara. 1 Hal yang sama juga berlaku bagi Korea Selatan sebagai salah satu negara yang menjadi destinasi utama bagi wisatawan Internasional pada saat ini, industri pariwisata di negara ini memberikan devisa yang tidak sedikit. Pada tahun 2004, industri pariwisata menyumbang sebesar 17,6 Trilyun Won atau sebesar 2,26% dari total Gross Domestic 1 A. J. Mulyadi, Kepariwisataan dan Perjalanan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009, p.13 1

Product (GDP) Korea Selatan. 2 Jumlah ini terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2012, industri pariwisata menyumbang sekitar 5,9% dari total GDP dan menyerap 6,4% dari total pekerja di negara tersebut. 3 Semakin meningkatnya sumbangan industri pariwisata terhadap perekonomian ini disebabkan oleh banyak faktor, selain sarana dan prasana yang semakin ditingkatkan, faktor lain yang menentukan adalah adanya daya tarik wisata yang kuat untuk menarik banyak wisatawan Internasional untuk datang berkunjung. Letaknya yang strategis, yaitu diapit oleh Jepang dan Cina juga merupakan salah satu keuntungan bagi sektor pariwisata Korea Selatan. Dengan kondisi ekonomi yang maju, kedua negara tersebut merupakan penyumbang wisatawan Internasional terbesar bagi Korea Selatan. Pada tahun 2009 Jepang menyumbang 3.053.111 wisatawan, menjadikannya peringkat pertama sebagai penyumbang wisatawan terbanyak. Peringkat kedua diisi oleh Cina yang menyumbang sebanyak 1.342.317 orang wisatawan. 4 Jumlah ini juga terus meningkat hingga pada tahun 2012 jumlah wisatawan Jepang mencapai sebanyak 3.519.000 orang dan wisatawan Cina sebanyak 2.837.000 orang. 5 Dari penjelasan yang telah dikemukakan diatas, dapat dilihat bahwa industri pariwisata Korea Selatan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari data statistik yang menunjukan bahwa jumlah wisatawan Internasional yang mengunjungi Korea Selatan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, terhitung sejak tahun 2003 hingga 2013. Pada tahun 2003, jumlah wisatawan Internasional sebanyak 4.753.000 orang. 6 Jumlah wisatawan Internasional tersebut terus mengalami peningkatan hingga mencapai sebanyak 12.175.000 orang wisatawan pada tahun 2013. 7 Keberhasilan pengembangan industri pariwisata, yang dapat dilihat dari peningkatan jumlah wisatawan Internasional merupakan hal yang menarik. Hal ini dikarenakan selama rentang waktu 2003 2013 jumlah wisatawan Internasional ke Korea Selatan tidak pernah mengalami penurunan. Sedangkan jumlah 2 Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD Tourism Trends and Policies 2010, OECD, 2010, p. 199 3 Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD Tourism Trends and Policies 2014, OECD, 2014, p. 228 4 Korea Tourism Organization, Key Tourism Statistics: International Visitor Arrivals 2009 (daring), <http://english.visitkorea.or.kr/enu/bs/tour_investment_support/invest_guidance/visit_korea_foreigner_patt ern.jsp> diakses pada 30 Januari 2015 5 Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD Tourism Trends and Policies 2014, OECD, 2014, p. 232 6 World Bank, International Tourism: Number of Arrivals (daring), <http://data.worldbank.org/indicator/st.int.arvl?page=2> diakses pada 30 Januari 2015 7 Korea Tourism Organization, Visitor Arrivals; Korean Departures; Int l Tourism Receipt & Expenditures (daring), <http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismstatics/keyfacts/visitorarrivals.kto> diakses pada 31 Januari 2015 2

wisatawan Internasional di negara-negara lain pada rentang waktu yang sama, yaitu tahun 2003 2013 bersifat fluktuatif atau mengalami kenaikan dan penurunan. Fluktuatifnya jumlah wisatawan Internasional yang mengunjungi negara-negara selain Korea Selatan pada rentang waktu 2003 2013, dipengaruhi oleh banyaknya peristiwa yang terjadi dalam dunia Internasional, salah satunya adalah krisis finansial yang melanda dunia pada tahun 2008 2009. Krisis finansial dunia ternyata memberikan pengaruh yang besar bagi pariwisata negara-negara di dunia. Terjadi penurunan yang signifikan dalam jumlah wisatawan Internasional secara keseluruhan, sebesar 1,8% pada kuarter ketiga pada tahun 2008 bila dibandingkan dengan kuarter ketiga pada tahun 2007 dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2009. 8 Pada tahun 2008 2009 jumlah wisatawan Internasional secara keseluruhan mengalami penurunan dari total sebanyak 965.238.844 orang menjadi 924.248.184 orang, atau mengalami penurunan sebanyak 40.990.660 orang wisatawan Internasional. Penurunan jumlah wisatawan Internasional juga dialami bahkan oleh negara-negara peringkat tiga besar dunia berdasarkan jumlah wisatawan Internasional yang datang. Peringkat pertama yaitu Perancis, peringkat kedua yaitu Amerika Serikat dan peringkat ketiga yaitu Spanyol. Perancis mengalami penurunan dari 79.218.000 orang menjadi 76.764.000 orang, Amerika Serikat mengalami penurunan dari 57.942.000 orang menjadi 54.962.000 orang dan yang terakhir Spanyol mengalami penurunan dari 57.192.000 orang menjadi 52.178.000 orang. Sedangkan yang terjadi di Korea Selatana dalah sebaliknya, yaitu terjadi peningkatan wisatawan Internasional dari 6.891.000 orang menjadi 7.818.000 orang atau mengalami peningkatan sebanyak 927.000 orang wisatawan. 9 Hal inilah yang membuat industri pariwisata Korea Selatan pada tahun 2003 2013 menarik untuk dibahas lebih lanjut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, terdapat rumusan masalah yang diajukan yaitu Mengapa jumlah wisatawan Internasional ke Korea Selatan dapat terus mengalami peningkatan selama rentang waktu 2003 2013?. Padahal pada dekade tersebut terjadi krisis finansial dunia yang membuat negara-negara lain mengalami penurunan jumlah wisatawan Internasional. 8 Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD Tourism Trends and Policies 2010, OECD, 2010, p. 7 9 World Bank, International Tourism: Number of Arrivals (daring), <http://data.worldbank.org/indicator/st.int.arvl?page=2> diakses pada 31 Januari 2015 3

C. Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis akan menggunakan landasan konseptual sebagai berikut: 1. Konsep Industri Pariwisata Menurut Leiper Berkembangnya industri pariwisata melibatkan peranan dari berbagai macam sektor yang terdapat didalamnya. Hal ini dikarenakan industri pariwisata bukanlah sebuah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan-perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. 10 Sehingga dibutuhkan kerjasama yang baik dari setiap sektor didalamnya. Masing-masing sektor dalam industri pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dan berkaitan satu sama lain. Menurut klasifikasi Leiper terdapat tujuh sektor utama dalam industri pariwisata, yaitu: a. Sektor Pemasaran (the marketing sector) Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata tertentu, dan sebagainya. 11 Sektor pemasaran memiliki peran penting untuk memasarkan pariwisata Korea Selatan, tidak hanya pada wisatawan lokal tetapi juga pada wisatawan Internasional. Berbagai cara dilakukan oleh sektor pemasaran dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, sehingga dapat menyebarluaskan informasi mengenai pariwisata di Korea Selatan. b. Sektor Perhubungan (the carrier sector) Mencakup semua bentuk dan macam transportasi, baik itu transportasi darat, laut maupun udara, yang menghubungkan tempat asal wisatawan dengan tempat tujuan wisatawan. 12 Jasa transportasi dalam sektor perhubungan sendiri dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu jasa transportasi yang disediakan dan dikelola oleh pemerintah melalui Kementerian Transportasi dan jasa transportasi yang disediakan dan dikelola oleh perusahaan-perusahaan privat atau kepemilikan pribadi. Di Korea Selatan sendiri terdapat berbagai jenis alat transportasi baik yang dikelola oleh pemerintah melalui Ministry of Land, Infrastructure and Transport (MOLIT) maupun yang dikelola oleh swasta. Beberapa contoh yang termasuk dalam sektor perhubungan antara lain perusahaan penerbangan (airlines), bus, 10 O.A Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Bandung, Bandung, 1983, p. 143 11 I.G Pitana dan I.K.S Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2009, p. 62 12 Ibid 4

penyewaan mobil, kereta api dan sebagainya. Dalam pariwisata tidak dapat dipungkiri bahwa akses untuk mencapai tempat wisata tujuan, merupakan salah satu pertimbangan bagi wisatawan. Semakin mudah akses transportasi untuk mencapai tujuan wisata maka hal tersebut akan meningkatkan minat wisatawan untuk datang berkunjung. Dan juga sebaliknya, bila akses transportasi semakin sulit hal ini tentu akan menurunkan minat wisatawan untuk berkunjung. c. Sektor akomodasi (the accommodation sector) Sektor akomodasi berperan sebagai penyedia tempat tinggal sementara yaitu penginapan dan pelayanan-pelayanan lain yang berhubungan dengan hal itu, seperti menyediakan makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah tujuan wisata dan tempat transit. 13 Akomodasi merupakan hal yang esensial bagi industri pariwisata, karena sektor ini terlibat dalam setiap kegiatan wisatawan, sejak awal kegiatan wisata hingga akhir. Tingkat kepuasan dari para wisatawan juga sangat ditentukan oleh baik atau buruknya jasa akomodasi yang ditawarkan oleh penyedia jasa akomodasi. Akomodasi yang baik tentunya dapat meninggalkan kesan dan kepuasan tersendiri bagi para wisatawan terhadap suatu tempat wisata. Semakin tinggi tingkat kepuasan dari wisatawan terhadap akomodasi yang mereka dapatkan selama berpariwisata, hal ini tentu saja dapat meningkatkan nilai dari tempat wisata tersebut. Sektor akomodasi di Korea Selatan menawarkan berbagai macam jenis penginapan yang dapat dipilih oleh wisatawan Internasional, tidak hanya penginapan, wisatawan juga dapat menemukan berbagai jenis makanan khas Korea Selatan yang dijual oleh restaurant-restaurant di negara tersebut. d. Sektor daya tarik atau atraksi wisata (the attraction sector) Sektor ini memfokuskan diri pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi utamanya terletak pada daerah tujuan wisata, tetapi dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit. Misalnya taman budaya, hiburan (entertaiment), event olahraga dan budaya, tempat dan daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan sebagainya. 14 Jika suatu daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya atau daya tarik wisata alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi dengan memaksimalkan daya tarik atraksi wisata lain. Sektor ini memiliki peran yang penting untuk dapat membuat suatu atraksi wisata yang dapat menarik minat wisatawan Internasional untuk datang berkunjung. Sektor ini juga harus dapat membuat suatu atraksi yang unik, kreatif dan berbeda dari dari atraksiatraksi wisata yang ada di negara lain, sehingga wisatawan akan lebih memilih untuk datang 13 Ibid., p. 64 14 Ibid 5

ke negara tersebut dibanding negara lainnya. Sektor daya tarik wisata menawarkan berbagai macam jenis pariwisata di Korea Selatan yang tidak terdapat di negara lain yang tentu saja semakin menarik minat wisatawan Internasional untuk datang. Tidak hanya adanya berbagai macam jenis pariwisata, daya tarik wisata lain yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah produk-produk industri hiburan yang digemari oleh masyarakat di negara-negara lain. e. Sektor Tour Operator (the tour operator sector) Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata) dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam paketnya. 15 Perusahaan-perusahaan Tour Operator biasanya menyediakan paket-paket wisata untuk mengunjungi tempat-tempat wisata sudah dikenal dan menjadi tujuan wisata utama dari para wisatawan. Terdapat banyak perusahaan Tour Operator di Korea Selatan yang sudah terkenal di kalangan wisatawan Internasional, perusahaan-perusahaan tersebut menawarkan berbagai macam paket wisata yang dapat dipilih oleh wisatawan Internasional sesuai dengan jenisjenis pariwisata yang ada di negara ini. f. Sektor pendukung (the miscellaneous sector) Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di negara atau tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara atau tempat tujuan wisata. Misalnya toko oleh-oleh (souvenir) atau toko bebas bea (duty free shops), asuransi perjalanan wisata, travel cek (traveler cheque), bank dengan kartu kredit dan sebagainya. 16 Sektor ini merupakan sektor yang mempermudah wisatawan Internasional dalam melakukan kegiatan pariwisata negara lain, seperti ketersediaan pilihan pembayaran menggunakan kartu kredit. Selain itu souvenir adalah salah satu hal yang dicari oleh wisatawan Internasional ketika berkunjung ke suatu negara. Sehingga dengan adanya berbagai macam toko souvenir yang menjual berbagai macam barang-barang khas negara tersebut hal ini tentu saja menguntungkan tidak hanya bagi wisatawan tetapi bagi pemilik toko dan juga negara tersebut. Di Korea Selatan sendiri kehadiran sektor pendukung seperti toko penjual souvenir, duty free shops, diterimanya pembayaran menggunakan kartu kredit dan bank yang menyediakan Automatic Teller Machine (ATM) telah mempermudah wisatawan Internasional selama berpariwisata di negara ini. 15 Ibid 16 Ibid., p. 65 6

g. Pemerintah sebagai koordinator (the coordinating sector) Sektor pengkoordinator yang dimaksud disini mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang pariwisata, baik di tingkat lokal, regional maupun Internasional. Sektor ini biasanya menangani perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Misalnya di tingkat lokal dan nasional seperti Departemen Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi dan sebagainya. Di tingkat regional dan Internasional seperti World Tourism Organization (WTO), Pacific Asia Travel Association (PATA) dan sebagainya. 17 Di Korea Selatan sendiri pariwisata dibawahi oleh Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata. Selain itu juga terdapat organisasi pariwisata, yaitu Korea Tourism Organization (KTO) yang juga memiliki tujuan untuk mengembangkan industri pariwisata Korea Selatan. 2. Public Sector Management (PSM) 18 Dalam mengelola industri pariwisata, instrumen utama yang digunakan oleh pemerintah adalah Public Sector Management atau manajemen sektor publik, dimana dalam mengelola industri pariwisata, pemerintah melibatkan semua jenis organisasi publik dari tingkat nasional hingga ke tingkat lokal atau daerah. Dalam hal ini pemerintah menjalankan fungsi sebagai koordinator yang bertugas untuk mengkoordinasikan organisasi-organisasi publik yang terlibat di dalam industri pariwisata. Oleh karena itu peran pemerintah dalam industri pariwisata sangat besar, karena industri pariwisata tidak dapat bertahan tanpa adanya peran dari pemerintah. Tidak hanya mengkoordinasikan organisasi-organisasi publik, pemerintah juga bekerjasama dengan sektor-sektor lainnya dalam mengembangkan industri pariwisata Korea Selatan hingga dapat terus meningkatkan jumlah wisatawan Internasional yang datang. Selain sebagai koordinator, pemerintah juga memiliki fungsi regulator, hal ini dikarenakan pemerintah merupakan satu-satunya aktor yang memiliki power dan legalitas untuk menjaga stabilitas politik, serta kerangka kerja yang dibutuhkan dalam industri pariwisata. Pemerintahlah yang mengeluarkan regulasi dalam mengatur segala hal yang berkaitan dengan industri pariwisata. Kemudian, hanya pemerintah yang dapat bernegosiasi dan membuat perjanjian dengan pemerintah negara lain mengenai prosedur keimigrasian ataupun aturan mengenai penerbangan. Tidak hanya itu, pemerintah juga menyediakan infrastruktur dasar yang dibutuhkan industri pariwisata. 17 Ibid 18 J. Elliot, Tourism: Politics and Public Sector Management, Routledge, New York, 1997, p. 2 5 7

Kedua konsep tersebut yaitu konsep industri pariwisata menurut Leiper dan Public Sector Management yang dikemukakan oleh J. Elliot akan digunakan oleh penulis untuk melihat peran dari masing-masing sektor dalam industri pariwisata, khususnya peran dari pemerintah Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional. Serta hubungan antara pemerintah dengan sektor-sektor lainnya dalam mengembangkan industri pariwisata Korea Selatan. D. Hipotesa Keberhasilan Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional pada tahun 2003 2013, dimana pada periode tersebut terjadi krisis finansial dunia, tidak terlepas dari besarnya peran dua sektor yang paling penting dalam industri pariwisata Korea Selatan, yaitu pemerintah sebagai regulator dan koordinator, serta sektor daya tarik atau atraksi wisata yaitu industri hiburan. Pemerintah sebagai regulator dan koordinator mempunyai peran yang sangat penting, karena industri pariwisata tidak akan dapat bertahan tanpa adanya peran pemerintah selaku pembuat regulasi dan kebijakan mengenai pariwisata. Peran besar dari pemerintah Korea Selatan melalui PSM dapat dilihat dari berbagai kebijakan yang dilakukan dibawah Ministry of Culture, Sport and Tourism (MCST) hingga berbagai cara yang dilakukan oleh pemerintah tingkat lokal atau daerah untuk mengembangkan industri pariwisata sehingga dapat menarik minat wisatawan Internasional. Sektor lain yang memiliki peran besar adalah sektor daya tarik atau atraksi wisata, aktor yang memiliki peran paling besar adalah industri hiburan. Industri hiburan memiliki peran yang penting dalam menghasilkan acara-acara hiburan yang mampu mempromosikan pariwisata Korea Selatan kepada wisatawan Internasional secara luas sehingga dapat menarik wisatawan Internasional untuk datang berkunjung. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sumber utama berupa pustaka literatur. Data yang akan digunakan untuk menganalisis dan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari literatur buku, jurnal, laporan resmi pemerintah dan organisasi, serta artikel-artikel dari internet seperti website Korea Tourism Organization, Kedutaan Besar Korea Selatan, Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan. Data-data yang dikumpulkan adalah datadata mengenai jumlah wisatawan Internasional pada periode 2003 2013. Selain itu, penulis juga akan mengumpulkan literatur-literatur yang membahas mengenai perkembangan industri pariwisata Korea Selatan. 8

F. Lingkup Waktu Lingkup waktu dalam penelitian mengenai keberhasilan Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional ini yaitu dari tahun 2003 2013. Periode tersebut dipilih karena pada tahun 2002 jumlah wisatawan Internasional menurun, kemudian terus mengalami peningkatan pada tahun 2003 hingga tahun 2013 tanpa mengalami penurunan. Sedangkan disaat yang bersamaan wisatawan Internasional di negara-negara lain, khususnya Perancis, Amerika Serikat dan Spanyol sebagai peringkat tiga besar dunia dalam jumlah wisatawan Internasional mengalami peningkatan dan penurunan atau fluktuaktif. G. Sistematika Penulisan Penelitian yang berjudul Keberhasilan Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional ke Korea Selatan ini akan dibagi menjadi empat BAB. Pada BAB I yaitu Pendahuluan, penulis akan menyajikan pendahuluan penelitian yang mengulas latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual yang digunakan untuk menjawab pertanyaan, hipotesa serta lingkup waktu penelitian yaitu pada tahun 2003 2013. BAB II akan memberikan gambaran umum mengenai pariwisata Korea Selatan dan jenis-jenis pariwisata di negara tersebut, serta perkembangan industri pariwisata dari tahun 2003 2013. Pada BAB III, penulis akan menjelaskan faktor-faktor dibalik keberhasilan negara ini dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional selama periode 2003 2013, khususnya pada saat krisis finansial tahun 2008 2009. Kemudian, BAB IV merupakan kesimpulan dari seluruh penjelasan dari BAB I BAB III mengenai keberhasilan Korea Selatan dalam meningkatkan jumlah wisatawan Internasional pada tahun 2003 2013. 9