BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu.

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan film di Indonesia akhir-akhir ini membuat sikap

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa secara sederhana merupakan produk budaya yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan dan juga bagaimana respon. menyampaikan gagasan, pikiran dan perasaan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Selo berada di wilayah kabupaten Boyolali tepatnya di. antara dua gunung yaitu gunung Merapi dan gunung Merbabu.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

PEMAKAIAN DEIKSIS PERSONA, LOKASIONAL, DAN TEMPORAL DALAM NOVEL AYAT-AYAT CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama bahasa bagi manusia adalah sebagai alat komunikasi. Manusia

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. tidur sampai tidur lagi, bahkan bermimpi pun manusia berbahasa pula.

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA WACANA STIKER PLESETAN

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam teori semantik, atau dengan perkataan lain, membahas segala aspek makna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu memiliki cara masing-masing dalam bertutur. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk interkasi adalah komunikasi. Sarana yang paling efektif untuk berkomunikasi adalah bahasa. Menurut Chomsky (dalam Harras dan Bachari, 2009: 18), bahasa hanya dimiliki oleh manusia karena manusia secara genetik dikaruniai pengetahuan tentang bahasa yang sering dirujuk sebagai hipotesis pembawaan. Bahasa bukan sebagai pengantar atau pelengkap dalam berkomunikasi antarmanusia, melainkan sebagai alat atau media utama. Contoh konkretnya adalah seseorang yang akan bertransaksi dengan orang lain, misalnya antara A dengan B. A akan menawarkan sebuah barang kepada B, jika tidak ada bahasa pasti akan datang berbagai kendala dalam proses transaksi tersebut. Namun, dengan media bahasa proses transaksi itu akan berjalan dengan lancar. B akan menanyakan kekurangan dan kelebihan barang yang dijual itu. A akan mengikat B agar benar-benar tertarik kemudian membeli barang itu dan sebagainya. Dalam ilmu bahasa ada cabang ilmu yang dinamakan pragmatik, yaitu ilmu yang mempelajari tindak tutur yang terikat konteks. Menurut Gunarwan (2007: 1) pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, yaitu bagaimana bahasa digunakan oleh penutur bahasa itu di dalam situasi interaksi yang sebenarnya, bukan di dalam situasi yang diabstraksikan, yang direka-reka oleh linguis. Objek kajian pragmatik adalah tuturan. Terkadang seorang penutur 1

2 merealisasikan tuturan tidak seperti apa yang dia maksudkan. Apa yang dia tuturkan sering kali bertolak belakang dengan maksud tuturan tersebut. Contohnya adalah tuturan, Bersih sekali bajumu, Nak. Sekilas tuturan itu seperti sebuah pujian, tetapi tidak begitu pada kenyataannya jika dikaitkan dengan konteks tuturan. Ternyata penutur adalah seorang ibu yang menyambut anaknya di depan rumah dan anak itu pulang bermain bola dengan pakaian yang sangat kotor. Tuturan tersebut bukan sebuah pujian melainkan sebuah nasihat atau dikatakan lebih serius tuturan itu adalah sebuah ungkapan kemarahan seorang ibu terhadap anaknya. Tindak tutur adalah salah satu kegiatan manusia sebagai makhluk berbahasa. Searle (dalam Pangaribuan, 2008: 117) mengutarakan bahwa suatu tindak tutur memiliki makna di dalam konteks. Menurut Tarigan (1986: 36), setiap situasi ujaran atau ucapan tertentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Tuturan merupakan sebuah bentuk strategi komunikasi seorang penutur untuk menyampaikan maksud kepada lawan tuturnya. Jika linguistik secara umum menguraikan bahasa dari segi strukturnya, pragmatik menguraikan bahasa dari segi maksud dan muatan yang ada di dalamnya. Pragmatik tidak hanya menguraikan tuturan yang tersurat tetapi juga tuturan yang tersirat. Seseorang tentu mempunyai maksud tertentu ketika merealisasikan sebuah tindak tutur. Maksud atau makna itu dikaitkan dengan konteks, kepada siapa tuturan itu dituturkan, siapa penuturnya, kapan dituturkan, di mana dituturkan dan sebagainya.

3 Manusia sebagai makhluk berbahasa tidak lepas dari tindak tutur, baik sebagai penutur maupun sebagai lawan tutur. Tidak hanya dalam kehidupan nyata, dalam film pun demikian. Para pelaku dalam sebuah film tidak lepas dari kegiatan merealisasikan sebuah tindak tutur atau menyimak sebuah tuturan. Namun, banyak pihak yang beranggapan bahwa film hanyalah rekaan pembuatnya. Jika film semata-mata rekaan, tindak tutur yang terjadi dalam film pun hanya rekaan. Guna menyanggah anggapan seperti itu, akan dipaparkan beberapa pendapat tentang hakikat film. Film menjadi imitasi kehidupan nyata (Irwansyah, 2009:13). Menurut Sumarno (dalam Irwansyah, 2009:13) film merekam kenyataan sosial pada zamannya. Sedangkan menurut Imanjaya (dalam Irwansyah, 2009:13) film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) saat itu. Sejalan dengan ketiga pendapat di atas, Griffith (dalam Arief, 2009: 3) menyatakan bahwa film adalah sekumpulan upaya untuk mengenang kembali apa yang pernah dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, Biran (2006: 33) menyatakan bahwa isi cerita (film) yang baik adalah yang relevan dengan zamannya. Film harus memuat cerita yang terjadi dalam masyarakat. Beberapa pendapat tersebut memiliki kesimpulan bahwa film tidak hanya sebuah hasil imajinasi. Walaupun ada dramatisasi dalam proses pembuatannya, plot film yang baik harus berdasarkan kejadian yang benar-benar terjadi. Film adalah gambaran dari kehidupan nyata. Oleh karena itu, tindak tutur dalam film pun berdasarkan tindak tutur yang lazim direalisasikan dalam kehidupan nyata.

4 Seperti halnya dalam dunia nyata, dalam film pun terdapat tuturan-tuturan yang tidak hanya tersurat, tetapi juga tersirat, misalnya tuturan-tuturan dalam film Fiksi karya Mouly Surya. Tuturan-tuturan dalam film itulah yang dikaji oleh penulis. Dalam film Fiksi terdapat banyak tuturan yang maksudnya diimplisitkan. Lebih jauh lagi penulis mengkaji tindak tutur perlokusi dalam film tersebut. Satu contohnya adalah tuturan, Pak Bambang, tahu tempat makan di Blok S? Wujud yang tersurat dari tuturan tersebut adalah sebuah pertanyaan. Seorang penutur menanyakan sebuah alamat atau lokasi kepada lawan tutur. Jika dikaitkan dengan konteks, ada maksud yang tersirat dalam tuturan di atas. Tuturan itu direalisasikan oleh Alisha kepada Bambang di dalam mobil yang sedang melaju. Bambang adalah seorang sopir dan Alisha adalah majikan Bambang. Dengan merealisasikan tuturan tersebut, Alisha memerintah Bambang agar membawanya ke lokasi yang ditanyakannya tadi. Sebelum merealisasikan tuturan tersebut, Alisha merealisasikan sebuah tuturan lain, Pak Bambang, saya mau pergi. Searle (dalam Wijana, 1996:17) membagi tindak tutur ke dalam lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Lebih jauh lagi disebutkan bahwa tindak tutur perlokusi mempunyai daya pengaruh atau efek bagi lawan tuturnya. Pada contoh di atas, Alisha sedang memengaruhi sopirnya agar tidak bertanya lagi tentang ke mana mereka akan pergi, untuk keperluan apa, dan sebagainya. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh penulis, belum pernah ada penelitian yang mengkaji tindak tutur perlokusi dalam tuturan film terutama

5 film Fiksi. Namun, ada dua penelitian yang menganalisis tindak tutur dalam film yaitu penelitian oleh Abdulharim (2006) dan Pusparani (2008). Abdulharim menganalisis tindak tutur yang mengancam muka dalam film komedi 30 Hari Mencari Cinta. Analisis yang dilakukan Abdulharim antara lain mencari bentuk-bentuk tindak tutur yang mengancam muka, strategi yang dilakukan oleh penutur dalam mengancam muka lawan tuturnya, dan mencari pengaruh solidaritas dalam melakukan tindak tutur pengancam. Abdulharim menemukan berbagai bentuk tindak tutur yang mengancam muka. Tindak tutur yang mengancam muka positif sebanyak 60% dan tindak tutur negatif sebanyak 40%. Strategi yang dipilih oleh penyerta komunikasi pada film 30 Hari Mencari Cinta dalam melakukan tindak tutur yang mengancam muka adalah strategi kesantunan negatif sebanyak 100%. Selain itu, strategi bertutur kurang sopan sebanyak 60% dan strategi bertutur agak sopan 40%. Hubungan peran yang terjadi pada penelitian Abdulharim adalah kekuasaan penutur dan lawan tutur sejajar sementara tingkat solidaritas relatif tinggi (equal and solidary) dan kekuasaan penutur lebih tinggi daripada lawan tutur sementara tingkat solidaritas relatif rendah (superior and not solidary). Pusparani menganalisis tuturan-tuturan tokoh utama dalam film Realita, Cinta, dan Rock and Roll. Tuturan-tuturan yang dikaji adalah tuturan-tuturan yang mengandung kosakata bahasa gaul. Analisis yang dilakukan Puspasari dalam penelitiannya antara lain mencari bentuk atau macam kosakata bahasa gaul, mengkaji makna dari kosakata bahasa gaul, mencari karateristik pembentukan kosakata bahasa gaul dan analisis situasi penggunaan kosakata bahasa gaul.

6 Pusparani menemukan adanya kosakata bahasa gaul yang mempunyai karakteristik khas dan unik. Bahasa gaul kerap digunakan oleh kalangan tertentu sebagai rahasia. Pusparani juga mengategorikan situasi dalam penggunaan kosakata bahasa gaul ke dalam situasi dalam lingkungan remaja SMU, situasi dalam lingkungan anak band, situasi dalam lingkungan waria dan situasi dalam lingkungan anak punk. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini tidak hanya menganalisis tindak tutur dalam film tetapi juga menganalisis efek yang ditimbulkan dari setiap tuturan. Dari 22 data tuturan yang ditemukan, setiap tindak tutur yang direalisasikan oleh penutur menimbulkan efek bagi lawan tuturnya. Pada penelitian ini tindak tutur dihubungkan dengan berbagai aspek situasi tutur sehingga terungkap berbagai implikatur yang tersirat pada setiap tuturan. 1.2 Masalah Penelitian Masalah penelitian adalah uraian mengenai penelitian berkaitan dengan identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Berikut ini akan dijabarkan ketiga masalah penelitian tersebut. 1.2.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah uraian mengenai masalah yang diangkat dan diteliti oleh penulis. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

7 1) Tuturan yang direalisasikan oleh pelaku dalam film Fiksi memengaruhi lawan tutur untuk melakukan sesuatu. 2) Beberapa tuturan dalam film Fiksi mempunyai maksud yang berbeda dengan apa yang direalisasikan pada tuturan tersebut. 3) Beberapa aspek situasi tutur memengaruhi makna tuturan dalam film Fiksi. 4) Beberapa tindak tutur dalam film Fiksi direalisasikan dengan modus kalimat yang berbeda dari bentuk tuturannya. 1.2.2 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada tuturan-tuturan film Fiksi karya Mouly Surya. Film Fiksi merupakan pemenang FFI (Festival Film Indonesia) 2008 dan skenario film Fiksi dinobatkan sebagai skenario terbaik pada ajang FFI 2008. Penelitian dikhususkan pada tindak tutur perlokusi dalam film Fiksi karena banyak tuturan yang implisit dalam film tersebut. 1.2.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan gambaran dari masalah-masalah yang dianalisis dalam sebuah penelitian. Ada tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. 1) Apa saja jenis dan bentuk tindak tutur perlokusi yang direalisasikan dalam film Fiksi? 2) Bagaimana implikatur tindak tutur perlokusi yang direalisasikan dalam film Fiksi?

8 3) Bagaimana aspek-aspek situasi tutur memengaruhi makna tuturan dalam film Fiksi? 1.3 Tujuan Penelitian Setiap peneliti mempunyai tujuan yang harus dicapai dari penelitiannya. Penulis mempunyai tiga tujuan dalam penelitian ini yang akan dijabarkan berikut ini. 1) Mendeskripsikan jenis-jenis dan bentuk-bentuk tindak tutur perlokusi yang direalisasikan dalam film Fiksi. 2) Mendeskripsikan implikatur tindak tutur perlokusi yang direalisasikan dalam film Fiksi. 3) Memberikan uraian tentang aspek-aspek situasi tutur yang memengaruhi makna tuturan dalam film Fiksi. 1.4 Manfaat Penelitian Penulis berharap bisa memberikan manfaat dengan melakukan penelitian ini. Manfaat yang diharapkan adalah manfaat teoretis dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah manfaat untuk bidang keilmuan khususnya ilmu pragmatik. Ada dua manfaat teoretis dari penelitian ini. 1) Memperkaya khazanah kajian tindak tutur dalam film. 2) Menjadi bahan untuk penelitian lain, misalnya kajian bahasa dalam ekranisasi.

9 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah manfaat yang berimbas secara langsung kepada masyarakat. Ada tiga manfaat praktis dari penelitian ini. 1) Memberikan pengetahuan kepada penulis skenario film tentang tindak tutur dalam film. 2) Memberikan pengetahuan bagi masyarakat film (penonton) pada khususnya dan masyarakat bahasa pada umumnya tentang realisasi tindak tutur dalam film. 3) Memberikan gambaran kepada penulis skenario tentang tuturan yang baik dan bisa diterapkan pada penulisan skenario film. 1.5 Definisi Operasional Definisi operasional adalah deskripsi mengenai beberapa istilah dalam penelitian ini. 1) Tindak tutur perlokusi dalam film Fiksi adalah tindak tutur yang direalisasikan oleh para pelaku film Fiksi dan mempunyai daya pengaruh bagi lawan tutur dalam film tersebut. 2) Realisasi tindak tutur perlokusi dalam film Fiksi adalah penggunaan tindak tutur oleh para pelaku dalam film Fiksi yang menimbulkan efek bagi lawan tuturnya. 3) Film Fiksi adalah sebuah lakon cerita yang dibintangi oleh Ladya Cheril (Alisha dan Mia), Donny Alamsyah (Bari), dan Kinaryosih (Renta). Film ini disutradarai oleh Mouly Surya. Film Fiksi bercerita tentang gadis psikopat yang kesepian lalu jatuh cinta pada seorang pemuda yang sudah mempunyai

10 kekasih. Film ini mendapatkan Piala Citra dan penghargaan sebagai film terbaik FFI 2008. 4) Pelaku adalah pemain dalam film Fiksi yang merealisasikan tindak tutur perlokusi.