FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terkena malaria. World Health Organization (WHO) mencatat setiap tahunnya

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-faktor kejadian malaria

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN MALARIA DI PUSKESMAS KOELODA KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA PROVINSI NTT

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYUMBA PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor Risiko Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN GIGITAN NYAMUK DENGAN KEBERADAAN KASUS MALARIA DI PUSKESMAS BONTOBAHARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB III METODE PENELITIAN. Kabupaten Gorontalo pada bulan 30 Mei 13 Juni Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan

ANDI EKAWANA AP K

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN TORAJA UTARA THE RISKING FACTORS OF MALARIA INCIDENCE IN NORTH TORAJA REGENCY

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

ANALISIS FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DURIKUMBA KECAMATAN KAROSSA KABUPATEN MAMUJU

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA PROVINSI MALUKU

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LINGKUNGAN DAN PERILAKU TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGGAU KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI DESA TONGOA KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI. Gusman Arsyad 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 5, Nomor 2, April 2017 (ISSN: )

Faktor Risiko Kejadian Malaria Di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

Unnes Journal of Public Health

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertempat di wilayah kerja puskesmas Motoboi Kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

HUBUNGAN DAN PETA SEBARAN MALARIA DI KOTA AMBON TAHUN 2014 THE RELATTIONSHIP ANDASSOCIATED AND DISTRIBUTION MAP OF MALARIA IN AMBON CITY IN 2014

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kejadian kematian ke dua (16%) di kawasan Asia (WHO, 2015).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

Environment Factor of Malaria Incidence in Desa Telagah Kecamatan Namu Kabupaten Langkat, 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Tugas utama sektor kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Antara FaktorLingkungan Fisik Dalam Dan Luar Rumah Dengan Kejadian Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN UPAYA MASYARAKAT MENGHINDARI KETERPAPARAN NYAMUK DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RIJALI KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON TAHUN

FAKTOR RISIKO KONDISI HUNIAN TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KUSTA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPERCAYAAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN KELAMBU BERINSEKTISIDA PADA MASYARAKAT (Observasi Analitik di Desa Gunung Raya)

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

Elly Yane Bangkele*, Ari Krisna**

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

HUBUNGAN KONDISI KANDANG TERNAK DENGAN KEJADIAN MALARIA PADA MASYARAKAT DI DESA LAURI KECAMATAN GIDO KABUPATEN NIAS

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Penyakit malaria

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAWANGKO

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis Univariat

STUDI LINGKUNGAN RUMAH PENDERITA MALARIA DI KAWASAN PESISIR PUSKESMAS BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

Transkripsi:

FAKTOR RISIKO KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARAKA KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANGTAHUN 2013 RISK FACTORSMALARIAINCIDENCEINWORK AREA HEALTH CENTERDISTRICTBARAKA REGENCY ENREKANG IN 2013 Ibrahim Sand 1, Hasanuddin Ishak 1, Makmur Selomo 1 1 Bagian Kesling Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (Email: baimibrahim69@ymail.com/085298430145) ABSTRAK Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditularkan lewat gigitan nyamuk ini menyerang hampir semua wilayah atau kawasan di permukaan bumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Baraka. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan case control. Metode penarikan sampel untuk kelompok kasus yaitu exhautive sampling dan untuk kelompok kontrol yaitu purposive sampling. Jumlah sampel untuk kelompok kasus yaitu 24 sampel dan kelompok kontrol yaitu 48 sampel dengan perbandingan 1:2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel mobilitas penduduk merupakan faktor risiko kejadian malaria (OR= 9,118 dan CI 95%= 2,677-31,060). Sedangkan variabel suhu udara (OR= 1,190 dan CI 95%= 0,438-3,236), tempat perkembangbiakan (OR= 0,543 dan CI 95%= 0,196-1,508), adanya ternak besar (OR= 0,810 dan CI 95%= 0,271-2,423), adanya tanaman (OR= 1,486 dan CI 95%= 0,419-5,278), kebiasaan menggunakan obat nyamuk pada malam hari OR= 1,109 dan CI 95%= 0,374-3,285) bukan faktor risiko kejadian malaria. Penelitian ini menyarankan agar masyarakat yang sering melakukan mobilitas penduduksedapat mungkin melakukan pencegahan dini. Kata Kunci: Malaria, faktor risiko, faktor lingkungan ABSTRACT Malariaisdisease causedby the protozoangenusplasmodiumthat is transmittedthroughmosquito bitesorattacksalmostallregions of theearth's surface. This studyaims to determine therisk factors forthe incidence of malariainwork areahealth centerdistrictbaraka. The study was an observational case-control analytic approach. Sampling method for the case group exhautive sampling and to a control group that is purposive sampling. The number of samples for the case group 24 samples, control group 48 samples with a ratio of 1:2. The results showed that the mobility of the population variables are risk factors for the incidence of malaria (OR= 9.118 and 95% CI= 2.677 to 31.060). While the air temperature variable (OR= 1.190 and 95% CI= 0.438 to 3.236), breeding sites (OR= 0.543 and 95% CI= 0.196 to 1.508), presence of large livestock (OR= 0.810 and 95% CI= 0.271 to 2.423), a plant (OR= 1.486 and 95% CI= 0.419 to 5.278), the habit of using insect repellent at night OR= 1.109 and 95% CI= 0.374 to 3.285) incidence of malaria is not a risk factor. Keywords: Malaria, riskfactors, environmentalfactors 1

PENDAHULUAN Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang paling banyak mengakibatkan penderitaan dan kematian. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodiumyang ditularkan lewat gigitan nyamuk ini menyerang hampir semua wilayah atau kawasan di permukaan bumi (Arsin, 2012). Malaria termasuk penyakit yang penyebarannya luas, yakni di daerah- daerah mulai 60 o lintang utara sampai dengan 32 o lintang selatan, dari daerah dengan ketinggian 2.666 m sampai dengan daerah yang letaknya 433 m di bawah permukaan laut (Husin, 2007). Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah dunia, termasuk di Indonesia. WHO memperkirakan setiap tahun sekitar 360-500 juta penduduk dunia terserang malaria dan menyebabkan kematian tiga juta penduduk dunia (Suharto, 2003). Terdapat 15 juta kasus malaria di Indonesia dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Dari 484 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 338 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria. Sebagai gambaran dapat dilihat pada Provinsi Papua, Papua Barat dan NTT yang merupakan provinsi dengan API tertinggi dengan nilai berurutan sebesar 18,03; 17,86 dan 12,14 per 1.000 penduduk (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Tahun2008di Sulawesi Selatan, jumlahpenderitamalariaklinismengalamipenurunanmenjadi8.886kasusdenganjumlahp ositifsebanyak1.153kasus(12,98%).kasustertinggidikab.selayar,pangkep,luwuutara,enrekangdantator dengan AMIsebesar1,14per1000penduduk.Jumlahpenderitamalariayangdikonfirmasilaborato riumdenganhasilpositifterbesardikab.selayar,enrekang,danluwuutaradengan APIsebesar0,15per1000penduduk (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2009). 2

Tahun 2012 penyakit malaria di Enrekang ditemukan jumlah penderita malaria klinis sebanyak 4.367 penderita dengan jumlah yang positif sebanyak 65 orang. Untuk puskesmas sendiri, jumlah kasus tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas Baraka yaitu 24 kasus, kemudian Puskesmas Kota sebanyak 20 kasus (Dinkes Kabupaten Enrekang, 2012). Kasus malaria di Puskesmas Baraka dalam kurun waktu 3 tahun terakhir untuk tahun 2010 jumlah kasus sebanyak 58 kasus, tahun 2011 sebanyak 68 kasus dan tahun 2012 sebanyak 24 kasus. Dari data yang ada menyebutkan bahwa wilayah Puskesmas Baraka merupakan salah satu puskesmas dengan penyumbang kasus malaria tertinggi diantara wilayah puskesmas lainnya yang ada di Kabupaten Enrekang (Puskesmas Baraka, 2012). BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Wilayah Kerja Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.Waktu penelitian dimulai dari tanggal 14 Januari sampai 14 Februari 2013. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik. Desain penelitian menggunakan case control atau retrospektif study. Populasi dan Sampel Populasi kasus adalah semua orang yang dalam sediaan darahnya ditemukan Plasmodium berdasarkan hasil pemeriksaan mikroskopis dari bidang P2M di Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekangsebanyak 24 penderita. Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan exhautive sampling. Populasi kontrol adalah semua orang yang dinyatakan negatif malaria berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopis dari bidang P2M di Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 48 orang. Teknik dalam pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. 3

Sampel penelitian diambil melalui dokumen nama-nama orang yang tercatat sebagai malaria positif/pemeriksaan sediaan darah (SD) mikroskopis malaria dari bidang P2M di Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka sebanyak 72 sampel. Pengumpulan Data Instrumen untuk mengumpulkan data responden ialah denganmenggunakan kuesioner. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalampenelitian ini adalah wawancara, metode observasidan survei dokumen. Analisis Data Data yang telah dientry siap dilakukan analisa dengan menggunakan softwere program analisis data SPSS versi 16.0. Data dianalisis dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan bivariat. Penyajian Data Penyajian data yang dilakukan dengan cara menggunakan tabel dan narasi. HASIL Analisis Univariat Tabel 1 menunjukkan bahwa karakteristik responden menurut umur, pada responden kasus maupun kontrol lebih banyak pada umur 45-55 tahun yaitu sebesar 20 orang (27,8%). Untuk jenis kelamin, pada kelompok kasus dan kontrol lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu kasus sebanyak 18 orang (75,0%) dan kontrol sebanyak 36 orang (75,0%). Untuk tingkat pendidikan pada kelompok kasus dan kontrol yang paling banyak adalah berpendidikan SMA yaitu kasus sebanyak 10 orang (41,7%) dan sebanyak 16 orang (33,3%). Untuk pekerjaan pada kelompok kasus dan kontrol yang paling banyak adalah responden yang bekerja sebagai petani yaitu kasus sebanyak 8 orang (33,3%) dan kontrol sebanyak 21 orang (43,8%). Analisis Bivariat Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Tempat Perkembangbiakan 4

Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, ada 8 rumah responden (33,3%) yang memiliki tempat perkembangbiakan nyamuk dan responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, ada 23 rumah responden (47,9%) yang memiliki tempat perkembangbiakan nyamuk.berdasarkan jenis tempat perkembangbiakannya, dari 31 rumah responden (45,8%), ditemukan jenis tempat perkembangbiakan yang paling banyak ada disekitar rumah responden yaitu selokan sebanyak 14 selokan (23,6%).Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,543 (CI 95% = 0,196-1,508). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka keberadaan tempat perkembangbiakan bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Suhu Udara Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, ada 14 responden (58,3%) yang tidak memenuhi syarat suhu disekitar rumahnya dan responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, ada 30 responden (62,5%) yang tidak memenuhi syarat suhu disekitar rumahnya.hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 1,190 (CI 95% = 0,438-3,236). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka suhu udara bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Adanya Ternak Besar Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, 7 responden (29,2%) ada ternak besar berjarak ±100 m dari rumah. Sementara responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, 12 responden (25,0%) ada ternak besar berjarak ±100 m dari rumah.berdasarkan jarak ternak besar dengan rumah, dari 19 rumah responden (26,4) ada 19 rumah responden (100%) yang ada ternak besar ±100 m dari rumah.berdasarkan jenis ternaknya, dari 19 rumah responden (26,4%), jenis ternak sapi merupakan yang paling banyak yaitu 18 ternak (25,0%).Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 0,810 (CI 95% = 0,271-2,423). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka adanya ternak besar bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Adanya Tanaman 5

Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, 20 responden (83,3%) ada tanaman yang berjarak <200 m dari rumah. Sementara responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, 37 responden (77,1%) ada tanaman yang berjarak <200 m dari rumah.berdasarkan jarak tanaman dengan rumah, dari 57 rumah responden (79,2%), ada 57 rumah responden (100%) yang ada tanaman dengan jarak <200 m dari rumah.berdasarkan jenis tanamannya, dari 57 rumah responden (79,2%), ditemukan jenis tanaman yang paling banyak ada disekitar rumah responden yaitu pohon mangga sebanyak 26 pohon (36,1%).Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 1,486 (CI 95% = 0,419-5,278). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka adanya tanaman bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Kebiasaan Menggunakan Obat Nyamuk Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, ada 7 responden (29,2%) yang menggunakan obat nyamuk dan 48 responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, ada 13 responden (29,2%) yang menggunakan obat nyamuk.berdasarkan kebiasaan menggunakan obat nyamuk dari 20 responden menggunakan obat nyamuk (27,8%), ada 20 responden (100%) yang selalu menggunakan obat nyamuk pada malam hari.berdasarkan jenisnya obat nyamuk yang digunakan, dari 20 responden yang menggunakan obat nyamuk (27,8%), jenis obat nyamuk bakar merupakan yang selalu digunakan yaitu sebanyak 13 responden (65,0%).Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 1,109 (CI 95% = 0,374-3,285). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka kebiasaan menggunakan obat nyamuk bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Distribusi Kejadian Malaria Berdasarkan Mobilitas Penduduk Tabel 2 menunjukkan responden yang positif malaria/kelompok kasus, ada 20 responden (83,3%) yang pernah pergi ke daerah lain dalam 1 tahun terakhir dan responden yang negatif malaria/kelompok kontrol, ada 17 responden (35,4%) yang pernah ke daerah lain dalam 1 tahun terakhir.berdasarkan aktifitas melakukan mobilitas penduduk, dari 37 responden yang melakukan mobilitas penduduk (51,4%), 6

ada 37 responden (100%) yang pernah melakukan mobilitas penduduk.berdasarkan waktu pergi, dari 37 responden yang melakukan mobilitas penduduk (51,4%), responden yang melakukan mobilitas penduduk paling banyak terjadi dalam 1 tahun terakhir sebanyak 28 responden (75,7%).Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 9,118 (CI 95% = 2,677-31,060) berarti responden yang melakukan mobilitas penduduk berisiko 9,118 kali mengalami kejadian malaria dibandingkan responden yang tidak pernah melakukan mobilitas penduduk tetapi karena nilai CI 95% = 2,677-31,060 tidak mencakup satu, maka nilai OR yang didapatkan bermakna secara statistik. PEMBAHASAN Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Tempat perkembangbiakan nyamuk dilokasi penelitian dijumpai beberapa tempat perkembangbiakan nyamuk seperti selokan, genangan air, sumur dan drum kosong. Keberadaan tempat perkembangbiakan tersebut merupakan tempat yang efektif bagi nyamuk penyebab malaria.pada waktu penelitian, musim di daerah penelitian sering berubah-ubah. Waktu peralihan musim ini menyebabkan dijumpai genangan-genangan air. Genangan air yang terkena sinar matahari dapat menyebabkan tempat bagi nyamuk penyebab malaria. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pamela (2009) yang mendapatkan nilai OR = 0,06 (CI 95% = 0,01 1,25), dimana nilai OR yang didapatkan tidak memenuhi syarat, maka keberadaan tempat perkembangbiakan pada penelitian ini bukan merupakan faktor risiko. Suhu Udara Suhu udara pada malam hari di Kecamatan Baraka yaitu 18 o C dan pada siang hari yaitu 32 o C. Menurut Chwatt (1980), suhu udara yang optimum bagi kehidupan nyamuk berkisar antara 25-30 o C. Suhu udara di daerah penelitian ini tidak memungkinkan nyamuk Anopheles berkembangbiak dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Raharjo (2003) di lereng Barat dan Timur Pengunungan Muria Jawa Tengah, dimana spesies nyamuk Anopheles 7

berkembangbiak pasif pada suhu antara 32,2 o C-33,7 o C. Suhu ini hampir sama dengan suhu yang ada dilokasi penelitian. Adanya Ternak Besar Di Kecamatan Baraka tidak banyak ditemukan kandang ternak yang dekat dengan rumah penduduk hal ini disebabkan karena sebagian penduduk menempatkan kandang ternaknya di perkebunan yang jauh dari rumah. Hal ini juga karena sebagian penduduk belum mengetahui jika adanya kandang ternak di sekitar rumah akan menarik perhatian nyamuk untuk lebih memilih menggigit binatang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Harmendo (2008), yang mendapatkan hasil OR = 0,570 (CI 95% = 1,30 3,03) dimana hasil uji statistik yang didapatkan yaitu keberadaan ternak besar bukan merupakan faktor kejadian malaria. Adanya Tanaman Di Kecamatan Baraka, karakteristik wilayah daerah masih menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Kelestarian tanaman di sekitar rumah penduduk masih terjaga dengan baik. Keberadaan tanaman di sekitar rumah yang rimbun akan menghalangi sinar matahari menembus permukaan tanah, sehingga adanya tanaman yang rimbun berakibat lingkungan menjadi teduh dan lembab, keadaan ini merupakan tempat istrahat yang disenangi nyamuk. Keberadaan tanaman akan menarik perhatian nyamuk sebagai tempat peristirahatan sehingga kontak langsung dengan rumah dan manusia akan lebih rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Harmendo (2008), dimana nilai OR = 0,5 (CI 95% = 0,20 1,45). Nilai OR tidak memenuhi syarat sehingga keberadaan tanaman bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Kebiasaan Menggunakan Obat Nyamuk Kebiasaan tidak menggunakan obat nyamuk bagi masyarakat Kecamatan Baraka karena masyarakat tersebut lebih memilih menggunakan kelambu yang tidak 8

mengandung bahan-bahan kimia juga karena daerah penelitian merupakan daerah pegunungan yang memungkinkan nyamuk tidak dapat berkembangbiak dengan baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Harmendo (2008), dimana nilai OR = 1,5 (CI 95% = 0,81 2,92). Nilai OR tidak memenuhi syarat, maka kebiasaan menggunakan obat nyamuk bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria. Mobilitas Penduduk Hasil penelitian di Kecamatan Baraka, didapatkan responden yang bermata pencaharian sebagai petani yang paling banyak melakukan mobilitas penduduk, hal ini karena tingkat pendidikan masyarakat/responden masih rendah seperti masih banyak pendidikan responden yang hanya tamat SD, SMP dan bahkan tidak pernah sekolah. Hal ini berdampak pada status ekonomi rendah responden. Serta masih kurangnya lapangan kerja yang ada di daerah ini dan juga adanya sanak keluarga di daerah tujuan migrasi sehingga responden/warga lebih memilih melakukan mobilitas penduduk ke daerah-daerah yang mempunyai lapangan kerja yang baik seperti Irian Jaya, Kalimantan dan Makassar. Tetapi kurangnya pengetahuan tentang malaria menyebabkan penduduk/responden yang melakukan mobilitas ke daerah tersebut banyak yang terkena penyakit malaria sehingga tidak menetap lama di daerah tersebut dan lebih memilih untuk kembali ke daerah asalnya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Siswatiningsih (2003), dimana nilai OR = 2,122 (CI 95% = 1,25 5,71), responden yang melakukan mobilitas penduduk berisiko 2,122 kali mengalami kejadian malaria dibandingkan responden yang tidak pernah melakukan tetapi nilai CI 95% = 1,25 5,71 tidak mencakup 1, maka niali OR yang didapatkan bermakna secara statistik. KESIMPULAN Hasil penelitian yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang pada tanggal 14 Januari sampai dengan 14 Februari 2013, dapat disimpulkan bahwa keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk, suhu udara, adanya ternak besar, adanya tanaman, kebiasaan menggunakan 9

obat nyamuk pada malam hari bukan merupakan faktor risiko kejadian malaria.sedangkanmobilitas penduduk merupakan faktor risiko kejadian malaria. SARAN Bagi masyarakat, penduduk yang melakukan perjalanan ke luar daerah dan ke daerah endemis malaria (mobilitas penduduk) sedapat mungkin melakukan pencegahan dini sebab hal ini merupakan salah satu faktor penyebab penularan malaria dan sedapat mungkin menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu pada waktu tidur dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. DAFTAR PUSTAKA Afrisal. 2011. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang. Ahmadi, S. 2008. Faktor risiko kejadian malaria di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Arsin, A, A. 2012. Malaria di Indonesia (tinjauan aspek epidemiologi). Makassar: Masagena Press. Babba, I. 2007. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian malaria (studi kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi Kota Jayapura). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Capah, T. 2008. Kajian perencanaan manajemen lingkungan dalam program pengendalian malaria di Kabupaten Asmat tahun 2008. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Darundiati, Y, H. 2002. Analisis faktor-faktor risiko malaria di daerah endemis dengan pendekatan spasial di Kabupaten Purworejo. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Dinkes Kabupaten Enrekang. 2011. Profil kesehatan Kabupaten Enrekang. Enrekang: Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang. Dinkes Sulawesi Selatan. 2009. Profil kesehatan Sulawesi Selatan. Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Harmendo. 2008. Faktor risiko kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Kenanga Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. 10

Hiswani. 2004. Gambaran penyakit dan vektor malaria di Indonesia. Digitized by USU digital library. Husin, H. 2007. Analisis faktor risiko kejadian malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Profil kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kurniawan, J. 2008. Analisis faktor risiko lingkungan dan perilaku penduduk terhadap kejadian malaria di Kabupaten Asmat. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Kuswanto. 2005. Analisis faktor-faktor risiko kejadian malaria di Kecamatan Kemranjen Kabupaten Banyumas. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Millenium development goals. Jakarta: Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. Munawar, A. 2005. Faktor-faktor risiko kejadian malaria di Desa Sigeblog Wilayah Puskesmas Banjarmangu I Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Pamela, A, A. 2009. Hubungan kondisi fisik rumah dan lingkungan sekitar rumah dengan kejadian malaria di Desa Ketosari Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Rubianti, I. Wibowo, A, T. Solikhah. 2009. Faktor-faktor risiko malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima Nusa Tenggara Barat. Jurnal KESMAS ISSN : 1978-0575, Vol. 3, No. 3, September 2009: 162-232. Suharto. 2003. Hubungan faktor-faktor lingkungan dan perilaku kader kesehatan dalam pengelolaan lingkungan dengan kejadian malaria di daerah hci dan lci di Kecamatan Mayong Jepara. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. Suwadera, I, M. 2003. Beberapa faktor risiko lingkungan rumah tangga yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita (studi kasus kontrol di Puskesmas Kambaniru Kabupaten Sumba Timur tahun 2002). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. 11

Tabel Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Tabel 1.Distribusi kejadian malaria berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang tahun 2013 Karakteristik Kejadian Malaria Responden Kasus Kontrol Total Umur (Tahun) Jenis Kelamin n % n % N % 16-25 7 29,2 8 16,7 15 20,8 26-35 4 16,7 9 18,8 13 18,1 35-45 5 20,8 12 25,0 17 23,6 45-55 8 33,3 12 25,0 20 27,8 56-65 0 0 4 8,3 4 5,6 > 66 0 0 3 6,2 3 4,2 Laki-laki 18 75,0 36 75,0 54 75,0 Perempuan 6 25,0 12 25,0 18 25,0 Tingkat Pendidikan Pekerjaan SD 4 16,7 4 8,3 8 11,1 SMP 3 12,5 17 35,4 20 27,8 SMA 10 41,7 16 33,3 26 36,1 Sarjana 6 25,0 8 16,7 14 19,4 Tidak Sekolah 1 4,2 3 6,2 4 5,6 PNS 5 20,8 5 10,4 10 13,9 Pedagang 1 4,2 4 8,3 5 6,9 Petani 8 33,3 21 43,8 29 40,3 Tidak Bekerja 10 41,7 18 37,5 28 38,9 Total 24 100 48 100 72 100 Sumber : Data Primer, 2013 12

2. Analisis Bivariat Tabel 2. Analisis besar risiko kejadian malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Baraka Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekangtahun 2013 Kasus Kontrol Variabel OR CI 95% n % n % Tempat Perkembangbiakan a. Risiko tinggi b. Risiko rendah Suhu Udara a. Risiko Tinggi b. Risiko Rendah Adanya Ternak Besar a. Risiko Tinggi b. Risiko Rendah Adanya Tanaman a. Risiko Tinggi b. Risiko Rendah Kebiasaan Menggunakan Obat Nyamuk a. Risiko Tinggi b. Risiko Rendah Mobilitas Penduduk a. Risiko Tinggi b. Risiko Rendah Total Sumber : Data Primer, 2013 8 16 10 14 7 17 20 4 7 17 20 4 24 33,3 66,7 41,7 58,3 29,2 70,8 83,3 16,7 29,2 70,8 83,3 16,7 100 23 25 18 30 12 36 37 11 13 35 17 31 48 47,9 52,1 37,5 62,5 25,0 75,0 77,1 22,9 27,1 72,9 35,4 64,6 100 0,543 0,196 1,508 1,190 0,438 3,236 0,810 0,271 2,423 1,486 0,419 5,278 1,109 0,374 3,285 9,118 2,677 31,060 13