I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor, namun ada kekurangan dan kelebihan dari traktor sehingga tidak semua petani menggunakan traktor untuk membajak sawah dan lebih memilih ternak kerbau sebagai ternak pembajak sawah. Potensi yang dimiliki oleh ternak kerbau sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi, sumber daging, dan kulitnya dapat digunakan sebagai bahan baku industri. Ternak kerbau di Indonesia sebagian besar merupakan Kerbau Rawa (Swamp Buffalo) sebanyak 95% dan 5% adalah Kerbau Sungai (River Buffalo). Setiap tahunnya bahwa populasi dan mutu genetik kerbau di Indonesia semakin menurun, hal ini dikarenakan manajemen pemeliharaan ternak kerbau yang kurang layak. Data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Peternakan periode Tahun 2006-2008 populasi ternak kerbau di Indonesia menunjukkan terjadinya penurunan, hal ini dapat di lihat pada tabel. 1 Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Tahun Populasi Nasional (ekor) Populasi Jawa Barat (ekor) 2006 2.166.606 149.444 2007 2.085.779 149.030 2008 1.930.716 145.847 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008 Berdasarkan beberapa potensi yang dimiliki oleh ternak kerbau, maka diperlukan manajemen pemeliharaan yang baik agar menghasilkan
2 kualitas ternak yang baik. Salah satu parameter penting dalam menilai kualitas ternak adalah bobot badan. Secara umum ada dua macam teknik pengukuran bobot hidup seekor ternak, yaitu dengan penimbangan dan pendugaan. Metode penimbangan adalah cara yang akurat untuk menentukan bobot badan ternak, namun ada kendala dari mengetahui bobot badan ternak dengan cara penimbangan. Hal ini dikarenakan mahalnya harga timbangan ternak sehingga tidak semua peternak memiliki timbangan ternak, maka dari itu dilakukan cara lain dalam menentukan bobot badan ternak yaitu menggunakan metode pendugaan bobot badan. Lingkar dada memiliki korelasi yang tinggi dengan bobot badan, oleh karena itu untuk menduga bobot badan sering menggunakan ukuran lingkar dada. Pendugaan bobot badan dengan menggunakan ukuran lingkar dada dilakukan menggunakan pita rondo, pita rondo memiliki fungsi ganda yaitu alat untuk mengukur lingkar dada dan alat ukur bobot badan ternak. Bobot badan juga dapat diduga menggunakan persamaaan regresi, persamaan regresi yang digunakan yaitu regresi linear sederhana, dimana lingkar dada sebagai variabel bebas dan bobot badan sebagai variabel terikat. Namun informasi mengenai pendugaan bobot badan dengan menggunakan pita rondo dan persamaan regresi, belum tersedia di Kelompok Ternak Kerbau Sumber Karya, Desa Sumber Lor, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon. Kurangnya informasi tersebut menjadi dasar penelitian ini perlu dilakukan.
3 I.2 Identifikasi Masalah 1. Seberapa besar penyimpangan bobot badan kerbau yang diduga dengan menggunakan pita rondo terhadap bobot badan aktual. 2. Seberapa besar penyimpangan bobot badan kerbau yang diduga dengan menggunakan persamaan regresi terhadap bobot badan aktual. I.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui penyimpangan bobot badan kerbau yang diduga dengan menggunakan pita rondo. 2. Mengetahui penyimpangan bobot badan kerbau yang diduga dengan menggunakan persamaan regresi. I.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi mengenai ketepatan penggunaan pita rondo dan persamaan regresi dalam menduga bobot badan pada kerbau serta diharapkan memberikan informasi bagi peternak kerbau dan peneliti lainnya. 1.5 Kerangka Pemikiran Performa seekor ternak dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik sebagai kemampuan yang dimiliki oleh ternak terdiri dari genetik aditif, dominan, dan epistasis. Sedangkan faktor lingkungan sebagai kesempatan yang dimiliki oleh ternak, faktor lingkungan terdiri dari lingkungan permanen dan temporer, jadi performa individu ditentukan oleh kemampuan dan kesempatan yang ada (Hardjosubroto,1994).
4 Bobot badan adalah bagian dari sifat kuantitatif yang memiliki hubungan erat dengan komponen dan kondisi tubuh ternak. Seperti makhluk hidup lain, ternak mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan seekor ternak dimanifestasikan dengan berubahnya ukuranukuran tubuh diantaranya lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak. Ukuran tersebut memberikan petunjuk bobot badan ternak dengan ketelitian yang cukup baik (Williamson dan Payne,1987). Ukuran-ukuran permukaan tubuh hewan memiliki banyak kegunaan seperti menaksir bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang korelasi antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh pada ternak sapi dan domba yang paling baik untuk menduga bobot badan adalah lingkar dada, karena lingkar dada mempunyai korelasi dengan bobot badan. Lingkar dada lebih mengikuti pertambahan bobot badan selama hewan mengalami pertumbuhan. Pita rondo berasal dari negara Jerman, Pita rondo digunakan untuk menentukan bobot badan ternak sapi dan babi, Pita rondo sangat efisien karena selain sebagai pita ukur, pita rondo sekaligus dilengkapi dengan perkiraan bobot badan ternak dibalik angka pengukuran. Sehingga tidak perlu lagi mengukur panjang badan dan tinggi pundak. Pita ukur rondo dipercaya memiliki ketepatan tinggi dalam menduga bobot badan ternak dan cocok dipakai di lapangan (Fivet Animal Health,2011). Persamaan regresi atau persamaan perkiraan, dimana telah diketahui persamaan regresi yang baik untuk pendugaan bobot badan yang sebenarnya adalah persamaan regresi linear yang memiliki nilai determinasi
5 tertinggi dan standar eror terendah. Telah diketahui bobot badan aktual kerbau jantan dewasa sebagai variabel terikat (Y) dan ukuran lingkar dada kerbau jantan dewasa sebagai variabel bebas (X). Persamaan regresi sederhana yaitu hubungan antara dua variabel yang biasanya cukup tepat dinyatakan dalam suatu garis lurus. Setelah ditetapkan bahwa terdapat hubungan logis di antara variabel, maka untuk mendukung analisis lebih jauh, tahap selanjutnya menggunakan grafik. Grafik ini disebut diagram pencar atau diagram tebaran yang menunjukkan titik-titik tertentu. Setiap titik memperlihatkan suatu hasil yang kita nilai sebagai variabel terikat dan variabel bebas. Diagram pencar ini memiliki 2 manfaat yaitu membantu menunjukkan apakah terdapat hubungan yang bermanfaat antara dua variabel dan membantu menetapkan tipe persamaan yang menunjukkan hubungan antar kedua variabel tersebut (J.Supranto,2000). 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelompok Ternak Kerbau Sumber Karya, Desa Sumber Lor, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon pada bulan Desember 2011.