1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diajarkan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

Kelebihan model PBL menurut Pannen, Mustafa, Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Gejala umum yang terjadi pada peserta didik saat ini adalah malas berpikir

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orangorang

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

I. PENDAHULUAN. bermartabat, menjunjung tinggi harkat kemanusiaan dan menekankan. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

I. PENDAHULUAN. baik, namun langkah menuju perbaikan itu tidaklah mudah, banyak hal yang harus

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Tekhnologi sangat besar. Semua dapat dilihat dalam fenomena kehidupan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR BAGAN... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I. PENDAHULUAN. GBHN dan UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam UU No. 20/2003

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan tenaga-tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan rekayasa mengendalikan belajar (learning) guna

I. PENDAHULUAN. sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar yang aktif dan kondusif.

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seorang atau. kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianggap belum mampu bersaing dengan dunia luar. hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil kegiatan pembelajaran yang diharapkan adalah prestasi belajar yang tinggi. Setiap siswa pasti menginginkan prestasi belajar yang tinggi, hal ini tentu sejalan dengan harapan orang tua juga guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi yang memungkinan siswa dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun psikis. Salah satu aspek psikis yang penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah keterampilan berfikir. Karena keterampilan siswa dalam berfikir dapat menjadi penentu kemampuan siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Keterampilan ini akan menjadi kecakapan hidup (life skill) siswa kelak ketika sudah terjun dalam masyarakat, khususnya untuk dapat mengadaptasikan diri dalam persaingan dunia kerja. Pada proses pembelajaran perlu dikembangkan keterampilan berfikir kritis yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran sangat penting, karena perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh,

2 pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi siswa untuk menjadi seorang pemikir yang kritis sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan dimasa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Rajendran (dalam Muhfahroyin 2009:5) menyatakan kurangnya kemampuan siswa dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di sekolah ke masalah yang mereka temui dalam kehidupan sehari- hari. Siswa hanya mampu memberikan bukti tidak lebih dari pemahaman yang dangkal tentang konsep dan hubungan yang mendasar bagi mata pelajaran yang telah mereka pelajari. Menurut kajian ini, kebutuhan untuk membelajarkan kemampuan berfikir kritis sebagai bagian yang menyatu dengan pembelajaran di kelas merupakan hal yang sangat penting untuk dapat membekali siswa dengan kemampuan berfikir kritis. Sehingga siswa dapat memaknai fakta dan memproses informasi di era yang semakin berkembang ini. Berfikir kritis merupakan proses berfikir tingkat tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa baik proses maupun hasilnya. Mata pelajaran biologi khususnya materi sistem reproduksi pada manusia berkaitan dengan cara mempelajari permasalahan berdasarkan dengan fenomena kehidupan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Serta berhubungan dengan penerapannya untuk membangun teknologi guna mengatasi permasalahan dalam kehidupan masyarakat, sehingga pembelajaran biologi diharapkan bukan hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang muncul dalam kehidupan sehar - hari serta

3 membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga siswa dituntut untuk dapat berpikir kritis dan kreatif. Budimansyah (dalam Muhfahroyin 2009:2) Pada kenyataanya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung pada tanggal 24 februari 2010, terlihat bahwa tingkat pencapaian prestasi siswa SMA YP Unila Bandar Lampung khususnya siswa kelas XI IPA pada mata pelajaran biologi masih kurang. Pada materi sistem reproduksi pada manusia, hasil ujian semester genap tahun pelajaran 2008/2009, diperoleh hasil sebanyak 40,8% siswa mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Kelulusan Minimum) yaitu 65. Data yang diperoleh berasal dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, tetapi untuk kemampuan berfikir kritis guru belum menerapkanya dalam proses pembelajaran di kelas. Setelah mengadakan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi yang mengajar siswa kelas XI IPA SMA YP Unila, kondisi ini terjadi karena guru belum mengetahui bagaimana melatihkan kemampuan berfikir kritis dalam proses pembelajaran. Guru juga belum dapat membuat instrumen yang tepat untuk mengukur kemampuan berfikir kritis siswa. Model pembelajaran konvensional yang digunakan selama ini kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa, karena siswa cenderung hanya menerima materi dari guru, dan tidak mendapatkan kesempatan untuk belajar mandiri, sehingga mengakibatkan siswa cepat lupa terhadap materi yang telah disampaikan.

4 Proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan guru untuk membelajarkan materi pokok sistem reproduksi pada manusia adalah menerapkan model konvensional, yaitu guru memberikan LKS kepada siswa untuk didiskusikan, memberikan penjelasan melalui media power point, tanya jawab, dan ditutup dengan pemberian tugas atau latihan. Kondisi pembelajaran dengan model konvensional ini, menurut Hasnunidah ( 2009:1) tidak memberdayakan siswa untuk mau berfikir dan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungannya, sehingga kurang mampu membangun kemampuan berfikir kritis, pemahaman, dan pengetahuan siswa terhadap dunia di sekitarnya (learning to how dan learning to know). Sementara berdasarkan pedoman UU RI nomor 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengatasi kendala ini, maka perlu dicari inovasi pembelajaran yang cocok untuk merealisasikan tujuan pendidikan berdasarkan UU tersebut. Salah satunya dengan menggunakan model Problem based learning. Model Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran berlandaskan pada paradigma konstruktivisme yang berfokus pada penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa, lalu siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi

5 berdasarkan teori, konsep, dan prinsip yang dipelajarinya dari berbagai ilmu (Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahayu, (dalam Muhfahroyin 2009:9). Dalam model Problem Based Learning, siswa tidak hanya sekedar diajarkan informasi bidang ilmu atau materi tertentu, tetapi siswa dibantu untuk mampu belajar dalam bidang ilmunya secara mandiri. Menurut Duffy dan Cunningham (dalam Muhfahroyin 2009:9) keterkaitan antara kemampuan dengan bidang ilmu itulah yang menjadi ciri belajar: kemampuan untuk berpikir secara kritis dalam bidang ilmunya, kemampuan untuk berkolaborasi, berdiskusi, dan berargumentasi dengan teman tentang isu dalam bidang ilmunya, serta kemampuan untuk mencari informasi dan melakukan diagnosis terhadap isu tersebut. Kelebihan model Problem Based Learning menurut Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahayu (2005:65) yaitu: fokus pada kebermaknaan, meningkatkan kemampuan siswa untuk berinisiatif, pengembangan keterampilan dan pengetahuan, pengembangan sikap, dan jenjang pencapaian pembelajaran dapat ditingkatkan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Aini (2005:35) bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2004/2005 dengan menggunakan model Problem Based Learning lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diberikan menggunakan model ekspositori. Selain itu penelitian oleh Marpaung (2005:108 ) menemukan bahwa siswa memberikan respon positif sebesar 80,52% terhadap penggunaan Lembar Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah (LKPBM) sebagai assesment alternatif untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan hasil belajar biologi siswa.

6 Berdasarkan uraian di atas dipandang perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia di SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/ 2010. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi pokok sistem reproduksi pada manusia?. 2. Manakah yang lebih tinggi rata - rata kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia antara siswa menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang menggunakan model konvensional?. A. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi pokok sistem reproduksi pada manusia. 2. Mengetahui perbedaan rata - rata kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia antara siswa yang menggunakan model Problem Based Learning dengan siswa yang menggunakan model konvensional.

7 B. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Bagi guru biologi sebagai, (a) bahan informasi tentang efektivitas model Problem Based Learning, (b) alternatif model pembelajaran biologi, (c) bahan informasi tentang pentingnya berfikir kritis dalam pembelajaran dan membantu dalam menuyusun instrumen untuk mengukur kemampuan berfikir kritis siswa. 2. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses dan hasil belajar dalam mata pelajaran biologi 3. Bagi siswa, dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam belajar dan dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa 4. Bagi peneliti : (a) penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman untuk menjadi calon guru, (b) memberikan wawasan kepada peneliti sebagai landasan teoritis mengembangkan model Problem Based Learning, (c) Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan dunia pendidikan. 5. Dapat menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa yang tertarik ingin meneliti tentang topik penelitian yang sama. C. Ruang Lingkup Penelitian Untuk menghindari salah penafsiran terhadap penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berfokus pada penyajian permasalahan (nyata atau simulasi) pada siswa.

8 2. Kemampuan berfikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan dikerjakan dan diyakini, Ennis dalam Marpaung (2005: 30). 3. Indikator kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berfikir Kritis No Kemampuan Berfikir Kritis Indikator 1 Merumuskan masalah Memformulasikan dalam bentuk pertanyaan yang memberikan arah untuk memperoleh jawaban. 2 Memberikan argumen Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh. 3 Melakukan deduksi Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan. 4 Melakukan induksi Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik. 5 Melakukan evaluasi Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif. 6 Memutuskan dan melaksanakan Memilih kemungkinan solusi dan menetukan kemungkinan kemungkinan yang akan dilaksanakan. Adaptasi dari: Enis(dalam Marpaung 2005:30) 4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA Yayasan Pembina Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. 5. Materi pokok pada penelitian adalah sistem reproduksi pada manusia. D. Kerangka Pikir

9 Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan. Oleh karena itu, penerapan model Problem Based Learning yang tepat akan mempengaruhi cara berfikir siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif, artinya siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran. Upaya perbaikan mutu pendidikan menuntut pendidik untuk mengembangkan pola belajar yang menekankan agar siswa merasa mengalami dan melakukan sesuatu melalui cara berfikir kritis dalam mendapatkan bahan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak cenderung bersifat verbalistik. Dengan pola belajar seperti ini diharapkan kemampuan berfikir kritis siswa dapat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan pembelajaran agar dapat mengungkapkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning. Model Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berbasis paradigma konstruktivisme, berfokus pada siswa dan berorientasi pada proses belajar siswa. Oleh karena itu, orientasi masalah yang dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok maupun individual yang berfokus pada penyajian masalah, merupakan ciri utama model Problem Based Learning. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar, sementara guru menjadi fasilitator dan pembimbing. Untuk dapat memecahkan masalah, siswa mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri, sehingga proses belajar individu terjadi secara langsung.

10 Dalam penelitian ini akan digunakan model Problem Based Learning untuk mengetahui kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia. Materi pokok sistem reproduksi pada manusia mencakup struktur dan fungsi organ reproduksi, pembentukan sel kelamin, ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, kelahiran, alat kontrasepsi, dan kelainan atau penyakit pada sistem reproduksi. Dengan menggunakan model Problem Based Learning diharapkan kemampuan berfikir kritis siswa dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh model Problem Based Learning dan pengaruh model konvensional, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan berfikir kritis siswa. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada bagan di bawah ini. X1 X2 Y Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan : X1 : Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning X2 : Pembelajaran menggunakan model konvensional Y : Kemampuan berfikir kritis siswa E. Hipotesis Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah :

11 model Problem Based Learning terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi pokok sistem reproduksi pada manusia Hipotesis statistik adalah sebagai berikut : 1. HO = Model Problem Based Learning tidak berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi poko sistem reproduksi pada manusia. H1 = Model Problem Based Learning berpengaruh terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada materi pokok sistem reproduksi pada manusia. 2. Ho = Rata - rata kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia yang menggunakan model Problem Based Learning sama dengan siswa yang menggunakan model konvensional (µ1 = µ2). H1 = Rata - rata kemampuan berfikir kritis siswa pada materi sistem reproduksi pada manusia yang menggunakan model Problem Based Learning lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model konvensional (µ1 > µ2).