Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

KUESIONER RESPONDEN PEMILIK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PROSPEK PEMASARAN BUDIDAYA GAHARU PENGENALAN TEMPAT PETUGAS PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Paket KUANTITATIF PERTUMBUHAN

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Lampiran 1 KUESIONER RESPONDEN/PETANI HUTAN RAKYAT

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 31

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

ASPEK GROWTH AND YIELD

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

V HASIL DAN PEMBAHASAN

MK. Biometrika Hutan Hari, tanggal : 16 Desember 2013 Kelas : Kamis ( ) Kelompok : 11

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

ASPEK SOSIAL EKONOMI JENIS: SUNGKAI

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA POHON PENGGANTI SONOR

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PROGRAM SIMULASI PERENCANAAN USAHA PADA KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

IV. METODE PENELITIAN

Program Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Koordinator

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

Laporan Kegiatan Tahun Buku II BPK Palembang 126

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR PUSTAKA. Aksi Agraris Kanisius Bercocok Tanam Lada. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

Paket analisis social, ekonomi, financial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman pola agroforestry

ANALISIS FINANSIAL KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Tulang Bawang. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

Pemberdayaan Gapoktan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL

ANALISIS FINANSIAL KEMIRI RAKYAT DALAM SISTEM AGROFORESTRY (STUDI KASUS: DESA PERBESI KECAMATAN TIGABINANGA KABUPATEN KARO)

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

SKRIPSI OLEH : WHENDRO ASES SIAHAAN SEP / AGRIBISNIS

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Petani PENDAHULUAN umumnya lebih memusatkan pada Hutan rakyat merupakan hutan yang pendapatan atau faktor ekonominya

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 69

Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil Sub Judul Kegiatan : Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis Bambang Lanang Pelaksana Kegiatan : Sri Lestari,S.Hut, MA.,MSE Effendy AW,S.Hut,MA.,MEcDev Bambang Tejo Premono, S. Hut, M. Si ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis finansial pengusahaan kayu pertukangan jenis bambang lanang di Provinsi Sumatera Selatan. Tiga Kabupaten yang menjadi fokus kegiatan penelitian adalah Kabupaten Lahat, Kabupaten Empat Lawang dan Kota Pagar Alam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan focus group discussion (fgd) melalui kegiatan lokakarya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemetaan peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, baik oleh masyarakat maupun industri perkayuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peluang dan potensi pengembangan kayu bambang lanang dengan pola monokultur masih cukup besar di Sumatera Selatan. Terutama bagi masyarakat yang tidak menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap lahan. Disamping itu, masih cukup tingginya permintaan pasar akan kayu bambang lanang, sementara ketersediaanya di masyarakat semakin terbatas menyebabkan harga kayu bambang lanang juga semakin naik. Sehingga hal ini akan menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk tetap membudidayakan kayu bambang lanang. Akan tetapi pada saat ini dukungan pemerintah terkait tata usaha kayu dan budidaya kayu bambang lanang dinilai masih kurang, sehingga ke depannya diharapkan ada kegiatan sosialisasi dan penyuluhan terkait hal ini. Pengusahaan kayu bambang lanang pola monokultur dinilai mampu memberikan keuntungan finansial yang signifikan berdasarkan tingkat suku bunga % (daur 10 dan 12 tahun) dan 12% (daur 10 tahun), dimana nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0), nilai BCR lebih dari satu (BCR > 1), dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku (IRR > % atau 12%). Kata kunci: bambang lanang, potensi dan peluang, dan analisis finansial A. Latar Belakang Penyebaran bambang lanang di wilayah Sumatera Selatan banyak dilakukan petani dengan pola agroforestri. Pola agroforestri sangat diminati oleh masyarakat karena selain dapat memberikan hasil (pendapatan) dalam jangka panjang dari jenis tanaman kayu, mereka juga dapat memperoleh hasil untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari jenis tanaman perkebunan/pertanian. Selain Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 70

pola agroforestri, juga terdapat masyarakat yang mengembangkan tanaman bambang lanang dengan pola monokultur. Akan tetapi, belum banyak tersedia informasi tentang analisis kelayakan usaha pengembangan jenis bambang lanang dengan pola monokultur ini. Informasi ilmiah tentang analisis finansial pembangunan hutan tanaman bambang lanang pola monokultur diharapkan dapat menjadi salah satu insentif bagi perkembangan hutan tanaman bambang lanang pola monokultur di wilayah Sumatera Selatan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis finansial pembangunan hutan tanaman jenis bambang lanang yang dikembangkan dengan pola monokultur. B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur serta penggunaannya untuk memenuhi pasokan bahan baku bagi industri perkayuan setempat. Lebih lanjut, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan analisis finansial pembangunan hutan tanaman penghasil kayu jenis bambang lanang pola monokultur. Sasaran yang akan dicapai dari penelitian ini adalah tersedianya data dan informasi mengenai peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, serta analisis finansial pembangunan hutan tanaman kayu jenis tersebut untuk skala industri. C. Metode Penelitian Metode survei dan focus group discussion (fgd) melalui kegiatan lokakarya digunakan dalam penelitian sehingga pada akhirnya dapat dilakukan pemetaan peluang dan potensi pengembangan bambang lanang pola monokultur, baik oleh masyarakat maupun industri perkayuan. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk mendukung tujuan penelitian. Data primer dikumpulkan melalui wawancara kepada responden dan pengamatan langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik tabulasi, deskriptif, serta analisis finansial dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). D. Hasil yang Dicapai Tanaman bambang lanang di wilayah Sumatera Selatan banyak berkembang di Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, dan Kota Pagar Alam. Masyarakat yang mengembangkan tanaman bambang lanang dengan pola monokultur adalah mereka yang memiliki lahan cukup luas dan tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka terhadap lahan tersebut. Apabila dilihat dari peluang pasar, kebutuhan dan permintaan akan kayu bambang lanang sangat tinggi, akan tetapi ketersediaannya di masyarakat semakin terbatas dan harganya pun semakin tinggi. Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 71

Tingginya animo masyarakat untuk mengembangkan kayu bambang menjadi salah satu faktor pendukung pengembangan kayu bambang lanang di tiga kabupaten yang menjadi fokus kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil dari kegiatan fgd yang dilakukan dengan masyarakat petani, pelaku pasar kayu, pemilik industri kayu dan pemilik industri furniture diketahui bahwa selama ini dukungan pemerintah terhadap upaya pengembangan kayu bambang lanang masih kurang. Belum adanya sosialisasi tentang tata usaha kayu (pengurusan perijinan kayu) kepada masyarakat menyebabkan sering terjadinya praktik pungutan liar terhadap masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pemasaran kayu bambang lanang. Lebih lanjut, belum adanya penyuluhan kepada masyarakat tentang cara budidaya tanaman bambang lanang yang memenuhi kaidah sistem silvikultur intensif disinyalir sebagai salah satu penyebab rendahnya tingkat produksi kayu di masyarakat. Karena di beberapa lokasi masih ditemui petani kayu yang menanam kayu bambang lanang dengan jarak tanam sangat rapat, sehingga pertumbuhan kayu menjadi sangat lambat. Berdasarkan beberapa hal tersebut di atas, perlu dilakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat terkait upaya pengembangan dan pemasaran kayu bambang lanang. Sehingga motivasi masyarakat untuk mengembangkan kayu jenis bambang lanang semakin tinggi. Tabel 1. Komponen dalam analisis finansial Komponen yang menjadi dasar dalam analisis finansial (per ha) Kebutuhan (Rupiah) Komponen dalam analisis finansial Kebutuhan (Rupiah) Harga lahan 70.000.000 Pemeliharaan 2 1.320.000 Harga kayu per m 3 2.000.000 Pemeliharaan 3 1.000.000 Persiapan lahan Bibit bambang lanang Penanaman 2.700.000 278.000 720.000 Pemeliharaan lanjutan 1 Pemeliharaan lanjutan 2 360.000 180.000 450.000 Pemeliharaan 1 1.500.000 Pemanenan per m 3 Analisis finansial kayu bambang lanang dibuat untuk beberapa umur (daur) karena keputusan untuk menebang dari masing-masing pemilik tidak sama. Empat kelompok umur yang digunakan adalah 8, 10, 12, dan 15 tahun. Keempat kelompok umur tersebut dipilih berdasarkan preferensi sebagian besar petani di lokasi penelitian. Estimasi produksi fisik ditentukan berdasarkan rumus volume kayu bambang lanang per hektar yang merupakan hasil penelitian dari Tim Growth and Yield Balai Penelitian Kehutanan Palembang (V=257.63/(1+35.71*exp(-0.412A)). Dari hasil analisis ditemukan produksi fisik Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 72

per ha adalah: (1) daur 8 tahun, 9,08 m 3 /ha, (2) daur 10 tahun, 168,27 m 3 /ha, (3) daur 12 tahun, 205,37 m 3 /ha, dan (4) daur 15 tahun, 239,89 m 3 /ha. Jumlah pohon per hektar yang menjadi dasar analisis adalah 278 pohon, dimana jarak tanam yang dipakai adalah 6x6 m. Tabel 1 menunjukkan komponen biaya dan manfaat yang menjadi dasar dalam analisis finansial per hektar. Sedangkan Tabel 2 menunjukkan hasil penghitungan analisis finansial kayu bambang lanang berdasarkan tiga kriteria ekonomi, yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Internal Rate of Return (IRR). Tabel 2. Analisis finansial kayu bambang lanang (Nilai NPV, BCR, IRR pembangunan tanaman bambang lanang pola monokultur) Daur Tingkat suku bunga % Tingkat suku bunga 12% (Tahun) NPV (Rp/ha/daur) BCR IRR (%) NPV (Rp/ha/daur) BCR IRR (%) 8-234.4 0,998-5.444.219 0,946 10 12.188.945 1,5 13 4.646.045 1,045 13 12.857.166 1,2 12 2.901.355 1,028 12 15-799.556 0,992-10.276.378 0,895 Berdasarkan hasil analisis finansial di atas dapat diketahui bahwa pengusahaan kayu bambang lanang dengan pola monokultur layak untuk dikembangkan, yaitu pada tingkat suku bunga %, daur 10 dan 12 tahun dinilai cukup menguntungkan, dan pada tingkat suku bunga 12%, daur tanaman 10 tahun masih menguntungkan. E. Kesimpulan Peluang dan potensi pengembangan kayu bambang lanang dengan pola monokultur masih cukup besar di Sumatera Selatan, terutama bagi masyarakat yang tidak menggantungkan kehidupan sehari-harinya terhadap lahan. Hal ini didukung dengan masih cukup tingginya permintaan pasar akan kayu bambang lanang, sementara ketersediaanya di masyarakat semakin terbatas. Pengusahaan kayu bambang lanang pola monokultur dinilai mampu memberikan keuntungan finansial yang signifikan berdasarkan tingkat suku bunga % (daur 10 dan 12 tahun) dan 12% (daur 10 tahun), dimana nilai NPV lebih dari nol (NPV > 0), nilai BCR lebih dari satu (BCR > 1), dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga berlaku (IRR > % atau 12%). Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 73

Foto Kegiatan. Penanaman bambang lanang dengan pola monokultur Salah satu depot kayu yang menerima hasil tebangan kayu bambang lanang dari masyarakat Salah satu industri furniture yang menggunakan bahan baku dari kayu bambang lanang Kegiatan focus group discussion yang dilakukan dengan masyarakat penanam kayu bambang lanang, pelaku industri, dan instansi pemerintah terkait Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 74

Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Laporan Hasil Penelitian Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil kayu Koordinator RPI : Prof.Dr. Ir. Nina Mindawati, MS. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman Penghasil Sub Judul Kegiatan : Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis Bawang Pelaksana Kegiatan : Bambang Tejo Premono, S. Hut, M. Si Sri Lestari,S.Hut, MA.,MSE ABSTRAK bawang merupakan tanaman jenis unggulan lokal Propinsi Bengkulu yang banyak dikembangkan di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah yang merupakan wilayah alami sebarannya. bawang ditanam oleh masyarakat secara campuran dengan pengusahaan dan pengelolaan yang masih bersifat tradisional. Informasi mengenai pola-pola pengusahaan kayu bawang dan analisis ekonomi serta finansial pengusahaan kayu Bawang pada lahan milik masih belum tersedia. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja pada daerah yang memenuhi persyaratan penelitian. Hasil penelitian di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk menggambarkan sosial demografi masyarakat dan analisis kuantitatif untuk menghitung kelayakan analisis usaha tani rakyat. Hasil penelitian menunjukkan pola campuran kayu bawang yang diterapkan oleh masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah pada umumnya merupakan campuran dengan tanaman tahunan karet alam, coklat dan karet unggul. Hasil analisis finansial pola campuran kayu bawang menunjukkan indikator layak baik pada suku bunga % dan 13%. A. LATAR BELAKANG Pembangunan hutan tanaman penghasil kayu dengan model hutan rakyat, hutan tanaman rakyat dan hutan tanaman industri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kayu yang makin meningkat setiap tahunnya. Salah satu jenis kayu alternatif yang memiliki potensi untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan kayu adalah Bawang (Dysoxilum mollissimum). Bawang memiliki daur menengah (10-15 tahun). sehingga sangat cocok untuk memenuhi kekurangan kebutuhan kayu. Bawang juga memiliki kualitas kayu baik, yang dipergunakan untuk kayu pertukangan (wood working). Bawang banyak dikembangkan di Propinsi Bengkulu terutama Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah karena merupakan sebaran alami kayu bawang. Penanaman kayu bawang pada lahan milik di masyarakat umumnya dilakukan dengan pola campuran (agroforestri) de ngan Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 75

tanaman tahunan karet, sawit dan kopi dan hanya sebagian kecil secara monokultur. Sejatinya penanaman dengan pola campuran disamping untuk meningkatkan produktifitas lahan dan juga untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian dari usaha tani yang dilakukan masyarakat. Pengusahaan dan pengelolaan kayu bawang masih dilakukan secara tadisional artinya tidak dilakukan pemeliharaan secara intensif seperti pemupukan, pemangkasan, penjarangan dan pemberantasan gulma. Oleh karena itu hasil yang didapatkan kurang optimal. Faktanya masyarakat masih mengusahakan lahan miliknya dengan model pengelolaan yang ada. Informasi mengenai prediksi keuntungan yang akan diperoleh di masa mendatang akan menjadi daya tarik untuk pengusahaan kayu pada lahan milik di daerah lain. Informasi mengenai pola-pola pengusahaan kayu bawang dan analisis ekonomi dan finansial pengusahaan kayu Bawang pada lahan milik belum tersedia. Lahan Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola-pola pengusahaan lahan milik dengan kayu Bawang dan analisis ekonomi dan finansialnya. B. TUJUAN DAN SASARAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat pola campuran kayu bawang dan menganalisis finansial pola-pola pengusahaan kayu bawang yang ada. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah data dan informasi finansial polapola pengusahaan kayu bawang yang ada. C. METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di dua Kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2012. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu Kabupaten dimana masyarakatnya banyak mengembangkan agroforestri kayu bawang. 2. Pengumpulan Data Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, luas lahan, kepemilikan kayu bawang, pengelolaan lahan, harga lahan, harga komoditi, harga kayu bawang, upah tenaga kerja dan lain-lain. Sedangkan data sekunder meliputi monografi desa, luas hutan rakyat dan data lain yang mendukung. Penentuan sampel data menggunakan purposive sampling. Jumlah sampel data yang diperoleh sebanyak 102 rumah tangga. 3. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis sosial demografi masyarakat dilakukan secara deskriptif kualitatif, sedangkan analisis ekonomi dilakukan dengan menggunakan analisis Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 76

finansial untuk mengetahui NPV, IRR dan BCR. Analisis finansial tersebut untuk mengetahui kelayakan dari sistem usaha tani hutan rakyat yang diusahakan petani. Rumus yang digunakan untuk menghitung NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan BCR (Benefit Cost Ratio). Pengusahaan kayu bawang pola campuran dikatakan layak secara finansial apabila nilai NPV>0, BCR>1 dan IRR>i. D. HASIL YANG DICAPAI bawang (Dysoxilum mollissimum) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan penghasil kayu yang banyak dikembangkan pada lahan milik masyarakat di wilayah Propinsi Bengkulu. Bagi masyarakat, secara budaya kayu bawang merupakan tanaman penciri pada lahan milik terutama pada suku Rejang dan suku Lembak. Penanamannya dilakukan dengan pola campuran dengan tanaman tahunan lainnya seperti karet, coklat, sawit dan kopi. Komoditi yang menjadi pilihan utama masyarakat pada saat ini adalah karet dan coklat dikarenakan harga dan sistem panennya yang stabil. Dalam berusaha tani, pengelolaan lahan milik dengan pola campuran tidak dilakukan secara intensif. Masyarakat sebenarnya telah menerapkan efisiensi usaha tani artinya dalam berusaha tani sedikit sekali memasukkan input seperti pupuk, pestisida, herbisida, penjarangan dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola-pola campuran kayu bawang dengan tanaman tahunan dapat dikatakan layak secara finansial dengan nilai NPV postif, BCR>1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku (i). Pendapatan masyarakat termasuk pendapatan dari hasil tanaman tahunan dan hasil kayu pada akhir daur. Harga kayu bawang dalam bentuk pohon berdiri (tegakan) di masyarakat sekitar Rp. 1.600.000,-. Dengan asumsi umur panen 15 tahun akan didapatkan hasil kayu sekitar sekitar 0,83 m 3. Tabel 1. Tabel analisis finansial pola campuran kayu bawang Pola Campuran Bawang Suku Bunga (%) Nilai Nomimal (x 1000) Nilai Terdiskonto NPV (Rp) Total Total Profit Total Total Biaya Pendapatan (Rp/Ha) Biaya Pendapatan (Rp/Ha) (Rp/Ha) (Rp/Ha) (Rp/Ha) BCR IRR (%) Pendapatan Pertahun (Rp/Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 bawang dan coklat Bawang dan karet unggul bawang dan karet alam 13 66.070,- 212. 680,- 146.610,- 4.863,29 15.654,97 12.429,57 3,22 17 8.507,20 84.970,- 485.520,- 400.550,- 6.254,48 35.738,20 34.926,32 5,71 23 19.420,80 64.720,- 485.520,- 357.440,- 3.048,44 19.884,56 20.214,77 6,66 22 16.886,40 Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 77

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 bawang dan coklat Bawang dan karet unggul 13 13 70.660,- 253.000,- 182.340,- 3.328,22.916,79 9.864,15 3,63 13 10.120.,00 84.970,- 485.520,- 400.550,- 4.002,25 22.860,94 23.105,36 5,75 23 19.420,80 V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Pola campuran kayu bawang yang diterapkan oleh masyarakat di Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Tengah pada umumnya dengan tanaman tahunan karet alam, coklat dan karet unggul. 2. Hasil analisis finansial pola campuran kayu bawang menunnjukkan indikator layak baik pada suku bunga % dan 13%. Foto Kegiatan. Pola campuran bawang dengan coklat Pola campuran bawang dengan karet bawang yang akan di olah dengan mesin circle Salah satu produk kayu bawang olahan Paket Analisis Sosial, Ekonomi dan Finansial Pembanguanan Hutan Tanaman Penghasil Page 78