BAB III ANALISIS. Gambar 11 Peta tata guna wilayah (Sumber : Rencana RTRW Tahun 2013)

dokumen-dokumen yang mirip
Bab III. Analisis. Aktivitas yang Dilakukan Ruang 1. Pengunjung. duduk & membaca. mengambil kembali tas & jaket. membeli. makan

BAB 2 DATA AWAL PROYEK

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

PERPUSTAKAAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V HASIL RANCANGAN

Bab III. Judul Proyek : Perpustakaan Learning Society. Bandung. Jenis Proyek : Proyek Perancangan Fasilitas Rekreasi. Lokasi : Jl. Dr.

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

RENCANA TAPAK. Gambar 5.1 Rencana tapak

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN


[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

STUDIO PERANCANGAN TUGAS AKHIR. 4.1 Analisis Kegiatan Dalam Ruang Pamer. MAIN ENTRANCE GEDUNG/HALL Kegiatan: membeli tiket mencari informasi.

/ N/1 \ BAB 3. TEKNIS FUNGSIONAL

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN

Pasar Seni Parangtritis Dengan Pendekatan Fungsi Ruang dan Hemat Energi untuk Mencapai Kenyamanan Termal Melalui Pendinginan Pasif

BAB IV GAMBARAN UMUM UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan sejumlah perangkat personalia, gedung, koleksi, serta anggarannya

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

mereka dalam masyarakat. Anak-anak juga dapat mendorong orang tua dan orang dewasa lainnya untuk memanfaatkannya.nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Kegiatan Kegiatan Utama

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

GEDUNG PAMER DAN LAYANAN PURNA JUAL

PASAR MODERN DI BEKASI TA-115

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

BAB III ELABORASI TEMA

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

Pengembangan RS Harum

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB.I PENDAHULUAN. karena semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dibidang industri baik dari

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara Penataan Ruang Perpustakaan Dengan Minat Belajar Siswa Di Perpustakaan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS. semua aktifitas dari pengguna Wisata Bahari ini. Dengan demikian sangat

Transkripsi:

BAB III ANALISIS 3.1 ANALISIS TAPAK 3.1.1 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Bagian barat Jalan R.E. Martadinata, Bandung, telah dikenal begitu luas sebagai salah satu daerah tujuan wisata belanja yang terkenal akan factory outlet. Hal ini semakin tampak ketika akhir minggu dan libur-libur panjang, daerah ini akan dipenuhi oleh para pendatang. Dengan kondisi tersebut, diharapkan perletakan perpustakaan kota di jalan tersebut dapat menjadi tempat persinggahan edukatif yang menarik. Sehingga, dalam jangka waktu panjang, perpustakaan dapat berkembang kedudukannya menjadi daerah tujuan berkegiatan masyarakat Kota Bandung. Selain itu, lahan perancangan juga berada dalam wilayah pengembangan yang diperuntukkan untuk pendidikan. Sehingga, diharapkan fasilitas umum pendidikan informal ini dapat menjadi alternatif tempat berkegiatan masyarakat di Kota Bandung. Gambar 11 Peta tata guna wilayah (Sumber : Rencana RTRW Tahun 2013) 26

3.1.2 Lokasi Perancangan Lokasi perancangan perpustakaan Kota Bandung ini berada di kawasan Bandung Utara. Kawasan ini berada dekat dengan kawasan pusat kota. Lokasi ini dipilih, sebagai usaha untuk memenuhi persyaratan bahwa perpustakaan sebaiknya berada pada lokasi yang atraktif dan dianjurkan berada di daerah sekitar pusat kegiatan komunitas kota. (Thompson, 1980) Bandung terletak di antara 107 34 BT dan 6 57 LS dengan ketinggian antara 675 hingga 1050 meter di atas permukaan air laut. Tapak sendiri terletak di yang memiliki topografi relatif datar. Kawasan memiliki daya jual tanah yang relatif tinggi. Hal tersebut dipengaruhi karena sudah dikenalnya kawasan tersebut oleh masyarakat dalam maupun luar Kota Bandung sebagai tempat wisata berbelanja. Sehingga, menjadi pertimbangan tersendiri untuk memaksimalkan penggunaan lahan tersebut baik secara horizontal maupun vertikal tanpa melanggar peraturan kota yang sudah ditetapkan. PUSAT KOTA KAWASAN PERANCANGAN Gambar 12 Lokasi Perancangan (Sumber: RTRW Kota Bandung Tahun 2013) 27

Gambar 13 Kondisi eksisting lahan Gambar 14 Kondisi eksisting lahan Gambar 15 Kondisi eksisting lahan Gambar 16 Batas selatan lahan Gambar 17 Batas timur lahan Gambar 18 Batas barat lahan 28

Gambar 19 Batas selatan lahan Gambar 20 Kondisi jalan selatan lahan Gambar 21 Jalan pertigaan selatan lahan Gambar 22 Jalan R.E. Martadinata 3.1.3 Analisis Fungsi di Sekitar Lahan Fungsi bangunan di sekitar lahan perancangan sangat beragam. Hal ini mengakibatkan area tersebut juga menjadi kawasan yang dinamis aktivitasnya. Di sekitar area perancangan terdapat beberapa lembaga pendidikan formal maupun informal, rumah sakit, hunian, dan banyak sekali sektor jasa. Tapak berupa lahan yang sudah berisi bangunan dengan fungsi jasa perdagangan dan pom bensin yang diasumsikan dibeli oleh pemilik proyek untuk kemudian dipugar dan dibangun kembali menjadi perpustakaan kota. 29

Keterangan Gambar: Pendidikan Jasa Komersial Hunian Gambar 1 Lokasi Lahan Perancangan (Sumber : Google Earth) Meskipun daerah ini dikenal sebagai wisata belanja, pada kawasan ini banyak terdapat fasilitas pendidikan baik formal dari mulai tingkat taman kanakkanak hingga sekolah tinggi, juga terdapat banyak fasilitas pendidikan nonformal seperti les musik dan les bahasa. Fungsi-fungsi pendidikan tersebut juga menjadi pertimbangan perancang dalam memilih lokasi perpustakaan kota. 3.2 ANALISIS KEGIATAN/ FUNGSIONAL Analisis kegiatan dilakukan berdasarkan hasil analisis pengguna bangunan perpustakaan remaja dan aktifitas yang dilakukan oleh pengguna tersebut yang dapat dijabarkan seperti berikut: 1. Pengunjung Perrpustakaan Kegiatan administrasi Kegiatan yang dilakukan sebelum orang dapat mengakses ke perpustakaan seperti menitipkan barang, mendaftarkan diri menjadi anggota, dan peminjaman serta pengembalian pinjaman 30

Kegiatan mencari koleksi dan penyerapan informasi Kegiatan ini adalah kegiatan yang mayoritas dilakukan di dalam perpustakan. Kegiatan pencarian koleksi dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan katalog dan dapat dilakukan secara elektrik dengan menggunakan fasilitas komputer yang disediakan perpustakaan. Untuk kegiatan penyerapan informasi, hal yang paling umum dilakukan adalah membaca, tetapi proses penyerapan informasi juga dapat dilakukan secara audio, dan visual, juga melalui komputer dengan memanfaatkan fasilitas internet yang dikelola swadaya. Kegiatan berdiskusi Kegiatan dimana pengunjung saling bertukar pandangan, informasi dan ilmu pengetahuan antar pengunjung perpustakaan Kegiatan sastra Kegiatan yang dilakukan oleh para pecinta sastra mulai dari penyelenggaraan bedah buku, seminar, pelatihan, dan kegitan berkala perkumpulan remaja pecinta sastra. Kegiatan rekreatif Kegiatan yang berfungsi untuk menarik minat pengunjung serta memberikan hiburan, suasana, dan pengalaman baru bagi para pengunjung 2. Pengelola dan pegawai perpustakaan Kegiatan yang dilakukan oleh pengelola dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kegiatan intern dan ekstern. Kegiatan intern antara lain adalah perawatan dan manajemen koleksi, perawatan piranti elektronik dan audio visual, perawatan gedung, dan administrasi Sementara kegiatan ekstern terdiri dari kegiatan-kegiatan seperti mengadakan perpustakaan keliling untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya serta penyuluhan-penyuluhan bidang kepustakaan, seminar, dan bedah buku yang dapat dilakukan berdasarkan program kegiatan perpustakaan dan atau kerjasamanya dengan pihak luar. 31

3. Pengelola atau karyawan bagian komersial Kegiatan yang dilakukan oleh karyawan bidang komersial adalah bongkar muat barang baik berupa makanan dan minuman untuk kafetaria serta bongkar muat buku untuk toko buku. Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari dari senin hingga minggu dari pukul 08.00 hingga pukul 21.00, kecuali hari libur besar nasional Berdasarkan hasil studi banding dan studi literatur, karakteristik kegiatan dan kebutuhan ruang di dalamnya, maka fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dibagi menjadi 6 bagian sebagai berikut: 1. Fasilitas penerima, yang terdiri dari hall penerima, R. administrasi, dan R. katalog 2. Fasilitas baca dan koleksi, yang terdiri dari R. koleksi periodikal, R. referensi, R. koleksi fiksi, R. koleksi non-fiksi, R. baca individual, R. baca lesehan, R. diskusi, R.koleksi khusus, R. dokumen umum, dan R. koleksi 3D 3. Fasilitas penunjang terbagi dua bagian, yaitu: Penunjang primer yang terdiri dari R. komputer, R. audio visual Penunjang sekunder yang terdiri dari R. serba guna, R. multimedia, R. sekretariat unit, kafetaria, R. fotokopi, dan toko buku 4. Fasilitas operasional yang berupa R. karyawan 5. Fasilitas servis, terbagi dua yaitu: Servis pengunjung yang terdiri dari toilet dan musolla Servis gedung yang terdiri dari R. mekanikal elektrikal, gudang, R. keamanan 6. Ruang luar yang berupa amphiteater, parkir mobil, parkir motor, dan parkir karyawan Berdasarkan pembagian fasilitas tersebut di atas, maka hubungan antar fasilitas dapat dilihat dalam tabel berikut: 32

Tabel 2: Hubungan antar fasilitas Sumber: Dok. pribadi Parkir pengunjung Fas penerima Fas penunjang sekunder Fas. penunjang primer Fas. baca Fas. servis pengunjung Fas. operasional Fas. servis gedung Parkir karyawan Parkir pengunjung 1 1 2 2 3 3 3 3 Fas.penerima 2 1 1 2 1 3 3 Fas.penunjang sek. 3 3 2 2 1 3 Fas.penunjang prim 1 2 2 3 3 Fas. baca & koleksi 2 2 3 3 Fas. servis pengunjung 2 2 3 Fas. operasional 1 1 Fas. servis gedung 1 1 Parkir karyawan Keterangan: 1. Hubungan langsung 2. Hubungan tidak langsung/ dekat 3. Tidak berhubungan 3.3 ANALISIS PENGGUNA RUANG Sebelum melakukan analisis program kegiatan dan program ruang yang akan direncanakan dalam Perpustakaan Kota Bandung, dilakukan analisis pengguna perpustakaan kota terlebih dahulu. Pengguna perpustakaan kota terdiri atas: 1. Pengunjung Pelajar sekolah Mahasiswa Pengunjung umum bagian komersil Unit pecinta sastra Peserta seminar, bedah buku, dan kegiatan sekunder lainnya 2. Pengelola atau pegawai perpustakaan 3. Pengelola atau karyawan bagian komersial 4. Petugas bagian servis 33

3.4 ANALISIS RUANG dan BENTUK Adapun skema hubungan ruang di dalam masing-masing fungsi adalah sebagai berikut: 3.4.1 Fasilitas Baca dan Koleksi Fasilitas baca dan koleksi ini dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu ruang-ruang dengan sistem administrasi terpusat dan ruang dengan sistem administrasi tersendiri. Ruang administrasi tersendiri yaitu ruang koleksi yang tidak bisa dibawa pulang seperti R. koleksi periodikal, R. referensi, R. koleksi 3D, dan R. koleksi khusus sehingga membutuhkan ruang administrasi tambahan. Sedangkan, untuk koleksi yang dapat dibawa pulang termasuk semua koleksi termasuk dalam sistem administrasi terpusat yaitu R.koleksi fiksi, R.koleksi nonfiksi, R. dokumen umum. Masing-masing sistem memiliki R. baca lesehan, R. diskusi terpusat, dan R. baca individual di setiap ruang koleksi. Ruang baca membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan rak koleksi adalah bagian yang rentan terhadap sinar cahaya matahari langsung, udara lembab, dan debu. Ruang baca dan koleksi ini membutuhkan hubungan langsung ke fasilitas penunjang primer dan fasilitas operasional pengelola untuk kebutuhan pendistribusian buku. Untuk daerah sekitar R. baca diharapkan terbentuk suasana yang tenang dan nyaman, sehingga dirancang suatu inner court untuk memasukkan udara segar dan cahaya alami untuk membaca. Sistem adm. terpusat Ruang baca Fasilitas operasional Fasilitas penerima Sistem adm. tersendiri Ruang baca Skema 1: Skema hubungan ruang dalam fasilitas baca dan koleksi 34

3.4.2 Fasilitas Operasional Fasilitas operasional merupakan fasilitas yang diperuntukkan untuk mewadahi segala kegiatan pengelola perpustakaan. Ruang-ruang di dalamnya berfungsi untuk mewadahi segala kegiatan pengelola mulai dari ruangan kantor tempat bekerja, hingga ruangan untuk istirahat. Fasilitas operasional ini berhubungan langsung dengan parkir karyawan dan fasilitas servis gedung. Fasilitas operasional, bersifat tertutup pada pengunjung. Hanya pihak pengelola dan pihak-pihak yang berkepentingan saja yang bisa memasuki area ini. Fasilitas operasional ini juga harus memiliki hubungan ke R. koleksi untuk aktifitas pengelolaan koleksi. Berikut skema hubungan ruang dalam fasilitas opersional: R. div Litbang R. sekretarisdan bendahara R. tamu R. Data i R. pimpinan & wakil pimpinan perpustakaan R. istirahat&pantri Ruang rapat R. servis &keamanan R. div Humas Skema 2: Skema hubungan ruang dalam fasilitas operasional 3.4.3 Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang berisi ruang-ruang yang berfungsi untuk menunjang keberlangsungan perpustakaan secara fungsi, rekreatif, dan keuangan. Fasilitas ini terbagi menjadi dua bagian. Fasilitas penunjang primer berfungsi untuk mendukung kegiatan edukatif perpustakaan itu sendiri. Sedangkan, fasilitas sekunder lebih kepada usaha untuk meningkatkan daya tarik pengunjung, sumber pemasukan, juga sebagai usaha untuk menyatu dengan konteks lingkungan jasa di sekitar lahan. Berikut skema hubungan ruang dalam fasilitas penunjang: 35

Fasilitas penerima Fas. penunjang primer parkir Fas. penunjang sekunder Skema 3: Skema hubungan ruang dalam fasilitas operasional 3.4.4 Fasilitas Servis Fasilitas servis merupakan fasilitas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan pengunjung.pada kasus ini servis pengunjung dan servis gedung dipisahkan dengan alasan keamanan. Fasilitas servis untuk pengunjung sebisa mungkin dapat diakses dari segala fasilitas yang terdapat di dalam bangunan. Sedangkan, untuk fasilitas servis gedung hanya bisa diakses oleh pihak pengelola saja. Berikut skema hubungan antar ruang di dalam fasilitas servis: R. baca dan koleksi Fas servis pengunjung: toilet musolla R. operasional Fas. servis gedung: R. ME gudang R. keamanan Parkir karyawan Skema 4: Skema hubungan ruang dalam fasilitas servis 3.5 ANALISIS KEBUTUHAN RUANG Untuk mewadahi aktifitas-aktifitas pengunjung yang telah dipaparkan di atas, maka terdapat ruang-ruang untuk mewadahi minat yang berbeda dari masing-masing pengunjung, seperti terdapatnya R. penitipan barang, R. admnistrasi pengunjung. Terdapat pula R. koleksi umum, R. koleksi periodikal, R. referensi, R. koleksi khusus, dan R. koleksi tiga dimensi untuk mewadahi koleksi- 36

koleksi perpustakaan. Sedangkan, untuk mewadahi kegiatan penyerapan inforamasi terdapat R. baca, R. audio visual, dan R. komputer. Untuk kegiatan berdiskusi maka disediakan R. diskusi dan R. baca lesehan bagi para pengunjung. Untuk kegiatan sastra seperti bedah buku dan pelatihan disediakan R. serba guna yang bersifat fleksibel untuk berbagai macam acara dan R. multimedia untuk acara-acara seminar dan kegiatan formal lainnya. Untuk kegiatan yang lebih informal maka amphiteater dapat digunakan untuk penyelenggaraan acara tersebut. Untuk kegiatan rekreatif disediakan area komersial yang berupa kafetaria dan toko buku skala kecil sebagai fasilitas penunjang perpustakaan. Selain itu, terdapat pula amphiteater dan taman-taman yang bisa menjadi tempat bersosialisasi dan rehat bagi pengujung.untuk menciptakan suasana yang lebih rekreatif di dalam ruangan, terdapat pula inner court pada bangunan perpustakaan ini. Sistem yang diterapkan pada perpustakaan ini adalah sistem terbuka, kecuali di beberapa bagian yang membutuhkan pengawasan administrasi lebih seperti di bagian koleksi referensi dan koleksi-koleksi khusus suatu negara atau daerah. Dengan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa skenario kegiatan tipikal di perpustakaan ini adalah sebagai berikut: berkegiatan sastra masuk administrasi mencari koleksi penyerapan informasi keluar berkegiatan rekreatif Skema 5 : Skema kegiatan pengunjung Untuk mewadahi kegiatan pihak pengelola dan pegawai perpustakaan, maka terdapat area khusus karyawan dimana terdapat area khusus karyawan berupa ruang-ruang servis seperti dapur, toilet dan musolla, gudang, serta R. mekanikal elektrikal. Sedangkan, untuk kegiatan administrasi diadakan R. data 37

dan R. kerja pengelola perpustakaan tersebut. Untuk kegiatan eksternal tidak memerlukan ruangan tersendiri karena pengelolaannya dapat dilakukan di R. kerja pengelola. Untuk para petugas bagian komersil untuk mewadahi kegiatan bongkar muat barang area komersil maka diperlukan area loading dock tersendiri bagi kegiatan komersil. Untuk kebutuhan penyediaan tempat bagi kendaraan, maka disediakan area parkir untuk pengunjung dan pegawai secara terpisah di area luar. Menurut studi banding, pengunjung beraktifitas di perpustakaan menghabiskan waktu sekitar 4-5 jam. Pengunjung yang datang rata-rata akan menggunakan mobil, sepeda motor, berjalan kaki, atau dengan angkutan umum. Sebuah mobil kemungkinan dinaiki 4, 3, 2, atau 1 orang. Oleh karena itu dirata-ratakan, tiap mobil dapat mengangkut 2,5orang; Sementara sepeda motor dapat mengangkut 2 atau 1 orang. Maka dirataratakan tiap sepeda motor dapat mengangkut 1,5orang; Ada pula pengunjung yang datang berjalan kaki ataupun dengan angkot. Dalam hal ini tidak akan membebani tempat parkir, namun tetap diperhitungkan dalam perhitungan kapasitas orang. Fungsi perpustakaan diasumsikan dapat menampung sekitar 200 orang pengunjung dalam satu waktu puncak. Parkir untuk servis dibuat terpisah. Dengan asumsi bahwa : 80 orang dengan mobil, dibagi dengan 2,5orang/ mobil, maka kebutuhan parkir mobil minimal adalah untuk 32 mobil; 80 orang dengan sepeda motor, dibagi dengan 1,5orang/motor, maka kebutuhan parkir motor minimal adalah untuk 53 sepeda motor; 40 orang lagi diasumsikan menggunakan angkutan umum atau berjalan kaki. 3.6 ANALISIS RUANG, BENTUK, dan STRUKTUR BANGUNAN Persyaratan ruang pada kasus ini dititikberatkan pada R. koleksi dan R. baca sebagai fungsi utama dari perpustakaan. Persyaratan utama yang berkaitan 38

dengan ruang koleksi dan ruang baca adalah sirkulasi ergonomi, pencahayaan, akustik, struktur, dan keamanan. 3.6.1 Sirkulasi Jalur sirkulasi di dalam ruang baca dan koleksi harus memenuhi standard untuk lewatnya troli buku yang berukuran 92/ 99/ 50 cm dan nyaman bagi orang untuk mencari koleksi di rak. Jalur sirkulasi harus dapat mempermudah pengunjung untuk mengetahui keberadaan koleksinya. Jalur sirkulasi di perpustakaan sebaiknya membentuk sistem grid dengan satu akses utama yang kemudian bercabang secara teratur untuk keefisienan peruntukkan ruang. Tangga juga harus berjarak maksimal 38 m dari tengah ruangan untuk mempermudah pencapaian. Jalur sirkulasi perpustakaan biasanya terbentuk dari metode penyusunan rak buku. Berikut standar sirkulasi yang harus dipenuhi: Gambar 24: Standar sirkulasi antar rak (Sumber: Ernest Neufert, 1996) Untuk ruang baca, jarak antara meja baca masih harus dapat memungkinkan lewatnya pengunjung yang lain di antara meja-meja tersebut. Perletakkan meja dan kursi juga harus membuat pengunjung yang sedang membaca tetap tidak terganggu dengan pengunjung yang lewat. Berikut contoh perletakkan meja dan kursi di perpustakaan: 39

Gambar 25: Standar sirkulasi ruang baca (Sumber: Ernest Neufert, 1996) Gambar 26: Standard ruang baca (Sumber: Ernest Neufert, 1996) 3.6.2 Ergonomi Ergonomi rak tempat menyimpan koleksi sangat penting untuk kenyamanan pengunjung ketika mencari koleksi buku. Berkaitan dengan kasus perpustakaan ini maka standar penggunaan rak yang dipakai adalah rak untuk anak usia sekolah dan rak untuk dewasa. Setiap rak terdiri dari 5 sampai 6 bidang yang disusun ke atas. Untuk satu rak bisa memuat 30 jilid bahan bacaan biasa dan 40

33 jilid bacaan ringan. Panjang lorong rak maksimal 3meter. Berikut standar penggunaan rak buku di perpustakaan: Gambar 27: Ergonomi rak buku berdasarkan umur (Sumber: Ernest Neufert, 1996) Gambar 28: Standard ukuran rak buku (Sumber: Ernest Neufert, 1996) 3.6.3 Pencahayaan Pencahayaan merupakan aspek yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengguna perpustakaan Perbedaan kebutuhan pencahayaan ada di setiap ruang, terutama ruang baca dan ruang koleksi membutuhkan penyelesaian desain yang baik agar ruangan dapat berfungsi secara optimal. Secara umum, intensitas cahaya yang dibutuhkan di ruang baca adalah 30 hingga 50 candela. Sedangkan, ruang koleksi sebisa mungkin terhindar dari pencahayaan matahari langsung.dan pencahayaan di ruangan ini adalah 30 candela. (www.nos.com) 41

Ada dua jenis cahaya yang dapat digunakan untuk pengoptimalan pencahayaan di perpustakaan, yaitu dengan memantulkan cahaya matahari sebanyak-banyaknya di area ruang baca untuk menghemat energi atau menggunakan pencahayaan artifisial dengan konsekuensi biaya listrik yang akan menjadi lebih mahal. Berikut beberapa contoh penerapan pengoptimalan cahaya matahari di perpustakaan: Gambar 29: Pengoptimalan cahaya matahari dalam ruangan (Sumber: Edward. T. Dean, AIA) Terdapat tiga metode pemanfaatan cahaya matahari secara optimal bagi bangunan: 1. Sun control Hal ini dilakukan dengan menghindari cahaya langsung dari sinar matahari yang mengganggu pemakai dan merusak buku 2. Glare control Mempertahankan level penerangan yang masih nyaman namun memadai untuk membaca. 3. Variation control Hal ini dilakukan untuk tidak membuat kesan pencahayaan yang tidak sufisien. 42

Luas muka bangunan juga berpengaruh langsung pada kondisi pencahayaan di dalam bangunan. Untuk fungsi perpustakaan, akan lebih baik jika luas muka bangunan yang menghadap utara-selatan lebih besar daripada yang menghadap timur-barat agar ruangan di dalam tidak silau dan panas. 3.6.4 Akustik Bagi fungsi perpustakaan, terdapat beberapa pertimbangan perihal akustik yang sebiknya dipenuhi untuk menunjang kegiatan di dalamnya karena perpustakaan adalah fungsi yang memiliki tuntutan faktor kebisingan rendah agar pengunjung dapat berkonsentrasi. Pertimbangan akustik ruangan itu antara lain mengenai pengisolasian suara antara ruang yang satu dengan ruang lain yang memiliki fungsi yang berbeda, ruang-ruang yang difungsikan untuk pengoperasian mesin juga sebaiknya diberi bahan isolasi suara di dinding dan sebaiknya diletakkan sejauh mungkin dari area utama, dan penggunaan material pengabsorpsi suara yang tepat. Area baca sebaiknya memiliki tingkat kebisingan 25-30 desibel, sedangkan di ruang yang lebih umum bisa hingga 40 desibel.. 3.6.5 Keamanan Keamanan di perpustakaan juga merupakan faktor penting yang tidak bisa diabaikan karena kecerobohan akan mengakibatkan hilangnya benda-benda koleksi perpustakaan. Perihal keamanan ini bisa diselesaikan dengan alur sirkulasi yang terpusat, pembatasan jumlah akses keluar masuk, dan layout ruang baca yang memungkinkan pengawasan dari petugas perpustakaan. Itulah yang menyebabkan hampir seluruh perpustakaan yang ada berbentuk satu blok masa masif, karena dengan bentuk tersebut keamanan perpustakaan akan lebih terkontrol. 43

3.6.7 Struktur Secara struktural, terdapat beberapa standar yang harus dipenuhi karena beban sendiri perpustakaan yang lebih dibanding fasilitas publik lainnya. Beberapa standarnya adalah sebagai berikut: Dapat menahan beban hingga 6.3 kn/m² Pembalokan standard sekitar 7 kn/ m² Untuk lantai atas harus dapat menahan beban 5 kn/m² Floor-to-floor lebih dari sama dengan 2.75m Berikut ini terdapat tabel standar modul kolom yang dianjurkan dalam pembuatan perpustakaan: Tabel 3: Tabel ukuran modul kolom (Sumber: Ernest Neufert, 1996) Jaringan konstruksi 7.2m x 7.2 m 7.5m x 7.5 m 7.8m x 7.8 m 8.4m x 8.4 m N x jarak poros 6m x 1.2 m 6m x 1.25 m 6m x 1.3 m 6m x 1.2 m dalam m 5m x 1.44 m 4m x 1.8 m 5m x 1.5 m 4m x 1.87 m 5m x 1.56 m 4m x 1.95 m 5m x 1.44 m 4m x 1.68 m 3.7.1 ANALISIS KEBUTUHAN RUANG Berdasarkan analisis kegiatan yang ada, maka perpustakaan ini memerlukan ruang-ruang untuk mewadahi beragam kegiatan tersebut. Luas total rencana bangunan ini adalah 8928 m². Kebutuhan ruang bangunan ini akan dibagi menjadi lima bagian fasilitas yaitu fasilitas penerima, fasilitas baca dan koleksi, fasilitas penunjang, fasilitas operasional, dan fasilitas servis. Berikut rincian rencana program ruang yang direncanakan untuk perpustakaan ini: 44

Tabel 4: Program ruang I. FASILITAS PENERIMA Ruang Standar (m²/ org) Kapasitas orang Luas (m²) Jumlah ruang Luas (m²) Persyaratan teknis Penerangan Suara (candela) (desibel) 5 30 50 25 30 40 Kedap Sumber Hall penerima 1 200 200 1 200 * * Administrasi 1.2 130 156 1 156 * * neufert R. katalog 49 2 98 * * LUAS TOTAL 454 II. FASILITAS BACA dan KOLEKSI Ruang standar (m²/ org) Kapasitas org Luas (m²) Jumlah ruang Luas (m²) persyaratan teknis Penerangan Suara (candela) (desibel) 5 30 50 25 30 40 Kedap Sumber R. periodikal 98 1 98 * * neufert R. referensi 196 1 196 * * * neufert R. kol. umum 343 1 343 * * neufert R. arsip R. kol. anak 441 441 * * stuban R. kol. remaja 686 1 1176 * * stuban R. kol.dewasa 784 1176 * * neufert Lounge 14 60 49 2 98 * * * * stuban LUAS TOTAL 3348 III. FASILITAS PENUNJANG Ruang Standar (m²/ org) Kapasitas org Luas (m²) Jumlah ruang Luas total (m²) Persyaratan teknis Penerangan Suara (candela) (desibel) Sumber Lsg 30 50 25 30 40 Kedap R. komputer 294 2 588 * * asumsi R. audio 49 2 98 * * asumsi R. serbaguna 196 * * neufert 45

R.multimedi a 1 49 * * asumsi R. unit 16 8 128 * stuban Kafetaria 98 1 98 * * neufert T. buku 98 1 98 8 R. foto kopi 12 1 12 stuban LUAS TOTAL 1316 IV. FASILITAS OPERASIONAL Ruang Standar (m²/ org) Kapasitas org Luas, (m²) Jumah ruang Luas total (m²) Persyaratan teknis Penerangan Suara (candela) (desibel) 5 30 50 25 30 40 Kedap Sumber R. rehat 20 1 20 * * neufert dapur 6 1 6 * * neufert kantor 4x1.5 10 6 8 * * neufert toilet 1x1.5 3 1.5 3 * * R.rapat 64 1 64 * * gudang 98 2 196 R.tamu 49 1 49 * * LUAS TOTAL 1316 V. FASILITAS SERVIS Ruang Standar (m²/ org) Kapasitas org Luas(m²) Jumlah ruang Luas total (m²) Penerangan (candela) Persyaratan teknis Suara (desibel) 2 3 5 0 40 keda p Sumbe r 5 30 50 Kamar mandi 1x1.5 1.5 10 15 * neufert Musola 1.2 15 43 * * stuban Gudang 60 1 60 * asumsi R. ME 40 1 40 * * stuban R. jaga 1.5 2 3 2 6 * Loading 40 1 40 * Parkir 1664 LUAS TOTAL 1837 LUAS NETTO 6868 sirkulasi 30% 2060.4 LUAS BANGUNAN 8928 Sisa luas bangunan maksimal untuk pengembangan bangunan 20 tahun mendatang ± 2800 m² 46

47