JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 4 Desember 2013 REINVENTING KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH YANG RAMPING DAN EFISIENSI. Zulkarnaini

dokumen-dokumen yang mirip
REINVENTING GOVERNMENT DAN PEMBERDAYAAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH. Annisa Citra Fatikha 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Membangun WIRAUSAHA BIROKRASI Meningkatkan DAYA SAING DAERAH

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERANAN KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DI KECAMATAN MAPANGET KOTA MANADO. Oleh: Marvin Goni

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. komputer dapat menunjang pembuatan keputusan di dalam organisasiorganisasi. modern yang memungkinkan pekerjaan-pekerjaan di dalam

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

KEPUTUSAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA NOMOR /2033 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

RKPD Kabupaten Sintang Tahun 2013

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. Bergulirnya reformasi membawa perubahan dalam segala bidang. kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya pengelolaan

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI MALUKU

UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM ERA OTONOMI DAERAH

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik (Mardiasmo,2002:2).

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (STRUKTUR, KUALIFIKASI APARATUR, DAN REMUNERASI) Muryanto Amin 1

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada perubahan di segala aspek. Mulai dari sistem pemerintahan, peraturan

BAB 10 PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

Prosiding SNaPP 2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VIII. DUKUNGAN ANGGARAN DAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR SEKTOR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB VI STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. aspiratif terhadap berbagai tuntutan masyarakat yang dilayani. Seiring dengan

Terwujudnya Pemerintahan yang Baik dan Bersih Menuju Masyarakat Maju dan Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. bidang pemerintahan sekarang ini telah terjadi perubahan yang sangat besar. Salah

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

GUBERNUR SULAWESI BARAT

Oleh : BAPPEDA KABUPATEN MALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Bone Bolango

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

PERDA KABUPATEN KAYONG UTARA NO.1, LD.2011/NO.1 SETDA KABUPATEN KAYONG UTARA : 22 HLM

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sektor publik menjadi hal yang penting. Anggapan umum yang berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

BUPATI SERAM BAGIAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANAJEMEN PELAYANAN PUBLIK

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

Transkripsi:

REINVENTING KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH YANG RAMPING DAN EFISIENSI PENDAHULUAN Zulkarnaini Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru ABSTRAK Mengapa diperlukan sebuah reinventing kelembagaan pemerintah daerah, ada beberapa alasan antara lain : 1. Dengan otonomi daerah, yang mempunyai wilayah adalah Kabupaten/kota, lebih mengetahui kebutuhan penduduk yang berada di daerahnya apalagi pada tataran pemerintahan terendah. Misalnya Regrouping desa yang tipologinya sama, Pesisir pantai, daratan, pedalaman, Daerah Aliran Sungai (DAS). Masing-masing tipologi akan berbeda pola penanganan masyarakatnya, sumberdaya alamnya, teknologi yang dapat diterapkan, pola pinjaman yang berbeda ( Pinjaman perorangan, Kelompok dengan tanggung renteng ). 2. Pelayanan publik sangat tergantung pada jumlah lembaga yang berfungsi memberikan pelayanan. Tentu pelayanan itu, mulai insan manusia lahir ke bumi sudah berurusan dengan lembaga pemerintah maupun lembaga swasta sampai meninggal dunia juga berursan lembaga pelayanan. 3. Lembaga yang ada sekitar 35 Satuan Kerja pemerintah Daerah (SKPD), ini terlalu banyak, dengan alasan efisiensi dan efektivitas pelayanan dapat dirampingkan, sehingga akan lebih mudah melakukan koordinasi dan keterkaitan tugas, sehingga pengendalian, agar tercapai sasaran pembangunan yang dikehendaki dan konsistennya lebh terjamin. 4. Aparat yang memegang dan pemangku jabatan, akan lebih fokus dalam mengembangkan pemberdayaan ekonomi rakyat, misalnya usaha terpadu dengan menyatukan kegiatan pertanian pangan, perkebunan, perikanan dan atau peternakan. Artinya ada sumber pendapatan harian petani, pendapatan tiga bulanan petani, dan ada pendapatan tahunan petani. Secara simultan dapat dilakukan oleh satu tangan pemangku kepentingan. Andaikan dipisah satu sama lain, akan merencanakan yang satu di utara dan satu di selatan. Karena ego instansi, dan kepentingan instansi yang berbeda akan cenderung, lebih egois. 5. Kelebihan pegawai akibat perampingan, dapat dipindahkan ke Kabupaten / Kota dan atau memberikan pesangon bagi mereka yang mau pensiun dipercepat. 1

PERAMPINGAN KELEMBAGAAN a. Pangan, Perkebunan, Perikanan, Peternakan, Kehutanan. b. Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Investasi. c. Pendapatan daerah dan keuangan d. Pertambangan & Energy e. Tenaga kerja, Kependudukan,Transmigrasi, Catatan Sipil, Keluarga Berencana f. Pekerjaan Umum dan Perhubungan. g. Pendidikan, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata. h. Kesehatan dan badan Sosial ( Studi banding Korpri Provinsi Riau ke Kabupaten Jembrana, tahun 2008/2009) POLA KERJA KELEMBAGAAN Lembaga tersebut di atas tidak perlu menangani secara langsung kecuali ada keterkaitan antar Kabupaten/Kota. Sistem pengelolaan anggaran dalam bentuk INGUB/ block grand kepada Kabupaten/Kota. Tugas Provinsi koordinasi perencanaan, pengawasan agar tercapai target yang direncanakan, hingga terujud kinerja terbaik dan kuallitasnya. Konsekwensi perampingan mengakibatkan ada pegawai yang tidak mendapat jabatan dan ada yang disalurkan ke Kabupaten /kota, bagi yang tidak mau dipindahkan, dipensiunkan dipercepat dengan mendapat uang tolak dengan mempertimbangkan masa kerja dan pangkat. Efisiensi dan efektivitas pengelolaan pelayanan publik lebih profesional. Untuk menentukan layak dan tidak layak seorang pegawai dapat dipertimbangkan atas dasar kemampuannya, bila perlu penilaian yang ketat melalui uji kelayakan kemampuan oleh lembaga independent. Penggantian pejabat tergantung kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara konsekwen. Pangkat dan golongan boleh saja tinggi, tetapi tidak mampu melaksanakan tugasnya maka diturunkan dengan tidak memegang jabatan, jadi ia sebagai staff biasa. Sebaliknya walaupun pangkat rendah tetapi mampu, ia diberi kepercayaan memimpin lembaga. Pelayanan masyarakat miskin dapat dilayani dengan sebuah kartu yang multi fungsi antara lain sebagai KTP, Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan serta Asuransi jiwa. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pemberdayaan melalui kebijakan anggran untuk masyarakat telah banyak dilakukan antara lain : Bantuan hibah atau Bantuan langsung Tunai, pinjaman bergulir, pinjaman dengan tanggung renteng, pinjaman dengan tingkat bunga bersubsidi, pinjaman tanpa bunga, pinjaman dengan bunga rendah. 2

Dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin disediakan program saham bergulir. Pihak Pemerintah menyediakan dana abadi yang ditempatkan pada bank pemerintah dan atau perusahaan daerah atas nama pemilik penduduk miskin. Penduduk miskin mendapat deviden dibayarkan tiap bulan untuk biaya hidup 50 % dari deviden tersebut dan 50 % lagi mencicil saham dengan deviden yang diperoleh atas nama dirinya, maka pada saatnya, mereka sebagai pemilik saham atas nama dirinya tersebut. Dalam rangka mengawasi kinerja masing-masing Satuan Kerja, diikuti dengan program Riau Net. Telekonference dapat dilakukan oleh petinggi dengan level jajaran terendah. Informasi setiap saat dapat diperoleh dengan media informasi dan teknologi yang ada. REINVENTING GOVERMENT Konsep Mewirausahakan Birokrasi ( Reinventing Government) pertama kali disampaikan oleh David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing Government: How the enterpreneurial spirit is transforming the public sektor. Tulisan tersebut sebagai saran untuk membantu pencarian solusi di pemerintah Amerika Serikat pada tahun 1993 yang menanggung beban berat sebagai akibat ditanganinya seluruh kegiatan atau kebutuhan negara oleh pemerintah federal. Meskipun disambut dengan sikap skeptis, lambat namun pasti, apa yang disampaikan Osborne dan Gaebler dalam tulisan tersebut ternyata membawa angin segar bagi pemerintah federal dalam menyikapi permasalahan yang sedang dihadapi pada saat itu. Apa yang terjadi pada pemerintahan Amerika Serikat pada saat itu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini yang sedang mengawali era otonomi dimana sebagian wewenang pemerintah pusat didelegasikan pada pemerintahan di daerah. Di Era otonomi, pejabat daerah harus kreatif, mandiri dan inovatif dalam melaksanakan tugas-tugas kepemerintahannya karena inti dari otonomi daerah ialah keleluasaan dan kebebasan lebih luas untuk menggali dan mengolah aset-aset alamiahnya. Mereka akan lebih banyak bekerjasama langsung dan lebih luas dengan swasta. Hal inilah yang menjadi cakupan dalam Reinventing Government yang sering disebut juga dengan Mewirausahakan Birokrasi. Permasalahan yang sering muncul dalam memahami reinventing government adalah adanya anggapan bahwa dengan adanya konsep mewirausahakan birokrasi tersebut berarti kantor dinas/ instansi di Pemerintahan Daerah (pemda) dituntut untuk berbisnis agar dapat memberi nilai tambah untuk PAD. Padahal, maksud yang sebenarnya adalah memberdayakan institusional. Bukan menciptakan pengusaha dalam lingkungan birokrasi pemerintahan. 3

Menurut Osborne dan Gaebler, mewirausahakan birokrasi berarti mentransformasikan semangat wirausaha ke dalam sektor publik. Di era otonomi daerah, dimana pemerintah di daerah dituntut untuk bisa mandiri, usaha tersebut dapat diterapkan agar produktivitas dan efisiensi kerja Pemerintah Daerah bisa dioptimalkan. Oleh karena itu, pemahaman atas cara-cara mewirausahakan birokrasi Pemerintahan Daerah harus dikuasai oleh aparat birokrasi, terlebih-lebih oleh Bupati/ Walikota termasuk pimpinan pada tiap-tiap instansi/ dinas. Berkaitan dengan hal tersebut, Osborne dan Gaebler mengemukakan sepuluh cara untuk membentuk birokrasi-wirausaha, yaitu : 1. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus lebih menjadi pengarah daripada menjadi pelaksana. Misalnya adalah bekerjasama dengan pihak swasta dalam melakukan pemungutan pajak, akan tetapi penentuan Wajib Pajak dan besarnya pungutan pajak tetap dilakukan oleh pemerintah. 2. Pemerintah sebagai milik masyarakat harus lebih memberdayakan masyarakat ketimbang terus-menerus melayani masyarakat. Salah satu upayanya adalah dengan menghimbau masyarakat agar mampu mengurus keamanan lingkungannya sendiri. 3. Pemerintah sebagai institusi yang berada di alam kompetisi haruslah menyuntikkan semangat persaingan ke dalam tubuh aparat dan organisasi pelayanannya. Misalnya dengan memberikan peluang bagi swasta dalam menangani urusan-urusan yang dimonopoli pemerintah, seperti air minum, listrik, dan telepon. 4. Unit-unit pemerintahan sebagai lembaga yang bertugas mewujudkan misi harus lebih diberi kebebasan dalam berkreasi dan berinovasi. Untuk itu, petunjuk pelaksanaan yang kaku dan mengikat harus dihindarkan, baik mengenai keuangan, kepegawaian, maupun pelayanan kepada masyarakat. 5. Pemerintah harus lebih mementingkan hasil yang akan dicapai daripada terlalu memfokuskan pada faktor masukan (input). Misalnya, pemberian bantuan untuk suatu sekolah haruslah lebih didasarkan kepada kinerja dan produktivitasnya daripada jumlah muridnya. 6. Pemerintah sebagai pelayan masyarakat harus lebih mementingkan terpenuhinya kepuasan pelanggan, bukannya memenuhi apa yang menjadi kemauan birokrasi itu sendiri. Untuk itu, cara-cara baru dalam memikat pelanggan harus dilakukan. 7. Pemerintah sebagai suatu badan usaha harus pandai mencari uang dan tidak hanya bisa membelanjakannya. Oleh karena itu, cara-cara mencari sumber penghasilan yang baru dan menggalakkan investasi harus selalu menjadi pemikiran para manajer pemerintahan. 8. Pemerintah sebagai lembaga yang memiliki daya antisipatif harus mampu mencegah daripada hanya menanggulangi masalah. Misalnya soal kebakaran, dengan memakai prinsip ini, bukan mobil pemadam kebakaran yang dibeli terus tetapi supervisi/ pengawasan terhadap bangunan yang harus ditingkatkan. 4

9. Pemerintah harus menggeser pola kerja hierarki yang dianut ke model kerja partisipasi dan kerja sama. Misalnya, rantai organisasi yang panjang dan gemuk harus dikurangi, struktur organisasi yang tebal harus ditipiskan, dan gugus kendali mutu harus dikembangkan. 10. Pemerintah sebagai pihak yang berorientasi pada pasar harus berusaha mengatrol perubahan lewat penguasaannya terhadap mekanisme pasar. Misalnya, dalam menangani sampah yang berasal dari botol minuman, daripada membiayai usaha daur ulang yang mahal, lebih baik pemerintah mensyaratkan pengusaha minuman untuk membayar setiap pembeli yang mengembalikan botolnya. Berdasarkan kesepuluh cara tersebut di atas, tidak dapat dihindari bahwa upaya mewirausahakan birokrasi akan berdampak pada perubahan-perubahan (reformasi) dalam instansi Pemda. Perubahan yang dilakukan adalah dalam rangka melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap mekanisme birokrasiwirausaha di setiap lapisan birokrasi. Perubahan tersebut dapat berupa debirokratisasi, deregulasi, rekonstruksi pemerintahan daerah, reposisi instansiinstansi, bahkan rasionalisasi pegawai. Dalam perkembangannya, upaya-upaya penyesuaian tersebut harus dapat menjamin terciptanya produktivitas dan efisiensi kerja Pemda yang maksimal. Lebih meluas lagi, upaya mewirausahakan birokrasi Pemerintah Daerah, disamping untuk mewujudkan pemerintahan yang mandiri, juga untuk menunjang perubahan peran pemerintah dalam mengahdapi perkembangan masyarakat yang semakin pesat di era Globalisasi. Ada beberapa faktor yang dapat diidentifikasi atas perubahan peran pemerintah tersebut, yaitu : Semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan di sektor publik sebagai akibat berkembangnya teknologi dan informasi Kenyataan telah membuktikan bahwa monopoli yang dilakukan pemerintah tidak menghasilkan pelayanan yang lebih baik dan adanya tuntutan menyangkut distribusi sumber daya yang lebih baik ditentukan oleh mekanisme pasar Mulai turunnya kepercayaan atas peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah di sektor publik Akibat kemajuan masyarakat, terjadi perubahan tuntutan agar pemerintah memberikan pelayanan dengan lebih baik karena adanya perubahan nilai-nilai dalam masyarakat Ada fakta/ realita bahwa sektor swasta lebih baik dalam memberikan pelayanan daripada sektor publik Permasalahan utama yang muncul dalam mewirausahakan birokrasi di pemerintahan daerah pada dasarnya terletak pada instansi/ dinas Pemda itu sendiri. 5

Sejauh mana pelaku birokrasi dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi baik di lingkungan organisasi internal maupun di masyarakat, seberapa besar usaha pemerintah daerah untuk mentransformasikan semangat wirausaha ke dalam sektor publik dan bagaimana mereka menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi merupakan langkah-langkah yang harus diambil secara tepat. Laju komunikasi, teknologi dan informasi yang berkembang dengan cepat, meningkatnya tensi-tensi politik dan tuntutan orang terhadap pelayanan yang baik adalah alasan yang sangat kuat untuk merubah birokrasi yang lambat, lama dan berliku-liku menuju birokrasi yang cepat, efektif, efisien, dan komprehensif. Disamping itu, upaya-upaya memandirikan dan meningkatkan produktivitas Pemda juga menimbulkan munculnya jenis-jenis tugas baru dalam pemerintahan daerah. Industrialisasi, perdagangan antar daerah, investasi asing di daerah, pengelolaan bantuan luar negeri di daerah dan hal-hal baru yang ditanggung pemda akibat adanya otonomi dari pusat mengharuskan pejabat-pejabat (birokrat) di daerah bekerja dengan spirit wirausaha. Pada saat ini, di era otonomi daerah, di era globalisasi, di era good local governance, semangat wirausaha menjadi kebutuhan yang sangat diperlukan bagi setiap aparatur pemerintahan, dari lapisan yang paling bawah sampai di tingkat atas, karena hampir setiap jenis organisasi berhubungan dengan kinerja yang inovatif dan produktif. Sepuluh cara mewujudkan reinventing government yang disampaikan Osborne dan Gaebler tersebut di atas secara praktis telah sukses dilakukan dan secara teoritis relevan untuk ditransformasikan, perkembangan kehiduan sosial masyarakat Indonesia pun telah mendukung ke arah tersebut. Jadi, tidak perlu menunggu lama lagi untuk mewirausahakan birokrasi. Paling tidak usaha tersebut bisa dilakukan mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai dari saat ini. DAFTAR PUSTAKA Agus Dwiyanto Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi Birokrasi, Gramedia, Jakarta, 2011. Agung Kurniawan Transformasi Pelayanan Publik, Penerbit Pembaharuan, Yogyakarta, 2005. Afiffudin Pengantar Administrasi Pembangunan Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010. David Osborne Dan Ted Gaebler Mewirausahakan Birokrasi Jakarta, Pustaka Binaman Pressindo,1996 David Osborne Dan Peter Plastrik Memangkas Birokrasi Penerbit Ppm, Jakarta, 2000. Fadel Muhammad Reinventing Local Government Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008. Riant Nugroho D Reinventing Indonesia, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001. 6