VALUE RELEVANCE ATAS PELAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemakai lainnya untuk proses pengambilan keputusan. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH RELEVANSI NILAI INFORMASI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN NET INCOME TERHADAP RETURN SAHAM

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENURUNAN HIPOTESIS

BAB V PENUTUP. berupa data laporan keuangan dan data harga saham yang berasal dari Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan kepada pihak eksternal dikarenakan adanya signaling theory. Signaling

BAB V PENUTUP. yang merupakan ruang bagi keuntungan atau kerugian komponen-komponen

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Nilai relevansi informasi akuntansi (value relevance) mempunyai arti

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun Dari keseluruhan

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan didirikan tentunya dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan

BAB V 5 PENUTUP. Penjabaran terhadap perkembangan Other Comprehensive Income (OCI)

BAB 1 PENDAHULUAN. (PSAK), yang semula mengacu pada United States Generally Accepted

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

BAB V PENUTUP. perbedaan manajemen laba akrual dengan menggunakan pengukuran Model

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

C H A P T E R 1 FINANCIAL REPORTING AND ACCOUNTING STANDARDS (PELAPORAN KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI)

BAB III METODE PENELITIAN. (BEI) dari tahun yang melaporkan laporan keuangan perusahaan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja perusahaan menjadi hal yang penting bagi kelangsungan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA

22/02/2018. Oleh: Ersa Tri Wahyuni, PhD, CA, CPMA, CPSAK

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dibatasi pada manajemen laba, kepemilikan institusional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan yang

Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode

BAB III METODE PENELITIAN. publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2011.

III. METODE PENELITIAN. resmi BEI, yahoo finance dan Indonesian Capital Market Electronic Library

Kemampuan Laba dan Komponen Arus Kas dalam Memprediksi Arus Kas Masa Depan

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

BAB I PENDAHULUAN. modal dan alokasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi

Bab VI. Simpulan dan Saran. Setelah memaparkan analisis atas kinerja keuangan PT Trans Power Marine TBK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut uraian beberapa penelitian terdahulu :

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan dalam usaha mengharmonisasikan standar-standar akuntansi dan

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP RELEVANSI NILAI LABA LAPORAN KEUANGAN

KEMAMPUAN LABA DAN ARUS KAS MEMPREDIKSI ARUS KAS MENGGUNAKAN PARTIAL ADJUSTMENT MODEL

BAB I PENDAHULUAN. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang disusun oleh Ikatan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS MENURUT PSAK 2 GUNA MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PT PAN BROTHERS TBK

RELEVANSI NILAI DARI DIVIDEN DAN ASET TAKBERWUJUD

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara internasional sangatlah

PENDAHULUAN. dalam satu periode (Kieso et al., 2011). Terdapat dua pendekatan untuk melaporkan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder. Sementara itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi laporan keuangan merupakan unsur penting bagi investor, kreditor

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmar. Hasil dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi (DSAK, Kerangka Dasar Penyajian dan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

RELEVANSI NILAI INFORMASI AKUNTANSI

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FE-UNILA/FOM/ FEBRUARI Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Menengah 1 SKS : 3 Semester : 3 Kode MK : EBA512031

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan pasar modal

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB II DASAR TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan status penyajian akun-akun Other Comprehensif Income (OCI)

BAB I PENDAHULUAN. Statement Of Financial Accounting Concept (SFCA) No.1 yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

BAB V PENUTUP. (overproduction), dan penurunan discretionary expenses akan menyebabkan. semakin rendahnya arus kas operasi satu tahun ke depan.

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PSAK HASIL ADOPSI IFRS PADA PT. MARTINA BERTO, TBK TAHUN

ABSTRAK. Kata kunci: Return saham, laba bersih dan arus kas operasi. vii

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan nilai tukar merupakan salah satu sumber ketidakpastian makroekonomi

Transkripsi:

VALUE RELEVANCE ATAS PELAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF Ambya Arif Harimurti dan Taufik Hidayat Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Email : arif.harimurti@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai (value relevance) laba rugi komprehensif baik secara agregat maupun berdasarkan komponennya yang terpisah di Indonesia seperti yang diatur dalam PSAK 1 Revisi 2009. Data untuk penelitian ini berasal dari 127 laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu 2011 2012. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa laba rugi komprehensif secara agregat memiliki relevansi nilai. Laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI) sebagai dua komponen utama laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai yang berbeda dimana relevansi nilai OCI lebih rendah dibandingkan laba bersih. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa komponen OCI yang memiliki relevansi nilai adalah perubahan nilai atas surplus revaluasi aset tetap dan perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas. Value Relevance of Comprehensive Income Reporting Abstract This study aimed to test the value relevance of comprehensive income either in the aggregate or by its separate components in Indonesia as regulated in PSAK 1 Revisi 2009. Data for this study came from the financial statements of 127 companies listed in Indonesia Stock Exchange during the period 2011-2012. Results of this study find evidence that comprehensive income in the aggregate have a value relevance. Net income and other comprehensive income (OCI) as the two main components of comprehensive income have different value relevance where value relevance of OCI lower than net income. In addition, this study also shows that the components of OCI that have value relevance is the change in value of fixed assets revaluation surplus and change in fair value of cash flow hedges. Keywords: comprehensive income, value relevance, OCI 1. Pendahuluan Akuntansi di Indonesia mengalami beberapa perkembangan terutama sejak dilakukannya konvergensi International Financial Reporting Standard (IFRS) dengan US GAAP (United States General Accepted Accounting Standard) yang kemudian diadopsi oleh PSAK (Pedoman Standar Akuntansi Keuangan). Salah satunya adalah diterbitkannya PSAK 1 Revisi 2009 yang berlaku efektif pada 1 Januari 2011 dan mengatur mengenai dasar-dasar penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum dan komponen laporan keuangannya. Salah satu perubahan yang cukup signifikan dari revisi tersebut adalah mengenai adanya kewajiban untuk membuat Laporan Laba Rugi Komprehensif sebagai pengganti laporan laba rugi. 1

2 Konsep dari laba rugi komprehensif adalah seluruh perubahan nilai dalam semua aset dan kewajiban perusahaan seharusnya masuk ke dalam laporan laba rugi dan diukur pada nilai laba/rugi bersih dan pendapatan komprehensif lain/ Other Comprehensive Income (OCI). Komponen utama dari laporan laba rugi komprehensif adalah laba bersih periode berjalan dan pendapatan komprehensif lain (OCI) yang ditempatkan setelah laba bersih. Ketika suatu standar baru ditetapkan, pertanyaan yang timbul adalah apakah informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi semakin informatif dan bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Untuk menjawab pertanyaan ini, maka perlu dilakukan penelitian mengenai relevansi nilai (value relevance). Penelitian mengenai relevansi nilai dapat menilai apakah jumlah akuntansi tertentu mencerminkan informasi yang digunakan investor dalam menilai ekuitas perusahaan (Barth et al., 2001). Sampai saat ini beberapa penelitian mengenai laba rugi komprehensif telah dilakukan. Dhaliwal (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak terdapat bukti yang jelas bahwa laba rugi komprehensif secara rata- rata memiliki hubungan yang lebih kuat terhadap tingkat pengembalian dibandingkan laba bersih. Kemudian Cahan et al. (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa laba rugi komprehensif lebih memiliki relevansi nilai dibandingkan laba bersih, namun tidak ada manfaat yang jelas dalam melaporkan komponen yang terpisah atas laba rugi komprehensif (laba bersih dan OCI), setidaknya terkait komponen revaluasi aset tetap dan selisih kurs karena penjabaran mata uang asing. Namun beberapa penelitian terbaru seperti yang dilakukan oleh Chambers et al. (2006) memberikan hasil bahwa kini investor makin menghargai informasi yang terkandung dalam laba rugi komprehensif. Selain itu Kanagaretnam et al. (2009) menyatakan bahwa laba rugi komprehensif secara agregat memiliki hubungan yang kuat terhadap kinerja perusahaan yang diukur oleh harga pasar dan tingkat pengembalian pasar. Laba rugi komprehensif merupakan sesuatu yang baru di Indonesia karena pengungkapannya mulai diberlakukan efektif tahun 2011. Penelitian penelitian yang ada selama ini juga lebih banyak yang berfokus pada relevansi nilai laba rugi bersih (net income). Oleh karena itu penelitian mengenai relevansi nilai yang terkandung dalam laba rugi komprehensif khususnya di Indonesia akan menarik untuk dilakukan. Fokus penelitian ini adalah menguji relevansi nilai laba rugi komprehensif yang dilaporkan dalam Laba Rugi Komprehensif bagi penggunanya berdasarkan komponen utama yang terdapat dalam laba rugi komprehensif yaitu laba bersih tahun berjalan dan pendapatan komprehensif lain (OCI) khususnya di Indonesia. Selain itu penelitian ini juga ingin menganalisis apakah relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) lebih rendah bila

3 dibandingkan dengan relevansi nilai laba bersih tahun berjalan. Hal yang mendasari dilakukannya pengujian ini adalah karena nature dari keduanya berbeda, dimana pendapatan komprehensif lain merupakan transitory income sedangkan laba bersih merupakan keuntungan yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan. Dalam penelitian ini juga akan menguji apakah setiap komponen pendapatan komprehensif lain (OCI) memiliki relevansi nilai. Relevansi nilai komponen OCI yang akan diuji dalam penelitian ini adalah perubahan surplus revaluasi aset tetap, keuntungan/kerugian akibat translasi laporan keuangan dalam mata uang asing, perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas, dan keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual. 2. Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Laba rugi komprehensif merupakan salah satu bentuk dari konsep all inclusive income, dimana laba didefinisikan sebagai semua perubahan non pemilik dalam ekuitas antar periode (Le Manh, 2010). Dalam PSAK 1 Revisi 2009 sendiri laba rugi komprehensif didefinisikan sebagai perubahan ekuitas selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Komponen utama laba rugi komprehensif adalah laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI). Laba bersih merepresentasikan keuntungan/laba setelah semua pendapatan dan beban dalam periode berjalan telah diperhitungkan dimana laba bersih juga seringkali dipandang sebagai ukuran terpenting atas kesuksesan atau kegagalan perusahaan (Kieso et al., 2011). Sedangkan pendapatan komprehensif lain (OCI) berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. Pendapatan komprehensif lain sendiri terdiri atas beberapa komponen yaitu perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap, keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali nilai investasi/aset keuangan tersedia untuk dijual, bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrument lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas, keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran/translasi laporan keuangan dalam mata uang asing, serta keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui. Sebelum adanya kewajiban untuk melaporkan laba komprehensif, laba bersih merupakan bottom line income yang disajikan dalam Laporan Laba Rugi dan seringkali dilihat oleh para investor atau pengguna laporan keuangan sebagai ukuran kinerja perusahaan. Sedangkan informasi mengenai pendapatan komprehensif lain disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

4 Beberapa penelitian mengenai laba rugi komprehensif telah dilakukan sejak awal diterapkannya standar yang mengharuskan perusahaan melaporkan laba rugi komprehensifya seperti yang dimandatkan dalam IAS 1 Presentation of Financial Statements atau SFAS 130 Reporting Comprehensive Income. Dhaliwal (1999) menggunakan item dirty surplus untuk menghitung laba rugi komprehensif dan mengevaluasi kemampuan relatif dari laba rugi komprehensif itu sendiri untuk merangkum kinerja perusahaan dan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti bahwa laba rugi komprehensif memiliki hubungan yang lebih kuat dengan return/nilai pasar atau memprediksi arus kas/pendapatan masa depan dibandingkan laba bersih. Kemudian Cahan et al. (2000) dalam penelitiannya mencoba menentukan apakah informasi mengenai komponen terpisah laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai secara khusus atas dan dibalik nilai laba rugi komprehensif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa laba rugi komprehensif lebih memiliki relevansi nilai dibandingkan laba bersih namun tidak ada manfaat yang jelas dalam melaporkan komponen yang terpisah atas laba rugi komprehensif (laba bersih dan OCI), setidaknya terkait komponen revaluasi aset tetap dan selisih kurs karena penjabaran mata uang asing. Namun penelitian terbaru mengenai laba rugi komprehensif seperti yang dilakukan oleh Biddle (2004) menunjukkan hasil yang berbeda dimana hasilnya menunjukkan bahwa baik laba bersih tradisional (NI) dan laba rugi komprehensif seperti yang didefinisikan dalam FASB Statement 130 mendominasi dalam menjelaskan tingkat pengembalian ekuitas, namun laba bersih lebih dominan dibandingkan laba rugi komprehensif dalam menjelaskan kompensasi eksekutif. Chambers et al. (2006) menemukan bukti bahwa setelah periode diberlakukannya SFAS 130 mengenai pengungkapan laba komprehensif, OCI sebagai transitory income memiliki relevansi nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak menemukan bukti bahwa investor lebih memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan Kinerja Keuangan. Ferraro (2009) melakukan penelitian terhadap perusahaan perusahaan di Italia dan menyatakan bahwa dalam banyak kasus, kesimpulan para analis laporan keuangan dapat berubah jika mereka menggunakan kinerja OCI sebagai dasar estimasinya. Hal ini menunjukkan bahwa OCI juga memiliki nilai yang relevan. Kemudian dalam penelitiannya di Kanada, Kanagaretnam et al. (2009) menemukan bahwa laba rugi komprehensif secara agregat memiliki kaitan yang lebih kuat dengan harga saham dan return dibandingkan dengan laba bersih. Penelitiannya juga mendapatkan bukti bahwa komponen aset keuangan tersedia untuk dijual dan lindung nilai arus kas memiliki hubungan yang signifikan dengan harga dan tingkat pengembalian pasar.

5 Beberapa hasil penelitian terdahulu tersebut memberikan indikasi awal bahwa laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai. Selain itu laba rugi komprehensif semakin dihargai dan dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan ekonominya. Penyajian laba rugi komprehensif dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan karena laba rugi komprehensif berhubungan dengan pendapatan perusahaan secara keseluruhan dan dapat mencerminkan nilai perusahaan pada nilai wajarnya. Dalam konteks ini penelitian ini, penulis akan menguji kembali hipotesis tersebut dengan kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Tujuan utama penelitian ini adalah menguji apakah nila laba rugi komprehensif yang dilaporkan dalam laporan keuangan khususnya dalam konteks Indonesia memiliki relevansi nilai bagi pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan. Sehingga hipotesis pertama yang akan penulis uji adalah: H 1 : Informasi laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai Selanjutnya komponen utama dari laba rugi komprehensif adalah laba rugi tahun berjalan dan pendapatan komprehensif lain (OCI). Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah bagaimana relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) bila dibandingkan dengan relevansi nilai laba bersih (net income). Hal ini terkait nature OCI sebagai transitory income. Komponen OCI terdiri dari keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi dari pengukuran nilai wajar atas aset dan aktivitas tertentu perusahaan. Sedangkan laba bersih merupakan keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian Chambers et al. (2006) menyatakan bahwa OCI juga memiliki relevansi nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak menemukan bukti bahwa investor lebih memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan Kinerja Keuangan. Oleh karena itu hipotesis kedua dari penelitian ini adalah : H 2 : Relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) lebih rendah dibandingkan relevansi nilai laba bersih Salah satu tujuan penelitian ini adalah menguji relevansi nilai dari masing masing komponen pendapatan komprehensif lain (OCI). Hal ini didasari pada konsep bahwa komponen OCI tersebut merupakan hasil dari penyesuaian nilai wajar aset perusahaan. Besarnya penyesuaian nilai terebut dipengaruhi oleh besaran nilai dan karakteristik aset yang berbeda satu sama lain. Hal ini dapat menyebabkan informasi yang terkandung dalam masing masing komponen tersebut dihargai secara berbeda pula oleh para investor. Kanagaretnam (2009) dalam penelitiannya mencoba menguji kegunaan atas pelaporan laba rugi komprehensif. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap komponen OCI memiliki relevansi nilai

6 yang berbeda dimana keuntungan/kerugian nilai aset keuangan yang tersedia untuk dijual dan lindung nilai arus kas merupakan dua komponen yang paling signifikan. Oleh karena itu hipotesis ketiga yang ingin diuji dalam penelitian ini adalah : H 3 : Komponen komponen pendapatan komprehensif lain (OCI) memiliki relevansi nilai. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapat dari data perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Data yang diteliti diperoleh dari laporan tahunan dan keuangan perusahaan yang dipublikasikan untuk tahun 2011-2012. Pemilihan tahun ini disebabkan karena pengungkapan laba rugi komprehensif di Indonesia baru diberlakukan efektif 1 Januari 2011. Sedangkan data harga saham sebagai variabel dependen dalam penelitian ini diperoleh dari Yahoo Finance dan data stream. Adapun metode pemilihan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan kriteria yang diantaranya adalah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 2012, perusahaan melaporkan laba rugi komprehensif (laba rugi bersih dan pendapatan komprehensif lain) selama tahun 2011 2012 dimana nilai pendapatan komprehensif lain (OCI)-nya tidak 0 selama kurun waktu tersebut, dan Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi model penelitian Cahan et al. (2000) dan Kanagaretnam e al. dimana model tersebut juga merupakan pengembangan dari model Feltham dan Ohlson (1995) yang dimodifikasi untuk menguji relevansi nilai laba rugi komprehensif. Berikut adalah model penelitian dasar yang akan dipakai untuk menguji hipotesis : it 1BVEit 2Eit it dimana P it adalah nilai perusahaan pada waktu t yang diukur dengan harga saham, BVE it adalah nilai buku ekuitas per lembar saham pada perusahaan t dan E it adalah pendapatan (earnings) per lembar saham pada periode t. Harga saham adalah variabel dependen dalam penelitian ini dimana harga saham yang digunakan adalah harga saham 31 Maret yang merupakan tenggat waktu publikasi laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sehingga diasumsikan semua informasi keuangan telah tersedia. Sedangkan nilai buku ekuitas menjadi variabel kontrol. E merupakan clean surplus earnings atau laba rugi komprehensif, sehingga: BVE CI it 1 it 2 it it (1)

7 dimana CI it adalah laba rugi komprehensif yang dilaporkan per lembar saham. CI it dapat disubtitusi dengan komponennya yaitu laba bersih (NI) dan pendapatan komprehensif lain (OCI) sehingga akan didapatkan persamaan berikut BVE NI OCI it 1 it 2 it 3 it it dimana NI it adalah laba bersih perusahaan selama tahun berjalan per lembar saham dan OCI it adalah penjumlahan komponen OCI perusahaan per lembar sahamnya. Model 1 digunakan untuk menguji H 1 yang dibuktikan dengan melihat apakah nilai β 2 signifikan atau tidak. Sedangkan model 2 digunakan untuk menguji H 2 yang dibuktikan dengan cara melihat apakah β 3 lebih rendah bila dibandingkan dengan β 2. Selanjutnya OCI it dapat dibagi lagi menjadi komponen individualnya seperti yang digunakan oleh Kanagaretnam et al. (2009) dalam penelitiannya sehingga persamaan 2 di atas dapat disajikan menjadi : BVE NI RFA CUR HEDG SEC it 1 it 2 it 3 it 4 it 5 it 6 it it dimana RFA it adalah perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap per lembar saham, CUR it adalah keuntungan atau kerugian yang timbul karena adanya penjabaran/translasi laporan keuangan dalam mata uang asing per lembar saham, HEDG it adalah perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas per lembar saham, SEC it adalah keuntungan atau kerugian karena pengukuran kembali nilai wajar aset keuangan yang tersedia untuk dijual per lembar saham. Model ini digunakan untuk menguji H 3 yang dilakukan dengan cara melihat apakah β 4, β 5, β 6,dan β 7 signifikan atau tidak. Komponen keuntungan/kerugian aktuarial akibat program manfaat pasti tidak diuji dalam penelitian ini karena jumlah perusahaan yang melaporkannya masih sangat sedikit. Penelitian ini menggunakan data panel, yaitu jenis yang mengkombinasikan atau menggabungkan observasi time series dan cross section secara bersama sama (Gujarati,2004). Model penelitian ini menggunakan teknik regresi pool. Pendekatan yang digunakan dalam metode regresi dalam penelitian ini adalah common-constant effect. Pendekatan ini merupakan salah satu teknik analisis data panel, dimana regresi diestimasi dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Pooled Ordinary Least Square/PLS). (2) (3)

8 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Jumlah akhir sampel penelitian ini sebanyak 127 perusahaan dan jumlah observasinya adalah 254 (127 perusahaan dikali 2 tahun). Jumlah 127 perusahaan sampel tersebut terdiri atas 49 perusahaan dan 78 perusahaan sektor non-finansial. 4.1 Analisis Statistik Deskriptif dan Korelasi Tabel 1 di bawah ini menunjukkan statistik deskriptif untuk variabel variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 1. Statistik Deskriptif Mean Median Standar Deviasi Maksimum Minimum PRICEMAR 2,440.71 805 3,913.01 27,100.00 50.00 BVE 1,043.28 593.135 1,124.50 5,741.92 (667.99) CI 178.52 82.115 275.62 1,859.95 (323.29) NI 169.58 73.565 258.89 1,583.32 (323.29) OCI 8.94 0.2 99.41 1,520.54 (277.91) RFA 6.08 0 95.29 1,518.75 (1.14) CUR 1.07 0 9.27 69.99 (89.36) HEDG (0.51) 0 4.88 2.45 (72.72) SEC 2.51 0 20.76 199.46 (72.00) Keterangan PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan OCI = pendapatan komprehensif lain ; RFA = penyesuaian akibat revaluasi aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual Semua variabel telah dibagi jumlah saham beredar. Statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan sampel dalam penelitian memperoleh laba rugi komprehensif yang positif selama kurun waktu 2011 2012. Selain itu secara umum perusahaan sampel dalam penelitian ini dalam posisi mendapatkan untung (profit) selama 2011-2012. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa secara rata rata laba bersih jauh lebih besar dibandingkan rata rata pendapatan komprehensif lain dan mengindikasikan bahwa laba bersih merupakan komponen yang lebih dominan dalam laba rugi komprehensif dibandingkan OCI. Adapun perubahan nilai surplus revaluasi aset tetap per lembar saham merupakan komponen yang memiliki nilai rata rata paling tinggi. Sedangkan komponen yang nilai rata

9 ratanya paling rendah adalah perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas dimana rata ratabta negatif. Nilai negatif tersebut menunjukkan bahwa secara rata rata perusahaan sampel yang melaporkan perubahan nilai wajar atas lindung nilai arus kas mengalami kerugian akibat perubahan nilai tersebut. Selanjutnya pada tabel 2 di bawah ini menunjukkan matriks korelasi antar variabel dalam model penelitian ini. Tabel 2. Matriks Korelasi Correlation Probability PRICEMAR BVE NI RFA CUR HEDG SEC OCI CI 1 PRICEMAR ----- BVE NI RFA CUR HEDG SEC OCI CI 0.7235 1 0.0000*** ----- 0.7428 0.7806 1 0.0000*** 0.0000*** ----- 0.3314 0.1300-0.0183 0.9579 0.0778 0.0581 0.1756 1 0.0000*** 0.0384** 0.7717 0.0000*** 0.2166 0.3568 0.0050*** ----- 0.8172 0.7801 0.9327 0.3837-0.0946-0.0465 0.0822 0.3435 1 0.0000*** 0.0000*** 0.0000*** 0.0000*** 0.1327 0.4606 0.1917 0.0000*** ----- 0.3787 0.0153-0.0693 0.0204 0.1320 0.0339-0.0725 0.1287 0.0407-0.1306-0.0718 0.0201 1 0.0046 0.0067-0.0091 1 0.0134-0.0700 1 0.0120 1 0.0000*** 0.8078 0.2710 0.7463 0.0355** 0.5902 0.2496 0.0404** 0.5186 ----- 0.0375** 0.2542 0.7504 0.9425 ----- 0.9153 0.8851 0.8312 ----- 0.2661 0.8493 ----- Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa variabel CI berkorelasi positif dan signifikan terhadap PRICEMAR. Hal ini dapat menjadi indikasi awal bahwa laba rugi komprehensif memiliki hubungan positif yang sangat erat terhadap nilai perusahaan (harga saham). Variabel NI dan OCI sebagai komponen utama laba rugi komprehensif juga berkorelasi positif dan signifikan terhadap harga saham 31 Maret. Variabel NI berkorelasi positif signifikan terhadap variabel BVE. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laba bersih yang dilaporkan maka nilai buku ekuitas perusahaan juga meningkat melalui laba ditahan. Selain itu variabel OCI juga mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel BVE. Korelasi ini sesuai dengan konsep bahwa OCI merupakan item yang dapat menyebabkan perubahan ekuitas selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi pemilik modal. 4.2 Pengujian Hipotesis Tabel 3 menunjukkan hasil regresi variabel dependen nilai perusahaan (value of the firm) yang diukur dengan harga saham per 31 Maret. Berdasarkan hasil regresi yang

10 ditunjukkan pada tabel 3 di bawah ini, dapat kita lihat bahwa koefisien laba rugi komprehensif adalah 8,5497 dan signifikan pada α = 1%. Hasil regresi atas model 1 ini menunjukkan bahwa hipotesis H 1 didukung oleh data karena nilai β 3 arahnya positif dan signifikan. Dengan dasar tersebut dapat kita simpulkan bahwa laba rugi komprehensif memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham 31 Maret. Semakin tinggi nilai laba rugi komprehensif yang dilaporkan maka semakin tinggi pula harga saham dan sebaliknya. Oleh karena itu hipotesis H 1 yang menyatakan bahwa informasi yang terkandung dalam laba rugi komprehensif memiliki relevansi nilai secara empiris terbukti. Kandungan informasi yang terdapat dalam laba rugi komprehensif dapat merefleksikan nilai perusahaan dan mempengaruhi pengguna laporan keuangan untuk mengambil keputusan yang tercermin pada harga saham 31 Maret. Tabel 3. Hasil Regresi Pengujian Utama Expected Model (1) Model (2) Model (3) Variabel Sign Koefisien t-stat Koefisien t-stat Koefisien t-stat C? 47.4068 2.8544 51.9749 3.2968 1382.99 3.8520 BVE + 0.7607 10.3472*** 0.8011 10.0094*** 0.2294 8.8316*** CI + 8.5497 26.5602*** NI + 8.5857 31.3288*** 8.3110 23.5809*** OCI + 4.9285 2.7336*** RFA + 11.9092 2.8709*** CUR + 7.3177 0.8022 HEDG - -16.6119-1.9560* SEC + -0.4374-0.2448 R-squared 0.93662 0.98849 0.96434 Adjusted R-squared 0.93612 0.98835 0.96347 Prob(F-statistic) Keterangan 0.0000 0.0000 0.0000 PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat *** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%; * : signifikan pada α = 10% Dengan demikian hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya seperti penelitian Cahan et al. (2000) yang menggunakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Selandia Baru (NZSE) sebagai sampel, Biddle (2004), Chambers (2006) di Amerika Serikat, dan Kanagaretnam (2009) di Kanada yang menyatakan bahwa pelaporan laba rugi komprehensif semakin dihargai oleh investor dan memiliki relevansi nilai.

11 Kemampuan laba rugi komprehensif sebagai nilai yang dapat merangkum seluruh perubahan ekuitas kecuali terkait dengan transaksi pemilik membuatnya berhubungan sangat erat dengan harga saham. Selain itu hasil pengujian ini juga mendukung diberlakukannya PSAK 1 Revisi 2009 yang mengharuskan semua perusahaan, terutama perusahaan yang listed di bursa, untuk menyajikan laba rugi komprehensif. Konsep all-inclusive income yang terdapat pada laba rugi komprehensif terbukti dapat menyediakan informasi yang menyeluruh dan bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan. Dalam model 2 variabel independen yang digunakan adalah laba bersih (NI) dan pendapatan komprehensif lain (OCI). Laba bersih merupakan salah satu komponen utama dalam laba rugi komprehensif yang seringkali menjadi ukuran kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil regresi model 2 yang dilakukan, diperoleh koefisien laba bersih (NI) sebesar 8,5857 dan signifikan pada α = 1%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara laba bersih dengan harga saham 31 Maret. Artinya semakin nilai laba rugi bersih tahun berjalan maka nilai perusahaan yang diukur dengan harga saham juga semakin tinggi. Sebaliknya bila laba bersih yang dilaporkan semakin kecil atau bahkan merugi akan menyebabkan harga saham turun. Sedangkan komponen laba rugi komprehensif selanjutnya adalah pendapatan komprehensif lain (OCI). Pengujian atas OCI menjadi sangat penting karena komponen inilah yang menjadi salah satu perbedaan antara laporan laba rugi tradisional dengan laporan laba rugi komprehensif yang saat ini digunakan. Penelitian mengenai pendapatan komprehensif lain sudah banyak dilakukan seperti penelitian Chambers (2006) dan Kanagaretnam (2009) dimana keduanya memberikan hasil yang sama, yaitu pendapatan komprehensif lain memiliki relevansi nilai. Berdasarkan hasil regresi model 2 yang telah dilakukan, diperoleh koefisien untuk variabel ini sebesar 4,92845 dan signifikan pada α = 1%. Artinya variabel OCI secara agregat juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dengan variabel dependennya yaitu nilai perusahaan (harga saham 31 Maret). Hasil ini mendukung penelitian penelitian sebelumnya dan dapat kita interpretasikan bahwa semakin tinggi nilai OCI yang dilaporkan maka akan diikuti dengan kenaikan harga saham. Pasar memberikan respon atas informasi ini sehingga dapat kita simpulkan bahwa OCI secara agregat memiliki relevansi nilai. Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa baik variabel NI maupun OCI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Namun t-stat diantara keduanya berbeda dimana t-stat NI adalah 31,3288 sedangkan t-stat OCI adalah 2,7366. Artinya pengaruh NI lebih signifikan dibandingkan pengaruh OCI terhadap harga saham 31 Maret.

12 Hasil ini dapat menjawab hipotesis H 2 yaitu relevansi nilai pendapatan komprehensif lain (OCI) lebih rendah dibandingkan relevansi nilai laba bersih. Untuk memperkuat bukti ini, penulis melakukan pengujian elastisitas untuk melihat variabel manakah yang hubungannya lebih kuat dengan variabel dependennya. Gujarati (2004) menyatakan bahwa elastisitas adalah persentase perubahan Y (variabel dependen) yang disebabkan oleh persentase perubahan X (variabel independennya). Adapun perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut : E NI dan E OCI X 1 169,58 b 8,5857 60% Y 2440, 71 X 2 8,94 c 4, 9285 2% Y 2,440.71 dimana E NI = elastisitas laba bersih (NI); b = koefisien NI; X 1 = rata rata laba bersih; E OCI c = koefisien OCI; X 2 = rata rata OCI, dan Y = rata rata harga saham 31 Maret. Perhitungan di atas menunjukkan bahwa elastisitas variabel NI lebih besar dibandingkan variabel OCI. Artinya variabel harga saham lebih elastis terhadap perubahan NI dan mengindikasikan relevansi nilai NI lebih mendominasi laba rugi komprehensif secara keseluruhan (Brimble, 2001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa meskipun keduanya memiliki hubungan yang signifikan terhadap harga saham, namun relevansi nilai laba bersih dan pendapatan komprehensif lain berbeda dimana relevansi nilai OCI lebih rendah dibandingkan relvansi nilai laba bersih. Hipotesis H 2 pun dapat dibuktikan. Hasil ini mendukung penelitian Chambers (2006) yang menyatakan bahwa OCI juga memiliki relevansi nilai pada basis dolar demi dolar, namun tidak menemukan bukti bahwa investor lebih memperhatikan OCI yang disajikan pada Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Laba Rugi). Selain itu faktor lain yang membuat relevansi nilai OCI lebih rendah dibanding laba bersih adalah nature dari OCI sendiri sebagai transitory income. OCI dihasilkan dari pengukuran nilai wajar aset perusahaan dan aktivitas tertentu perusahaan yang sifatnya tidak tetap. Sedangkan laba bersih merupakan keuntungan yang dihasilkan dari aktivitas operasi perusahaan. Kanagaretnam et al. (2009) menyatakan bahwa nature OCI sebagai transitory income menyebabkan kemampuannya untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan lebih rendah dibandingkan laba bersih. Suatu informasi akuntansi dianggap lebih relevan jika memiliki predictive power yang lebih baik. Sebagai konsekuensinya, OCI memiliki relevansi nilai yang lebih rendah dibanding laba bersih.

13 Hasil pengujian regresi model 3 menunjukkan bahwa komponen penyesuaian akibat revaluasi aset tetap (RFA) dan perubahan nilai dari lindung nilai arus kas (HEDG) merupakan komponen yang memiliki pengaruh paling signifikan dengan harga saham. Koefisien RFA yang positif dan signifikan menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai RFA akan direspon oleh pasar dengan kenaikan harga saham. Hasil ini sesuai dengan ekspektasi karena penelitian Aboody et al. (1998) dan Cahan et al. (2000) juga memberikan hasil yang sama yaitu revaluasi aset tetap berhubungan positif dan signifikan dengan harga saham. Pasar menangkap revaluasi aset tetap sebagai tanda positif atas kinerja perusahaan di masa depan (Aboody et al., 1998). Harga saham merefleksikan penilaian investor terhadap nilai aset dan ekspektasi mereka terhadap performa operasional perusahaan di masa mendatang. Selain itu harga saham juga dapat menggambarkan dampak penilaian pengguna laporan keuangan terhadap keputusan investasi dan pendanaan perusahaan terkait aset tetap tersebut. Selain itu komponen perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas (HEDG) juga merupakan komponen OCI yang memiliki pengaruh signifikan dengan nilai perusahaan (harga saham). Namun berbeda dengan penyesuaian revaluasi aset tetap, arah hubungan komponen HEDG dengan harga saham adalah negatif. Artinya semakin tinggi nilai HEDG yang dilaporkan akan direspon dengan harga saham yang turun dan sebaliknya nilai HEDG yang semakin kecil akan menyebabkan harga saham naik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kanagaretnam et al. (2009) yang juga menemukan bahwa perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas berhubungan negatif dan signifikan terhadap harga saham. Menurutnya alasan logis dari hasil pengujian tersebut adalah perubahan nilai hedging yang tinggi dapat menjadi indikasi bahwa ada resiko yang cukup besar yang sedang dikelola oleh perusahaan dan bagi investor yang tidak ingin mengambil resiko tentunya akan menghindari resiko ini sehingga respon pasar negatif. Sebaliknya semakin kecil perubahan nilai hedging arus kas maka dapat menjadi indikasi bahwa resiko yang dikelola perusahaan yang dilindung nilai tersebut lebih kecil sehingga pasar memberi respon positif dengan harga saham yang naik. Komponen keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing (CUR) dan keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual (SEC) merupakan komponen yang memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan harga saham karena probability kedua komponen tersebut tidak signifikan maka analisis lebih jauh tidak dapat dilakukan. Kita dapat menyatakan bahwa di Indonesia, komponen CUR dan SEC tidak memiliki relevansi nilai. Cahan et al. (2000) menyatakan komponen CUR tidak memiliki relevansi nilai karena keuntungan/kerugian akibat translasi laporan keuangan dalam mata uang asing memiliki sifat transitory income yang lebih kuat bila

14 dibandingkan dengan komponen lain dimana penyesuaian yang muncul dari translasi tidak dapat diprediksi, tidak relevan dalam memprediksi sumber pendapatan lainnya, dan tidak memiliki relevansi dalam mengestimasi nilai intrinsik perusahaan. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap keempat komponen OCI yang menjadi fokus dalam penelitian ini, dapat kita lihat bahwa masing masing komponen mempunyai relevansi nilai yang berbeda satu sama lain. Komponen RFA memiliki hubungan positif dan signifikan sedangkan komponen HEDG memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap harga saham. Artinya kedua komponen tersebut memiliki relevansi nilai. Di sisi lain, komponen CUR dan SEC tidak memiliki relevansi nilai karena hubungannya dengan harga saham tidak signifikan. Arah hubungan semua komponen OCI yang diuji dalam penelitian ini sesuai dengan prediksi kecuali SEC. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa hipotesis H 3 untuk komponen perubahan nilai surplus revaluasi aset tetap dan perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas terbukti secara empiris dan didukung oleh hasil pengujian yang telah dilakukan. Sedangkan pada komponen keuntungan/kerugian akibat transalasi laporan keuangan dan pengukuran nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual hipotesis H 3 tidak terbukti (ditolak). Sedangkan hasil pengujian variabel kontrol dalam model ketiga model ini yaitu nilai buku ekuitas (BVE) menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ohlson (1995) dan Cahan et al. (2000) yang membuktikan bahwa nilai buku ekuitas sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan (harga saham). 4.3 Pengujian Tambahan Untuk mendukung hasil pengujian hipotesis H 3 mengenai relevansi nilai dari masing masing komponen OCI, penulis melakukan pengujian tambahan dengan mengelompokkan perusahaan sampel berdasarkan sektor usahanya, yaitu sektor keuangan dan non keuangan. Dari total 127 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, 49 perusahaan merupakan perusahaan yang bergerak di sektor keuangan sedangkan sisanya yaitu 78 perusahaan berasal dari sektor non keuangan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model 3 seperti yang sebelumnya digunakan dalam pengujian hipotesis H 3. Pengujian tambahan ini berusaha melihat apakah perbedaan karakteristik antara dua sektor usaha tersebut dapat menyebabkan perbedaan relevansi nilai komponen OCI-nya. Tabel 4 di bawah ini menunjukkan hasil regresi model 3 berdasarkan sektor usahanya.

15 Pada tabel 4 dapat kita lihat bahwa dalam pengujian atas perusahaan perusahaan di sektor keuangan, variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham adalah variabel NI, RFA, HEDG, dan SEC. Hasil pengujian untuk variabel NI dan RFA sesuai dengan hasil pengujian utama dimana perusahaan belum dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya. Sedangkan untuk HEDG dan SEC, terdapat perbedaan dimana pada kelompok perusahaan di sektor keuangan, komponen perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas (HEDG) dan keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual (SEC) pada perusahaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hasil yang ditunjukkan dua komponen ini wajar karena hedging dan transaksi terkait aset keuangan yang tersedia untuk dijual merupakan aktivitas yang lazim dilakukan pada perusahaan di sektor keuangan dan menjadi salah satu bisnis utama dalam sektor usaha tersebut. Tabel 4. Hasil Uji Regresi Perusahaan Sektor Keuangan dan Non Keuangan Variabel Expected FINANCIAL NON-FINANCIAL Sign Koefisien t-stat Koefisien t-stat C? -87.2772-7.3587 51.9749 4.8703 BVE + 0.9894 13.0768*** 0.7638*** 5.3369*** NI + 6.8573 15.1527 8.7475*** 14.0428*** RFA + 6.2922 2.7717*** 13.0952*** 3.18294*** CUR + -2.5401-0.4734 15.7886 1.5703 HEDG - 296.8592 2.4372** -17.2925* -1.7937* SEC + 1.7614 2.1431** -7.4067*** -3.7167*** R-squared Adjusted R-squared Prob(F-statistic) Keterangan 0.970234 0.968271 0.0000 0.914524 0.911082 0.0000 PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat *** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%; * : signifikan pada α = 10% Di sisi lain hasil uji regresi atas perusahaan perusahaan sektor non keuangan menunjukkan bahwa variabel NI, RFA, HEDG dan SEC merupakan variabel yang berhubungan paling signifikan terhadap harga saham pada tingkat keyakinan yang berbeda. Variabel NI dan RFA memiliki koefisien positif. Sedangkan variabel HEDG dan SEC berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham. Komponen OCI lainnya yaitu CUR berhubungan positif dan namun tidak signifikan. Hasil pada variabel HEDG menunjukkan bahwa dalam perusahaan non-keuangan, pasar cenderung memberikan respon negatif bila

16 perubahan nilai hedging arus kas tinggi. Investor melihat indikasi adanya resiko tambahan yang mungkin akan terjadi dibalik tingginya perubahan nilai hedging. Sedangkan variabel SEC juga berhubungan negatif dan signifikan dengan harga saham. Dugaan atas hasil ini adalah pasar melihat ada idle cash yang digunakan perusahaan non keuangan untuk berinvestasi pada aset tersedia untuk dijual dan jika nilainya semakin tinggi justru direspon negatif oleh pasar karena aset keuangan bukan merupakan bisnis utama dari perusahaan non keuangan. Seharusnya idle cash tersebut dapat diinvestasikan pada aset yang lebih sesuai dengan bisnis utama dan karakteristik perusahaan non keuangan. Hasil pengujian tambahan ini menunjukkan bahwa relevansi nilai komponen OCI berbeda bila perusahaan sampel dikelompokkan berdasarkan sektor usahanya. Selanjutnya pengujian tambahan yang dilakukan adalah dengan menambahkan time series yaitu data dari laporan keuangan tahun 2010. Dasar pengujian ini adalah bahwa pada laporan keuangan 2010 yang dirilis pada Maret 2011, beberapa perusahaan diasumsikan telah menerapkan PSAK 1 Revisi 2009 yang berlaku efektif 1 Januari 2011. Selain itu data tahun 2010 dapat digunakan karena komponen OCI dapat dilihat pada Laporan Perubahan Ekuitas. Tujuan pengujian tambahan ini adalah untuk memperkuat bukti yang sudah didapatkan dari hasil pengujian utama yang telah dilakukan. Tabel 5 di bawah ini menyajikan hasil regresi dengan menggunakan time series selama 3 tahun (2010 2012). Tabel 5. Hasil Regresi dengan Data Tahun 2010 2012 Expected Model (1) Model (2) Model (3) Variabel Sign Koefisien t-stat Koefisien t-stat Koefisien t-stat C? 1261.23 20.9377 1450.4450 14.7847 1430.45 16.8281 BVE + 0.6583 9.8971*** 0.1949 2.0646** 0.2092 2.4309** CI + 4.8112 20.7358*** NI + 6.6489 16.7448*** 6.6271 15.5437*** OCI + 2.1188 5.5741*** RFA + 8.5037 15.5978*** CUR + 1.0478 3.9358*** HEDG - -93.8339-3.3333*** SEC + 0.4016 0.9654 R-squared 0.97865 0.96691 0.97510 Adjusted R-squared 0.96780 0.94987 0.96180 Prob(F-statistic) Keterangan 0.0000 0.0000 0.0000 PRICEMAR = Harga saham 31 Maret; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat *** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%; * : signifikan pada α = 10%

17 Hasil regresi di atas menunjukkan bahwa laba rugi komprehensif (CI) memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham pada α = 1%. Begitu pula dengan laba bersih (NI) dan OCI secara agregat yang koefisiennya positif dan signifikan. Bila dibandingkan t-stat OCI lebih rendah dibandingkan t-stat laba bersih yang menunjukkan bahwa pengaruh OCI lebih rendah terhadap harga saham dibandingkan laba bersih. Hasil ini tentunya mendukung hasil pengujian utama yang telah dilakukan sebelumnya yang membuktikan H 1 dan H 2. Pada pengujian tambahan ini, dapat kita lihat pula bahwa komponen OCI yang memiliki pengaruh signifikan adalah RFA, CUR, dan HEDG. RFA secara konsisten berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham dan semakin mendukung hasil penelitian Aboody et al. (1998) dan Cahan et al. (2000). Adapun komponen CUR memiliki pengaruh yang juga positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan komponen HEDG memiliki pengaruh negatif dan signifkan dengan harga saham dan menunjukkan hasil yang sesuai dengan pengujian utama yang telah dilakukan dengan tingkat signifikansi yang semakin tinggi pula dan semakin mendukung hasil penelitian Kanagaretnam et al. (2009) untuk komponen ini. Komponen SEC merupakan komponen yang tidak memiliki pengaruh signifikan dan hal ini sesuai dengan pengujian sebelumnya. Dengan kata lain hasil ini juga menunjukkan hipotesis H 3 terbukti untuk komponen RFA, CUR, dan HEDG dimana ketiganya memiliki relevansi nilai. Sedangkan untuk komponen SEC hipotesis H 3 tidak terbukti. Berdasarkan pengujian tambahan dengan menambahkan time series dengan data laporan keuangan tahun 2010 ini dapat kita simpulkan bahwa secara umum arah dan signifikansi variabel variabel yang diuji sesuai dengan pengujian utama yang telah dilakukan dengan tingkat signifikansi yang semakin meningkat. Artinya dengan jumlah tahun yang semakin banyak maka dapat menghasilkan output yang semakin optimal dan dapat mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Selain itu regresi dengan menggunakan cross section fixed effect juga terbukti dapat meningkatkan hasil estimasi. Pengujian tambahan ini juga menunjukkan bahwa meskipun data komponen OCI tahun 2010 diperoleh dari Laporan Perubahan Ekuitas namun terbukti bahwa informasi yang terkandung di dalamnya memiliki relevansi nilai. 4.4 Uji Sensitivitas Uji sensitivitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk melihat konsistensi hasil pengujian utama dalam penelitian. Pengujian dilakukan dengan time window yang berbeda. Variabel dependen yang digunakan adalah harga saham tanggal 31 Desember yang

18 merupakan tanggal laporan keuangan. Hasil regresi pada tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa variabel CI, NI, dan OCI berpengaruh positif dan signfikan terhadap harga saham dan hasil ini konsisten dengan pengujian utama meskipun dengan time window yang berbeda. Sedangkan komponen OCI yang berpengaruh signifikan hanya vairabel RFA. Tabel 6. Hasil Regresi Variabel Dependen Harga Saham 31 Desember Expected Model (1) Model (2) Model (3) Variabel Sign Koefisien t - stat Koefisien t - stat Koefisien t - stat C? 10.2288 0.6308 19.2421 21.0948 1.3065 BVE + 0.8407 10.9895*** 0.8739 11.4084*** 0.8545 8.9937*** CI + 6.6813 17.2599*** NI + 6.3059 16.0915*** 6.4158 13.8328*** OCI + 3.802512 2.4019** RFA + 10.5953 3.5536*** CUR + 10.0640 1.2874 HEDG - -13.2266-1.1277 SEC + -1.7844-1.3151 R-squared 0.90504 0.90179 0.90260 Adjusted R-squared 0.90429 0.90061 0.90023 Prob(F-statistic) Keterangan 0.0000 0.0000 0.0000 PRICEDES = Harga saham 31 Desember; BVE = nilai buku ekuitas; CI = laba rugi komprehensif; NI = laba/rugi bersih tahun berjalan ; OCI = pendapatan komprehensif lain; RFA = penyesuaian akibat revaluasi; aset tetap; CUR = keuntungan/kerugian karena translasi laporan keuangan dalam mata uang asing; HEDG = perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas; SEC = keuntungan/kerugian akibat pengukuran nilai wajar aset tersedia untuk dijual ; angka yang dicetak miring = t-stat *** : signifikan pada α = 1% ; ** : signifikan pada α = 5%; * : signifikan pada α = 10% Berdasarkan uji sensitivitas yang telah dilakukan dapat kita simpulkan bahwa sebagian informasi mengenai laba rugi komprehensif dan komponennya telah ditangkap oleh pengguna laporan keuangan pada 31 Desember. Hal ini terbukti dari adanya beberapa variabel yang memiliki relevansi nilai pada tanggal tersebut. Informasi yang tersedia mengenai laba rugi komprehensif semakin lengkap pada 31 Maret saat laporan keuangan dirilis dimana investor dapat menggunakannya sebagai dasar untuk mengambil keputusan. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa laba rugi komprehensif secara agregat memiliki relevansi nilai dan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung PSAK 1 Revisi 2009 yang mewajibkan perusahaan melaporkan laba rugi komprehensifnya sehingga dapat menyediakan informasi yang semakin berguna bagi pemakai laporan keuangan. Selain itu

19 terdapat perbedaan relevansi nilai laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI) dimana OCI memiliki relevansi nilai lebih rendah dibandingkan laba bersih meskipun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat terhadap harga saham. Hal ini dikarenakan nature OCI sebagai transitory income. Penelitian ini juga membuktikan bahwa komponen OCI secara terpisah memiliki relevansi nilai yang berbeda satu sama lain dimana komponen penyesuaian akibat revaluasi aset tetap dan perubahan nilai wajar lindung nilai arus kas merupakan komponen yang memiliki relevansi nilai. Hasil pengujian tambahan juga menunjukkan bahwa relevansi nilai atas komponen OCI berbeda bila sampel penelitiannya dipisahkan antara perusahaan sektor keuangan dan non keuangan. Pada kelompok perusahaan keuangan, perubahan nilai lindung nilai arus kas dan aset tersedia untuk dijual memiliki hubungan positif yang sangat kuat dengan harga saham. Sebaliknya pada kelompok perusahaan non-keuangan, arah hubungan kedua komponen tersebut terhadap harga saham adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan sektor usaha berpengaruh terhadap relevansi nilai dari masing - masing komponen OCI. Pengujian tambahan lainnya telah dilakukan dengan menambahkan tahun observasi yaitu data tahun 2010. Hasilnya adalah dengan menambahkan time series dan menggunakan fixed effect dalam penelitian ini, maka relevansi nilai beberapa variabel yang diuji meningkat. Keterbatasan Penelitian dan Saran Beberapa keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini dan saran untuk penelitian sejenis berikutnya diantaranya adalah penelitian ini belum melihat variabel lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel independennya seperti ukuran perusahaan dan kualitas audit. Oleh karena itu model yang digunakan untuk penelitian berikutnya dapat dikembangkan lagi dengan menambahkan interaksi kepada variabel independennya. Selain itu penelitian ini hanya menggunakan harga saham sebagai proksi untuk mengukur nilai perusahaan (value of the firm). Sebaiknya penelitian selanjutnya menggunakan proksi lain untuk mengukur nilai perusahaan seperti TobinsQ. Untuk melihat variasi dan perbedaan relevansi nilai laba rugi komprehensif, sebaiknya penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian berdasarkan kelompok industri yang lebih spesifik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan balanced sample. Artinya sampel pada setiap tahun yang diobservasi jumlahnya sama sehingga ada beberapa observasi yang dikeluarkan. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan unbalanced sample sehingga jumlah observasi setiap tahunnya menjadi lebih banyak.

20 Daftar Referensi Aboody, David., Mary E. Barth, Ron Kasznik. 1999. Revaluations of Fixed Asets and Future Firm Performance : Evidence from the UK. Journal of Accounting and Economics 26 p. 149 178 Albrecht, W. Steve.(2011). Financial Accounting, Concepts and Application. South Western : Cengage Learning Baker, Richard E., Theodore E. Christensen, and David M. Cotrell. (2011). Advanced Financial Accounting. Singapore : Mc. Graw-Hill Education (Asia) Bamber, Linda Smith, John Jiang, Kathy R. Petroni, and Isabel Yanyan Wang.(2010). Comprehensive Income : Who s Afraid of Performance Reporting. The Accounting Review Vo. 85 Barth, Mary E., William H. Beaver, and Wayne R. Landsman. (2001). The relevance of the value relevance literature for financial accounting standard setting: another view. Journal of Accounting and Economics 31 p. 77 104 Biddle, Gary C., Jong-Hag Choi, (2006). Is Comprehensive Useful? Journal of Contemporary Accounting and Economics 2 Brimble, Mark., Allan Hodgson. (2001). The Value Relevance of Comprehensive Income and Components fot Industrial Firms. Australia Cahan, Stephen F., Stephen M. Courtenay, Paul N. Gronewoller and David R. Upton.(2000).Value Relevance of Mandated Comprehensive Income Disclosure. Journal of Business, Finance, and Accounting 27. Cameron, Colin A. and Pravin K. Trivedi. (2005). Microeconomics : Methods and Applications. Cambridge : Cambridge University Press Chambers, Dennis, Thomas J. Linsmeier, Catherine Shakespeare, and Theodore Sougiannis. (2006). An Evaluation of SFAS No.130 Comprehensive Income Disclosures. Review of Accounting Studies 12 Collins, D. W., E. L. Maydew., dan I. S. Weiss (1997). Changes in the Value Relevance of Earnings and Book Values Over The Past Fourty Years. Journal of accounting and economics 24 (1): 39-67 Cope, A.T., Johnson, L.T., & Reither, C.L. (1996). The Call for Reporting Comprehensive Income. Financial Analysts Journal, pp. 7-12 Dhaliwal, Dan, K.R. Subramanyam, Robert Trezevant, (1999). Is Comprehensive Income Superior to Net Income as A Measure of Firm Performance? Journal of Accounting and Economics 26 Ferraro, Olga. (2009). Comprehensive Income in Italy:Reporting Preferences and Its Effects on Performance Indicators. Journal of Modern Accounting and Auditing Vol.7 No. 12 p. 1315-1328 Fernandez, Francisco Souza and Maria Mercedes Carro Arana.(2009).Empirical Evaluation of the Overall Impact and by Industries of Comprehensive Income on European Groups Listed on NYSE and NASDAQ. Spain : International Business and Economics Research Journal Godfrey, Jayne., Allan Hodgson, An Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.(2010). Accounting Theory : 7 th edition. Australia : John Wiley and Sons Gujarati, Damodar N. (2004). Basic Econometrics Fourth Edition. Singapore : McGraw-Hill Co. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 1 Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta Jones, Charles P. (2007). Investments : Analysis and Management. Hoboken, NJ : John Wiley and Sons Inc. Kanagaretnam, Kiridaran., Robert Mathieu and Mohamed Shehata.(2009). Usefulness of Comprehensive Reporting in Canada. Journal Accounting Public Policy 28 Khan, S. (2009). Value Relevance of Comprehensive Income. Auckland : ARA Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Terry D. Warfield. (2010). Intermediate Accounting 12th Edition. New York: John Wiley & Sons. Le Manh, Anne.(2010). Is Comprehensive Income Required by IAS 1 Relevant for Users? A literature review. Paris : ESCP Europe Newberry, S. (1993) Reporting Performance Comprehensive Income and Its Components. ABACUS Vol. 39, p. 325-339 Sihite, Beatrise. (2013). Reaksi Volume Perdagangan Seputar Pengumuman Laba Komprehensif : Analisis Dampak Berlakunya PSAK 1 (Revisi 2009). Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Walther, Larry M. (2009). Using Accounting Information. Ventus Publishing Aps